Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

Nyeri kepala merupakan keluhan yang paling sering dialami manusia.


Gejala ini dapat dirasakan sementara namun bisa juga menetap. Biasanya nyeri
kepala dirasakan ringan berupa rasa tidak enak yang tidak mengganggu kegiatan
sehari-hari.
Nyeri kepala (headache atau cephalgia) adalah rasa nyeri atau rasa tidak
mengenakkan pada seluruh daerah kepala dengan batas bawah dari dagu sampai
ke daerah belakang kepala (daerah oksipital dan sebagian daerah tengkuk).1
Berdasarkan penyebabnya digolongkan nyeri kepala primer dan nyeri
kepala sekunder. Nyeri kepala primer adalah nyeri kepala yang tidak jelas terdapat
kelainan anatomi atau kelainan struktur atau sejenisnya. Nyeri kepala primer
dibagi menjadi empat kategori yaitu migrain, nyeri kepala tipe tegang, nyeri
kepala cluster, dan nyeri kepala primer lainnya. Nyeri kepala sekunder adalah
nyeri kepala yang jelas terdapat kelainan anatomi atau kelainan struktur atau
sejenisnya dan bersifat kronis progresif.1,2
Cephalgia akan menjadi masalah, baik bagi penderitanya maupun dokter
yang mengobatinya apabila terjadi secara menahun atau kronik berulang. Dalam
hal ini sering cephalgia merupakan gejala tunggal atau gejala paling menyolok.

1
BAB II
LAPORAN KASUS NEUROLOGI
RSUD RADEN MATAHER

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 59 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Suka Makmur Rt. 20 Ds. Muhajirin
Pekerjaan : Petani
MSRS : 16 Agustus 2015

DAFTAR MASALAH
No Masalah Aktif Tanggal Masalah Pasif Tanggal
.
1. Sakit kepala 16 Agustus 2015
2. Mual, Muntah 16 Agustus 2015

II. DATA SUBYEKTIF


1. Keluhan utama : Sakit kepala sejak 1 minggu yang lalu
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Lokasi : Kepala
Onset : Berulang
Kualitas : Sakit kepala seperti terikat dan tertekan
Kuantitas : Mengganggu aktivitas sehari-hari. Os butuh
bantuan orang lain untuk bergerak dan beraktivitas

RPP/ Kronologi :

2
7 hari SMRS pasien mengeluh sakit kepala, sakit kepala
dirasakan seperti terikat dan ditekan terutama pada bagian belakang
kepala sampai ke leher. Pasien mengaku lehernya terasa tegang jika sakit
kepala timbul, sakit kepala berdenyut (-),tidak disertai mual dan muntah,
tidak silau melihat cahaya dan tidak terdapat nyeri saat mendengar suara.
Sakit dirasakan hilang timbul. Saat keluhan timbul, keluhan menetap
pada seluruh kepalanya. Lamanya setiap serangan tidak menentu. Pasien
mengatakan keluhan nyeri biasanya timbul jika banyak masalah, saat
bekerja (bertani) terkena panas sinar matahari terlalu lama, membaca,
ataupun pekerjaan lain yang membutuhkan konsentrasi. 3 hari rasa
nyeri semakin terasa berat. Keluhan telinga berdenging (-), penglihatan
kabur (-), silau (-), kejang (-), pusing berputar disangkal. Pasien
sebelumnya ada minum obat (bodrex) untuk mengatasi sakit kepala
namun keluhan timbul kembali.
1 hari SMRS pasien masih merasakan sakit kepala semakin
hebat, sakit kepala seperti terikat dan ditekan terutama pada bagian
belakang kepala sampai ke leher. Pasien juga mengeluh tidak selera
makan, mulut terasa pahit, mual dan muntah apa yang dimakan. Karena
sakit kepala dan rasa tidak nyaman di perutnya tidak berkurang maka
pasien berobat ke RSUD Raden Mataher.

Gejala penyerta : Anoreksia, mual (+), muntah (+)


Faktor yang memperberat : Aktivitas
Faktor yang memperingan : Istirahat

3. Riwayat penyakit dahulu


Riwayat mengalami keluhan yang sama (+) hilang timbul 1 tahun
Riwayat Hipertensi disangkal
Riwayat DM disangkal
Riwayat maag (+)
Riwayat trauma kepala (-)

4. Riwayat penyakit keluarga

3
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama seperti
pasien

5. Riwayat sosial ekonomi


Pasien seorang petani, mempunyai 1 orang anak.

III. OBYEKTIF
1. Status Presens
Kesadaran : Compos mentis, GCS: 15 E:4 M:6 V: 5
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/i
Suhu : 36,9oC
Respirasi : 20x/i

2. Status Interrnus
Kepala : Mata : CA-/-, SI -/-,
Pupil : isokor, refleks cahaya (+/+)
Visus : ka:6/6, ki:6/6
Leher : JVP 5-2 cmH2O, pembesaran KGB (-)
Thorax : Simetris, tidak ada retraksi
Jantung : BJ I dan BJ II regular, Gallop (-), Mur-mur (-)
Paru : Vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : Soepel, BU (+) N, NT (-), NL (-)
Alat kelamin : Tidak diperiksa
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), CRT < 2 detik, kekuatan
555 555
555 555

3. Status Psikitus
Cara berpikir : Baik
Perasaan hati : Biasa
Tingkah laku : Normoaktif
Ingatan : Baik
Kecerdasan : Baik

4. Status Neurologikus
a. Kepala
Bentuk : Normochepal
Nyeri tekan : (-)
Simetris : (+)

b. Leher
Sikap : Lurus
Pergerakan : Baik
Kaku kuduk : (-)

4
c. Nervus kranialis

5
No Nervus Kranial Kanan Kiri
1 Olfatorius
- Subjektif Normosmia Normosmia
- Dengan bahan (-) (-)
2 Optikus
- Tajam penglihatan 6/6 6/6
- Lapangan penglihatan Tidak ada Tidak ada
penyempitan penyempitan
Baik Baik
- Melihat warna
Tidak dilakukan Tidak dilakukan.
- Fundus okulli

3 Occulomotorius
- Sela mata Simestris Simestris
- Pergerakan bulbus dbn Dbn
(-) (-)
- Strabismus
(-) (-)
- Nistagmus
(-) (-)
- Eksotalmus 3mm, bulat, 3mm, bulat,
- Pupil : besar nya, isokor isokor
bentuknya (+) (+)
- Refleks sinar (-) (-)
- Melihat kembar
4 Trochlearis
- Pergerakan mata Baik Baik
- Sikap bulbus T.A.K T.A.K
(-) (-)
- Melihat kembar
5 Trigeminus
- Membuka mulut (+) (+)
- Menguyah (+) (+)
(+) (+)
- Mengigit
T.A.K T.A.K
- Refleks kornea
(+) (+)
- Sensibilitas muka
6 Abduseens
- Pergerakan mata dbn dbn
- Sikap bulbus dbn dbn
(-) (-)
- Melihat kembar
7 Fasialis
- Mengerutkan dahi
- Menutup mata Simestris Simestris
Simestris Simestris
- Memperlihatkan gigi
(+) Mencong kekanan
- Bersiul
(+)
- Perasaan lidah(depan) 2/3 anterior baik

8 Vestibulo-kokhlearis
- Detik arloji Normal Normal
- Suara berbisik Normal Normal
(+) (+)
- Test rinne
Tidak ada Tidak ada
- Test weber
lateralisasi lateralisasi
9 Glosofaringeus
- Perasaaan lidah 1/3 posterior Normal
6
Reflek muntah (+)
- Sensibilitas faring Normal
10 Vagus
Simestris
d. Anggota gerak atas
Motorik Kanan Kiri
Pergerakan N N
Kekuatan 5/5/5 5/5/5
Tonus N N
Trofi Eutropi Eutropi
R. Fisiologis N N
R. Patologis - -
Sensibilitas : N N

e. Anggota gerak bawah


Motorik Kanan Kiri
Pergerakan N N
Kekuatan 5/5/5 5/5/5
Tonus N N
Trofi Eutrofi Eutrofi
R. Fisiologis N N
R. Patologis - -
Sensibilitas : N N

f. Gerakan Abnormal
Tremor : (-)
Atetosis : (-)
Miokloni : (-)
Khorea : (-)
Rigiditas : (-)

g. Alat Vegetatif
Miksi : Normal
Defekasi : Normal

h. Koordinasi, gait dan keseimbangan


Cara berjalan : Normal
Romberg Test :-
Disdiadokokinesis: -
Dismetri :-
Ataxia :-

i. Pemeriksaan lain :
Laboratorium :
Darah Rutin : 16 Agustus 2015
WBC : 19.3 H 103/mm3
RBC : 5.43 106 mm3
HB : 16.6 H g/dl
HCT : 45.9 %

7
PLT : 248 103/mm3
GDS : 116 mg/dl
Elektrolit : 16 Agustus 2015
Na : 133.85 mmol/L
K : 3.85 mmol/L
Cl : 96.51 mmol/L
Ca : 1.19 mmol/L
DDR : (-)

IV. RINGKASAN
S:
Anamnesis :
Seorang laki-laki, usia 59 tahun datang dengan keluhan sakit kepala, sakit
kepala dirasakan seperti terikat dan ditekan terutama pada bagian belakang
kepala sampai ke leher. Pasien mengaku lehernya terasa tegang jika sakit
kepala timbul, nyeri berdenyut (-), tidak silau melihat cahaya dan tidak
terasa nyeri saat mendengar suara. Sakit dirasakan hilang timbul. Saat
keluhan timbul, keluhan menetap pada seluruh kepalanya. Lamanya setiap
serangan tidak menentu. Pasien mengatakan keluhan nyeri biasanya timbul
jika banyak pikiran, saat sedang bekerja (bertani) dan terkena panas sinar
matahari, membaca, ataupun pekerjaan lain yang membutuhkan konsentrasi.
Karena sakit kepala dan rasa tidak nyaman di perutnya tidak berkurang
maka pasien berobat ke RSUD Raden Mataher.
Riwayat hipertensi dan diabetes melitus disangkal, riwayat maag (+), kejang
(-), riwayat trauma kepala (-).

O:
Tanda-tanda Vital :
Kesadaran : Compos mentis, GCS: 15, E: 4 M: 6 V: 5
Tekanan Darah :110/70 mmHg
Nadi : 80x/I
Suhu : 36,9oC,
Respirasi : 20x/i

A:
Diagnosa :
Diagnosa Klinis : Cephalgia
Diagnosa Topis :-
Diagnosa Etiologi : Tension type headache

8
P:
Non Medika Mentosa : bed rest, menghidari faktor pencetus
Medikamentosa :
IVFD Nacl 0,9 % 30gtt/ menit
Inj. Ranitidin 3x 50mg
Inj. Ceftriaxone 2x1gr
PO
Ibuprofen 2x400mg/hari
Antasida syr 2x1c ac

V. PROGNOSIS
- Quo ad vitam : dubia ad bonam
- Quo ad fungsionam : dubia ad bonam

VI. RIWAYAT PERKEMBANGAN


Perawatan hari ke 2 (17 Agustus 2015)
S : Pasien mengeluh nyeri kepala, menggigil, mual(+), muntah (+)
O : Kesadaran: CM GCS: 15
TD : 120/70 mmHg N : 80x/menit
RR : 20x/menit T : 38,5 C
A : Cefalgia ec Tension Type Headeche + Gastritis
P :
IVFD RL 30gtt/menit
Inj. Ranitidine 3x50mg
Inj. Ceftriaxone 2x1gr
Drip Ondancetrone 2x8mg
Mucogard syr 3x1

Perawatan hari ke 3
S : Pasien mengeluh nyeri kepala berkurang, mual (-), Muntah (-)
O : kesadaran: CM GCS: 15
TD : 120/80 mmHg N : 80x/menit
RR : 20x/menit T : 36.5C
A : Cefalgia ec Tension Type Headeche + Gastritis (BLPL)

P :
Ergotamin 3x1
Flunarizin 2x1\
Mucogard syr 3x1 c

9
Voltadex 2x50 mg

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi

10
Nyeri kepala/sakit kepala/sefalgia adalah rasa nyeri atau rasa tidak
mengenakkan pada daerah atas kepala memanjang dari orbital sampai ke daerah
belakang kepala (area oksipital dan sebagian daerah tengkuk).1
Nyeri kepala adalah nyeri yang berlokasi di atas garis orbitomeatal.
Pendapat lain mengatakan nyeri atau perasaan tidak enak diantara daerah orbital
dan oksipital yang muncul dari struktur nyeri yang sensitif.

3.2 Etiologi
Nyeri kepala penyebabnya multifaktorial, seperti:
1. Kelainan emosional
2. Cedera kepala
3. Migrain
4. Demam
5. Kelainan vaskuler intrakranial otot
6. Massa intrakranial
7. Penyakit mata
8. Telinga/hidung.

3.3 Patogenesis
Menurut H.G.Wolf terdapat 6 mekanisme dasar yang menimbulkan nyeri
kepala yang berasal dari sumber intrakranial
1. Tarikan pada vena yang berjalan ke sinus venosus dari permukaan otak
dan pergeseran sinus-sinus venosus utama.
2. Tarikan pada A. Meningea media
3. Tarikan pada pembuluh-pembuluh arteri besar di otak atau tarikan pada
cabang-cabangnya.
4. Distensi dan dilatasi pembuluh-pembuluh nadi intrakranial
(A.Frontalis, A. Temporalis, A. Discipitalies)
5. Inflamasi pada atau sekitar struktur kepala yang peka terhadap nyeri
meliputi kulit kepala, periosteum, (m. frontalis, Ni temporalis,
m.orsipiutlis.

11
6. Tekanan langsung pada nervus cranialis V, IX, X saraf spinal dan
cervikalis bagian atas yang berisi banyak serabut aferen rasa nyeri.

Daerah yang tidak peka terhadap nyeri adalah parenkim otak, ependim
ventrikel, pleksus koroideus, sebagian besar duramater, piarachnoid meningen
meliputi konvektivitas otak dan tulang kepala. Tetapi rasa nyeri tersebut dapat
dibangkitkan oleh karena tindakan fisik seperti batuk, mengejan yang
meningkatkan tekanan intrakranial dan dapat memperburuk nyeri kepala
berhubungan dengan perdarahan atau massa intrakranial.
Setelah dilakukan lumbal fungsi (LP) rasa nyeri semakin hebat pada waktu
mengangkat kepala dan berkurang dengan meletakkan kepala relatif lebih rendah.
Pada nyeri kepala nocturnal tipe migraine kadang-kadang diperberat dengan posisi
berbaring dan berkurang rasa nyeri jika penderita berdiri tegak.

3.4 Klasifikasi Nyeri Kepala


I. Nyeri Kepala Primer
a. Migren
b. Tension Type Headache
c. Cluster headache
d. Other primary headaches

12
13
II. Nyeri Kepala Sekunder
a. Nyeri kepala yang berkaitan dengan trauma kepala dan/atau
leher.
b. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan vaskuler
cranial atau servikal
c. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan non vaskuler
intracranial.
d. Nyeri kepala yang berkaitan dengan substansi atau
withdrawalnya.
e. Nyeri kepala yang berkaitan dengan infeksi.
f. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan hemostasis
g. Nyeri kepala atau nyeri vaskuler berkaitan dengan kelainan
kranium, leher, mata, telinga, hidung, sinus, gigi, mulut, atau
struktur facial atau kranial lainnya.
h. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan psikiatrik.

TENSION TYPE HEADACHE


Definisi Tension Type Headache (TTH)
Merupakan sensasi nyeri pada daerah kepala akibat kontraksi terus
menerus otot-otot kepala dan tengkuk (M.splenius kapitis, M.temporalis,
M.maseter, M.sternokleidomastoid, M.trapezius, M.servikalis posterior, dan
M.levator skapula).

14
Etiologi dan Faktor Resiko Tension Type Headache (TTH)
Etiologi dan Faktor Resiko Tension Type Headache (TTH) adalah:
a. Stress
b. Depresi,
c. Bekerja dalam posisi yang menetap dalam waktu lama,
d. Kelelahan mata,
e. Kontraksi otot yang berlebihan,
f. Berkurangnya aliran darah, dan
g. Ketidakseimbangan neurotransmitter seperti dopamin, serotonin,
noerpinefrin, dan enkephalin.

Epidemiologi Tension Type Headache (TTH)


TTH terjadi 78 % sepanjang hidup dimana Tension Type Headache
episodik terjadi 63 % dan Tension Type Headache kronik terjadi 3 %. Tension
Type Headache episodik lebih banyak mengenai pasien wanita yaitu sebesar 71%
sedangkan pada pria sebanyak 56 %. Biasanya mengenai umur 20 40 tahun.

Klasifikasi Tension Type Headache (TTH)

15
Nyeri kepala tipe tegang atau tension headche dapat diklasifikasikan:
1) TTH episodik yang infrequent
(paling tidak terdapat 10 episode serangan dalam <1 hari/bulan atau <
12hari/tahun). Nyeri berakhir dalam 30 menit -7 hari, bilateral, menekan,
mengikat, tidak berdenyut, ringan atau sedang, tidak ada mual/muntah,
mungkin ada fonofobia/fotofobia.
a. TTH episodik yang infrequent berhubungan dengan nyeri tekan
perikranial
Ditambah gejala nyeri tekan yang bertambah pada daerah
perikranial terhadap palpasi manual.
b. TTH episodik yang infrequent tidak berhubungan dengan nyeri
tekan perikranial.
Tanpa ada gejala pertambahan nyeri tekan pada daerah perikranial
terhadap palpasi manual.
2) TTH episodik yang frequent
( paling tidak terdapat 10 episode serangan dalam 1-15 hari/bulan dalam
waktu paling tidak selama 3 bulan atau12-180 hari/tahunnya). Nyeri
berakhir dalam 30 menit -7 hari,bilateral, menekan, mengikat, tidak
berdenyut, ringan atau sedang, tidak ada mual/muntah, mungkin ada
fonofobia/fotofobia.
a. TTH episodik yang frequent berhubungan dengan nyeri tekan
perikranial
Ditambah gejala nyeri tekan yang bertambah pada daerah
perikranial terhadap palpasi manual.
b. TTH episodik yang frequent tidak berhubungan dengan nyeri tekan
perikranial.
Tanpa ada gejala pertambahan nyeri tekan pada daerah perikranial
terhadap palpasi manual.

3) TTH kronik

16
Nyeri kepala yang berasal dari TTH yang timbul > 15 hari/bulannya dalam
waktu > 3 bulan atau >180 hari/tahun).
a. TTH kronik berhubungan dengan nyeri tekan perikranial.
Ditambah gejala nyeri tekan yang bertambah pada daerah
perikranial terhadap palpasi manual.
b. TTH kronik tidak berhubungan dengan nyeri tekan perikranial.
Tanpa ada gejala pertambahan nyeri tekan pada daerah perikranial
terhadap palpasi manual.

4) Probable TTH
Dijumpai memenuhi kriteria TTH akan tetapi kurang satu kriteria untuk
TTH bercampur dengan salah satu kriteria probable migrain.
a. Probable TTH episodik yang infrequent
Episode memenuhi kriteria TTH akan tetapi kurang satu kriteria
saja dari TTH episodik infrequent dan tidak memenuhi kriteria
migrain tanpa aura dan tidak ada hubungan dengan penyakit nyeri
kepala lain.
b. Probable TTH episodik yang frequent
Episode memenuhi kriteria ETTH akan tetapi kurang satu kriteria
saja dari TTH episodik frequent dan tidak memenuhi kriteria
migrain tanpa aura dan tidak ada hubungan dengan penyakit nyeri
kepala lain.
c. Probable TTH episodik kronik
Nyeri kepala berlangsung > 15 hari/bulan selama > 3 bulan atau
>180 hari/tahun, nyeri kepala berlangsung selama sekian jam atau
terus menerus kontinyu, bilateral, rasa menekan/mengikat,
intensitas ringan-sedang, tidak ada mual/muntah, mungkin ada
fotofobia/fonofobia.

Gejala Klinik

17
Nyeri kepala tegang otot biasa berlangsung selama 30 menit hingga 1
minggu penuh. Nyeri bisa dirasakan kadang kadang atau terus menerus. Nyeri
pada awalnya dirasakan pasien pada leher bagian belakang kemudian menjalar ke
kepala bagian belakang selanjutnya menjalar ke bagian depan. Selain itu, nyeri ini
juga dapat menjalar ke bahu. Nyeri kepala dirasakan seperti kepala berat, pegal,
rasa kencang pada daerah bitemporal dan bioksipital, atau seperti diikat di
sekeliling kepala. Nyeri kepala tipe ini tidak berdenyut..1,2,8

Pada nyeri kepala ini tidak disertai mual ataupun muntah tetapi anoreksia
mungkin saja terjadi. Pasien juga mengalami fotofobia dan fonofobia. Gejala lain
yang juga dapat ditemukan seperti insomnia (gangguan tidur yang sering
terbangun atau bangun dini hari), nafas pendek, konstipasi, berat badan menurun,
palpitasi dan gangguan haid.1,8,9

Pada nyeri kepala tegang otot yang kronis biasanya merupakan manifestasi
konflik psikologis yang mendasarinya seperti kecemasan dan depresi. Oleh sebab
itu, perlu dievaluasi adanya stres kehidupan, pekerjaan, kebiasaan, sifat
kepribadian tipe perfeksionis, kehidupan perkawinan, kehidupan sosial, seksual,
dan cara pasien mengatasinya. Keluhan emosi antara lain perasaan bersalah, putus
asa, tidak berharga, takut sakit ataupun takut mati.1,9

Pemeriksaan Fisik
Tidak ada pemeriksaan fisik yang berarti untuk mendiagnosis nyeri kepala
tegang otot ini. Pada pemeriksaan fisik, tanda vital harus normal, pemeriksaan
neurologis normal. 1,4

Pemeriksaan yang dilakukan berupa pemeriksaan kepala dan leher serta


pemeriksaan neurologis yang meliputi kekuatan motorik, refleks, koordinasi, dan
sensasi. Pemeriksaan mata dilakukan untuk mengetahui adanya peningkatan
tekanan pada bola mata yang bisa menyebabkan sakit kepala. Pemeriksaan daya
ingat jangka pendek dan fungsi mental pasien juga dilakukan dengan menanyakan
beberapa pertanyaan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan berbagai

18
penyakit yang serius yang memiliki gejala nyeri kepala seperti tumor atau
aneurisma dan penyakit lainnya. 1,4

Patofisiologi Tension Type Headache (TTH)


Patofisiologi TTH masih belum jelas diketahui. Pada beberapa literatur
dan hasil penelitian disebutkan beberapa keadaan yang berhubungan dengan
terjadinya TTH sebagai berikut :
(1) disfungsi sistem saraf pusat yang lebih berperan daripada sistem saraf
perifer dimana disfungsi sistem saraf perifer lebih mengarah pada ETTH
sedangkan disfungsi sistem saraf pusat mengarah kepada CTTH
(2) disfungsi saraf perifer meliputi kontraksi otot yang involunter dan
permanen tanpa disertai iskemia otot
(3) transmisi nyeri TTH melalui nukleus trigeminoservikalis pars kaudalis
yang akan mensensitasi second order neuron pada nukleus trigeminal dan
kornu dorsalis ( aktivasi molekul NO) sehingga meningkatkan input
nosiseptif pada jaringan perikranial dan miofasial lalu akan terjadi regulasi
mekanisme perifer yang akan meningkatkan aktivitas otot perikranial. Hal
ini akan meningkatkan pelepasan neurotransmitter pada jaringan miofasial
(4) hiperflesibilitas neuron sentral nosiseptif pada nukleus trigeminal, talamus,
dan korteks serebri yang diikuti hipesensitifitas supraspinal (limbik)
terhadap nosiseptif. Nilai ambang deteksi nyeri ( tekanan, elektrik, dan
termal) akan menurun di sefalik dan ekstrasefalik. Selain itu, terdapat juga
penurunan supraspinal decending pain inhibit activity
(5) kelainan fungsi filter nyeri di batang otak sehingga menyebabkan
kesalahan interpretasi info pada otak yang diartikan sebagai nyeri
(6) terdapat hubungan jalur serotonergik dan monoaminergik pada batang otak
dan hipotalamus dengan terjadinya TTH. Defisiensi kadar serotonin dan
noradrenalin di otak, dan juga abnormal serotonin platelet, penurunan beta
endorfin di CSF dan penekanan eksteroseptif pada otot temporal dan
maseter

19
(7) faktor psikogenik ( stres mental) dan keadaan non-physiological motor
stress pada TTH sehingga melepaskan zat iritatif yang akan menstimulasi
perifer dan aktivasi struktur persepsi nyeri supraspinal lalu modulasi nyeri
sentral. Depresi dan ansietas akan meningkatkan frekuensi TTH dengan
mempertahankan sensitisasi sentral pada jalur transmisi nyeri
(8) aktifasi NOS (Nitric Oxide Synthetase) dan NO pada kornu dorsalis.

Pada kasus dijumpai adanya stress yang memicu sakit kepala. Ada beberapa
teori yang menjelaskan hal tersebut yaitu :
1) adanya stress fisik (kelelahan) akan menyebabkan pernafasan
hiperventilasi sehingga kadar CO2 dalam darah menurun yang akan
mengganggu keseimbangan asam basa dalam darah. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya alkalosis yang selanjutnya akan mengakibatkan
ion kalsium masuk ke dalam sel dan menimbulkan kontraksi otot yang
berlebihan sehingga terjadilah nyeri kepala
2) stress mengaktifasi saraf simpatis sehingga terjadi dilatasi pembuluh darah
otak selanjutnya akan mengaktifasi nosiseptor lalu aktifasi aferen gamma
trigeminus yang akan menghasilkan neuropeptida (substansi P).
Neuropeptida ini akan merangsang ganglion trigeminus (pons)
3) stress dapat dibagi menjadi 3 tahap yaitu alarm reaction, stage of
resistance, dan stage of exhausted. Alarm reaction dimana stress
menyebabkan vasokontriksi perifer yang akan mengakibatkan kekurangan
asupan oksigen lalu terjadilah metabolisme anaerob. Metabolisme anaerob
akan mengakibatkan penumpukan asam laktat sehingga merangsang
pengeluaran bradikinin dan enzim proteolitik yang selanjutnya akan
menstimulasi jaras nyeri. Stage of resistance dimana sumber energi yang
digunakan berasal dari glikogen yang akan merangsang peningkatan
aldosteron, dimana aldosteron akan menjaga simpanan ion kalium. Stage
of exhausted dimana sumber energi yang digunakan berasal dari protein
dan aldosteron pun menurun sehingga terjadi deplesi K+. Deplesi ion ini
akan menyebabkan disfungsi saraf.

20
Diagnosa Tension Type Headache (TTH)
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinis dan
pemeriksaan fisis yang normal. Anamnesis yang menunjukkan adanya faktor
psikis sebagai latar belakang nyeri kepala ini semakin mengarahkan ke jenis nyeri
kepala tegang otot. Selain itu karakteristik gejalanya juga dijadikan dasar untuk
mendiagnosis nyeri kepala tipe ini sehingga informasi tentang tipe nyeri, lokasi,
frekuensi dan durasinya harus jelas.8
Tension Type Headache harus memenuhi syarat yaitu sekurang-kurangnya
dua dari berikut ini :
(1) adanya sensasi tertekan/terjepit/terikat,
(2) intensitas ringan-sedang,
(3) lokasi bilateral
(4) tidak diperburuk aktivitas.
(5) Selain itu, tidak ada mual muntah,
(6) Mungkin ada fotofobia atau fonofobia.

Gejala klinis dapat berupa nyeri ringan- sedang/berat, tumpul seperti


ditekan atau diikat, tidak berdenyut, menyeluruh, nyeri lebih hebat pada daerah
kulit kepala, oksipital, dan belakang leher, terjadi spontan, memburuk oleh stress,
insomnia, kelelahan kronis, iritabilitas, gangguan konsentrasi, kadang vertigo, dan
rasa tidak nyaman pada bagian leher, rahang serta temporomandibular.

Pemeriksaan Penunjang Tension Type Headache (TTH)


Tidak ada uji spesifik untuk mendiagnosis TTH dan pada saat dilakukan
pemeriksaa neurologik tidak ditemukan kelainan apapun. TTH biasanya tidak
memerlukan pemeriksaan darah, rontgen, CT scan kepala maupun MRI.

Diferensial Diagnosa Tension Type Headache (TTH)

1. Migrain

21
Istilah migrain berasal dari kata Yunani yang berarti sakit kepala sesisi.
Memang pada 2/3 penderita migrain, nyeri dirasakan secara unilateral, tetapi
pada 1/3 lainnya dinyatakan pada kedua belah sisi secara bergantian dan
tidak teratur. Rasa nyeri ini disebabkan oleh adanya dilatasi pembuluh darah
besar intrakranial dan dibebaskannya substansi neurokinin ketika
vasodilatasi terjadi. Penyebab vasodilatasi ini belum diketahui.3,10

Terdapat dua syndrome klinis migrain, yaitu migrain dengan aura dan
migrain tanpa aura. Selama beberapa tahun, migrain dengan aura dikatakan
sebagai migrain klasik dan sindrom yang kedua dikatakan sebagai migrain
umum. Migrain disertai aura diawali dengan adanya gangguan pada fungsi
saraf, terutama visual, diikuti oleh nyeri kepala hemikranial (unilateral),
mual, dan kadang muntah, kejadian ini terjadi berurutan selama beberapa
jam kadang pula terjadi dalam sehari penuh bahkan lebih. Migrain tanpa
aura merupakan nyeri kepala hemikranial disertai atau tanpa mual muntah
yang terjadi secara tiba-tiba tanpa gangguan fungsi saraf sebagai pertanda
dan gejala ini terjadi dalam beberapa menit atau jam. Aspek hemikranial dan
sensasi berdenyut merupakan karakteristik paling khas yang membedakan
migrain dengan jenis nyeri kepala lainnya.3,10

2. Nyeri kepala Cluster

Nyeri kepala cluster merupakan sindroma nyeri kepala yang lebih sering
terjadi pada pria dibanding wanita. Nyeri kepala cluster ini pada umumnya
terjadi pada usia yang lebih tua dibanding dengan migraine. Nyeri pada
sindrom ini terjadi hemikranial pada daerah yang lebih kecil dibanding
migraine, sering kali pada daerah orbital, sehingga dikatakan sebagai klaster.
Jika serangan terjadi, nyeri ini dirasakan sangat berat, nyeri tidak berdenyut
konstan selama beberapa menit hingga 2 jam. Namun pada penelitian yang
dilakukan oleh Donnet, kebanyakan pasien mengalami serangan dengan
durasi 30 hingga 60 menit.10 Tidak seperti migraine, nyeri kepala cluster

22
selalu unilateral dan biasanya terjadi pada region yang sama secara
berulang-ulang. Nyeri kepala ini umumnya terjadi pada malam hari,
membangunkan pasien dari tidur, terjadi tiap hari, seringkali terjadi lebih
dari sekali dalam satu hari. Nyeri kepala ini bermulai sebagai sensasi
terbakar (burning sensastion) pada aspek lateral dari hidung atau sebagai
sensasi tekanan pada mata. Injeksi konjunctiva dan lakrimasi ipsilateral,
kongesti nasal, ptosis, photophobia, sindrom Horner, bahkan ditemukan pula
pasien dengan gejala gastrointestinal.10

Terapi Tension Type Headache (TTH)


Pembinaan hubungan empati awal yang hangat antara dokter dan pasien
merupakan langkah pertama yang sangat penting untuk keberhasilan pengobatan.
Penjelasan dokter yang meyakinkan pasien bahwa tidak ditemukan kelainan fisik
dalam rongga kepala atau otaknya dapat menghilangkan rasa takut akan adanya
tumor otak atau penyakit intrakranial lainnya.2

Penilaian adanya kecemasan atau depresi harus segera dilakukan. Sebagian


pasien menerima bahwa kepalanya berkaitan dengan penyakit depresinya dan
bersedia ikut program pengobatan sedangkan pasien lain berusaha
menyangkalnya. Oleh sebab itu, pengobatan harus ditujukan kepada penyakit
yang mendasari dengan obat anti cemas atau anti depresi serta modifikasi pola
hidup yang salah, disamping pengobatan nyeri kepalanya. Bila depresi berat
dengan kemungkinan bunuh diri maka pasien harus dirujuk ke ahli jiwa2

Saat nyeri timbul dapat diberikan beberapa obat untuk menghentikan atau
mengurangi sakit yang dirasakan saat serangan muncul. Penghilang sakit yang
sering digunakan adalah: acetaminophen dan NSAID seperti aspirin, ibuprofen,
naproxen, dan ketoprofen. Acetaminophen efektif untuk sakit kepala sedang
sampai berat dalam dosis tinggi. Efek samping acetaminophen lebih jarang
ditemukan, tetapi penggunaan dalam dosis besar untuk waktu yang lama bisa
menyebabkan kerusakan hati yang berat. NSAID efektif dalam dosis yang lebih

23
rendah. Efek samping yang ditemukan antara lain mual, diare atau konstipasi,
sakit perut, perdarahan dan ulkus. Pengobatan kombinasi antara acetaminophen
atau aspirin dengan kafein atau obat sedatif biasa digunakan bersamaan. Cara ini
lebih efektif untuk menghilangkan sakitnya, tetapi jangan digunakan lebih dari 2
hari dalam seminggu dan penggunaannya harus diawasi oleh dokter.4,5,8

Relaksasi selalu dapat menyembuhkan TTH. Pasien harus dibimbing untuk


mengetahui arti dari relaksasi yang mana dapat termasuk bed rest, massage, dan
atau latihan biofeedback. Pengobatan farmakologi adalah simpel analgesia dan
atau mucles relaxants. Ibuprofen dan naproxen sodium merupakan obat yang
efektif untuk kebanyakan orang. Jika pengobatan simpel analgesia (asetaminofen,
aspirin, ibuprofen, dll.) gagal maka dapat ditambah butalbital dan kafein (dalam
bentuk kombinasi seperti Fiorinal) yang akan menambah efektifitas pengobatan.

Prognosis dan Komplikasi Tension Type Headache (TTH)


TTH pada kondisi dapat menyebabkan nyeri yang menyakitkan tetapi
tidak membahayakan. Nyeri ini dapat sembuh dengan perawatan ataupun dengan
menyelesaikan masalah yang menjadi latar belakangnya jika penyebab TTH
berupa pengaruh psikis. Nyeri kepala ini dapat sembuh dengan terapi obat berupa
analgesia. TTH biasanya mudah diobati sendiri. Prognonis penyakit ini baik, dan
dengan penatalaksanaan yang baik maka > 90 % pasien dapat disembuhkan.
Komplikasi TTH adalah rebound headache yaitu nyeri kepala yang
disebabkan oleh penggunaan obat-obatan analgesia seperti aspirin, asetaminofen,
dll yang berlebihan.

Pencegahan Tension Type Headache (TTH)


Pencegahan TTH adalah dengan mencegah terjadinya stress dengan
olahraga teratur, istirahat yang cukup, relaksasi otot (massage, yoga, stretching),
meditasi, dan biofeedback. Jika penyebabnya adalah kecemasan atau depresi maka
dapat dilakukan behavioral therapy. Selain itu, TTH dapat dicegah dengan

24
mengganti bantal atau mengubah posisi tidur dan mengkonsumsi makanan yang
sehat.

25
BAB IV
ANALISA KASUS

Seorang laki-laki berusia 59 tahun, dibawa keluarganya dengan Sakit kepala


sejak 1 minggu yang lalu. 7 hari SMRS pasien mengeluh sakit kepala, sakit
kepala dirasakan seperti terikat dan ditekan terutama pada bagian belakang kepala
sampai ke leher. Pasien mengaku lehernya terasa tegang jika sakit kepala timbul,
sakit kepala berdenyut (-),tidak disertai mual dan muntah, tidak silau melihat
cahaya dan tidak terdapat nyeri saat mendengar suara. Sakit dirasakan hilang
timbul. Saat keluhan timbul, keluhan menetap pada seluruh kepalanya. Lamanya
setiap serangan tidak menentu. Pasien mengatakan keluhan nyeri biasanya timbul
jika banyak masalah, saat bekerja (bertani) terkena panas sinar matahari terlalu
lama, membaca, ataupun pekerjaan lain yang membutuhkan konsentrasi. 3 hari
rasa nyeri semakin terasa berat. Keluhan telinga berdenging (-), penglihatan kabur
(-), silau (-), kejang (-), pusing berputar disangkal. Pasien sebelumnya ada minum
obat (bodrex) untuk mengatasi sakit kepala namun keluhan timbul kembali.

1 hari SMRS pasien masih merasakan sakit kepala semakin hebat, sakit
kepala seperti terikat dan ditekan terutama pada bagian belakang kepala sampai ke
leher. Pasien juga mengeluh tidak selera makan, mulut terasa pahit, mual dan
muntah apa yang dimakan. Karena sakit kepala dan rasa tidak nyaman di perutnya
tidak berkurang maka pasien berobat ke RSUD Raden Mataher.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan GCS 15 (E4M6V5), Td 110/70, Nadi
80, T 36.9, RR 20x/i pemeriksaan nervus cranialis dan motorik pada ekstermitas
atas dan bawah dalam dalam batas normal. Dari anamnesis tersebut sesui dengan
teori, maka dibuat diagnosis Tension Type Headeache.

Diagnosa Tension Type Headache (TTH)


Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinis dan
pemeriksaan fisis yang normal. Anamnesis yang menunjukkan adanya faktor
psikis sebagai latar belakang nyeri kepala ini semakin mengarahkan ke jenis nyeri
kepala tegang otot. Selain itu karakteristik gejalanya juga dijadikan dasar untuk

26
mendiagnosis nyeri kepala tipe ini sehingga informasi tentang tipe nyeri, lokasi,
frekuensi dan durasinya harus jelas.8
Tension Type Headache harus memenuhi syarat yaitu sekurang-kurangnya
dua dari berikut ini :
(1) adanya sensasi tertekan/terjepit/terikat,
(2) intensitas ringan-sedang,
(3) lokasi bilateral
(4) tidak diperburuk aktivitas.
(5) Selain itu, tidak ada mual muntah,
(6) Mungkin ada fotofobia atau fonofobia.

Gejala klinis dapat berupa nyeri ringan- sedang/berat, tumpul seperti


ditekan atau diikat, tidak berdenyut, menyeluruh, nyeri lebih hebat pada daerah
kulit kepala, oksipital, dan belakang leher, terjadi spontan, memburuk oleh stress,
insomnia, kelelahan kronis, iritabilitas, gangguan konsentrasi, kadang vertigo, dan
rasa tidak nyaman pada bagian leher, rahang serta temporomandibular.

Pemeriksaan Penunjang Tension Type Headache (TTH)


Tidak ada uji spesifik untuk mendiagnosis TTH dan pada saat dilakukan
pemeriksaa neurologik tidak ditemukan kelainan apapun. TTH biasanya tidak
memerlukan pemeriksaan darah, rontgen, CT scan kepala maupun MRI.

Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah terapi non farmakologi dan
terapi farmakologi. Terapi non farmakologi : bed rest, dan menghindari faktor
yang memperberat dari keluhan.
Kemudian pada pasien ini juga diberikan terapi farmakologinya dalah
NaCl 0,9% 30/menit sebagai pengganti cairan tubuh, selain itu diberikan ranitidin,
ranitidin merupakan reseptor H2 berfungsi untuk mengurangi isi cairan lambung.
Obat ini memblok histamin untuk menginduksi sekresi asam lambung dengan
kosentrasi ion hidrogen yang tinggi. Oleh karena itu antagonis reseptor histamin
meningkatkan PH gaster. Antagonisme dari reseptor histamin terjadi dalam cara

27
yang selektif dan kompetitif. Ranitidin lebih poten, spesifik, dan kerja lebih lama
dibanding simetin dan fometidine. Ranitidin yang diberikan parenteral akan
menurunkan PH gaster dalam satu jam sehingga ranitidin diberikan dengan
maksud mengurangi stres ulcer.
Pada pasien ini juga diberikan ceftriaxone karena berdasarkan
pemeriksaan darah rutin diketahui leukosit pasien meningkat, hal ini menandakan
adanya suatu infeksi dan merupakan indikasi untuk diberikan antibiotik.
Selain itu terapi oral yang diberikan adalah ibuprofen, ibuprofen diberikan
sebagai analgetik pilihan pada pengobatan tension akut. Obat ini merupakan
golongan NSAID yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit karen
merupakan derifat asam fenil prepionat yang bekerja melalui penghambat enzim
siclooksigenase pada biosintesis prostaglandin sehingga konversi asam
arakhidonat menjadi PG-G2 terganggu. Pg berperan pada patogenesis inflamasi,
analgesia, dan demam. Dengan demikian maka ibuprofen mempunyai efek anti
inflamasi dan analgetik- anti piretik. Selain itu juga diberikan syirup antasida yang
berfungsi menetralkan asam lambung dan sebagai penghambat efek dari
pemberian ibuprofen. Karena dapat meningkatkan pertahanan mukosa lambung
dengan memicu prostaglandin pada mukosa lambung.
Pasien ini memiliki prognosis quo ad vitam dan quo ad fungsional dubia
ad bonam

28
sDAFTAR PUSTAKA

1 Sjahrir H. Nyeri Kepala. Medan: USU, 2004. hal. 2.


2 Jenie, MN. Diagnosis Nyeri Kepala. Dalam: Kumpulan Makalah Utama
Temu Regional Neurologi XIV FK UGM-UNDIP-UNS. Magelang 19-20
Juli 1997. Yogyakarta: Bagian/SMF Penyakit Saraf FK UGM/RSUP
Dr.Sardjito, 1997. hal.16-7.
3 Snell RS. Meninges Otak Dan Medula Spinalis. Dalam: Neuroanatomi
klinik. 5th ed. Jakarta: EGC, 2006. hal. 487.
4 Adams RD, Victor M. Intracranial Neoplasms And Paraneoplastic
Disorder. Dalam: Principles of Neurology. 8th ed. New York: McGraw Hill
Inc, 2005. hal.544-82.
5 Sjahrir H. Patofisiologi nyeri kepala. In: Nyeri kepala dan vertigo.
Yogyakarta: Pustaka Cendekia Press, 2008. hal.1,2,16,50-72.
6 Bigal ME, Lipton R. Headache: Classification in Section 6. Dalam:
Headache and Facial Pain Chapter 54. McMahon ebook.
7 Harsono. Kapita Selekta Neurologi. Edisi Kedua. Yogyakarta: FK UGM,
2009.
8 Sjahrir, Hasan, dkk. Konsensus Nasional IV Diagnostik dan
Penatalaksanaan Nyeri Kepala. Surabaya: Universitas Airlangga, 2013.

29

Anda mungkin juga menyukai