Anda di halaman 1dari 19

RANGKUMAN BUKU PENGAJARAN SINTAKSIS

Prof. Dr. Henry Guntur Tarigan

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Linguistik
Linguistik adalah seperangkat ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan jalan
penerapan metode-metode ilmiah terhadap fenomen-fenomen bahasa. Batasan ini
membentangkan suatu garis pengikat yang jelas antara linguistik ilmiah dengan studi
bahasa yang non-ilmiah (Hughes, 1968:11) Atau lebih singkat dan llebih padat lagi;
linguistik adalah telaah ilmiah mengenai bahasa (Cook, 1971 : 1)
1.2. Linguis
Seorang linguis (atau a scientific linguist, a linguistic scientist, maupun a
linguistican) adalah seorang spesialis dalam linguistik, suatu studi sistematis atau
telaah bersistem mengenai struktur dan fungsi bahasa.
Seorang linguis yang cakap adalah seorang linguis yang mahir yang telah terlatih dan
berpengalaman dalam menjalankan (salah satu) tugas berikut ini :
(i) Menyelesaikan deskripsi atau pemerian yang terperinci mengenai bunyi-bunyi,
bentuk-bentuk dan kosakata sesuatu bahasa (termasuk bahasa-bahasa tak tertulis
yang belum pernah dideskripsikan atau diperikan)
(ii) Mengadakan studi komparatif atas dua bahasa atau lebih untuk menentukan
kekerabatannya
(iii) Menetapkan serta menentukan hakekat serta taraf variasi dialek dalam sesuatu
bahasa
(iv) Mengadakan studi mengenai sejarah-sejarah bunyi-bunyi, bentuk-bentuk dan
kosakata sesuatu bahasa
(v) Mengembangkan teori umum mengenai linguistik

1.3. Tata Bahasa


Secara umum linguistik dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
a. Fonologi (phonology) yang meneliti fonem-fonem dan urutan-urutan fonem.
b. Tata bahasa (grammar) yang menggarap masalah-masalah morfem serta
penggabungan-penggabungannya, mencakup morfologi dan sintaksis (Gleason,
1970 : 11)
Ada juga ahli lain yang mengatakan bahwa ada empat cabang utama linguistik
struktural, yaitu :
a) Fonetik
b) Fonemik
c) Morfemik
d) Grammar (atau tata bahasa) yang mencakup :
(1) Morfologi
(2) Sintaksis (Francis, 1958 : 41)
1.4. Sintaksis
Ada beberapa pengertian sintaksis menurut para ahli :
1. Sintaksis adalah telaah mengenai pola-pola yang dipergunakan sebagai sarana
untuk menggabung-gabungkan kata menjadi kalimat (Stryker, 1969 : 21)
2. Sintaksis adalah analisis mengenai konstruksi-konstruksi yang hanya
mengikutsertakan bentuk-bentuk bebas (Bloch and Trager, 1942 : 71)
3. Sintaksis adalah bahagian dari tata bahasa yang membicarakan struktur frase dan
kalimat (Ramlan, 1976 : 57)
Dapat disimpulkan bahwa; sintaksis adalah salah satu cabang tata bahasa yang
membicarakan struktur-struktur kalimat, klausa dan frase.

BAB 2 KALIMAT
Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri yang mempunyai pola
intonasi akhir dan yang terdiri dari klausa (Cook, 1971 : 39-40; Elson dan Pickett, 1969 : 82)
Ada empat ciri utama kalimat, yaitu :
a) Satuan bahasa
b) Secara relatif dapat berdiri sendiri
c) Mempunyai pola intonasi akhir
d) Terdiri dari klausa
Kalimat dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara, antara lain berdasarkan:
1. Jumlah dan jenis klausa yang terdapat pada dasar
Dipandang dari segi jumlah dan jenis klausa yang terdapat pada dasar, maka dapatlah
dibeda-bedakan :
a. Kalimat tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa bebas tanpa klausa terikat
(Cook, 1971 : 38; Elson and Pickett, 1969 : 123)
Contoh :
Saya makan.
Ibuku memasak.
b. Kalimat bersusun
Kalimat bersusun adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa bebas dan sekurang-
kurangnya satu klausan terikat (Cook, 1971 : 38)
Contoh :
Dosen marah kalau mahasiswa terlambat datang.
Seandainya kamu menyukai wanita itu maka nyatakanlah.
c. Kalimat majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari beberapa klausa bebas.
Contoh :
Nada menyukai karya fiksi, sedangkan Syifa menyukai karya tulis ilmiah.
Memang dia tampan, tetapi sayang sudah ada yang punya.
2. Struktur internal klausa utama
Dipandang dari segi struktur internal klausa utama maka dibedakan menjadi :
a. Kalimat sempurna
Kalimat sempurna adalah kalimat yang dasarnya terdiri dari sebuah klausa bebas
(Cook, 1971 : 47). Oleh karena yang mendasari kalimat sempurna adalah suatu
klausa bebas, maka kalimat sempurna ini mencakup kalimat tunggal, kalimat
bersusun, dan kalimat majemuk.
Contoh :
Dosen kami cantik. (kalimat tunggal)
Jika saya mempunyai uang, saya akan jalan-jalan keliling Indonesia (kalimat
bersusun)
Saya membaca, sedangkan adik bermain boneka (kalimat majemuk)
b. Kalimat tak sempurna
Kalimat tak sempurna adalah kalimat yang dasarnya terdiri dari sebuah klausa
terikat atau sama sekali tidak mengandung struktur klausa. (Cook, 1971 : 47)
Kalimat tak sempurna ini mencakup kalimat-kalimat urutan, sampingan, elips,
tambahan, jawaban, seruan dan minor.
Contoh :
Mau kemana kamu sore ini?
Ke kampus.
Ngapain?
Mengerjakan tugas
Dengan siapa?
Teman.
Boleh aku ikut?
Yuk, ikut saja.
3. Jenis responsi yang diharapkan
Dipandang dari segi jenis responsi yang diharapkan, maka kita mengenal :
a. Kalimat pernyataan
Kalimat pernyataan adalah kalimat yang dibentuk untuk menyiarkan informasi
tanpa mengharapkan responsi tertentu (Cook, 1971 : 38; 49)
Contoh :
Festival Dieng biasanya dilaksanakan pada bulan Agustus.
Adik saya yang kedua berumur 3 tahun.
b. Kalimat pertanyaan
Kalimat pertanyaan adalah kalimat yang dibentuk memancing responsi yang
berupa jawaban (Cook, 1971 : 38; 49)
Contoh :
Bolehkah saya ikut bersamamu ke Baturraden?
Maukah kamu menjadi pacarku?
c. Kalimat perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang dibentuk untuk memancing responsi yang
berupa tindakan atau perbuatan (Cook, 1971 : 38; 49)
Contoh :
Makan obat itu, Tsan!
Terima saja, bu!

4. Sifat hubungan aktor-aksi


Dipandang dari segi sifat hubungan aktor-aksi, maka kalimat dapat dibedakan :
a. Kalimat aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang subyeknya berperanan sebagai pelaku atau
aktor (Cook, 1971 : 49)
Contoh :
Pramuka mendaki gunung Semeru.
Bapak menjahit baju.
b. Kalimat pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subyeknya berperanan sebagai penderita
(Cook, 1971 : 49)
Contoh :
Desa kami didatangi oleh Presiden.
Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan oleh Soekarno-Hatta.
c. Kalimat medial
Kalimat medial adalah kalimat yang subyeknya berperanan baik sebagai pelaku
maupunsebagai penderita (Cook, 1971 : 49)
Contoh :
Dia menghibur dirinya.
Mereka menyiksa dirinya sendiri.
d. Kalimat resiprokal
Kalimat resiprokal adalah kalimat yang subyek dan obyeknya melakukan suatu
perbuatan yang berbalas-balasan (Cook, 1971 : 49)
Contoh :
Warga baku hajar dengan aparat.
Kita harus tolong-menolong dengan tetangga kita.

5. Ada atau tidaknya unsur negatif pada frase verbal utama


Dipandang dari segi ada atau tidaknya unsur negatif pada frase verbal utamanya,
maka dapatlah dibedakan :
a. Kalimat afirmatif
Kalimat afirmatif atau kalimat pengsahan adalah kalimat yang pada frase verbal
utamanya tidak terdapat unsur negatif atau unsur penyangkalan.
Contoh :
Hujan membasahi bumi pertiwi.
Aku menyukai kakak tingkatku.
b. Kalimat negatif
Kalimat negatif atau kalimat penyangkalan adalah kalimat yang pada frase vrbal
utamanya terdapat unsur negatif atau unsur penyangkalan.
Contoh :
Saya tidak menghadiri seminar nasional
Dia tidak menyukaiku.
6. Kesederhanaan dan kelengkapan dasar (Cook, 1971 : 40)
Dipandang dari segi kesederhanaan serta kelengkapan yang terdapat pada dasar, maka
dapat diklasifikasikan :
a. Kalimat formata
Kalimat formata atau kalimat tersusun rapi (well formed sentences) adalah
kalimat tunggal dan sempurna, yang terdiri dari satu dan hanya satu klausa bebas.
Suatu klausa yang menurut kriteria formal dapat berdiri sendiri dalam bahasa
tertentu, sebagai suatu kalimat sempurna (a major sentence).
Rangkaian atau perangkat kalimat yang tersusun rapi ini mngandung inti sebagai
suatu anak perangkat (subset).
Kalimat inti atau kernel sentence adalah kalimat yang sekaligus memenuhi lima
ciri, yaitu:
a. Tunggal (simple)
b. Sempurna (complete)
c. Pernyataan (statement; declarative)
d. Aktif (active)
e. Afirmatif (afirmative)
Setiap kalimat yang tidak memenuhi ciri diatas, disebut kalimat turunan atau
derived sentence.
Contoh kalimat inti :
Dokter menyembuhkan penyakitku.
Kancil mencuri timun.

b. Kalimat transformata
Kalimat transformata adalah kalimat lengkap tetapi bukan kalimat tunggal.
Kalimat transformata ini mencakup kalimat bersusun dan kalimat majemuk.
Kalimat transformata dapat diturunkan dari kalimat-kalimat tunggal dengan
penerapan proses perangkaian dan penggabungan (Cook, 1971 : 48)
Contoh :
Jika kamu mempunyai waktu senggang, datanglah menemuiku di Kota Lama.
Kami belum mengunjungi mereka setelah mereka pindah rumah.
c. Kalimat deformata
Kalimat deformata adalah kalimat tunggal yang tidak sempurna. Kalimat
deformata meliputi baik struktur-struktur kalusa terikat maupun struktur-struktur
non-klausa yang teradi dalam sesuatu bahasa sebagai kalimat-kalimat tipe minor.
Jika struktur klausa itu parsial maka kallimat deformata dapat diturunkan dari
kalimat-kalimat tunggal dan smepurna dengan proses pengguguran atau deletion
(Cook, 1971 : 49)
Kalimat deformata meliputi :
1) Kalimat urutan
Kalimat urutan adalah kalimat sempurna yang mengandung konjungsi (yang
menyatakan bahwa kalimat itu merupakan bagian dari kalimat lain) seperti
maka, jadi, tetapi, sedangkan, namun dan sebagainya.
Contoh :
Kemudian menjeritlah ia sejadi-jadinya.
Sebelumnya dia telah meluluhkan hati saya.
2) Kalimat sampingan
Kalimat sampingan adalah kalimat tidak sempurna yang terdiri dari klausa
terikat, dan diturunkan dari kalimat bersusun (serta dapat digabungkan dengan
kalimat tunggal yang mendahuluinya untuk membentuk sebuah kalimat
bersusun). (Tarigan, 1984 : 20)
Contoh :
Rupanya ia telah berusaha sekuat tenaga.
Justru kepergiannya kian merisaukan kami.
3) Kalimat elips
Kalimat elips adalah kalimat tidak sempurna yang terjadi karena pelenyapan
beberapa bagian dari klausa dan diturunkan dari kalimat tunggal (Tarigan,
1984 : 21)
Contoh :
Paman memasukkan kentang itu ke dalam karung.
Lalu membawanya ke pasar. (subyek dihilangkan)

Siapa yang datang itu?


Pacarku. (predikat dihilangkan)

4) Kalimat tambahan
Kalimat tambahan adalah kalimat tidak sempurna yang terdapat dalam wacana
sebagai tambahan pada pernyataan-pernyataan yang telah dikemukakan
(Tarigan, 1984 : 22)
Contoh :
Ada niatnya. (kalimat pernyataan)
Melanjutkan S2. (kalimat tambahan)
Di Universitas Indonesia. (kalimat tambahan)
Setelah wisuda. (kalimat tambahan)
Ada niatnya melanjutkan S2 di Universitas Indonesia setelah wisuda.

5) Kalimat jawaban
Kalimat jawaban adalah kalimat tidak sempurna yang bertindak sebagai
jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan (Tarigan, 1984 : 22)
Kalimat jawaban adalah kalimat yang menyambung suatu percakapan dengan
pergantian pembicaraan. (Stryker, 1969 : 3 dan Francis, 1958 : 246)
Contoh :
Siapa nama anda ? (kalimat pertanyaan)
Rizkia Wahyu Pangestu. (kalimat jawaban)
Nama saya Rizkia Wahyu Pangestu.
Kuliah dimana ? (kalimat pertanyaan)
Universitas Negeri Semarang. (kalimat jawaban)
Saya kuliah di Universitas Negeri Semarang.

Mengambil program studi apa ? (kalimat pertanyaan)


Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. (kalimat jawaban)
Saya mengambil program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia.
6) Kalimat seruan
Kalimat seruan secara sintaksis berdiri sendiri, bukan penyempurna. Kalimat
seruan ini dapat digabungkan dengan setiap kalimat; tetapi kalau dipakai
tersendiri secara terpisah dengan intonasi akhir sendiri maka kalimat tersebut
merupakan kalimat tidak sempurna.
Kalimat seruan meliputi :
a. Struktur non-klausa
Kalimat struktur non-klausa dapat pula dibedakan atas :
1) Kelompok teriakan, salam, panggilan.
Kalimat tak sempurna kelompok ini tidak mengandung struktur klausa
dan pada umumnya terbatas pada satu atau dua kata saja. Secaa
fungsional semua ini termasuk tipe kalimat seruan, tetapi secara
sintaksis berdiri sendiri.
(i) Panggilan
Panggilan atau vokatif ini pada umumnya berupa nama-nama
orang ataupun pangkat penggilan orang.
Contoh :
Tukang Sayur !
Pak Polisi !
(ii) Salam
Dalam beberapa bahasa, salam merupakan ekspresi tetap yang
dipergunakan secara ritual untuk menemui orang, memulai
percakapan atau dalam saat perpisahan.
Contoh :
Assalamualaikum !
Selamat tinggal !
Horas !
(iii) Teriakan
Teriakan biasanya pendek, singkat dan bersifat ekspresif, tidak
mengharapkan responsi atau jawaban tertentu.
Contoh :
Wah !
Amboi !
Aduh !

2) Kelompok judul, motto, dan inskripsi


Kalimat tak sempurna kelompok ini umumnya lebih panjang dan
menunjukkan beberapa struktur frase yang terdapat dalam bahasa itu.
(i) Judul
Dalam membacanya, struktur tersebut diucapkan dengan sebuah
pola intonasi akhir tunggal.
Contoh :
Pengajaran Sintaksis, oleh H.G. Tarigan.
Kata Depan atau Preposisi dalam Bahasa Indonesia, oleh M.
Ramlan.
(ii) Motto
Motto terdiri dari lebih dari satu kata memperlihatkan struktur
frase yang teratur.
Contoh :
Bhineka Tunggal Ika.
Bahasa Indonesia sarana pemersatu bangsa.
(iii) Inskripsi
Seringkali dimulai dengan buat, kepada, keharibaan,
kepangkuan, bagi, demi yang bermakna dipersembahkan
kepada, dan diikuri oleh nominal.
Contoh :
Kepangkuan Bapak-Ibu.
Keharibaan Tuhan Yang Maha Esa.

b. Struktur non-tipe atau struktur istimewa


Struktur istimewa adalah sejumlah kalimat yang menggunakan
bahankhusus yang mungkin merupakan lobang-lobang perangkap bagi
penganalisis yang kurang hati-hati.
Yang termasuk ke dalam struktur istimewa adalah :
1) Metabahasa
Metabahasa atau metalanguage adalah bahasa mengenai bahasa.
Dalam pemakaian bahasa seperti ini, beberapa bentuk bahasa menjadi
pokok pembicaraan dan oleh sebab itu menjadi nominal dalam
pemakaian serta kehilangan kelas fungsionalnya yang asli.
Contoh :
Makan hati adalah ungkapan. (makan hati = kata nominal)
Telah adalah kata tugas. (telah = kata nominal)

2) Bahasa singkat
Bahasa singkat biasanya dipergunakan dalam judul berita atau
headline, penulisan telegram, dan sebagainya.
Strukturnya disingkat dengan cara menghilangkan sejumlah kata tugas,
dengan hasil yang menyebabkan pesan tersebut bersifat rahasia, dans
ering pula menjadi meragukan.
Contoh :
Amin tarigan jalan bayangkari tiga berastagi
Segera datang nenek meninggal besok dimakamkan
Selain daripada metabahasa dan bahasa singkat, terdapat bentuk bahasa
yang lain seperti peribahasa, pepatah-petitih.
Contoh :
Lain di mulut lain di hati
Jauh di mata dekat di hati
Cinta mengalahkan segalanya

7. Posisinya dalam percakapan


Dipandang dari segi posisinya dalam percakapan, maka dapat dibedakan menjadi :
a. Kalimat situasi
Kalimat situasi adalah kalimat yang memulai suatu percakapan.
Contoh :
Selamat pagi !
Apa kabar ?
Sehat-sehat saja kan ?
b. Kalimat urutan
Kalimat urutan adalah kalimat yang menyambung atau meneruskan suatu
pembicaraan tanpa pergantian pembicara. Serangkaian kalimat urutan akan
menjelmakan wacana yang hidup atau continuous discource.
Contoh :
Saya rasa dia takkan datang. (kalimat situasi)
Kalaupun datang pasti terlambat. (kalimat urutan)
Maklum saja, dia sangat sibuk. (kalimat urutan)
c. Kalimat jawaban
Kalimat jawaban adalah kalimat yang menyambung atau meneruskan suatu
pembicaraan dengan pergantian pembicara.
Contoh :
Usia berapa ? dua puluh satu tahun (jawaban)
O sudah datang ? iya, Nona ! (jawaban)

8. Konteks dan jawaban yang diberikan (Francis, 1958 : 426; Stryker, 1969 : 3)
Dipandang dari segi konteks dan jawaban yang diberikan, maka dapatlah dibedakan :
a. Kalimat salam
Kalimat salam atau gretting sentence adalah suatu formula tetap yang
dpergunakan pada pertemuan atau perpisahan, menimbulkan suatu balasan atau
jawaban yang tetap yang serig merupakan ulangan dari salam tersebut.
Contoh :
Selamat Hari Raya ! .............................. Selamat Hari Raya !
Baik-baik ? ........................................... Ya, begitulah.
b. Kalimat panggilan
Kalimat panggilan atau call-sentence adalah kalimat pendek yang ditujukan untuk
mendapat perhatian, dan menimbulkan jawaban yang aneka ragam, umumnya
berupa pertanyaan singkat.
Contoh :
Ibu ! .................................................... Ada apa?
Polisi !................................................. Ada maling ?
c. Kalimat seruan
Kalimat seruan atau exclamation sentence adalah kalimat pendek yang biasanya
berpola tetap dengan intonasi tertentu, timbul dari beberapa kejadian yang tidak
diduga dalam konteks linguistik atau non-linguistik.
Contoh :
Oh ! Oh ! ............................................. (tanpa jawaban)
Luar biasa ! ......................................... (tanpa jawaban)
d. Kalimat pertanyaan
Kalimat pertanyaan atau quetion-sentence adalah kalimat yang menimbulkan
suatu jawaban linguistik selain daripada jawaban yang telah tetap bagi kalimat-
kalimat salam, panggilan, dan seruan yang telah dibicarakan di muka.
Contoh :
Siapa namamu ? .................................. Tsani
Di mana kamu tinggal ? ....................... Di Kebumen
Apa cita-citamu ? ................................ Menjadi Dai
e. Kalimat permohonan
Kalimat permohonan adalah kalimat yang menagih responsi perbuatan sealin
daripada gerakan-gerakan tangan yang biasa dilakukan untuk mengiringi salam
dan panggilan. Responsi perbuatan tersebut dapat pula dibarengi oleh responsi
linguistik tertentu.
Contoh :
Silakan masuk ................................... Terimakasih. (dan bergerak untuk
masuk)
Tolong bukakan jendela itu .................. Baiklah. (dan pergi menuju jendela lalu
membukanya)
f. Kalimat pernyataan
Kalimat pernyataan adalah kalimat yang menuntut responsi linguistik atau non-
linguistik yang disebut tanda perhatian atau attention-signal.
Kemarin saya pergi ke Jogja .................. Mm.. lalu?
Saya mengunjungi UIN Sunan Kalijaga... O..o.
Lalu saya bertemu mantan saya ........... Wah!
Analisis Kalimat Dipandang Dari Segi :
struktur jumlah/jenis jenis sifat ada kesederhanaan/ ketunggalan
internal klausa responsi hubungan tidaknya kelengkapan klausa
aktor-aksi unsur dasar bebas
negatif
tunggal pernyataan Aktif Afirmatif formata inti
sempurna bersusun transformata turunan
majemuk
pertanyaan pasif Negatif
perintah medial
resiprokal
tak urutan tambahan deformata
sempurna sampingan jawaban
elips
non teria Seruan
klaus kan
a sala
m
pang
gilan
judu
l
mott
o
inskr
ipsi
istim meta
ewa baha
sa
baha
sa
sing
kat

Analisis Kalimat Dipandang Dari Segi :


Konteks dan jawaban yang diberikan Posisinya dalam percakapan
1. Salam 1. Situasi (memulai percakapan)
2. Panggilan
3. Seruan

4. Pertanyaan 2. Ururtan (menyambung perkacapan;


5. Permohonan
pembicara tak berganti)
6. Pernyataan
3. Jawaban (menyambung percakapan;
pembicaraan berganti)
BAB 3 KLAUSA
Klausa adalah kelompok kata yang hanya mengandung satu predikat (Cook, 1971 : 65; Elson
and Pickett, 1969 : 64) atau; klausa ialah suatu bentuk linguistik yang terdiri atas subyek dan
predikat. (Ramlan, 1976 : 56)
Berdasarkan distribusi unitnya, klausa dapat diklasifikasikan atas :
a. Klausa bebas
Klausa bebas adalah klausa yang dapat berdiri sendiri sebagai kalimat sempurna (Cook,
1971 : 67)
Berdasarkan jenis kata predikatnya, klausa bebas ini dapat pula kita bedakan atas :
(i) Klausa verbal
Klausa verbal adalah klausa yang berpredikat verbal.
Berdasarkan struktur internalnya klausa verbal dapat pula dibagi menjadi dua jenis,
yaitu:
1) Klausa transitif
Klausa transitif adalah klausa yang mengandung kata kerja transitif, yaitu kata
kerja yang mempunyai kapasitas memiliki satu atau lebih obyek.
Dipandang dari segi sifat hubungan aktoraksi, maka klausa dapat pula kita
klasifikasikan atas :
a. Klausa aktif
Klausa aktif adalah klausa yang subyeknya berperanan sebagai pelaku atau
aktor.
Contoh :
Ayah melihat saya menulis surat perjanjian itu.
Kami yakin bahwa dia mengenal kami.
b. Klausa pasif
Klausa pasif adalah klausa yang subyeknya berperanan sebagai penderita.
Contoh :
Saya yakin bahwa surat undangan itu telah dikirim oleh panitia.
Sejak tahun 1981 dia diangkat oleh pemerintah sebagai camat.
c. Klausa medial
Klausa medial adalah klausa yang subyeknya berperanan sebagai pelaku
maupun sebagai penderita.
Contoh :
Sudah saatnya dia menghibur hatinya.
Sesudah kejadian itu saya menentukan sikap saya.
d. Klausa resiprokal
Klausa resiprokal atau klausa refleksif adalah klausa yang subyek dan
obyeknya melakukan sesuatu perbuatan yang berbalas-balasan.
Contoh :
Ayah menganjurkan benar-benar agar kami saling mengasihi sesama
saudara.
Dalam koran dapat kita baca bahwa baku serang antara Palestina dengan
Israel sudah mereda.
2) Klausa intransitif
Klausa intransitif adalah klausa yang mengandung kata kerja intransitif, yaitu
kata kerja yang tidak memerlukan suatu obyek. (Cook, 1971 : 69)
Contoh :
Tadi pagi-pagi ayah pergi ke sawah.
Ibu tinggal di rumah sendirian.

(ii) Klausa nonverbal


Klausa nonverbal adalah klausa yang berpredikat nomina, adjektif atau adverbia.
Klausa nonverbal ini dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Klausa statif
Klausa statif adalah klausa yang berpredikat ajektif atau yang dapat disamakan
dengan ajektif. (Elson dan Pickett, 1969 :112)
Contoh :
Hati-hati, jalan ini licin benar.
Kampungnya jauh dari sini.
2) Klausa ekuasional
Klausa ekuasional adalah klausa yang berpredikat nomina. (Elson dan Pickett,
1969 :112)
Contoh :
Pamannya pedagang dan bibinya petani.
Atap rumah itu genteng dan lantainya semen.
b. Klausa terikat
Klausa terikat adalah klausa yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat sempurna;
hanya mempunyai potensi sebagai kalimat tak sempurna. (Cook, 1971 : 67)
Bila dipandang dari segi fungsinya, klausa terikat ini dapat pula dibedakan menjadi :
(i) Klausa nominal
Klausa nominal adalah klausa terikat yang bertindak sebagai nomina (Cook, 1971 :
64; Tarigan, 1984 : 46)
Contoh :
Saya mencintai dia. (obyek)
Saya mencintai orang yang baik budi bahasanya.
Kami telah mengatakan hal itu. (obyek)
Kami telah mengatakan bahwa kami mau mempelajari bahasa Itali.
(ii) Klausa ajektival
Klausa ajektival adalah klausa terikat yang bertindak sebagai ajektif. (Cook, 1971 :
64)
Contoh :
Lelaki tua itu paman saya.
Lelaki yang masih kuat bekerja itu paman saya.
Gadis cantik itu pacar saya.
Gadis yang pandai menari itu pacar saya.
(iii) Klausa adverbial
Klausa adverbial adalah klausa terikat yang bertindak sebagai adverbia (Cook,
1971 : 64)
Contoh :
Dia pergi ke sana.
Dia pergi ke tempat yang disukainya.
Saya akan datang nanti.
Saya akan datang kalau tugas saya sudah selesai.
Analisis Klausa dipandang dari segi :
distribusi unit jenis kata predikat struktur hubungan fungsi
internal aktor-aksi
Bebas Verbal transitif aktif
pasif
medial
respirokal
intarnsitif
non Statif
ekuasiona
verbal
l
Terikat nominal
ajektival
adverbial

BAB 4 FRASE
Frase adalah satuan linguistik yang secara potensial merupakan gabungan dua kata atau
lebih, yang tidak mempunyai ciri-ciri klausa (Cook, 1971 : 91; Elson and Pickett, 1969 : 50)
dengan kata lain : sifatnya tidak predikatif.
Berdasarkan tipe strukturnya, maka frase dapatlah dibedakan atas :
a) Frase eksosentris
Frase eksosentris adalah frase yang tidak berhulu, tidak berpusat atau non-headed
(White-hall, 1956 : 9) ataupun noncentered (Cook, 1971 : 90)
Frase eksosentris atau frase relasional ini pun dapat pula dibagi atas :
1. Frase preposisi
Frase preposisi adalah frase yang penghubungnya menduduki posisi di bagian depan.
Contoh :
di rumah
bagi bangsa
demi keadilan
2. Frase preposisi
Frase preposisi adalah frase yang penghubungnya menduduki posisi di bagian
belakang. Frase preposisi tidak terdapat di dalam bahasa Indonesia. Salah satu bahasa
yang mempunyai frase preposisi ini adalah bahasa Jepang.
Contoh :
ga penanda subyek
heita ga, kureta. The soldier gave it to me.
O penanda obyek
Heita O, mita. I saw a soldier

3. Frase preposposisi
Frase preposposisi adalah frase yang penghubungnya menduduki posisi di bagian
depan dan di bagian belakang. Frase preposposisi tidak terdapat di dalam bahasa
Indonesia. Salah satu bahasa yang mempergunakan frase preposposisi ini adalah
bahasa Karo.
Contoh :
i juma nari dari ladang
i tiga nari dari pasar

b) Frase endosentris
Frase endosentris adalah frase yang berhulu, berpusat, atau headed phrase (White-hall,
1956 : 9) yaitu frase yang mempunyai fungsi yang sama dengan hulunya.
Berdasrakan tipe strukturnya, frase endosentris ini dapat pula dibagi menjadi :
1) Frase beraneka hulu (multiple head)
Frase beraneka hulu adalah frase yang mengandung lebih dari satu hulu. Berdasarkan
struktur internalnya, frase beraneka hulu ini dapat pula dibagi menjadi dua jenis, yaitu
a. Frase koordinatif
Frase koordinatif atau frase serial adalah frase yang hulu-hulunya mempunyai
referensi yang berbeda-beda. Selanjutnya frase koordinatif ini pun dapat pula
dibagi-bagi menjadi:
1. Frase koordinatif nominal
Frase koordinatif nominal adalah gabungan dua atau lebih frase yang bertipe
nominal.
Contoh :
Saya dan dia tidak memiliki hubungan darah.
Ayah memelihara kerbau, sapi dan domba.

2. Frase koordinatif verbal


Frase koordinatif verbal adalah gabungan dua atau lebih frase atau kata yang
bertipe verba.
Contoh :
Para mahasiswa dilatih berbicara dan menyimak secara efektif.
Membaca dan menulis merupakan mata kuliah utama di jurusan Bahasa
Indonesia
3. Frase koordinatif ajektival
Frase koordinatif ajektival adalah gabungan dua atau lebih frase atau kata
yang bertipe ajektif.
Contoh :
Gadis itu cantik, ramah dan sopan.
Mahasiswa ini tampan, rajin,dan tabah.
4. Frase koordinatif adverbial
Frase koordinatif adverbial adalah gabungan dua atau lebih frase atau kata
yang bertipe advrbia.
Contoh :
Supir menjalankan mobil itu dengan tergesa-gesa dan cepat sekali.
Pikir dahulu baik-baik dan masak-masak sebelum mengambil keputusan.
b. Frase apositif
Frase apositif adalah frase yang hulu-hulunya mempunyai referensi yang sama.
Frase apositif umunya bersifat nominal.
Contoh :
Kami, putra-putri Indonesia mengaku bertanah air satu yaitu Indonesia
Kalian, kaum Kartini harus berjuang mengangkat derajat kaum wanita.

c. Frase modifikatif
Frase modifikatif adalah frase yang mengandung hanya satu hulu.
Dipandang dari segi struktur internalnya, maka frase modifikatif ini dapat
dibedakan atas:
1. Frase modifikatif nominal
Frase modifikatif nominal adalah frase modifikatif yang hulunya berupa
nomina atau kata benda.
Orang pintar hendaknya mengajar orang awam.
Jangan makan nasi dingin, nanti kamu sakit perut.
2. Frase modifikatif verbal
Frase modifikatif verbal adalah frase modifikatif yang hulunya berupa verba
atau kata kerja.
Contoh :
Ibu belum pulang dari pasar.
Nanti sore saya akan berangkat ke Semarang.
3. Frase modifikatif ajektival
Frase modifikatif ajektival adalah frase modifikatif yang hulunya berupa
ajeketif atau kata keadaan.
Contoh :
Kesehatan lebih mahal daripada uang.
Saya adalah anak yang paling tua dalam keluarga kami.
4. Frase modifikatif adverbal
Frase modifikatif adverbal adalah frase modifikatif yang hulunya berupa
adverbia atau kata keterangan
Contoh :
Dia berbicara amat pelan-pelan.
Pertandingan itu dilangsungkan nanti siang.

Analisis Frase dipandang dari segi :


tipe struktur struktur internal posisi
Ekosentris relasional preposisi
posposisi
preposposisi
endosentris beraneka hulu koordinatif nominal
verbal
ajektival
adverbial
apositif
modifikatif nominal
verbal
ajektifal
adverbial

Anda mungkin juga menyukai