Anda di halaman 1dari 16

PERITONITIS ec

APPENDISITIS PERFORASI

PEMBIMBING : DR. TARMIZI, SP.B


DISUSUN OLEH:
KARTIKA SARI RITONGA
061001119
M. AZMI SETIAWAN
061001143
pendahuluan

Appendiks disebut juga umbai cacing. Istilah usus buntu yang


dikenal masyarakat awam adalah kurang tepat karena usus
yang buntu sebenarnya adalah caecum.organ yang tidak
diketahui fungsinya ini sering menimbulkan masalah
kesehatan. Peradangan akut pada apendiks memerlukan
tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang
umumnya berbahaya.
Appendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya
kira-kira 10 cm (kisaran 3-15 cm ), dan berpangkal di caecum.
Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian
distal.
Appendiks menghasilkan lendir 1-2 ml/hari. Lendir itu
normalnya dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya
mengalir ke caecum.hambatan aliran lendir di muara
appendiks tampaknya berperan pada patogenesis apendisitis.
Defenisi

Appendisitis adalah peradangan dari appendiks


vermiformis, Peradangan ini pada umumnya disebabkan
oleh infeksi yang akan menyumbat apendiks.dan
merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering.
Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki laki
maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki
laki berusia antara 10 30 tahun.

Hal ini diklasifikasikan sebagai darurat medis dan banyak


kasus memerlukan penghapusan usus buntu meradang,
baik dengan laparotomi atau laparoskopi . Tidak diobati,
angka kematian tinggi, terutama karena risiko pecahnya
menyebabkan peritonitis dan syok .
Anatomi Appendiks

Appendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjang kira-kira 10 cm (4 inci),
melekat pada caecum tepat dibawah katub ileosekal. Appendiks berisi makanan dan
mengosongkan diri secara teratur kedalam caecum, karena pengosongannya tidak
efektif dan lumennya kecil, appendiks cenderung menjadi tersumbat dan terutama
rentan terhadap infeksi .

Menurut Helmut (1988) Posisi


apendiks sangat bervariasi, sehingga kemungkinan
sulit untuk menentukan posisi normal apendiks.

Macam macam posisi apendiks :


1.Posisi retrocecal, kira-kira 65%.
2.Posisi pelvic / apendiks tergantung menyilang linea terminal masuk ke
pelvis minor, tipe desenden 31 %.
3.Posisi paracolica / apendiks terletak horizontal di belakang caecum 2 %.
4.Posisi preileal / apendiks didepan ujung akhir ileum 1%.
5.Posisi post ileal/appendiks dibelakang ujung akhir ileum 1 %.(Helmut Leonhardt
1988)
Ga

Gambar : posisi appendiks


Etiologi

1. Sumbatan lumen appendiks.


2. Hiperplasia jaringan limfe.
3. Fekolith.
4. Benda asing, misalnya cacing Askaris.
5. Tumor.
6. Erosi mukosa appendiks, misalnya oleh E. Hystolitica.
7. Kebiasaan makan makanan yang rendah serat.
8. Striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya.

CARA PENJALARAN INFEKSI:


Melalui usus/Enterogenous
Melalui darah.
Dari sekitarnya
PEMBAGIAN APPENDICITIS:
Appendicitis acuta tanpa perforasi (Simple
Appendicitis Acuta).
Appendicitis acuta dengan perforasi:
Lokal peritonitis.
Abses.
Peritonitis umum.
Appendicitis kronika.
Patofisisiologi

Biasanya yang mula-mula terserang oleh bakteri adalah mukosa


(Catarrhal Appendicitis) menyebar keluar dinding appendix
menjadi udem dan pembuluh darah vasodilatasi (merah) hemoragik
infarks nekrosis kecil-kecil (ganggren) ulkus kecil-kecil serosa
terkena (serosa appendiks = serosa peritoneum) memberikan reaksi
untuk mengeluarkan fibrin eksudat yang putih omentum begerak
menuju appendix untuk melokalisir/radang (LOCALIZED
PERITONITIS).
Jika sembuh, jaringan appendix diganti dengan jaringan ikat sehingga
dapat menimbulkan obstruksi. Ini akan menimbulkan CHRONIC
APPENDICITIS atau APPENDICITICIS ACUTA lagi.

KALAU TERJADI PERFORASI DAPAT MENYEBABKAN:


1. Localized Peritonitis.
Kalau terlokalisir sempurnya menjadi appendicitis infiltrat. Kalau tidak
terlokalisir sempurna menjadi appendicitis abses.
2. Generalized Peritonitis.
Manifestasi Klinis

1. Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai dengan demam ringan,
mual, muntah dan hilangnya nafsu makan.
2. Nyeri tekan local pada tititk McBurney bila dilakukan tekanan.
3. Nyeri tekan lepas
4. Terdapat konstipasi atau diare
5. Nyeri lumbal, bila appendiks melingkar dibelakang sekum
6. Nyeri defekasi, bila appendiks berada dekat rectal
7. Nyeri kemih, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih atau
ureter.
8. Pemeriksaan rektal positif jika ujung appendiks berada di ujung pelvis
9. Tanda Rovsing dengan melakukan palpasi kuadran kiri bawah yang secara
paradoksial menyebabkan nyeri kuadran kanan.
10. Apabila appendiks sudah ruptur, nyeri menjadi menyebar, disertai
abdomen terjadi akibat illeus paralitik.
11.Pada pasien lansia tanda dan gejala appendiks sangat bervariasi. Pasien
mungkin tidak mengalami gejala sampai terjadi ruptur appendiks.
Diagnosa

Riwayat sakit
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium

Radiologi( Foto polos abdomen,USG, CT-SCAN)


Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum penderita terlihat sakit


Suhu tubuh meningkat dan menetap sekitar 37,5-38,5 C atau lebih
bila telah terjadi perforasi.
Dehidrasi ringan sampai berat bergantung pada derajat sakitnya.
Dehidrasi berat pada apendisitis perforasi dengan peritonitis
Pada palpasi didapatkan nyeri yang terbatas pada regio iliaka
kanan, bisa disertai nyeri lepas. Defans muskular menunjukan
adanya rangsangan peritoneum parietale. Nyeri tekan perut kanan
bawah pada titik Mc Burney merupakan kunci diagnosis. Pada
penekanan perut kiri bawah akan dirasakan nyeri diperut kanan
bawah yang disebut tanda rovsing.
Peristalsis usus sering normal..
Pemeriksaan colok dubur menyebabkan nyeri bila daerah infeksi
bisa dicapai dengan jari telunjuk. Misalnya apendisitis pelvika.
Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator merupakan pemeriksaan
yang lebih ditujukan untuk mengetahui letak apendiks.
Diagnosis Banding

Beberapa penyakit perlu dipertimbangkan sebagai


diagnosis banding (Pierce dan Neil, 2007):

1. limfadenitis mesenterica terutama pada anak-anak.


2. penyakit pelvis pada wanita : inflamasi pelvis, ISK,
kehamilan ektopik, ruptur kista korpus luteum,
endometriosis externa.
3. lebih jarang : penyakit Crohn, kolesistitis, perforasi
ulkus duodenum, pneumonia kanan bawah.
4.jarang : perforasi karsinoma caecum, diverkulitis
sigmoid
Penatalaksanaan

Bila diagnosis klinis sudah jelas maka tindakan paling


tepat adalah apendiktomi dan merupakan satu-satunya
pilihan yang baik. Penundaan tindak bedah sambil
pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses atau
perforasi. Apendiktomi bisa dilakukan secara terbuka
atau pun dengan cara laporoskopi. Pada apendisitis
tanpa komplikasi biasanya tidak perlu diberikan
antibiotik, kecuali pada apendisitis gangrenosa atau
apendisitis perforata (Syamsuhidajat, 1997).

1.Appendiktomi cito (app akut, abses dan perforasi)


2.Appendiktomi elektif (app kronik)
3.Konservatif kemudian operasi elektif (app infiltrate)
Komplikasi

Perforasi
Keterlambatan penanganan merupakan alasan penting terjadinya perforasi. Perforasi appendix akan
mengakibatkan peritonitis purulenta yang ditandai dengan demam tinggi, nyeri makin hebat meliputi seluruh
perut dan perut menjadi tegang dan kembung. Nyeri tekan dan defans muskuler di seluruh perut, peristaltik
usus menurun sampai menghilang karena ileus paralitik (Syamsuhidajat, 1997).

Peritonitis
Peradangan peritoneum merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis.
Keadaan ini biasanya terjadi akibat penyebaran infeksi dari apendisitis. Bila bahan yang menginfeksi tersebar
luas pada permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis generalisata. Dengan begitu, aktivitas
peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus kemudian menjadi atoni dan meregang. Cairan dan
elektrolit hilang ke dalam lumen usus menyebabkan dehidrasi, gangguan sirkulasi, oligouria, dan mungkin
syok. Gejala : demam, lekositosis, nyeri abdomen, muntah, Abdomen tegang, kaku, nyeri tekan, dan bunyi
usus menghilang (Price dan Wilson, 2006).

Massa Periapendikuler
Hal ini terjadi bila apendisitis gangrenosa atau mikroperforasi ditutupi pendindingan oleh omentum.
Umumnya massa apendix terbentuk pada hari ke-4 sejak peradangan mulai apabila tidak terjadi peritonitis
generalisata. Massa apendix dengan proses radang yang masih aktif ditandai dengan keadaan umum masih
terlihat sakit, suhu masih tinggi, terdapat tanda-tanda peritonitis, lekositosis, dan pergeseran ke kiri. Massa
apendix dengan proses meradang telah mereda ditandai dengan keadaan umum telah membaik, suhu tidak
tinggi lagi, tidak ada tanda peritonitis, teraba massa berbatas tegas dengan nyeri tekan ringan, lekosit dan
netrofil normal (Ahmadsyah dan Kartono, 1995).
prognosa

Apendiktomi yang dilakukan sebelum perforasi


prognosisnya baik. Kematian dapat terjadi pada
beberapa kasus. Setelah operasi masih dapat terjadi
infeksi pada 30% kasus apendix perforasi atau
apendix gangrenosa.

Anda mungkin juga menyukai