Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan YME, yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga kelompok penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan lancar dan tepat pada waktunya.
Makalah ini ditulis dalam upaya memenuhi salah satu tugas dari Kardiologi
Dasar dan pada kesempatan ini tim penulis akan membahas tentang Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Tetralogy Of Fallot. Tim penulis menyadari bahwa
makalah ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu tim penulis dengan segala
kerendahan hati mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para
pembaca.
Dan tidak lupa pada kesempatan ini, tim penulis secara khusus mengucapkan
terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang memberikan bimbingan,
dorongan, serta bantuan moral maupun material, sehingga penulisan makalah ini
dapat diselesaikan.
Akhir kata, sebagai manusia yang mempunyai keterbatasan dan mempunyai
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu kami dari tim penulis
makalah ini mengharapkan agar isi makalah ini dapat bermanfaat bagi dunia
pendidikan khususnya dalam pendidikan keperawatan.

Denpasar , Oktober 2015

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................... i
Daftar Isi.............................................................................................. ii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan.......................................................................... 2
C. Ruang Lingkup Penulisan............................................................. 2
D. Metode Penulisan......................................................................... 3
E. Sistematika Penulisan.................................................................. 3

BAB II : LANDASAN TEORITIS


A. Definisi .......................................................................................... 4
B. Etiologi........................................................................................... 4
C. Manifestasi Klinik........................................................................... 5
D. Patofisiologi.................................................................................... 6
E. Pemeriksaan Diagnostik................................................................ 10
F. Penatalaksanaan........................................................................... 11
G. Prognosis....................................................................................... 11
H. Komplikasi...................................................................................... 11
I. Proses Keperawatan..................................................................... 11

BAB III : PENUTUP


A. Kesimpulan.................................................................................... 20
B. Saran ......................................................................................... 20

Bab IV : DAFTAR PUSTAKA............................................................. 21

Lampiran

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan (PJB)
merupakan sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar
yang telah ada sejak lahir. PJB yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan
anak. Apabila tidak dioperasi kebanyakan akan meninggal pada waktu bayi. Oleh
karena itu penyakit jantung bawaan yang ditemukan pada orang dewasa
menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam atau telah
mengalami tindakan operasi dini pada usia muda. Hal ini pulalah yang menyebabkan
perbedaan pola penyakit jantung bawaan pada anak dan orang dewasa. Angka
kejadian PJB adalah 9-10 bayi dari 1000 bayi lahir hidup.(Arif Muttaqin, 2006).
Tetralogi of Fallot (TOF) merupakan penyakit jantung sianotik yang paling
banyak ditemukan dimana TOF menempati urutan kelima penyakit jantung bawaan
pada anak setelah Defek Septum Ventrikel, Defek Septum Atrium, Patent Duktus
Arteriosus, dan Pulmonal Stenosis, atau lebih kurang 10-15 % dari seluruh penyakit
jantung bawaan, di antara penyakit jantung bawaan sianotik TOF merupakan 2/3nya.
TOF merupakan penyakit jantung bawaan yang paling sering ditemukan yang
ditandai dengan sianosis sentral akibat adanya pirau kanan ke kiri ( Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, 2001).
Perawat sebagai anggota tim kesehatan mempunyai peran penting dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dalam melakukan upaya-upaya
pencegahan komplikasi maupun penanganan. Yaitu berupa promotif, preventif,
kuratif serta rehabilitatif yang merupakan suatu tindakan mandiri perawat. Dengan
demikian perlu adanya penanganan dari segala aspek secara bio-psiko-sosial.
Berdasarkan uraian diatas, kelompok tertarik untuk mengangkat kasus ini
sebagai salah satu bentuk tanggung jawab sebagai praktisi keperawatan agar dapat
mengenal penyakit ini lebih rinci sebelum benar-benar mengaplikasikan asuhan
keperawatan yang rasional.
3
B. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum
Dalam penulisan makalah ini diharapkan agar peserta pelatihan dapat
mengerti dan memahami tentang Asuhan Keperawatan pada anak dengan TOF.

2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini diharapkan agar peserta pelatihan
dapat :
a) Menjelaskan konsep dasar TOF.
b) Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan penyakit TOF.
c) Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan penyakit TOF.
d) Melakukan perencanaan pada pasien dengan penyakit TOF.
e) Melakukan implementasi keperawatan pada pasien dengan penyakit TOF.
f) Melakukan evaluasi pada pasien dengan penyakit TOF.
g) Melakukan Pendokumentasian hasil pada pasien dengan penyakit TOF.

C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang didapatkan antara lain :
1. Apa definisi dari penyakit tetralogi fallot ?
2. Apa saja etiologi dari penyakit tetralogi fallot?
3. Bagaimana patofisiologi penyakit tetralogi fallot ?
4. Apa tanda dan gejala penyakit tetralogi fallot ?
5. Apa saja komplikasi dari penyakit tetralogi fallot ?
6. Apasaja pemeriksaan yang dilakukan untuk penyakit tetralogi fallot ?
7. Bagaimana pengobatan tetralogi fallot ?

D. Ruang Lingkup Penulisan


Dalam penulisan makalah ini, penulis hanya membahas tentang konsep
dasar dan asuhan keperawatan pada kasus pasien dengan TOF.

E. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode deskriptif, dengan
cara mengumpulkan data, menganalisa data, pengambilan kesimpulan, pembuatan
rencana, pendokumentasian pelaksanaan dan evaluasi yang kemudian disajikan dalam

4
bentuk narasi. Adapun teknik memperoleh informasi atau data dengan mempelajari
buku-buku sumber dan internet untuk memperoleh data dasar ilmiah.

F. Sistematika Penulisan
Dalam sistematika Pendahuluan penulisan makalah ini, terdiri dari 5 bab, yaitu :
Bab I : Meliputi latar belakang, tujuan penulisan,Rumusan masalah ruang lingkup,
metode penulisan dan sistematika penulisan
Bab II : Landasan teoritis yang meliputi : Pengertian, etiologi, patofisiologi, manivestasi
klinik, pemeriksaan penunjang, komplikasi, penatalaksanaan keperawatan
Bab III : Penutup yang meliputi : kesimpulan dan saran
Bab IV : Daftar pustaka

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
5
Tetralogi of Fallot (TOF) adalah kelainan jantung kongenital dengan gangguan
sianosis yang ditandai dengan kombinasi empat hal yang abnormal meliputi Defek
Septum Ventrikel, Stenosis Pulmonal, Overriding Aorta dan Hipertrofi Ventrikel Kanan.
(Buku Ajar Kardiologi Anak, 2002).
Tetralogi of Fallot (TOF) adalah merupakan defek jantung yang terjadi secara
kongenital dimana secara khusus mempunyai empat kelainan anatomi pada jantungnya.
TOF ini adalah merupakan penyebab tersering pada Cyanotik Heart Defect dan juga
pada Blue Baby Syndrome.
TOF pertama kali dideskripsikan oleh Niels Stensen pada tahun 1672. tetapi,
pada tahun 1888 seorang dokter dari Perancis Etienne Fallot menerangkan secara
mendetail akan keempat kelainan anatomi yang timbul pada tetralogi of fallot.
TOF merupakan penyakit jantung bawaan biru (sianotik) yang terdiri dari empat
kelainan yaitu :
1. Defek Septum Ventrikel (lubang pada septum antara ventrikel kiri dan kanan)
2. Stenosis pulmonal (penyempitan pada pulmonalis) yang menyebabkan obstruksi
aliran darah dari ventrikel kanan ke arteri pulmonal.
3. Transposisi/overriding aorta (katup aorta membesar dan bergeser ke kanan
sehingga terletak lebih kanan, yaitu di septum interventrikuler).
4. Hipertrofi ventrikel kanan (penebalan otot ventrikel kanan)
Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat beratnya penyakit
adalah stenosis pulmonal dari sangat ringan sampai berat.

B. ETIOLOGI
Pada sebagian kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui secara
pasti, akan tetapi diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor- faktor
tersebut antara lain:

a. Faktor endogen:
- Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom
- Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan

6
- Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi,
penyakit jantung atau kelainan bawaan.
b. Faktor eksogen
- Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum
obat-obatan tanpa resep dokter (thalidomide, dextroamphetamine, aminopterin,
amethopterin, jamu)
- Selama hamil ,ibu menderita rubella (campak Jerman) atau infeksi virus lainnya.
- Pajanan terhadap sinar-X
- Gizi yang buruk selama hamil
- Ibu yang alkoholik
- Usia ibu di atas 40 tahun.
(Sumber : Ilmu Kesehatan Anak, 2001)
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang
terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus
penyebab adalah multi faktor. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab
harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan, oleh karena pada minggu ke delapan
kehamilan, pembentukan jantung janin sudah selesai.
TOF lebih sering ditemukan pada anak-anak yang menderita Syndroma Down.
TOF dimasukkan ke dalam kelainan jantung sianotik karena terjadi pemompaan darah
yang sedikit mengandung oksigen ke seluruh tubuh, sehingga terjadi sianosis (kulit
berwarna ungu kebiruan) dan sesak napas. Mungkin gejala sianotik baru timbul di
kemudian hari, dimana bayi mengalami serangan sianotik baru timbul di kemudian hari,
dimana bayi mengalami serangan sianotik karena menyusu atau menangis.

C. MANIFESTASI KLINIK
Gejala bisa berupa :
a. Sianosis terutama pada bibir dan kuku
b. Bayi mengalami kesulitan untuk menyusu
c. Setelah melakukan aktivitas, anak selalu jongkok (squating) untuk mengurangi
hipoksi dengan posisi knee chest
d. Jari tangan clubbing (seperti tabuh genderang karena kulit atau tulang di sekitar
7
e. Pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung lambat
f. Sesak napas jika melakukan aktivitas dan kadang disertai kejang atau pingsan
g. Berat badan bayi tidak bertambah
h. Pada auskultasi terdengar bunyi murmur pada batas kiri sternum tengah sampai
bawah
Serangan sianosis dan hipoksia atau yang disebut blue spell terjadi ketika
kebutuhan oksigen otak melebihi suplainya. Episode biasanya terjadi bila anak
melakukan aktivitas (misalnya menangis, setelah makan atau mengedan).
(Buku ajar Keperawatan Kardiovaskuler, 2001).

D. PATOFISIOLOGI
Proses pembentukan jantung pada janin mulai terjadi pada hari ke-18 usia
kehamilan. Pada minggu ke-3 jantung hanya berbentuk tabung yang disebut fase
tubing. Mulai akhir minggu ke-3 sampai minggu ke-4 usia kehamilan, terjadi fase looping
dan septasi, yaitu fase dimana terjadi proses pembentukan dan penyekatan ruang-
ruang jantung serta pemisahan antara aorta dan arteri pulmonalis. Pada minggu ke-5
sampai ke-8 pembagian dan penyekatan hampir sempurna. Akan tetapi, proses
pembentukan dan perkembangan jantung dapat terganggu jika selama masa kehamilan
terdapat faktor-faktor resiko.
Kesalahan dalam pembagian Trunkus dapat berakibat letak aorta yang abnormal
(overriding), timbulnya penyempitan pada arteri pulmonalis, serta terdapatnya defek
septum ventrikel. Dengan demikian, bayi akan lahir dengan kelainan jantung dengan
empat kelainan, yaitu defek septum ventrikel yang besar, stenosis pulmonal infundibuler
atau valvular, dekstro posisi pangkal aorta dan hipertrofi ventrikel kanan. Derajat
hipertrofi ventrikel kanan yang timbul bergantung pada derajat stenosis pulmonal. Pada
50% kasus stenosis pulmonal hanya infundibuler, pada 10%-25% kasus kombinasi
infundibuler dan valvular, dan 10% kasus hanya stenosis valvular. Selebihnya adalah
stenosis pulmonal perifer.
Hubungan letak aorta dan arteri pulmonalis masih di tempat yang normal,
overriding aorta terjadi karena pangkal aorta berpindah ke arah anterior mengarah ke
septum. Klasifikasi overriding menurut Kjellberg: (1) tidak terdapat overriding aorta bila
8
sumbu aorta desenden mengarah ke belakang ventrikel kiri, (2) Pada overriding 25%
sumbu aorta asenden ke arah ventrikel sehingga lebih kurang 25% orifisium aorta
menghadap ke ventrikel kanan, (3) Pada overridng 50% sumbu aorta mengarah ke
septum sehingga 50% orifisium aorta menghadap ventrikel kanan, (4) Pada overriding
75% sumbu aorta asenden mengarah ke depan venrikel kanan. Derajat overriding ini
bersama dengan defek septum ventrikel dan derajat stenosis menentukan besarnya
pirau kanan ke kiri.
(Ilmu Kesehatan anak, 2001).
Karena pada TOF terdapat empat macam kelainan jantung yang bersamaan,
maka :
1. Darah dari aorta sebagian berasal dari ventrikel kanan melalui lubang pada septum
interventrikuler dan sebagian lagi berasal dari ventrikel kiri, sehingga terjadi
percampuran darah yang sudah teroksigenasi dan belum teroksigenasi.
2. Arteri pulmonal mengalami stenosis, sehingga darah yang mengalir dari ventrikel
kanan ke paru-paru jauh lebih sedikit dari normal.
3. Darah dari ventrikel kiri mengalir ke ventrikel kanan melalui lubang septum ventrikel
dan kemudian ke aorta atau langsung ke aorta, akan tetapi apabila tekanan dari
ventrikel kanan lebih tinggi dari ventrikel kiri maka darah akan mengalir dari ventrikel
kanan ke ventrikel kiri (right to left shunt).
4. Karena jantung bagian kanan harus memompa sejumlah besar darah ke dalam aorta
yg bertekanan tinggi serta harus melawan tekanan tinggi akibat stenosis pulmonal
maka lama kelamaan otot-ototnya akan mengalami pembesaran (hipertrofi ventrikel
kanan).
Pengembalian darah dari vena sistemik ke atrium kanan dan ventrikel kanan
berlangsung normal. Ketika ventrikel kanan menguncup, dan menghadapi stenosis
pulmonalis, maka darah akan dipintaskan melewati defek septum ventrikel tersebut ke
dalam aorta. Akibatnya darah yang dialirkan ke seluruh tubuh tidak teroksigenasi, hal
inilah yang menyebabkan terjadinya sianosis. (Ilmu Kesehatan anak, 2001).
Pada keadaan tertentu (dehidrasi, spasme infundibulum berat, menangis lama,
peningkatan suhu tubuh atau mengedan), pasien dengan TOF mengalami hipoksia spell

9
yang ditandai dengan : sianosis (pasien menjadi biru), mengalami kesulitan bernapas,
pasien menjadi sangat lelah dan pucat, kadang pasien menjadi kejang bahkan pingsan.
Keadaan ini merupakan keadaan emergensi yang harus ditangani segera,
misalnya dengan salah satu cara memulihkan serangan spell yaitu memberikan posisi
lutut ke dada (knee chest position).

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi
oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan
hematokrit antara 50-65%. nilai AGD menunjukkan peningkatan tekanan partial
karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan
pH.
2. Radiologis
Sinar-X pada thoraks didapat gambaran penurunan aliran darah pulmonal, gambaran
penurunan aliran darah pulmonal, gambaran khas jantung tampak apeks jantung
terangkat sehingga seperti sepatu boot (boot shape).
3. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan.
Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan, kadang terdapat juga hipertrofi atrium
kanan.
Pada anak yang sudah besar dijumpai P pulmonal
4. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel kanan,
penurunan ukuran arteri pulmonalis dan penurunan aliran darah ke paru-paru.
5. Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui Defek Septum
Ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronaria dan mendeteksi stenosis
pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan
tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah.
(Ilmu Kesehatan Anak, 2001)
10
F. PENATALAKSANAAN
Pada penderita yang mengalami serangan stenosis maka terapi ditujukan untuk
memutus patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara:
a. Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah karena peningkatan
afterload aorta akibat penekukan arteri femoralis. Selain itu untuk mengurangi aliran
darah balik ke jantung (venous).
b. Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kgBB SC, IM, atau IV atau dapat pula diberi Diazepam
(Stesolid) per rektal untuk menekan pusat pernafasan dan mengatasi takipneu.
c. Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian di sini tidak begitu tepat karena
permasalahan bukan kerena kekurangan oksigen, tetapi karena aliran darah ke paru
menurun. Dengan usaha di atas diharapkan anak tidak lagi takipneu, sianosis
berkurang dan anak menjadi tenang. Bila hal ini tidak terjadi dapat dilanjutkan dengan
pemberian :
d. Propanolol 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut jantung
sehingga serangan dapat diatasi. Dosis total dilarutkan dngan 10 ml cairan dalam
spuit, dosis awal/bolus diberikan separuhnya, bila serangan belum teratasi
sisanyadiberikan perlahan dalam 5-10 menit berikutnya.
e. Penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif dalam
penanganan serangan sianotik. Penambahan volume darah juga dapat meningkatkan
curah jantung, sehingga aliran darah ke paru bertambah dan aliran darah sistemik
membawa oksigen ke seluruh tubuh juga meningkat.
Tindakan operasi dianjurkan untuk semua pasien TOF. Tindakan operasi yang
dilakukan, yaitu :
a. Blalock-Taussig Shunt (BT-Shunt), yaitu merupakan posedur shunt yang
dianastomosis sisi sama sisi dari arteri subklavia ke arteri pulmonal.
b. Waterson Shunt, yaitu membuat anantomosis intraperikardial dari aorta asending ke
arteri pulmonal kanan,hal ini biasanya dilakukan pada bayi. Pada tipe ini ahli bedah
harus hati-hati untuk menentukan ukuran anastomosis yang dibuat antara bagian
aorta asending dengan bagian anterior arteri pulmonal kanan. Jika anastomosis

11
terlalu kecil maka akan mengakibatkan hipoksia berat. Jika anastomosis terlalu besar
akan terjadi pletora dan edema pulmonal.
c. Potts Shunt, yaitu anastomosis antara aorta desenden dengan arteri pulmonal yang
kiri. Teknik ini jarang digunakan.
d. Total Korektif, terdiri atas penutupan VSD, valvotomi pulmonal dan reseksi
infundibulum yang mengalami hipertrofi.
(Ilmu Kesehatan Anak, 2001)

G. PROGNOSIS
Umumnya prognosisnya buruk pada penderita TOF tanpa operasi. Penderita TOF
derajat sedang tanpa operasi dapat bertahan hidup sampai umur 15 tahun dan hanya
sebagian kecil yang bertahan sampai dekade ketiga.

H. KOMPLIKASI
1. Trombosis pulmonal
2. Polisitemia
3. Abses otak
4. Perdarahan
5. Anemia relatif

I. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat kehamilan
Ditanyakan sesuai dengan yang terdapat pada etiologi (faktor endogen dan
eksogen yang mempengaruhi).
b. Riwayat tumbuh
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena fatique
atau kelelahan selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat
dari kondisi penyakit.
c. Riwayat psikososial/perkembangan

12
- Kemungkinan mengalami masalah perkembangan
- Mekanisme koping anak/keluarga
- Pengalaman hospitalisasi sebelumnya
d. Pemeriksaan fisik
- Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan sianotik, bayi tampak biru
setelah tumbuh.
- Clubbing finger tampak setelah usia 6 bulan.
- Serangan sianotik mendadak blue spells/cyanotic spells/paroxysmal
hiperpneu, hypoxic spells) ditandai dengan dyspneu, napas cepat dan dalam,
lemas, kejang, sinkop bahkan sampai koma dan kematian.
- Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan, setelah
berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa waktu
sebelum ia berjalan kembali.
- Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras di daerah pulmonal yang
semakin melemah dengan bertambahnya derajat obstruksi
- Bunyi jantung I normal, sedang bunyi jantung II tunggal dan keras.
- Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih besar tampak
menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan.
e. Pengetahuan anak dan keluarga
- Pemahaman tentang diagnosis
- Pengetahuan/penerimaan terhadap prognosis
- Regimen pengobatan
- Rencana perawatan ke depan
- Kesiapan dan kemauan untuk belajar
- Perawatan di rumah

2. Diagnosa Keperawatan
Pada klien dengan TOF, diagnosa keperawatan yang mungkin muncul antara lain:
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan aliran darah ke
pulmonal

13
b. Penurunan cardiac output b.d sirkulasi yang tidak efektif dengan adanya
malformasi jantung
c. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan sirkulasi (anoksia kronis, serangan
sianotik akut)
d. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d fatiq selama
makan dan peningkatan kebutuhan kalori, penurunan nafsu makan
e. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai
oksigen dan zat nutrisi ke jaringan
f. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
g. Kecemasan keluarga b.d kurang pengetahuan keluarga tentang diagnosis
atau prognosis penyakit anak.
h. Resiko tinggi gangguan perfusi jaringan serebral b.d peningkatan tekanan
intrakranial sekunder abses otak
i. Resiko terjadinya spell berulang b.d hipoksia

3. Rencana Keperawatan
Contoh rencana keperawatan:
a. Resiko terjadinya spell berulang b.d hipoksia jaringan meningkat pada
peningkatan aktivitas
Tujuan :
Serangan spell berulang tidak terjadi
Kriteria hasil :
- Tidak ditemukan tanda-tanda spell, seperti ; sianosis yang bertambah,
pernapasan cepat dan dalam, kesadaran menurun dan kejang
- Tanda-tanda vital dalam batas normal sesuai umur
- Akral hangat
- Kesadaran klien compos mentis

Intervensi
1) Monitor tanda-tanda vital
14
2) Kenali secara dini adanya tanda-tanda spell, seperti klien bertambah
sianosis, peningkatan frekuensi pernapasan, gelisah, lemas kesadaran
menurun dan kejang.
3) Ciptakan lingkungan yang tenang, hindari lingkungan penuh stres
4) Batasi aktivitas dan pengunjung
5) Atur posisi squatting atau knee chest jika terjadi tanda-tanda spell mulai
terjadi
6) Beri makanan yang lunak dan mudah dicerna
7) Kolaborasi pemberian O2/obat batuk/ penurun panas/pelunak
faeses/penenang serta propanolol jika diperlukan.

b. Penurunan cardiac output b.d sirkulasi yang tidak efektif dengan adanya
malformasi jantung
Tujuan :
Anak dapat mempertahankan cardiac output yang adekuat
Kriteria hasil:
- Tanda-tanda vital normal sesuai umur
- Tidak ada ; dyspneu, napas cepat dan dalam, sianosis, gelisah/letargi,
takikardi, mur-mur
- Pasien compos mentis
- Akral hangat
- pulsasi perifer kuat dan sama pada kedua ekstremitas
- Capilarry Refill time < 3 detik
- urine output 1-2 cc/kgBB/jam
Intervensi
1) Monitor tanda vital, pulsasi perifer, capilarry refill dengan membandingkan
pengukuran pada kedua ekstremitas dengan posisi berdiri, duduk, dan
tiduran jika memungkinkan.
2) Kaji dan catat denyut apikal selama satu menit penuh
3) Observasi adanya serangan sianotik
4) Berikan posisi knee chest pada anak
15
5) Obsrevasi adanya tanda-tanda penurunan sensori: letargi, bingung dan
disorientasi
6) Monitor intake dan output secara adekuat
7) Sediakan waktu istirahat yang cukup bagi anak dan dampingi anak pada
saat melakukan aktivitas
8) Sajikan makanan yang mudah dicerna dan kurangi konsumsi kafein
9) Kolaborasi dalam pemeriksaan serial ECG, foto thorak, pemberian obat-
obatan anti disritmia.
10) Kolaborasi pemberian oksigen
11) Kolaborasi pemberian cairan tubuh melalui infus

c. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan


oksigen
Tujuan :
Anak menunjukkan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas
(tekanan darah, nadi, irama dalam batas normal)
Kriteria hasil :
Tanda vital normal sesuai umur
Anak mau berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang dijadwalkan
Anak mencapai peningkatan toleransi aktivitas sesuai umur
Fatiq dan kelemahan berkurang
Anak dapat tidur dengan lelap
Intervensi :
1) Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama dan
sesudah melakukan aktivitas.
2) Anjurkan pada pasien agar lebih banyak beristirahat terlebih dahulu.
3) Anjurkan pada pasien agar tidak mengedan pada saat buang air besar
4) Jelaskan pada pasien tentang tahap-tahap aktivitas yang boleh dilakukan
oleh pasien.

16
5) Tunjukkan pada pasien tentang tanda-tanda fisik bahwa aktivitas melebihi
batas
6) Bantu anak dalam memenuhi kebutuhan ADL dan dukung ke arah
kemandirian anak sesuai dengan indikasi
7) Jadwalkan sesuai dengan usia, kondisi, dan kemampuan anak.

d. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d fatiq selama
makan dan peningkatan kebutuhan kalori, penurunan nafsu makan
Tujuan :
Anak dapat makan secara adekuat dan cairan dapat dipertahankan sesuai
dengan berat badan normal dan pertumbuhan normal.
Kriteria hasil :
Anak menunjukkan kenaikan berat badan sesuai dengan umur
Peningkatan toleransi makan
Anak dapat menghabiskan porsi makan yang disediakan
Hasil lab tidak menunjukkan tanda malnutrisi; albumin,Hb
Mual muntah tidak ada
Anemia tidak ada
Intervensi :
1) Timbang berat badan anak setiap pagi tanpa diapers pada alat ukur yang
sama, waktu yang sama dan dokumentasikan
2) Catat intake dan output secara akurat
3) Berikan makan sedikit tapi sering untuk mengurangi kelemahan
disesuaikan dengan aktivitas selama makan (menggunakan terapi
bermain)
4) Berikan perawatan mulut untuk meningkatkan nafsu makan anak
5) Berikan posisi jongkok bila terjadi sianosis pada saat makan
6) Gunakan dot yang lembut bagi bayi dan berikan waktu istirahat di sela
makan dan sendawakan

17
7) Gunakan aliran oksigen untuk menurunkan distres pernafasan yang dapat
disebabkan karena tersedak.
8) Berikan susu formula yang mengandung kalori tinggi yang di
sesuaikan dengan kebutuhan.
9) Batasi pemberian sodium jika memungkinkan.
10) Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian makanan
11) Bila ditemukan tanda anemia kolaborasi pemeriksaan laboratorium

e. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d oksigenasi tidak adekuat,


kebutuhan nutrisi jaringan tubuh
Tujuan:
Pertumbuhan dan perkembangan dapat mengikuti kurva tumbuh kembang
sesuai dengan usia
Kriteri hasil:
Pasien dapat mengikuti tahap pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai
dengan usia
Intervensi:
1) Sediakan kebutuhan nutrisi yang adekuat
2) Monitor BB/TB, buat catatan khusus sebagai monitor
3) Kolaborasi intake Fe dalam nutrisi

18
4. EVALUASI
a) Klien tidak terlihat pucat
b) Klien tidak terlihat lemah
c) Klien tidak mengalami sianosis pada tubuhnya
d) Saturasi oksigen saat aktifitas tercukupi
e) Kecepatan respirotori normal saat aktifitas
f) Denyut nadi normal saat aktifitas
g) Kemudahan bernafas saat bernafas
h) Tekanan darah sistole dan diastole normal saat aktifitas
i) Pasien dapat melakukan aktifitas sesuai dengan batas kemampuannya
j) Pasien dapat tidur nyenyak pada malam hari
k) Klien terlihat lebih segar ketika terbangun
l) Anak usia 6 bulan dapat merangkak, duduk dengan bantuan,
menggenggam dan memasukkan benda kemulut.

.
.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, disimpulkan bahwa tetralogi Fallot(TF) adalah kelainan
jantung bawaan dengan gangguansianosis yang ditandaidengan kombinasi 4 hal yang
abnormal meliputi defek septum ventrikel,sianosis pulmonal, overrinding aorta, dan
hipertropi ventrikel kanan, penyakit TOF juga sangat mempengaruhi terhadap tumbuh
kembang anak, sehinggaakan didapatkan body emage yang idak normal pada anak.

B. Saran
1. Sebaiknya seorang perawat dalam melakukan tindakan keperawatanyang akan
dilakukan harus memahami patofisiologi dari penyebab utama dari timbulnya
penyakit
2. Sebagai seorang perawat harus memberikan PENKES mengenai penyakit TOF
kepada keluarga sehingga dapat membantu dalam proses penyembuhan
mencegah terjadinya serangan dari penyakit TOF.

20
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8, EGC : Jakarta

Corwin, Elizabeth J., 2000, Buku Saku Patofisiologi, EGC : Jakarta

Ngastiyah, 2002, Perawatan Anak Sakit, EGC : Jakarta

Nursalam dkk,2005, Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Salemba Medika: Jakarta

Rokhaeni, Heni,dkk, 2001, Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Bidang Pendidikan


RS Harapan Kita : Jakarta

Speer, Kathleen Morgan,2007, Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik. Edisi 3, EGC:


Jakarta

Mayo clinic staf, 2008, Tetralogy of Fallot, from : www.mayoclinic.com

21

Anda mungkin juga menyukai