Najis (Arab, )berasal dari bahasa Arab dari akar kata masdar (verbal noun) najasah yang
secara etimologis bermakna kotor (qadzarah - ). Sedangkan dalam terminologi fiqh
(syariah), najis adalah sesuatu yang kotor yang diperhntahkan oleh syariah untuk suci darinya
dan menghilangkannya dari baju dan badan dan dari segala sesuatu yang disyaratkan sucinya
saat memakai. Seperti sucinya baju dan badan pada saat melaksanakan shalat dan tawaf umarah
dan haji.
PERKARA NAJIS
Perkaran atau sesuatu yang dianggap najis menurut syariah Islam sebagai berikut:
TINGKATAN NAJIS
Menurut madzhab Syafi'i, tingkatan najis terbagi menjadi 3 (tiga) macam. Yaitu, najis ringan
(mukhaffafah), najis sedang/pertangahan (mutasswithah) dan najis berat (mughalladzah).
Najis mukhaffafah adalah najis ringan yang cara menghilangkannya cukup dengan menyiramkan
air pada najis tersebut. Najis mukhaffafah terdapat pada kencingnya anak kecil laki-laki yang
belum berusia 2 tahun dan tidak makan apa-apa kecuali ASI (air susu ibu).
NAJIS MUTAWASSITAH (SEDANG / MENENGAH)
Najis mutawasithah adalah najis yang umum seperti darah, bangkai, kotoran manusia atau
hewan, muntah, kencing, dll yang cara mensucikannya adalah dengan menghilangkan benda
najis tersebut dan setelah hilang baru disiram dengan air. Kalau benda najisnya sudah hilang,
maka penyiraman air cukup dilakukan sekali saja.
yaitu najis anjing dan babi. Yang cara mensucikannya adalah dengan (a) menghilangkan benda
najisnya; (b) menyiramkan air sebanyak 7 (tujuh) kali salah satunya dicampur dengan debu atau
tanah.
JENIS NAJIS
Ada dua jenis najis yaitu najis hukmiyah ( ) dan najis ainiyah () .
NAJIS HUKMIYAH ()
Najis hukmiyah adalah najis yang tidak kelihatan warnanya, baunya dan rasanya. Kalau suatu
najis sudah dibuang dan sudah tidak kelihatan, maka tempat najis tersebut statusnya menjadi
najis hukmiyah. Cara menyucikannya adalah dengan menyiramkan air satu kali. Adapun bekas
siraman air dari najis hukmiyah adalah mutakmal atau suci tapi tidak bisa untuk menyucikan
barang najis atau untuk berwudhu.
NAJIS AINIYAH ()
Najis ainiyah adalah sebaliknya najis hukmiyah yaitu najis yang kelihatan warnanya, baunya dan
rasanya. Dengan kata lain, najis ainiyah adalah najis itu sendiri. Misalnya, anda melihat air
kencing di lantai, maka air kencing itu namanya najis ainiyah. Kalau air kencing itu dibuang
dengan kain atau tisu sampai tidak tampak lagi, maka status tempat yang terkena najis kencing
tadi disebut najis hukmiyah. Jadi, tempat bekas najis itu belum suci kecuali setelah disiram
dengan air.
Adapun cara menghilangkan najis adalah tergantung dari tingkatan (ringan, sedang, berat) dan
jenis najisnya (ainiyah atau hukmiyah).
Najis mukhaffafah adalah terdapat pada kencing anak laki-laki usia di bawah 2 tahun dan belum
memakan makanan apapun kecuali ASI (Air Susu Ibu). Adapun kencing bayi perempuan status
najisnya sama dengan kencing orang dewasa.
Cara menghilangkan atau mensucikan najis tersebut adalah dengan menyiramkan air suci pada
kencing anak tersebut sampai merata walaupun air itu tidak mengalir. Siraman cukup dilakukan
satu kali.
Najis mutawassitah (sedang) adalah seluruh najis selain najis anjing babi dan najis bayi laki-laki.
Cara menyucikan najis mutawassitah ainiyah adalah dengan menghilangkan perkara yang najis
yakni rasa, warna dan baunya dengan air yang suci dan mensucikan. Apabila sulit
menghilangkan warna atau baunya, maka tidak apa-apa () .
Apabila air untuk menyucikan kurang dari 2 (dua) qullah maka harus dengan
mengalirkan/menyiramkan air tersebut ke benda yang najis. Apabila air sampai 2 qullah atau
lebih, maka tidak disyaratkan mengalirkan air ke benda najis tersebut bahkan boleh
memasukkan benda najis tersebut ke air yang sampai 2 qullah atau lebih. Kecuali apabila
berubah salah satu dari 3 sifatnya (warna, bau dan rasa) maka air tersebut tetap suci.
Najis mughalladzah (mugholadhoh) adalah najis anjing dan babi. Cara menghilangkannya
adalah dengan membasuh najis sebanyak 7 (tujuh) kali dan salah satu dari tujuh itu dicampur
dengan debu atau tanah yang suci.
Adapun cara membasuh najis dengan debu bisa dilakukan dengan tiga metode, yaitu:
1. Membasuh dengan air lalu kita letakkan debu di atasnya untuk membersihkan.
2. Meletakkan debu / tanah di tempat yang terkena najis lalu dibasuh dengan air.
3. Mencampur debu dengan air lalu dipakai untuk membasuh tempat najis. (Lihat dalam Al-
Wasit, 1/407).