PENDAHULUAN
Salah satu komponen terpenting yang dimiliki oleh makhluk hidup adalah
genom. Genom yaitu keseluruhan materi genetik yang terdapat dalam suatu
organisme. Genom pada semua sel adalah DNA, sedangkan pada virus,
genom dapat berupa DNA atau RNA. Umumnya istilah genom mengacu pada
materi hereditas yaitu materi yang akan diwariskan pada generasi berikut dan
yaitu membuat kopian yang tepat dari dirinya sendiri pada tahap replikasi, dan
berfungsi dalam mengatur produksi berbagai asam amino yang dibutuhkan oleh
tubuh. Asam amino inilah yang nantinya akan menjadi protein yang
dibutuhkan, baik berupa hormon, enzim, dan lain-lain. Fungsi utama dari DNA
adalah sebagai tempat dalam sintesa molekul RNA. Kecepatan total dimana
amino. Tahapan tersebut antara lain capping, poliadenilasi, dan splicing (Russel,
2006).
Pemrosesan RNA merupakan salah satu hal yang penting dalam sintesa
protein. Hal ini karena pemrosesan RNA adalah suatu proses menjadikan pre
1.3 Tujuan
BAB II
2
PEMBAHASAN
yang masing- masing tersusun dari satu basa, satu gula dan satu gugus phospat.
bersambung dengan ikatan 3' hingga 5' fosfodiester. RNA tidak dapat
membentuk heliks ganda tipe B-DNA karena interferensi steril oleh gugus 2'-
sudut sekitar 20 lebih besar dari garis tegak lurus dengan sumbu heliks, suatu
dihasilkan harus melalui beberapa proses. Adapun poses tersebut antara lain
komponen transkripsi dan translasi terletak pada ruangan sitoplasma yang sama.
dijalankan jika proses transkripsi sudah selesai dilakukan. Jeda waktu semacam
ini disebut sebagai fase pasca transkripsi. Pada fase ini terjadi beberapa proses
3
pembentukan RNA siap pakai (RNA-d, RNA-r, RNA-t).
disebut dengan ekson dan beberapa nukleotida yang tidak dibutuhkan untuk
proses yang unik, antara lain yaitu, pemotongan dan penyambungan RNA (RNA
protein (Russel,1992).
Salah satu istilah yang akrab dengan pemrosesan RNA adalah intron
dan ekson. Ekson adalah bagian yang akan mengkode protein (disebut open
reading frame/ORF) dan yang tidak ditranslasi menjadi protein tetapi berperan
sering kali juga membawa sekuensi yang disebut sebagai intron, yang bisa ada
dibagian ORF atau dibagian non translated 5 atau 3 region. Secara bertahap,
intron akan dibuang dari transkrip yang terbentuk dan ekson yang akan
metil guanosin) pada ujung 5. Capping terjadi ketika rantai RNA telah mencapai
panjang 30 nukleotida. Fungsi dari capping ini adalah untuk melindungi pre-
unit ribosom 40S. Proses capping terjadi ketika transkripsi belum selesai.
jumlah nukleotida. Pada bagian tutup (cap) disebut dengan mesin translasi, yang
berfungsi untuk melindungi pertumbuhan rantai RNA dari degradasi inti (Russel,
2006).
5
(biasanya 7-methyl guanosine) pada nukleotida di ujung 5. Penambahan itu
terjadi berupa terbentuknya ikatan tak lazim antara 5 dan 5 (ikatan yang lazim
adalah antara karbon 5 dan 3). Proses 5capping itu juga dilengkapi dengan
penambahan dua gugus CH3 pada dua nukleotida pertama dari rantai RNA.
pada nukleotida yang memiliki basa tempat penambahan penutup atau cap,
tapak DNA itu disebut sebagai tapak penutup atau cap site. Dalam hubungan ini
tidak ada template DNA untuk menutup (cap) di ujung 5 tersebut. Akan
metilasi) ditambahkan pada ujung 5 dari hasil transkripsi tersebut. Penutup atau
cap itulah yang merupakan tempat ujung 5 dari RNA-d berikatan dengan
6
poly (A) ke ujung 3 dari hnRNA. Ujung poly (A) berfungsi utk melindungi pre-
menambahkan adenin ribonukleotida hingga sekitar 200 pasang basa pada ujung
dengan stabilitas RNA-m (Russel, 1992). Sebagai contoh, RNA-m protein globin
yang masih memiliki ekor poly (A) normal yang disuntikan ke dalam oosit
katak, akan tetapi aktif (ditranslasikan) selama suatu jangka yang cukup lama.
Sebaliknya jika yang dimsukkan ke dalam oosit katak adalah RNA-m globin
tanpa ekor poly (A), maka RNA-m tersebut tidak lama bertahan aktif karena
sinyal ujung akhir dari RNA-m eukariotik. Pada eukariotik, tidak ada urutan
RNA-m. Kenyataan itu berbeda dengan yang dijumpai pada prokariotik, seperti
menadai akhir suatu molekul RNA-m. Oleh karena itu, seperti yang terungkap
mencapai ratusan bahkan ribuan nukleotida melalui tapak penambahan poly (A).
Pada waktunya terjadi pemutusan ditapak itu (dengan bantuan suatu enzim
endonuklease yang khas RNA) sehingga dihasilkan suatu ujung 3 OH, dan
selanjutnya pada ujung itu di tambahkan ekor poly (A) seperti yang telah
bagian ekson tetap. Intron merupakan urutan campuran nukleotida yang tidak
berlangsung dalam 2 tahap yaitu, 1) Pre mRNA dipotong pada ujung 5 dari
intron dan, 2) ikatan 5-2 fosfodiester dibentuk antara ujung 5 intron yg bebas
dg 2-OH dari residu intron, dekat tempat pemotongan 3 intron. Ujung 3 intron
protein atau komplek RNA yang disebut splicosome yang memastikan ketepatan
splicing. Tiga tipe sekuen pendek membaca pemotongan yang tepat dari batas-
batas ekson atau intron (disebut splice junction), yaitu splice donor (dimulai dari
8
ujung 5 dan intron yaitu ekson-G-U), splice acceptor (dimulai dari ujung 3
dan intron yaitu A-G- ekson), dan brachsite (dalam intron, sekitar 30 nukleotid
dari splicing accetror dan memiliki banyak daerah AT dengan hanya satu A.
membelah) dan bagian atas brachsite. Setelah itu, bagian splice acceptor akan
membelah, intron akan terdegradasi dan dua bagian akson akan menyatu (Russel,
2006).
bagian molekul RNA lain. Selanjutnya ujung 5 yang bebas dari hasil transkripsi
(nukleotida tersebut merupakan bagian dari suatu urut-urutan yang disebut urut-
urutan titik cabang atau branch point sequence) yang terletak di hulu ujung
branchpoint sequence akan di-splicing oleh snRNA (small nuclear RNA) yang
U2AF, U4, U5, dan U6. Snurp U1 akan mengenali dan mengikat ujung 5 dari
accesore factor) akan mengikat ujung 3; dan snurp U4/U6 akan mengikat
snurp U2 dan U6. Kompleks antara snRNPs dengan pre mRNA akan membentuk
hasil transkripsi intron itu merupakan tahap ke dua dari mRNA splicing, dan
structure. Tahap terakhir atau tahap ke tiga dari mRNA splicing adalah
penyambungan kedua ekson. Pada tahap terakhir inilah hasil transkripsi intron,
10
Setelah mRNA melalui seluruh proses di atas, maka mRNA akan
melakukan translasi.
pada mRNA. Berikut ini tahapan pembuatan tRNA secara umum. Produk
daripada RNA-t yang siap pakai, RNA-t precursor tersebut juga mempunyai
urutan kepala (leader) di ujung 5 dan urutan ekor (trailer) di ujung 3 (Russel,
1992). Urutan kepala maupun urutan ekor tetap dipertahankan pada RNA-m
yang siap pakai baik di pada prokariotik maupun eukariotik. Akan tetapi urutan
RNA-t siap pakai, baik pada prokariotik maupun eukariotik (Russel, 1992).
RNA-t siap pakai berukuran sekitar 4S serta terdiri dari suatu rantai tunggal yang
BAB III
12
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Brown, T. A. 2002. Genomes, Second editions. Jhon Wiley and Sons Inc, New
York.
Mansyurdin. 2015. Bahan Ajar Biologi Sel dan Molekular: Sintesis RNA
atau Transkripsi DNA. Universitas Andalas. Padang.
Rosana, D. 2015. Modul 3: Struktur dan Fungsi DNA dan RNA. UNY
Russel, PJ. 1992. Genetics Third Edition. New York: Harper Collins Publishers.
MAKALAH GENETIKA
PASCA TRANSKRIPSI (RNA PROCESSING)
Disusun oleh :
14
1. Dyah Ayu Gia Soebarjo E1A215016
2. Rory Mahendra
3. Corry Romaito Arta Sihombing
4. Oktaviani
5. Muhammad Rais Akbar
JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayahnya kepada kita semua, sehingga telah selesainya makalah ini. Kami
menyadari bahwa manusia tak luput dari kekurangan. Mungkin dalam penyusunan
banyak kekurangan baik dari segi isi maupun penulisannya. Maka dari itu kami
Saran dan kritik dari pembaca sengat kami butuhkan. Tanpa ada kritikan
maupun saran dari pembaca tak mungkin tau dan bisa untuk memperbaikinya.
pengetahuan kita semua serta memberikan manfaat dari pembaca dan penulis.
15
Banjarbaru, 04 April 2017
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
16
2.2 Polideanilation (Poliadenilasi)..................................................... 6
Kesimpulan................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA
17