Anda di halaman 1dari 6

AKHLAK KEPADA RASULULLAH BAB I PENDAHULUAN A.

LATAR BELAKANG
Bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan
selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut akhlak mulia, atau
perbuatan buruk, disebut akhalak yang tercela sesuai dengan pembinaannya. Jadi akhlak pada
hakikatnya khulk (budi pekerti) atau akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap
dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan
dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran. Apabila
dari kondisi tadi timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan syariat dan akal
pikiran, maka ia dinamakan budi pekerti mulia dan sebaliknya apabila yang lahir kelakuan yang
buruk, maka disebutlah budi pekerti yang tercela.[1] Mengejar nilai materi saja, tidak bisa
dijadikan sarana untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki. Bahkan hanya menimbulkan bencana
yang hebat, karena orientasi hidup manusia semakin tidak memperdulikan kepentingan orang
lain, asalkan materi yang dikejar-kejarnya dapat dikuasainya, akhirnya timbul persaingan hidup
yang tidak sehat. Sementara manusia tidak memerlukan lagi agama untuk mengendalikan segala
perbuatannya, karena dianggapnya tidak dapat digunakan untuk memecahkan persoalan
hidupnya.[2] Disamping akhlak kepada Allah Swt, sebagai muslim kita juga harus berakhlak
kepada Rasulullah Saw, meskipun beliau sudah wafat dan kita tidak berjumpa dengannya, namun
keimanan kita kepadanya membuat kita harus berakhlak baik kepadanya, sebagaimana keimanan
kita kepada Allah Swt membuat kita harus berakhlak baik kepada-Nya. Meskipun demikian,
akhlak baik kepada Rasul pada masa sekarang tidak bisa kita wujudkan dalam bentuk lahiriyah
atau jasmaniyah secara langsung sebagaimana para sahabat telah melakukannya. Pada dasarnya,
utusan Tuhan (rasulullah) adalah manusia biasa yang tidak berbeda dengan manusia lain. Namun
demikian, terkait dengan status rasul yang disandangkan Tuhan ke atas dirinya, terdapat
ketentuan khusus dalam bersikap terhadap utusan yang tidak bisa disamakan dengan sikap kita
terhadap orang lain pada umumnya. B. RUMUSAN MASALAH Sesuai dengan pokok masalah
yang dibicarakan tentang, Akhlak Terhadap Rasulullah maka rumusan masalah ini difokuskan
pada : Apa yang dimaksud dengan Akhlak itu ? Apa yang melatarbelakangi berakhlak kepada
Rasullah ? Bagaimana cara berakhlak dengan Rasulullah itu ? C. TUJUAN PENULISAN Tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah bagaimana kita dapat mengerti cara yang tepat berakhlak
kepada Rasullah, dikarenakan beliau adalah seorang manusia sekaligus rasul yang paling
sempurna akhlak diantara makhluk lain ciptaan Allah. Jadi, tujuan penulisan makalah ini kurang
lebih sebagai berikut: Untuk memenuhi tugas mata kuliah Akidah Akhlak. Dengan mempelajari
dan memahami bahan makalah ini, tentang pembahasan Akhlak kepada Rasulullah, maka kita
dituntut agar dapat mengamalkannya di dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kita bisa menjadi
umat yang berbakti kepada Rasulullah. Amien. D. METODE PENULISAN Dalam pembuatan
makalah ini kami menggunakan 2 metode yakni dengan metode kepustakaan dan juga dengan
mencari bahan-bahan yang sesuai dengan judul yang diberikan kepada kami melalui blog-blog di
internet dan semoga semuanya sesuai dengan apa yang diharapkan dosen dan semua teman-
teman kelas III B. BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN AKHLAK Sebelum melangkah
lebih jauh membahas masalah materi Ilmu Akhlak, seyogyanya perlu dimengerti terlebih dahulu
tentang definisi Ilmu Akhlak itu. Untuk itu pembicaraan mengenai definisi akhlak, akan
ditelusuri melalui dua pendekatan, yaitu pendekatan dari aspek bahasa (etimologi) dan dari sudut
istilah Islam (terminologi). 1. Definisi Akhlak Secara Etimologi Menurut pendekatan etimologi,
perkataan akhlak berasal dari bahasa Arab jama dari bentuk mufradnya Khuluqun ()
yang menurut logat diartikan : budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat. Kalimat tersebut
mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalkun ( )yang berarti kejadian, serta
erat hubungannya dengan khaliq ( )yang berarti Pencipta dan Makhluk ( ) yang
berarti diciptakan. Perkataan akhlak (bahasa Arab) adalah bentuk jamak dari kata khulk. Khulk
di dalam kamus Al-Munjid berarti budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat. Di dalam Da
iratul Maarif dikatakan: Akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik. Bahwa akhlak ialah
sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya.
Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut akhlak mulia, atau perbuatan buruk, disebut
akhalak yang tercela sesuai dengan pembinaannya. Jadi akhlak pada hakikatnya khulk (budi
pekerti) atau akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi
kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan
mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran. Apabila dari kondisi tadi timbul
kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan syariat dan akal pikiran, maka ia dinamakan
budi pekerti mulia dan sebaliknya apabila yang lahir kelakuan yang buruk, maka disebutlah budi
pekerti yang tercela.[3] 2. Definisi Akhlak Aspek Terminologi: Berikut ini akan dibahas
definisi akhlak menurut aspek terminologi. Beberapa pakar mengemukakan definisi akhlak
sebagai berikut: a) Ibn Miskawih Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (lebih dulu). b) Versi Imam
Al-Ghazali Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul
perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih
dulu). c) Prof. Dr. Ahmad Amin Sementara orang mengetahui bahwa yang disebut akhlak ialah
kehendak yang dibiasakan. Artinya, kehendak itu bila membiasakan sesuatu, kebiasaan itu
dinamakan akhlaak. Menurut Ahmad Amin, kehendak ialah ketentuan dari beberapa keinginan
manusia setelah bimbang, sedang kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga
mudah melakukannya. Masing-masing dari kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan
yang lebih besar. Kekuatan yang besar inilah yang bernama akhlak. Akhlak dermawan
umpamanya, semula timbul dari keinginan berderma atau tidak. Dari kebimbangan ini tentu pada
akhirnya timbul, umpamanya, ketentuan memberi derma. Ketentuan ini adalah kehendak, dan
kehendak ini bila dibiasakan akan menjadi akhlak, yaitu akhlak dermawan.[4] B. IMAN
KEPADA RASULULLAH Rasul itu ialah seorng laki-laki merdeka yang diberikan wahyu oleh
allah tentang agama dan mendapat perintah supaya menyiarkannya(tabligh)kepada semua
makhluk(terutama manusia dan jin).kalau tidak mendapat perintah bertabligh,maka dia disebut
nabi saja. Jelasnya,seorang Rasul itu diwajibkan bertabligh untuk menyampaikan syariat agama
kepada masyarakat, sedangkan seorang Nabi tidak ditugaskan demikian. Seorang nabi hanya
diwajibkan memberitahukan kepada masyarakat bahwa dirinya itu nabi dan memberi penerangan
tentang syariat seorang Rasul, terutama mengenai perkara gaib. Para nabi dan rasul itu adalah
hamba-hamba Allah yang paling utama. Firman Allah SWT, Dan semua mereka itu kami
lebihkan atas sekalian alam (Al-An,am, 6;86) Adapun banyaknya nabi dan rasul itu tidak ada
yang tahu selain Allah SWT. Kita kaum muslimin wajib percaya bahwa Allah SWT telah
mengutus para Rasul dan mengangkat para nabi dan rasul mulai dari Nabi Adam as sampai
dengan Nabi Muhammad SAW. Tujuan pokok dari kebangkitannya para Rasul itu ialah untuk
mengajak ummatnya agar beribadah kepada Allah serta menegakkan agama-nya. Firman Allah
SAW; Tidaklah kami mengutus seorang rasul yang sebelum kamu (Muhammad),melainkan kami
memberi wahyu kepadanya, yaitu tiada Tuhan melainkan aku sendiri, sembahlah olehmu akan
Aku. (Al-Ambiya, 21;25) Kehadiran para Rasul adalah untuk membimbing umat manusia supaya
berada dalam jalan yang benar yang dikehendaki Allah dan Rasulnya, memiliki akhlak mulia dan
sopan santun yang mempertinggi jiwa. Rasul juga berupaya menetapkan hukum-hukum dan
segala peraturan yang harus diikuti oleh manusia selama hidupnya. Dengan demikian arti
beriman kepada nabi dan rasul adalah tidak cukup hanya dengan pengakuan hati dan lisan saja,
tetapi harus disertai dengan kesediaan melaksanakan seruannya dalam kenyataan hidup sehari-
hari, sehingga manfaatnya lebih terasa lagi.[5] C. BAGAIMANA AKHLAK RASULULLAH
ITU...? Beliau adalah manusia yang paling mulia akhlaknya. Beliau sangat dermawan, paling
dermawan di antara manusia. Pada bulan Ramadhan, beliau lebih dermawan lagi, lebih kencang
memberi dibanding angin yang berhembus. Jika memilih urusan, beliau pilih yang paling mudah
selama tidak melanggar syariat Allah. Beliau sangat menghindar dari dosa. Jika diri beliau
dizalimi, beliau sangat sabar. Namun, jika hak Allah yang dilanggar, beliau sangat murka. Sangat
pemalu melebihi gadis pingitan. Jika beliau tidak menyukai sesuatu, langsung terlihat pada raut
wajahnya. Beliau tidak pernah mencela makanan sama sekali. Jika beliau suka maka dimakanlah
makanan itu. Jika tidak suka, maka beliau tinggalkan tanpa mencelanya. (Sumber: HR. Al-
Bukhari, no. 3549, 35554, 3560, 3562, dan 3563) Bicaranya sangat fasih dan jelas. Beliau
menguasai logat-logat bangsa Arab. Mampu berbicara pada tiap suku bangsa Arab dengan logat
masing-masing suku. Jika dimintai sesuatu, beliau tidak pernah menjawab, Tidak. Beliau
sangat pemberani. Berapa banyak para pemberani dan patriot yang jika bertemu beliau, mereka
lari. Ali bin Abi Thalib berkata, Jika kami sedang ketakutan dan dikeppung bahaya, kami
berlindung kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Tak satu pun yang jaraknya lebih
dekat kepada musuh selain beliau. Beliau sangat jujur dan amanah. Sebelum diutus menjadi
nabi dan rasul, beliau dijuluki Al-Amin. Al-Amin artinya yang terpercaya. Bahkan, musuh
pun mengakui kejujuran dan amanahnya. Abu Jahal pernah berkata, Kami tidak mendustakan
dirimu, tetapi kami mendustakan ajaranmu. Beliau sangat tawadhu` dan jauh dari sifat
sombong. Jika beliau datang ke suatu majelis, beliau tidak mau disambut seperti raja. Biasanya,
jika seorang raja datang, orang-orang berdiri untuk menyambutnya. Namun
Rasulullahshallallahu alaihi wa sallam tidak ingin disambut seperti raja. Mari kita lihat, betapa
rendah hatinya beliau. Beliau biasa menjenguk orang sakit, duduk-duduk bersama orang miskin,
memenuhi undangan hamba sahaya, dan duduk-duduk bersama sahabatnya. Beliau sangat suka
memenuhi janji, menyambung tali persaudaraan, paling penyayang, dan lembut terhadap orang
lain, suka memaafkan, dan lapang dada. Terhadap pembantu, beliau tidak pernah membentak
atau menyalahkan pekerjaan pembantunya yang tidak beres. Terhadap orang miskin, beliau cinta
dan suka duduk-duduk bersama. Beliau menghadiri (pemakaman, ed) jenazah orang-orang
miskin, dan tidak mencela orang miskin karena kemiskinannya. Beliau senantiasa gembira, lebih
banyak diam. Tawa beliau adalah dengan senyuman. Jika bicara tidak terlalu pelan dan tidak
terlalu keras suaranya. Bicaranya jelas, bahasanya fasih dan mudah dimengerti.[6] D. DASAR
PEMIKIRAN AKHLAK TERHADAP RASULULLAH Berakhlak kepada Rasulullah dapat
diartikan suatu sikap yang harus dilakukan manusia kepada Rasulullah sebagai rasa terima kasih
atas perjuangannya membawa umat manusia kejalan yang benar. Berakhlak kepada Rasulullah
perlu dilakukan atas dasar pemikiran sebagai berikut: 1. Rasulullah SAW sangat besar jasanya
dalam menyelamatkan kehidupan manusia dari kehancuran. Berkenaan dengan tugas ini, beliau
telah mengalami penderetin lahir batin, namun semua itu diterima dengan ridha. 2. Rasulullah
SAW sangat berjasa dalam membina akhlak yang mulia. Pembinaan ini dilakukan dengan
memberikan contoh tauladan yang baik. Allah berfirman:
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik. (al-Ahzab
21) 3. Rasulullah SAW berjasa dalam mejelaskan al-Quran kepada manusia, sehingga menjadi
jelas dan mudah dilaksanakan. Penjelasan itu terdapat dalam haditsnya, Firman Allah SWT:



Artinya: Dialah yang mengutus kepada kamu yang buta huruf seorang Rasul diantara
mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan
kepada mereka kitab dan hikmah. Dan sesungguhnya, mereka sebelumnya benar-benar dalam
kesesatan yang nyata. (QS al-Jumuah, 62; 2). 4. Rasulullah SAW telah mewariskan hadits yang
penuh dengan ajaran yang sangat mulia dalam berbagai bidang kehidupan. 5. Rasulullah SAW
telah memberikan contoh modek masyarakat yang sesuai dengan tuntunan agama, yaitu
masyarakat yang beliau bangun di Madinah. E. CARA BERAKHLAK KEPADA
RASULULLAH Adapun diantara akhlak kita kepada rasulullah yaitu salah satunya ridho dan
beriman kepada rasul , ridho dalam beriman kepada rasul inilah sesuatu yang harus kita nyatakan
sebagaimana hadist nabi saw; Aku ridho kepada allah sebagai tuhan, islam sebagai agama dan
muhammad sebagai nabi dan rasul. Beriman kepada nabi dan rasul, yaitu berarti bahwa kita
beriman kepada para Rasul itu sebagai utusan Tuhan kepada ummat manusia. Kita mengakui
kerasulannya dan menerima segala ajaran yang disampaikannya. Banyak cara yang dilakukan
dalam berkhlak kepada Rasulullah SAW. Diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Mengikuti dan
mentaati Rasulullah SAW Mengikuti dan mentaati Rasul merupakan sesuatu yang bersifat
mutlak bagi orang-orang yang beriman. Karena itu, hal ini menjadi salah satu bagian penting dari
akhlak kepada Rasul, bahkan Allah SWT akan menempatkan orang yang mentaati Allah dan
Rasul ke dalam derajat yang tinggi dan mulia, hal ini terdapat dalam firman Allah:




Artinya: Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul, mereka itu akan bersama-sama dengan
orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu Nabi-nabi, orang-orang yang benar,
orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-
baiknya (QS 4:69). Disamping itu, manakala kita telah mengikuti dan mentaati Rasul SAW Allah
SWT akan mencintai kita yang membuat kita begitu mudah mendapatkan ampunan dari Allah
manakala kita melakukan kesalahan, Allah berfirman:

Artinya: Katakanlah: jika kamu (benar-benar) mencintai Allah,
ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang (QS 3:31) Oleh karena itu, dengan izin Allah Swt, Rasulullah
SAW diutus memang untuk ditaati, Allah SWT berfirman:
Artinya: Dan Kami tidak mengutus seorang rasul, melainkan untuk ditaati dengan izin Allah
(QS 4:64). Manakala manusia telah menunjukkan akhlaknya yang mulia kepada Rasul dengan
mentaatinya, maka ketaatan itu berarti telah disamakan dengan ketaatan kepada Allah Swt.
Dengan demikian, ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya menjadi seperti dua sisi mata uang yang
tidak boleh dan tidak bisa dipisah-pisahkan. Allah berfirman:

Artinya: Barangsiapa mentaati rasul, sesungguhnya ia telah mentaati
Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk
menjadi pemelihara bagi mereka (QS 4:80). Tunduk dan patuh kepada ajaran yang disampaikan
Rasul. Allah berfirman: Artinya: Katakanlah: "Ta`atlah kepada
Allah dan ta`atlah kepada rasul. (QS an-Nur 54). 2. Mencintai dan memuliakan Rasulullah
Keharusan yang harus kita tunjukkan dalam akhlak yang baik kepada Rasul adalah mencintai
beliau setelah kecintaan kita kepada Allah Swt. Penegasan bahwa urutan kecintaan kepada Rasul
setelah kecintaan kepada Allah disebutkan dalam firman Allah



Artinya: Katakanlah, jika bapak-bapak,
anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan,
perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu
sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dasn (dari) berjihad di jalan-Nya,
maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang fasik (QS 9:24). Mencintai ajaran yang di bawanya, Nabi Muhammad
SAW, bersabda: . Artinya: Tidak beriman
salah seorang diantaramu, sehingga aku lebih dicintai olehnya daripada dirinya sendiri, orang
tuanya, anaknya dan manusia semuanya. (H.R. Bukhari Muslim). 3. Mengucapkan sholawat dan
salam kepada Rasulullah Mengucapkan sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW,
sebagai tanda ucapan terimakasih dan sukses dalam perjuangannya. Secara harfiyah, shalawat
berasal dari kata ash shalah yang berarti doa, istighfar dan rahmah. Kalau Allah bershalawat
kepada Nabi, itu berarti Allah memberi ampunan dan rahmat kepada Nabi, Firman Allah SWT,
Rasulullah SAW dalam sabdanya menyatakan sebagai berikut:
Artinya: Orang yang kikir ialah orang yang menyebut namaku didekatnya, tetapinia tidak
bersholawat kepadaku. (H.R Ahmad ). Artinya: Siapa yang
bersholawat kepadaku satu kali, Allah akan bersholawat kepadanya sepuluh kali sholawat. (H.R
Ahmad). Artinya: Sesungguhnya orang yang paling dekat
denganku pada hari kiamat, ialah orang yang paling banyak bersholawat kepadaku. (H.R
Turmudzi). 4. Mencontoh akhlak Rasulullah. Jika Rasulullah bersikap kasih saying keras dalam
memperthankan prinsip, dan seterusnya maka manusia juga harus demikian. Allah berfirman:



Artinya: Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah
keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka
ruku` dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya.(QS al-Fath 29). 5. Melanjutkan Misi
Rasulullah. Misi Rasul adalah menyebarluaskan dan menegakkan nilai-nilai Islam. Tugas yang
mulia ini harus dilanjutkan oleh kaum muslimin, karena Rasul telah wafat dan Allah tidak akan
mengutus lagi seorang Rasul. Meskipun demikian, menyampaikan nilai-nilai harus dengan
kehati-hatian agar kita tidak menyampaikan sesuatu yang sebenarnya tidak ada dari Rasulullah
Saw. Keharusan kita melanjutkan misi Rasul ini ditegaskan oleh Rasul Saw: Sampaikanlah
dariku walau hanya satu ayat, dan berceritalah tentang Bani Israil tidak ada larangan.
Barangsiapa berdusta atas (nama) ku dengan sengaja, maka hendaklah ia mempersiapkan tempat
duduknya di neraka (HR. Ahmad, Bukhari dan Tirmidzi dari Ibnu Umar). Demikian beberapa hal
yang harus kita tunjukkan agar kita termasuk orang yang memiliki akhlak yang baik kepada Nabi
Muhammad Saw. 6. Menghormati Pewaris Rasul Berupaya menjaga nama baiknya dari
penghinaan dan cemoohan yang orang-orang yang tidak suka padanya.[7] Berakhlak baik kepada
Rasul Saw juga berarti harus menghormati para pewarisnya, yakni para ulama yang konsisten
dalam berpegang teguh kepada nilai-nilai Islam, yakni yang takut kepada Allah Swt dengan
sebab ilmu yang dimilikinya. Sesungguhnya yang
takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun (QS 35:28). Kedudukan ulama sebagai pewaris Nabi dinyatakan
oleh Rasulullah Saw: Dan sesungguhnya ulama adalah pewaris Nabi. Sesungguhnya Nabi tidak
tidak mewariskan uang dinar atau dirham, sesungguhnya Nabi hanya mewariskan ilmui kepada
mereka, maka barangsiapa yang telah mendapatkannya berarti telah mengambil mbagian yang
besar (HR. Abu Daud dan Tirmidzi). Karena ulama disebut pewaris Nabi, maka orang yang
disebut ulama seharusnya tidak hanya memahami tentang seluk beluk agama Islam, tapi juga
memiliki sikap dan kepribadian sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi dan ulama
seperti inilah yang harus kita hormati. Adapun orang yang dianggap ulama karena pengetahuan
agamanya yang luas, tapi tidak mencerminkan pribadi Nabi, maka orang seperti itu bukanlah
ulama yang berarti tidak ada kewajiban kita untuk menghormatinya. 7. Menghidupkan Sunnah
Rasul Kepada umatnya, Rasulullah Saw tidak mewariskan harta yang banyak, tapi yang beliau
wariskan adalah Al-Quran dan sunnah, karena itu kaum muslimin yang berakhlak baik
kepadanya akan selalu berpegang teguh kepada Al-Quran dan sunnah (hadits) agar tidak sesat,
beliau bersabda: Aku tinggalkan kepadamu dua pusaka, kamu tidak akan tersesat selamanya bila
berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan sunnahku (HR. Hakim). Selain itu,
Rasul Saw juga mengingatkan umatnya agar waspada terhadap bidah dengan segala bahayanya,
beliau bersabda: Sesungguhnya, siapa yang hidup sesudahku, akan terjadi banyak pertentangan.
Oleh karena itu,. Kamu semua agar berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah para
penggantiku. Berpegang teguhlah kepada petunjuk-petunjuk tersebut dan waspadalah kamu
kepada sesuatu yang baru, karena setiap yang baru itu bidah dan setiap bidah itu sesat, dan
setiap kesesatan itu di neraka (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Hakim, Baihaki dan
Tirmidzi). Dengan demikian, menghidupkan sunnah Rasul menjadi sesuatu yang amat penting
sehingga begitu ditekankan oleh Rasulullah Saw. [8] BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN
Akhlak adalah budi perkerti yang dilihat dengan kasyaf mata, orang yang berakhlak mulia akan
selalu manis dilihat orang-orang di sekitar. Rasulullah adalah Uswatun Hasanah bagi kita semua
umat Islam, dari beliau kita mendapat anugerah yang begitu besar. Bukan hanya Rasulullah Saw,
tetapi Rasul-Rasul yang diutus Allah pun selain Nabi Muhammad Saw juga mempunyai akhlak
yang begitu mulia pula. Akhlak terhadap Rasulullah sendiri menjadi acuan yang sangat penting
bagi kehidupan kita, karena akhlak beliau yang begitu sempurna kita juga harus memperlakukan
beliau dengan begitu sempurna juga, dilihat dari cerita pada zaman sahabat-sahabat beliau yang
begitu mengagungkan beliau dan begitu hormatnya. Adapun diantara akhlak kita kepada
rasulullah yaitu salah satunya ridho dan beriman kepada rasul , ridho dalam beriman kepada
rasul inilah sesuatu yang harus kita nyatakan sebagaimana hadist nabi saw; Aku ridho kepada
allah sebagai tuhan, islam sebagai agama dan muhammad sebagai nabi dan rasul. Beriman
kepada nabi dan rasul, yaitu berarti bahwa kita beriman kepada para Rasul itu sebagai utusan
Tuhan kepada ummat manusia. Kita mengakui kerasulannya dan menerima segala ajaran yang
disampaikannya. Banyak cara yang dilakukan dalam berkhlak kepada Rasulullah SAW.
Diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Mengikuti dan mentaati Rasulullah SAW 2. Mencintai
dan memuliakan Rasulullah 3. Mengucapkan sholawat dan salam kepada Rasulullah 4.
Mencontoh akhlak Rasulullah. 5. Melanjutkan Misi Rasulullah. 6. Menghormati Pewaris Rasul
7. Menghidupkan Sunnah Rasul

Anda mungkin juga menyukai