BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sulawesi Selatan dengan sumberdaya alam yang besar. Daerah ini dikenal
tangkap di Kabuaten Takalar cukup besar dengan total produksi pada tahun 2011
adalah sebesar 25.589,30 ton (Profil kabupaten Takalar 2017). Tingginya potensi
laut.
usaha perikanan tangkap dengan berbagai jenis alat tangkap, seperti purse
seine, bagan perahu, dan lain-lain. Salah satu perikanan yang berkembang
adalah perikanan jaring insang di Desa Boddia. Jaring insang (Gillnet) adalah
jaring yang berbentuk empat persegi panjang, mempunyai mata jaring yang
sama ukurannya pada seluruh jaring, lebar jaring lebih pendek jika dibandingkan
dengan panjangnya, dengan perkataan lain, jumlah mesh depth lebih sedikit jika
dibandingkan dengan jumlah mesh size pada arah panjang jaring. Di Desa
Boddia, alat tangkap ini telah dimodifikasi oleh masyarakat setempat agar sesuai
2004). Gillnet di Desa Boddia dimodifikasi menjadi jaring kepiting yang bertujuan
agar alat tangkap dapat menangkap rajungan dengan optimal. Jaring kepiting
adalah salah satu alat tangkap yang digunakan untuk menangkap kepiting atau
GillNet dan secara umum terdiri dari badan jaring, pelampung, pemberat dan tali
temali. Menurut Von Brandt (1984), jaring kepiting termasuk kelompok alat
tangkap tangle net, atau lebih spesifik single-walled tangle net, karena ranjungan
yang beranekaragam misalnya pantai dengan dasar yang berpasir, pasir lumpur,
dan di laut terbuka. Dalam keadaan biasa, rajungan hidup dengan berdiam di
dasar laut sampai kedalaman lebih dari 65 m, tetapi sesekali dapat juga terlihat
di Desa Boddia memiliki potensi yang besar untuk dimanfaatkan. Potensi yang
besar ini harus didukung dengan informasi tentang perikanan dari berbagai
tepat dan berkelanjutan pada suatu daerah karena dapat menyesuaikan dengan
alat tangkap yang ada. Namun, informasi mengenai jaring kepiting di Desa
sumberdaya ikan agar tetap lestari, salah satu informasi yang diperlukan adalah
informasi mengenai alat tangkap yang digunakan. Informasi alat tangkap yang
Menurut Sudirman dan Mallawa (2004), diperlukan suatu alat tangkap yang
memiliki tingkat selektivitas yang baik agar suatu sumberdaya dapat lestari.
Dengan adanya informasi mengenai desain dan konstruksi suatu alat tangkap,
dapat dijadikan informasi tambahan untuk mendesain sebuah alat tangkap yang
ramah lingkungan.
Gillnet yang dibuat secara optimal dan digunakan pada lokasi yang tepat,
merupakan modifikasi dai Gillnet yang digunakan di Desa Boddia masih dibuat
selektivitas yang rendah. Tingkat selektivitas yang rendah ini dapat menggangu
yang tinggi karena tidak sesuai dengan standar kelayakan yang baik dalam
menemukan bahwa alat tangkap tersebut tidak sesuai standar (Suparan, et al.,
2012).
4
konstruksi alat tangkap yang lebih baik (Basri, 2009). Nelayan pada umumnya
dengan pendekatan trial and error. Pendekatan ini menghasilkan alat tangkap
tangkap.
di Desa Boddia dapat mengevaluasi efektifitas dan daya tangkap alat tangkap
tersebut dapat mendukung proses pembuatan jaring kepiting yang lebih ramah
lingkungan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bahasa jepang gillnet disebut dengan istilah sasi ami, yang
berdasarkan jenis ikan yang tertangkap (jaring kuro, jaring udang dan lainnya),
ada pula yang disertai dengan nama tempat (jaring udang bayeman), dan lain
dan lain-lain. Istilah gillnet didasarkan pada pemikiran bahwa ikan-ikan yang
bahasa Jepang, gillnet disebut dengan istilah sasi ami, yang diartikan bahwa
ragam, ada yang menyebutnya berdasarkan jenis ikan yang tertangkap (jaring
koro, jaring udang, dan sebagainya), ada pula yang disertai dengan nama tempat
Jaring insang dasar (bottom gillnet), yaitu alat penangkap ikan yang
terbuat dari bahan jaring, berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran mata
jaring yang sama, dioperasikan pada bagian dasar perairan dengan sasaran
6
mata jaring yang sama ukurannya pada seluruh jaring, lebar jaring lebih pendek
jika dibandingkan dengan panjangnya, dengan perkataan lain jumlah mesh depth
lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah mesh size pada arah panjangnya.
( Ayodhyoa 1981)
Gillnet atau sering disebut juga sebagai jaring insang. Istilah gillnet di
sekitar operculumnya pada mata jaring. Dalam bahasa jepang, gillnet disebut
ikan pada gillnet, ialah dengan proses bahwa ikan-ikan tersebut menusukkan diri
pada jaring. Di indonesia, penanaman gillnet ini beraneka ragam, ada yang
menyebutnya berdasarkan jenis ikan yang tertangkap (jaring karo, jaring udang,
dan sebagainya), ada pula yang disertai dengan nama tempat (jaring udang
bayeman), dan sebagainya. Demikian pula dengan gillnet yang digunakan untuk
Jaring insang (Gillnet) adalah suatu jenis alat penangkapan ikan dari
bahan jaring, berbentuk empat persegi panjang, ukuran mata jaring dari bagian
jaring utama adalah sama. Jumlah mata jaring ke arah panjang atau kearah
horizontal (Mesh Length-ML) jauh lebih banyak daripada jumlah mata jaring ke
arah vertikal atau ke arah dalam (Mesh Depth-MD). Pada bagian atas dilengkapi
Sementara jumlah piece atau lembar yang digunakan bergantung pada situasi
Pembuatan jaring insang memerlukan bahan jaring yang lunak dan kuat.
Bahan jaring yang umum dipakai adalah nylon dan amilan, baik itu monofilamen
jaring insang yang akan dibuat, ikan sasaran dan metode dan daerah
dilihat oleh ikan. Cara yang sangat sederhana dalam memilih warna adalah
di atas dasar pasir yang cerah, maka jaring berwarna putih kurang terlihat.
Sementara jaring berwarna hijau lebih sesuai dioperasikan di atas dasar perairan
yang ditumbuhi algae dan tumbuhan lainnya. Dalam lapisan air pertengahan
adalah kekenduran tubuh jaring didalam air yang disebabkan oleh pemendekan
jaring yang terpasang pada tali ris (shortening) (von brandt, 1984). Sejalan
dengan itu, Ayodhyoa (1981) menyebutkan agar ikan mudah terjerat (gilled)
ataupun terbelit (entagled) pada jaring dan setelah terjerat tidak akan mudah
terlepas, maka pada jaring perlu diberikan shortening yang cukup. Shortening
atau shrinkage yaitu beda panjang tubuh jaring dalam keadaan tegang sempurna
8
(stretch) dengan panjang jaring setelah dilekatkan pada float line ataupun sinker
line, disebutkan dalam persen (%). Sama halnya yang dikatakan Sadhori (1984)
bahwa untuk dapat membentuk bukaan mata yang baik dapat dilakukan dengan
cara mengurangi panjang jaring dari panjang yang sebenarnya yang berarti
bahwa tali ris yang dipakai menggantung jaring tersebut harus lebih pendek dari
dengan panjang tali ris ini biasayanya disebut dengan istilah shortening atau
panajng jaring dengan panjang tali ris dibagi dengan panjang jaring.
kedudukan jaring dalam air dibedakan menjadi jaring insang permukaan (surface
gillnet), jaring insang dasar (bottom gillnet) atau surrounding gillnet. Berdasarkan
lapisan jaring yang membentuk dinding jaring dibedakan menjadi jaring insang
kedalam air tempat diopersikan alat ini dapat dibedakan menjadi jaring insang
permukan (urface gillnet), jaring insang lapisan air tengah (mideater gillnet),
Tiga jenis alat tagkap yang digunakan untuk menangkap kepiting di laut
adalah: Bottom gill net atau rather tangle net, trawl net dan crab pot ( Sultan,
1991).
larinya kepiting atau rajungan, sehingga kepiting yang melewatinya akan terjerat
C. Jaring (Webbing)
bahan yang terbuat dari polyamide. Hal ini dikerenakan nilai visibilitasnya rendah
dalam air sehingga jaring tidak mudah terlihat oleh ikan dan memiliki ketahanan
dari efek yang ditimbulkan akibat pengaruh fisik atau kimia air.
bening atau biru laut. Tujuannya adalah supaya ikan sulit mendeteksi
keberadaan jaring di dalam perairan. Ukuran yang paling baik untuk satu mata
jaring adalah keliling jaring (mesh primetre) harus lebih besar dari keliling tubuh
maksimum (maximum body girth) dari ikan yang dijadikan target tangkapan.
ukuran tertentu dan spesies dari sebaran populasi. Sifat ini terutama tergantung
kepada prinsip yang dipakai dalam penangkapan dan bergantung juga pada
parameter desain dari alat tangkap seperti ukuran mata jaring, bahan dan ukuran
benang, hanging ratio dan kecepatan menarik. Ukuran mata jaring sangat besar
Ukuran mata jaring dan nomor benang pada badan jaring biasanya
disesuaikan dengan tujuan biota perairan yang akan dijadikan target tangkapan.
Empat cara tertangkap ikan dengan gillnet menurut Sudirman dan Mallawa
(2004) yaitu secara terjerat tepat pada insang (gilled), terjerat pada sirip
(entangled).
alat tangkap. Pelampung dipasang pada tali ris atas. Pelampung yang dipakai
pada jaring insang biasanya terbuat dari berbagai bahan seperti: Styrofoam,
polyvinyl chloride, kaca, plastic, karet atau benda lainnya yang mempunyai daya
apung dengan bentuk yang beraneka ragam. Jumlah, berat jenis dan volume
pelampung, yang dipake dalam satu piece akan menentukan besar kecilnya
gaya apung (buoyancy). Besar kecilnya daya apung yang terpasang pada satu
(Mastasuganda, 2005).
Sedangkan pemberat yang di pakai pada jaring insang biasanya terbuat
dari tima atau benda lainnya yang dapat di jadikan sebagai pemberat dengan
daya tenggelam dan bentuk yang beraneka ragam. Bahan, ukuran, bentuk dan
daya tenggelam biasanya berada antara nelayan satu dengan nelayan lainnya
(Mastasuganda, 2005).
E. Tali Temali
Menurut Hakim (2010) jaring insang lingkar terdiri dari jaring utama, tali ris
atas, tali ris bawah, pelampung, pemberat, dan tali selambar. Jaring utama
merupakan sebuah lembaran jaring yang tergantung pada tali ris atas. Jaring
utama merupakan bagian yang akan dilingkarkan pada saat pengiperasian dan
biasanya terbuat dari bahan polyamide. Tali ris atas adalah tempat untuk
jaring insang tidak berbelit sewaktu dioperasikan (terutama pada bagian tali ris
atasnya) biasanya tali ris atas dibuat rangkap dua dengan arah pintalan yang
11
berlawanan, Tali ris satu merupakan tali tempat diikatkannya jaring utama
Tali ris bawah berfungsi untuk melekatkan pemberat. Tali ris terbuat dari
chloride, plastik, karet, atau benda lainnya yang mempunyai daya apung dengan
bagian bawah jaring dan biasanya terbuat dari logam. Tali selambar berfungsi
untuk mengaitkan gillnet dengan kapal dan biasanya terbuat dari bahan
polyetilen. Parameter utama dari gillnet adalah ukuran mata jaring, ukuran alat
adalah kekakuan dari twine, ketegangan rentangan tubuh jaring, shortening atau
shrinkage, tinggi jaring, mesh size dan besar ikan, serta warna jaring (Hakim,
2010).
oleh arus yang melewati gillnet tersebut. Tampilan gillnet akan membentang
empat persegi tegak secara sempurna pada kondisi tanpa arus, seperti terlihat
pada saat dibentangkan di darat. Pada saat dioperasikan di dalam perairan yang
berarus, maka gillnet akan mengalami perubahan bentuk, yaitu menjadi miring
atau bahkan rebah dengan bentuk tampilan yang tidak teratur (Fridman, 1986).
Hal ini disebabkan oleh gaya hidrodinamika yang bekerja pada seluruh
bergerak menerobos atau gerakan alat tangkap menyaring kolom air, reaksi
dengan dasar perairan, gaya yang diakibatkan ikan dan beban akibat
menyelam, namun memiliki banyak kendala, karena kondisi arus yang sulit
dikontrol, memerlukan waktu yang lama serta menghabiskan biaya yang mahal.
diperoleh dengan cara mengalikan gaya apung satu pelampung terhadap jumlah
(pemberat).
G. Teknik pengoperasian
tetapi ada juga yang dioperasikan secara semi aktif atau dioperasikan secara
aktif. Gillnet dipasang di perairan atau di daerah penangkapan ikan atau hewan
13
air lainnya seperti lobster, kepiting, udang dan lain-lain. Kemudian jaring
dibiarkan untuk beberapa lama agar ikan atau hewan air tersebut dapat terjerat
yang mengoperasikannya.
tangkapan.
penurunan alat;
- Pertama kapal diposisikan sedemikian rupa agar arah angin datang
kemudian tali selambar pada ujung akhir dan berakhir tali belakang
adalah kebalikan dari urutan penurunan alat yaitu dimulai dari tali
selambat belakang, lalu badan jaring, terakhir tali selambar depan dan
14
hati-hati agar jaring tidak sobek dan dipisahkan hasil tangkapan yang
H. Hasil tangkapan
Kingdom : Animalia
Grade : Bilateria
Divisi : Eucoelomata
Section : Protostomia
Filum: Arthropoda
Kelas: Crustacea
Ordo : Decapoda
Seksi: Brachyura
Famili : Portunidae
Genus: Portunus
kiri-kanan mata terdapat duri sembilan buah, di mana duri yang terakhir
berukuran lebih panjang (Gambar 1). Rajungan mempunyai 5 pasang kaki, yang
terdiri atas 1 pasang kaki (capit) berfungsi sebagai pemegang, 3 pasang kaki
sebagai kaki jalan, dan 1 pasang kaki berfungsi sebagai dayung untuk berenang.
Nontji (1986) menyatakan rajungan mempunyai 5 pasang kaki jalan, di mana kaki
jalan pertama ukurannya besar, memiliki capit dan kaki jalan terakhir mengalami
modifikasi sebagai alat berenang. Kaki jalan pertama tersusun atas daktilus yang
berfungsi sebagai capit, propodos, karpus, dan merus. Sedangkan pada kaki
Perbedaan lain terlihat dari bentuk abdomen, abdomen jantan tampak lebih kecil
1993).
C. Metode Penelitian
sampel yang diambil adalah 10% sampel dari populasi nelayan jaring insang
kepiting yang ada di lokasi penelitian. Pengambilan data dilakukan dengan dua
cara yaitu diskusi dan wawancara langsung dengan nelayan tentang fungsi dan
desain alat tangap gillnet, dan pengukuran langsung terhadap setiap komponen-
pusat dua simpul yang berhadapan pada mata jaring yang sama bila jaring
D. Analisis Data
S= X 100 %
Dimana :
S = Shortening (%)
L = Panjang jaring kearah horizontal (m)
I = Panjang tali ris (m)
b. Tinggi jaring
Tinggi jaring dapat di tentukan dengan persamaan :
d=mxn
Dimana :
d = tinggi jaring kearah dalam (tinggi jaring setelah jaring di buat alat
tangkap) (m)
m = ukuran mata jaring mesh size (cm)
n = jumlah mata jaring ke arah dalam (mata)
19
S = shortening (%)
2. Perhitungan berat jaring (Najamuddin, 2009):
a. Berat jaring
W=
Dimana :
W = Berat jaring (kg)
N = jumlah mata jaring pada bagian atas jaring
n = jumlah mata jaring pada bagian bawah jaring
H = jumlah mata jaring pada tinggi jaring
S = shorening
K = knot conten
R = Runnage (berat tali dalam 1 m)
b. Berat tali (Wtl)
Wtl = panjang tali Runnage
c. Berat pelampung (Wpe)
Wpe = jumlah pelampug x berat tiap pelampung
d. Berat pemberat (Wpb)
Wpb = jumlah pemberat x berat tiap pemberat
e. Berat total alat tangkap di udara (Wt)
Wt = W + Wtl + Wpe + Wpb
3. TSA ( Twine Surface Area ) = Luas Penampang Benang (Najamuddin, 2009)
TSA = x H x 4ad x
Dimana :
TSA = Luas permukaan benang (dalam )
N = jumlah mata jaring pada bagian atas panel
n = jumlah mata jaring pada dasar panel
H = jumlah mata jaring pada tinggi panel
a = Panjang bar (cm)
d = Diameter/garis tengah benang (mm)
4. Perhitungan gaya apung dan gaya tenggelam (Fridman, 1986)
F = W (1/C 1) atau F = V W (untuk pelampung)
S = W (1-1/C) (untuk pemberat)
Dimana :
F = gaya apung (buoyancy) (kg gaya)
S = Gaya tenggelam (sinking power) (kg gaya)
W = Berat benda di udara (kg)
V = volume benda ( )
di desa Boddia. Data yang dibutuhkan dalam analisis ini adalah data mengenai