Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Imaji yang terdapat dalam imajinasi yang terdiri dari; imaji spasial, imaji
temporal, imaji ralsional, imaji personal, imaji nilai, imaji afeksional, imaji sadar-
tidak sadar-prasadar, imaji kepastian-ketidakpastian/kejelasan-kekekaburan, imaji
ralitas/nonrealitas, dan imaji pribadi umum. Adapun fungsi imajinasi adalah daya
pengumpul pengombinasi, penggabungan dan penyatuan berbagai imaji untuk
membuat konsep pencitraan atau diistilahkan konsep imajerial dalam satu
totalitas yang lengkap.
Tanpa kemampuan mengkombinasi dan menayatukan itu, tidak mungkin figur
baru yang utuh akan dipahami dan dimengerti. Imaji-imaji yang jumlahnya tidak
terbatas itu tidak mudah untuk menyatukannya dan fungsi bisosiatif sesuai dengan
aspek dan cirinya berjuta kemungkinan ketidaksaling berkaitan satu dengan yang
lainnya. Sebagai contoh, dalam benak ita terdapat imaji kuda, imajai manusia, dan
imaji buku. Ketiga itu tidak saling relevan daan berkaitan dan terlepas. Namun,
oleh kemampuan imajinasi ketiganya dikombinasikan menjadi figur baru yang
belum pernah terjadi, dan yang kita lihat sebelumnya figur centaurus (manusia
bertubuh kuda membaca buku)
Libido yang penggunaannya secara umum berarti gairah seksual; namun dalam
definisi yang bersifat lebih teknis, seperti yang ditemukan dalam hasil karya Carl
Gustav Jung, mempunyai pengertian yang lebih umum, mengartikan libido
sebagai energi psikis yang dimiliki individu untuk digunakan bagi perkembangan
pribadi atau individuasi.
Kastrasi Praktik pengebirian sudah dilakukan manusia bahkan jauh sebelum
tercatat dalam sejarah. Kebiri kadang kala dilakukan atas dasar alasan keagamaan
atau sosial di budaya tertentu di Eropa, Timur Tengah, Asia Selatan, Afrika,
dan Asia Timur. Setelah peperangan, pemenang biasanya mengebiri dengan
memotong penis dan testis mayat prajurit yang telah dikalahkan sebagai tindakan

1
simbolis "merampas" kekuatan dan keperkasaan mereka. Laki-laki yang dikebiri
orang kasim biasanya dipekerjakan dan diterima pada kelas sosial istimewa dan
biasanya menjadi pegawai birokrasi atau rumahtanga istana:
khususnya harem.Pengebirian juga muncul dalam dunia keagamaan. Sementara
beberapa agama seperti agama Yahudi sangat melarang praktik ini. Kitab
Imamat misalnya secara khusus melarang orang kasim atau yang alat kelaminnya
cacat untuk masuk menjadi biarawanKatolik, sebagaimana tradisi sebelumnya
melarang hewan kebiri untuk dikorbankan.
Kenikmatan Estetika
istilah Estetika baru muncul pada tahun 1750 oleh seorang filsuf minor yang
bernama Alexander G. Baumgarten (1714-1762). Istilah itu dipungut dari bahasa
Yunani kuno, aisthetika, yang berarti kemampuan melihat lewat penginderaan.
Baumgarten menamakan seni itu sebagai pengetahuan sensoris, yang dibedakan
dengan logika yang dinamakannya pengetahuan intelektual. Tujuan estetika
adalah keindahan, sedangkan tujuan logika adalah kebenaran (Sumardjo, 2000 :
25). Estetika digunakan oleh Alexander Baumgarten dalam arti cabang filsafat
sistematis yang menempatkan keindahan dan seni sebagai objek telaahnya. Sejak
itu istilah estetika dipakai dalam bahasan filsafat mengenai benda-benda seni.
Estetika yang berasal dari bahasa Yunani "aisthetika" berarti hal-hal yang dapat
diserap oleh panca indra. Oleh karena itu, estetika sering diartikan sebagai
persepsi indra (sense of perception). Alexander Baumgarten (1714- 1762),
seorang filsuf jerman adalah yang pertama memperkenalkan kata aisthetika,
sebagai penerus pendapat Cottfried Leibniz (1646-1716). Estetika adalah salah
satu cabang filsafat. Secara sederhana, estetika adalah ilmu yang membahas
keindahan, bagaimana bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa
merasakannya. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah sebuah filosofi
yang mempelajari nilai-nilai sensoris, yang dianggap sebagai penilaian terhadap
sentimen dan rasa. Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan filosofi
seni. Meskipun awalnya sesuatu yang indah dinilai dari aspek teknis dalam

2
membentuk suatu karya, namun perubahan pola pikir dalam masyarakat akan
turut mempengaruhi penilaian terhadap keindahan.

B. Identifikasi Masaalah
Dari ruang lingkup yang tertera di atas, yaitu Bisosiatif, Libido, Estetika, dan
Kastrasi. Maka identifikasi masalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian Bisosiatif dan Imajinasi
2. Apa pengertian Libido
3. Apa pengertian Estetika
4. Apa pengertian Kastrasi.

C. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, maka dapat di deskripsikan tujuan dari
pembahasan ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui fungsi Bisosiatif dan Imajinasi
2. Untuk mengetahui teori-teori Libido
3. Untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan Estetika dan Kastrasi

D. Manfaat
Untuk menambah wawasan khususnya bagi kelompok kami, dan umumnya untuk
khalayak banyak, mengenai Psikolinguistik. Yang salah satunya kami bahas, yaitu
Bagaimana Manusia Memahami Ujaran.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bisosiatif dan Imajinatif


Imaji yang terdapat dalam imajinasi yang terdiri dari; imaji spasial, imaji
temporal, imaji ralsional, imaji personal, imaji nilai, imaji afeksional, imaji sadar-

3
tidak sadar-prasadar, imaji kepastian-ketidakpastian/kejelasan-kekekaburan, imaji
ralitas/nonrealitas, dan imaji pribadi umum. Adapun fungsi imajinasi adalah daya
pengumpul pengombinasi, penggabungan dan penyatuan berbagai imaji untuk
membuat konsep pencitraan atau diistilahkan konsep imajerial dalam satu totalitas
yang lengkap.
Tanpa kemampuan mengkombinasi dan menayatukan itu, tidak mungkin figur baru
yang utuh akan dipahami dan dimengerti. Imaji-imaji yang jumlahnya tidak terbatas
itu tidak mudah untuk menyatukannya dan fungsi bisosiatif sesuai dengan aspek dan
cirinya berjuta kemungkinan ketidaksaling berkaitan satu dengan yang lainnya.
Sebagai contoh, dalam benak ita terdapat imaji kuda, imajai manusia, dan imaji
buku. Ketiga itu tidak saling relevan dan berkaitan dan terlepas. Namun, oleh
kemampuan imajinasi ketiganya dikombinasikan menjadi figur baru yang belum
pernah terjadi, dan yang kita lihat sebelumnya figur centaurus (manusia bertubuh
kuda membaca buku)
Fungsi bisosiatif adalah sebagai berikut:
1. Pemacuan kemampuan difrensiatif
2. Tidak sekadar penggabungan imaji-imaji, melainkan imajanisasi juga
mendamaikan dua tau lebih imaji yang tidak saling berkaitan.
3. Pemacuan keberanian memasuki medan heuristik atau medan kelahiran
4. berbagai kemungkinan baru ini lbukan hanya milik para seniman saja.

B. Pengertian Libido

Dalam penggunaannya secara umum berarti gairah seksual; namun dalam


definisi yang bersifat lebih teknis, seperti yang ditemukan dalam hasil karya Carl
Gustav Jung, mempunyai pengertian yang lebih umum, mengartikan libido sebagai
energi psikis yang dimiliki individu untuk digunakan bagi perkembangan pribadi atau
individuasi.

Sigmund Freud (bapak psikologi modern) memopulerkan istilah ini dan


mendefinisikan libido sebagai energi atau daya insting, terkandung dalam apa yang

4
disebut Freud sebagai identifikasi, yang berada dalam komponen ketidaksadaran dari
psikologi. Freud menunjukkan bahwa dorongan libidinal ini dapat bertentangan
dengan perilaku yang beradab. Kebutuhan untuk menyesuaikan diri
dengan masyarakat dan pengendalian libido menyebabkan ketegangan dan gangguan
dalam diri individu, mendorong untuk digunakannya pertahanan ego untuk
menyalurkan energi psikis dari kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kebanyakan tidak
disadari ini ke dalam bentuk lain. Penggunaan berlebihan dari pertahanan ego
menyebabkan neurosis. Tujuan utama dari analisis psikologis adalah untuk membawa
dorongan identifikasi ke dalam kesadaran, yang memungkinkan untuk ditemukan
secara langsung sehingga mengurangi ketergantungan pasien pada pertahanan ego.

Menurut psikolog Swiss Carl Gustav Jung, libido diidentifikasi sebagai energi
psikis. Pertentangan yang menghasilkan energi (atau libido) dari psikis, menurut
Jung, mengekspresikan diri hanya melalui simbol-simbol: "Adalah energi yang
memanifestasikan diri dalam proses kehidupan dan dipersepsi secara subjektif
sebagai usaha atau hasrat."

Didefinisikan secara lebih sempit, libido juga merujuk pada keinginan


individual untuk terlibat dalam aktivitas seksual. Dalam hal ini, lawan kata dari libido
adalah destrudo.

Fase-fase libido

1. Oral 0-1 tahun

2. Genital 3-8 tahun

3. Laten atau seksualitas menurun 8 tahun ke atas sebelum pubertas

4. Pubertas

C. Pengertian Estetika

5
Baru muncul pada tahun 1750 oleh seorang filsuf minor yang bernama
Alexander G. Baumgarten (1714-1762). Istilah itu dipungut dari bahasa Yunani kuno,
aisthetika, yang berarti kemampuan melihat lewat penginderaan. Baumgarten
menamakan seni itu sebagai pengetahuan sensoris, yang dibedakan dengan logika
yang dinamakannya pengetahuan intelektual. Tujuan estetika adalah keindahan,
sedangkan tujuan logika adalah kebenaran (Sumardjo, 2000 : 25). Estetika digunakan
oleh Alexander Baumgarten dalam arti cabang filsafat sistematis yang menempatkan
keindahan dan seni sebagai objek telaahnya. Sejak itu istilah estetika dipakai dalam
bahasan filsafat mengenai benda-benda seni. Estetika yang berasal dari bahasa Yunani
"aisthetika" berarti hal-hal yang dapat diserap oleh panca indra. Oleh karena itu,
estetika sering diartikan sebagai persepsi indra (sense of perception). Alexander
Baumgarten (1714- 1762), seorang filsuf jerman adalah yang pertama
memperkenalkan kata aisthetika, sebagai penerus pendapat Cottfried Leibniz (1646-
1716).

Estetika adalah salah satu cabang filsafat. Secara sederhana, estetika adalah
ilmu yang membahas keindahan, bagaimana bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang
bisa merasakannya. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah sebuah filosofi
yang mempelajari nilai-nilai sensoris, yang dianggap sebagai penilaian terhadap
sentimen dan rasa. Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan filosofi seni.
Meskipun awalnya sesuatu yang indah dinilai dari aspek teknis dalam membentuk
suatu karya, namun perubahan pola pikir dalam masyarakat akan turut mempengaruhi
penilaian terhadap keindahan. Misalnya pada masa romantisme di Perancis,
keindahan berarti kemampuan menyajikan sebuah keagungan.

Pada masa realisme, keindahan berarti kemampuan menyajikan sesuatu dalam


keadaan apa adanya. Pada masa maraknya de Stijl di Belanda, keindahan berarti

6
kemampuan mengkomposisikan warna dan ruang dan kemampuan mengabstraksi
benda. Perkembangan lebih lanjut menyadarkan bahwa keindahan tidak selalu
memiliki rumusan tertentu. Berkembang sesuai penerimaan masyarakat terhadap ide
yang dimunculkan oleh pembuat karya. Karena itulah selalu dikenal dua hal dalam
penilaian keindahan, yaitu the beauty, suatu karya yang memang diakui banyak pihak
memenuhi standar keindahan dan the ugly, suatu karya yang sama sekali tidak
memenuhi standar keindahan dan oleh masyarakat banyak biasanya dinilai buruk,
namun jika dipandang dari banyak hal ternyata memperlihatkan keindahan.

Keindahan seharusnya sudah dinilai begitu karya seni pertama kali dibuat.
Filsuf Plato menentukan keindahan dari proporsi, keharmonisan, dan kesatuan.
Sementara Aristoteles menilai keindahan datang dari aturan-aturan, kesimetrisan, dan
keberadaan. Selain itu pengertian Estetika ini atau yang sering didengar sebuah
keindahan mempunyai banyak makna dan arti, setiap orang mempunyai pengertian
yang berbeda antara satu dan yang lainnya mengenai arti dan makna estetika. Sebab,
setiap orang mempunyai penilaian dan kriteria keindahan yang berbeda-beda. Berikut
pengertian estetika dan lingkupnya dapat dicermati di bawah ini : 1. Estetika adalah
segala sesuatu dan kajian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan seni
(Kattsoff, Element of Philosophy, 1953). 2. Estetika merupakan suatu telaah yang
berkaitan dengan penciptaan, apresiasi, dan kritik terhadap karya seni dalam konteks
keterkaitan seni dengan kegiatan manusia dan peranan seni dalam perubahan dunia
(Van Mater Ames, Colliers Encyclopedia, Vol. 1). 3. Estetika merupakan kajian
filsafat keindahan dan juga keburukan (Jerome Stolnitz, Encylopedia of Philoshopy,
Vol. 1). 4. Estetika adalah suati ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan
dengan keindahan, mempelajari semua aspek yang disebut keindahan

(A. A. Djelantik, Estetika Suatu Pengantar, 1999). 5. Estetika adalah segala


hal yang

7
berhubungan dengan sifat dasar nilai-nilai nonmoral suatu karya seni (William
Haverson, dalam Estetika Terapan, 1989). 6. Estetika merupakan cabang filsafat yang
berkaitan dengan proses penciptaan kaya estetis (Jhon Hosper, dalam Estetika
Terapan, 1989). 7. Estetika adalah fisafat yang membahas esensi dari totalitas
kehidupan estetik dan artisrtik yang sejalan dengnan zaman (Agus Sachari, Estetika
Terapan, 1989). 8. Estetika mempersoalkan hakikat keindahan alam dan karya seni,
sedangkan filsfat seni mempersoalkan hanya karya seni atau benda seni, atau artifak
yang disebut seni (Jakob Sumarjo, Filsafat Seni, 2000).2.2 Sejarah Estetika
Pengertian estetika dari suatu masa ke masa yang lain selalu mengalami perubahan.
Beberapa pemikir estetika yang terkenal antara lain adalah Aristoteles dan Immanuel
Kant.

Aristoteles dalam Poetics menyatakan bahwa sesuatu dinyatakan indah karena


mengikuti aturan-aturan (order), dan memiliki magnitude atau memiliki daya tarik.
Immanuel Kant dalam The Critique of Judgement (1790) yang dikutip oleh
Porphyrios (1991) menyatakan bahwa suatu ide estetik adalah representasi dari
imajinasi yang digabungkan dengan konsep-konsep tertentu. Kant menyatakan
adanya dua jenis keindahan yaitu keindahan natural dan keindahan dependen.
Keindahan natural adalah keindahan alam, yang indah dalam dirinya sendiri,
sementara keindahan dependen merupakan keindahan dari objek-objek ciptaan
manusia yang dinilai berdasarkan konsep atau kegunaan tertentu. Kedua pendapat
tersebut di atas menunjukkan perhatian yang besar pada objek, di mana keindahan
didapatkan karena suatu objek memiliki karakter tertentu sehingga layak untuk
dinyatakan sebagai indah. Perhatian yang besar terhadap objek dalam pemikiran
tentang estetika tersebut memberikan pengaruh pada arsitektur. Pengaruh tersebut

mengakibatkan munculnya aturan-aturan sebagai patokan untuk menyatakan


keindahan suatu bangunan. Alberti yang hidup pada masa Renaissance, dalam Ten
Books on Architecture menyatakan bahwa keindahan suatu bangunan ditentukan oleh

8
beberapa faktor (Porphyrios, 1991) seperti jumlah komponen (number) misalnya
jumlah kolom, pelubangan dan sebagainya yang dinyatakan harus meniru alam,
congruity, yaitu bagaimana menempatkan suatu komponen untuk membentuk
keindahan secara keseluruhan, finishing dan collocation. Pada intinya Alberti
menyatakan sesuatu disebut indah karena meniru alam, dalam hal ini bukan hanya
alam secara fisik, tetapi juga hukum-hukum alam. Hal ini dapat dilihat pada kolom-
kolom Yunani yang berbentukmengecil ke atas, yang dianggap sesuai dengan hukum
alam. Alberti bukanlahsatu-satunya orang yang mencetuskan standar dalam estetika
arsitektur.Andrea Palladio dan Brunelleschi juga banyak memberikan kontribusi
bagistandar estetika dalam arsitektur masa Renaissance. Kebanyakan aturan-
aturanyang berlaku pada masa tersebut menyebutkan aturan proporsi dalam angka-
angka. Golden section merupakan salah satu aturan proporsi dalam angkayang
banyak digunakan dan dianggap sebagai representasi dari alam padasekitar abad ke-
18. Aturan-aturan yang populer pada masa setelah Renaissance dijiwaioleh semangat
akan perkembangan sains.

Perez-Gomez dalam Architectureand The Crisis of Modern Science (1990)


menyatakan bahwa terdapat duatransformasi yang menjadi penyebab hal tersebut di
atas, yaitu revolusiGalileo yang menggantikan kosmologi Renaissance dengan sains
yang bersifatuniversal, serta transformasi kedua yang berlangsung pada tahun 1800
yangsemakin memantapkan sains sebagai satu-satunya cara melakukan
interpretasiterhadap realitas. Karena itu estetika yang digunakan dalam arsitektur
menjadiestetika yang bersifat matematis. Proporsi yang matematis dan
geometrimendominasi konsep estetika pada masa tersebut. Penggunaan geometri dan

angka dalam arsitektur terus berlangsunghingga awal abad ke-20 saat berkembangnya

Arsitektur Modern. Pada masaArsitektur Modern, proporsi golden section


diadaptasi oleh Le Corbusierdalam teori Modulornya. Perbedaannya dengan
penggunaan geometri danangka pada masa sebelumnya adalah bahwa dalam

9
Arsitektur Modern,pengaruh geometri dan angka berakibat pada tujuan penataan
ruang yangsemata-mata untuk alasan efisiensi dan ekonomi. Perez-Gomez
(1990)menyatakan bahwa paradigma efisiensi dan ekonomi dalam ArsitekturModern
merupakan akibat dari pendekatan rasional absolut sehingga arsitekturdireduksi
hanya sebagai teori yang rasional dengan menolakketerhubungannya dengan filosofi
dan kosmologi. 9. Selain mendasarkan diri pada perhitungan rasional, Arsitektur
modernmerupakan suatu bentuk arsitektur yang mengidekan suatu universalitas
danobjektivitas.

Hal ini merupakan konsekuensi dari konsep yang hanyadidasarkan pada objek
semata. Berdasarkan pada objek dan meniadakankemungkinan subjektif dengan
meniadakan faktor pengamat berarti mencarisesuatu yang objektif dan universal,
dapat dilihat hubungan erat antaraArsitektur Modern dengan arsitektur masa
Renaissance yang tumbuh dalammasa euforia terhadap sains dan pemikiran rasional,
yakni bersifat objektif danuniversal. Perkembangan filsafat fenomenologi pada masa
awal abad keduapuluh yang mengkritisi pendekatan matematis dari modernisme
kemudianmembawa suatu pendekatan baru dalam estetika. Dalam
fenomenologi,perhatian lebih diarahkan kepada keberadaan subjek yang mempersepsi
objekdari pada kepada objek itu sendiri. Dengan kata lain hal ini dapat
dikatakansebagai membuka kemungkinan adanya subjektivitas. Hal ini
menimbulkankesadaran akan adanya konteks ruang dan waktu, bahwa pengamat dari
tempatyang berbeda akan memiliki standar penilaian yang berbeda, dan begitu
puladengan pengamat dari konteks waktu yang berbeda. Pemikiran inilah

yangkemudian akan berkembang menjadi postmodernisme.


Terbukanyakemungkinan untuk bersifat subjektif memberi jalan bagi keberagaman
dalamestetika, dan memberikan banyak pengaruh pada arsitektur. Wajah arsitektur
yang semakin beragam dan semakin kompleks, tidakseperti wajah Arsitektur Modern
yang selalu polos. Ide akan kompleksitasdalam arsitektur pertama kali dicetuskan

10
oleh Robert Venturi dari Amerikadalam bukunya Complexity and Contradiction in
Architecture (1962) yangkemudian mengawali post modernisme dalam arsitektur.
Dalam buku tersebutterlihat adanya pergeseran estetika yang sangat besar. Venturi
mendukungpenggunaan kompleksitas dan kontradiksi dalam arsitektur dan
mencanangkanslogan less is bore yang merupakan penyerangannya terhadap slogan
less ismore dari Arsitektur Modern. Dengan terbukanya subjektivitas, maka
timbulkecenderungan untuk memberikan identitas pada arsitektur, baik berupa
identitas pemilik ataupun identitas si arsitek. 10.

Akibat dari kecenderungan ini, terjadilah fenomena berlomba-lomba untuk


membuat monumen-monumen yang dipergunakan untuk menunjukkan jati diri. Pada
titik ini terjadi tumpang- tindih antara estetika dengan simbolisme, karena estetika
dipergunakan sebagai sarana untuk menunjukkan identitas. Ide ini bukanlah ide baru,
karena arsitektur pada masa sebelum masa Arsitektur Modern juga telah banyak
menggunakannya, akan tetapi yang terjadi pada postmodernisme adalah pluralisme
yang berlebihan karena setiap individu berusaha untuk memiliki jati diri sendiri
(Piliang, 1998). Adanya kesadaran akan kontekstualitas membuka pikiran akan tidak
adanya universalitas dan objektivitas.

Hal ini menuju pada pengakuan akan adanya (pengetahuan) konsep estetika
arsitektur lain di luar arsitektur barat. Akibatnya terjadi perkembangan ilmu estetika
arsitektur yang merambah ke arsitektur selain Barat yang sebelumnya dianggap
sebagai oriental, termasuk juga arsitektur di Indonesia. Sejarah Estetika di

Indonesia Yuswadi Saliya (1999) menyatakan adanya empat ciri arsitektur


tradisional di Indonesia, yaitu pertama, semuanya sarat dengan makna simbolik,
kedua, rumah menjadi simpul generasi masa lalu dengan generasi masa datang, ketiga
pemenuhan kebutuhan spiritual lebih diutamakan dari pada kebutuhan badani,
keempat, dikenalnya konsep teritorialitas dan kemudian mengejawantah menjadi
batas. Ciri pertama dan kedua menunjukkan adanya kosmologi dan orientasi non

11
badaniah, dan karena spiritual-lah yang diutamakan, maka kebutuhan badaniah
cenderung akan dikorbankan demi kepentingan spiritual. Dalam hal ini manusia
merupakan pihak yang harus melakukan penyesuaian diri terhadap bentukan
arsitektur (Soemardjan, 1983). Orientasi terhadap kosmologi ini masih banyak
dijumpai di Indonesia hingga masa kini, terutama pada arsitektur tradisional. Hal ini
bukan berarti bahwa semua arsitektur di Indonesia berorientasi pada kosmologi.
Indonesia tidak terlepas dari pengaruh globalisasi. 11. Pemikiran akan universalitas
dan objektivitas Arsitektur Modern juga melanda arsitektur Indonesia.

Seperti juga di Barat, fenomena arsitektur yang polos, tanpa ornamen dan
tanpa konteks juga terjadi di Indonesia. Seperti juga arus modernisme, arus
Postmodernisme juga melanda Indonesia. Sebagai akibatnya, terjadi kesadaran akan
konteks dan perlunya identitas. Hadirnya Arsitektur Modern dan Postmodern secara
bersamaan dengan (masih) hadirnya arsitektur tradisional menunjukkan adanya
dualisme dalam arsitektur Indonesia.

Arsitektur Modern dan Postmodern menunjukkan arsitektur yang berorientas


pada kebutuhan badaniah manusia, sementara arsitektur tradisional Indonesia
berorientasi kepada kosmologi dan spiritual. Juga Estetika dalam Arsitektur Dalam
arsitektur, estetika adalah sebuah bahasa visual, yang tidak sama dengan beberapa
bahasa estetika yang tidak visual, seperti bahasa itu sendiri. Estetika dalam arsitektur
memiliki banyak sangkut paut dengan segala yang visual seperti permukaan, volume,

massa, elemen garis,dan sebagainya, termasuk berbagai order harmoni, seperti


komposisi. Teori Estetika Subyektif Menurut Herbert Read teori subyektif
menyatakan bahwa sesungguhnya yang menyatakan ciri-ciri yang menimbulkan
keindahan adalah tidak ada. Yang ada hanyalah tanggapan persaaan dalam diri
seseorang dalam mengamati sesuatu benda. Keindahan memang subyektif, dalam diri
setiap orang, pendapat tentang nilai estetika sebuah bangunan dipengaruhi oleh
berbagai hal, antara lain subyektifitas diri sendiri. Sensasi hanya dimungkinkan bila

12
fungsi biologis tubuh yang berkaitan dengan fungsi sensasi dan persepsi dalam
keadaan normal; misalnya mata bisa melihat, hidung bisa mencium, pikiran dalam
keadaan normal/perseptif. Mampukah suatu obyek menggairahkan limbic dalam otak
sehingga merasa adanya kenikmatan saat berkontak dengan sebuah obyek
arsitektural. Kenikmatan yang didapatkan itu menjadikan otak mengatakan sesuatu
itu indah.

Teori Estetika Teori Estetika pada dasarnya dapat dibagi menjadi 3, yaitu : 1.
Teori Estetik Formil Banyak berhubungan dengan seni klasik dan pemikiran-
pemikiran klasik. Teori ini menyatakan bahwa keindahan luar bangunan menyangkut
persoalan bentuk dan warna. Teori beranggapan bahwa keindahan merupakan hasil
formil dari ketinggian, lebar, ukuran (dimensi) dan warna. Rasa indah merupakan
emosi langsung yang diakibatkan oleh bentuk tanpa memandang konsep-konsep lain.
Teori ini menuntut konsep ideal yang absolut yang dituju oleh bentuk-bentuk indah,
mengarah pada mistik. 2. Teori Estetik Ekspresionis Teori menyebutkan bahwa
keindahan tidak selalu terjelma dari bentuknya tetapi dari maksud dan tujuan atau
ekspresinya. Teori ini beranggapan bahwa keindahan karya seni terutama tergantung
pada apa yang diekspresikannya. Dalam arsitektur keindahan dihasilkan oleh ekspresi
yang paling sempurna antara kekuatan gaya tarik dan kekuatan bahan (material). Kini
anggapan dasar utama keindahan arsitektur adalah ekspresi fungsi atau kegunaan

suatu bangunan. 3. Teori Estetik Psikologis Menurut Teori ini keindahan mempunyai
3 aspek : a. Keindahan dalam arsitektur merupakan irama yang sederhana dan mudah.
Dalam arsitektur pengamat merasa dirinya mengerjakan apa yang dilakukan
bangunan dengan cara sederhana, mudah dan luwes. b. Keindahan merupakan akibat
dari emosi yang hanya dapat diperlihatkan dengan prosedur Psikoanalistik. Karya
seni mendapat kekuatan keindahannya dari reaksi yang berbeda secara keseluruhan.
c. Keindahan merupakan akibat rasa kepuasan si pengamat sendiri terhadap obyek
yang dilihatnya. Ketiga teori ini merupakan manifestasi untuk menerangkan

13
keindahan dari macam-macam sudut pandang secara mistik, emosional atau ilmiah
intelektual.

Teori yang kemudian muncul, seperti dikutip Maryono (1982- 81) antara lain adalah
teori keindahan Obyektif dan Subyektif. Teori Obyektif berpendapat bahwa
keindahan adalah sifat (kualitas) yang melekat pada obyek. Teori Subyektif
mengemukakan bahwa keindahan hanyalah tanggapan perasaan pengamat dan
tergantung pada persepsi pengamat. Teori keindahan secara umum menurut dasar
pemikiran Timur, seperti diuraikan Sachari (1988 : 29-33), antara lain didasarkan
pada hubungan alam dengan semesta (Taoisme), manusia dengan masyarakat
(Konfusianisme), hubungan manusia dengan yang mutlak (Budhisme).
Keseimbangan alam merupakan ukuran keindahan menurut pemikiran Timur.2.4
Fungsi Estetika Di zaman modern, perkembangan seni semakin tidak dapat di
pisahkan dari kehidupan manusia. Pada seni yang berdaya guna dalam kehidupan
mereka, bahkan seni menduduki fungsi-fungsi tertentu dalam kehidupan manusia.
Nilai dapat di bedakan atas dua macam yaitu nilai ekstrinsik dan nilai intrinsik. Nilai
ekstrinsik ialah nilai yang di kejar manusia demi sesuatu tujuan yang ada di luar
kegiatananya, sedangakan nilai instrinsik yaitu nilai yang di kejar manusia dari nilai
itu sendiri karena keberhargaan, keunggualan atau kebaikan yang terdapat pada seni

itu sendiri. 1. Fungsi Kerohanian (Spiritual) Seni di pandang memiliki fungsi


kerohanian (spiritual) karena banyak dimanfaatkan sebagai media bagi manusia untuk
mendekatkan diri denagn sang pencipta. Fungsi ini tampaknya yang tertua dan pokok
dari seni yang bercorak spiritual. Misalnya seperti membaca Al-Quran, kaligrafi,
nyanyian rohani, arsitektur Masjid dll. Karl Barth berpendapat bahwa sumber
keindahan adalah Tuhan. Agama sering dijadikan juga sebagai salah satu sumber
inspirasi seni yang berfungsi untuk kepentingan keagamaan. Pengalaman-pengalaman
religi tersebut tergambarkan dalam bentuk nilai estetika.

14
Banyak media yang mereka pergunakan. Ada yang memakai suara, gerak,
visual dsb. Contoh: Kaligrafi arab, makam, relief candi, gereja dsb.2. Fungsi
Kesenangan Seni di pandang memiliki fungsi kesenangan hanya untuk kesenangan
yaitu hiburan (peluapan emosi yang menyenangakan). Seorang seniaman akan akan
terhibur ketika berkarya dan akan lebih merasa terhibur jika karyanya dinyatakan
berhasil. Demikian seseorang akan merasa terhibur jika mendengarkan musik, film
yang bagus, lukisan yang menyentuh perasaan. Dan semuanya kembali kepada
sejaauh mana apresiasi seseorang terhadap karya seni.3. Funsi Pendidikan Seni di
pandang memiliki fungsi pendidikan karena dapat meningkat potensialitas manusia
seperti keterampilan, kreatifitas, emosionalitas dan sensibilitas (kepekaan). Beberapa
seni lukis misalnya dapat meningkatkan keterampilan tangan ketajaman penglihatan,
daya khayal sehingga menjadi lebih kreatif. Peningkatan karya seni dapat mengasah
perasaan sesseorang sehingga menjadi lebih sensitif, sensibilitasnya meningkat, serta
penyerapan panca inderanya lebih lengkap, upaya pendidikan yang sudah umum di
lakukan agar menyenangkan dalam seni contohnya seperti drama yang di aplikasikan
dalam pelajaran sejarah, menyanyi dan bermain musik. Sedangakan pendidikan
nonformal dapat dilakukan oleh pemerintah melalui film, lagu, atau wayang.
Pendidikan dalam arti luas dimengerti sebagai suatu kondisi tertentu yang

memungkinkan terjadinya transformasi dan kegiatan sehingga mengakibatkan

seseorang mengalami suatu kondisi tertentu yang lebih maju. Dalam sebuah
pertunjukan seni orang sering mendapatkan pendidikan secara tidak langsung karena
di dalam setiap karya seni pasti ada pesan/makna yang sampaikan. Disadari atau tidak
rangsangan- rangsangan yang ditimbulkan oleh seni merupakan alat pendidikan bagi
seseorang.

Seni bermanfaat untuk membimbing dan mendidik mental dan tingkah laku
seseorang supaya berubah kepada kondisi yang lebih baik- maju dari sebelumnya.
Disinilah seni harus disadari menumbukan pengalaman estetika dan etika.4. Fungsi

15
Komunikatif Seni di pandang memiliki fungsi komunikatif karena dapat
menghubungkan pikiran seseorang dengan orang lain. Orang usia lanjut dan orang
muda dapat bertemu melalui seni. Pria dan wanita dapat berhubungan pada landasan
yang sama berupa karya seni bahkan orang- orang (seniman) yang hidup berabad-
abad yang lampau dan di tempat yang ribuan kilometerr jauhnya dapat berkomunikasi
dengan orang-orang sekarang melalui karya seni yang di tinggalkan.

D. Pengertian Kastrasi

Kastrasi dengan kata lain Praktik pengebirian sudah dilakukan manusia


bahkan jauh sebelum tercatat dalam sejarah. Kebiri kadang kala dilakukan atas dasar
alasan keagamaan atau sosial di budaya tertentu di Eropa, Timur Tengah, Asia
Selatan,Afrika, dan Asia Timur. Setelah peperangan, pemenang biasanya mengebiri
dengan memotong penis dan testis mayat prajurit yang telah dikalahkan sebagai
tindakan simbolis "merampas" kekuatan dan keperkasaan mereka. Laki-laki yang
dikebiri orang kasim biasanya dipekerjakan dan diterima pada kelas sosial istimewa
dan biasanya menjadi pegawai birokrasi atau rumahtanga istana:

khususnya harem.Pengebirian juga muncul dalam dunia keagamaan.


Sementara beberapa agama seperti agama Yahudi sangat melarang praktik ini. Kitab
Imamat misalnya secara khusus melarang orang kasim atau yang alat kelaminnya
cacat untuk masuk menjadi biarawanKatolik, sebagaimana tradisi sebelumnya
melarang hewan kebiri untuk dikorbankan.

Dalam sejarah Tiongkok, orang kasim atau disebut sida-sida diketahui


memegang kekuasaan yang cukup besar di istana, terkadang merebut kekuasaan dari
kaisar yang sah, seperti disebutkan dalam sejarah dinasti Han, dan masa menjelang
akhir dinasti Ming. Peristiwa yang sama juga dilaporkan terjadi di Timur Tengah.

16
Di masa purba, pengebirian juga melibatkan pemotongan seluruh alat kelamin
pria, baik testis sekaligus penis. Praktik ini sangat berbahaya dan kerap
mengakibatkan kematian akibat pendarahan hebat atau infeksi, sehingga dalam
beberapa kebudayaan seperti Kekaisaran Byzantium, pengebirian disamakan dengan
hukuman mati. Pemotongan hanya testisnya saja mengurangi risiko kematian.

Pembedahan untuk mengangkat kedua testis atau pengebirian secara kimia secara
medis mungkin dilakukan sebagai prosedur pengobatan kanker prostat. Pengobatan
dengan mengurangi atau menghilangi asupan hormon testosteron baik secara kimia
ataupun bedah dilakukan untuk memperlambat perkembangan kanker. Hilangnya
testis yang berarti hilangnya pula hormon testosteron mengurangi hasrat seksual,
obsesi, dan perilaku seksual.

Kaum transseksual laki-laki yang merasa dirinya perempuan ada yang menjalani
prosedur orchiektomi, penghilangan alat kelami laki-laki, sebagai bagian dari operasi
ganti kelamin dari laki-laki menjadi perempuan.

Contoh Kastrasi

Pada suatu hari setelah pulang sekolah, Syamsul Bahri mengajak Siti Nurbaya ke
gunung Padang bersama-sama dua rang temannya, yakni Zainularifin, anak seorang
jaksa kepala di Padang yang bernama Zainularifin akan melanjutkan sekolahnya ke
Sekolah Dokter Jaya di Jakarta. Sedang Bahtiar melanjutkan ke Sekolah Opzicther
(KWS) di Jakarta pula. Syamsul Bahri pun akan melanjutkan ke Sekolah Dokter
tersebut. Pada hari yang ditentukan, berangkatlah mereka bertamsya ke Gunung
Padang. Di Gunung Padang itulah Syamsul Bahri menyatakan cintanya kepada Siti
Nurbaya dan mendapatkan balasan. Sejak itulah mereka berjanji akan sehidup semati.

17
Di Padang ada ada seorang yang kaya raya, yang beranam Datuk Maringgih. Ia selalu
berbuat kejahatan secara halus sehingga tidak diketahui orang lain. Kekayaannya itu
didapatkan dengan cara yang tidak halal. Untuk itu ia mempunyai banyak kaki
tangan, antara pendekar tiga, pendekar empat dan pendekar lima.

Melihat kekayaan Baginda Sulaeman, Datuk Maringgih merasa tidak senang, maka
semua kekayaan Baginda Sulaeman dilenyapkannya. Dengan itu, Baginda Sulaeman
kekurangan modal untuk melanjutkan perdagangannya. Kemudian Baginda Sulaeman
meminjam modal pada Datuk Maringgih. Dipinjaminya modal sebesar 10 ribu rupiah.
Kemudian, sebagai jaminannya adalah dengan memberikan separo hasil kebun
kelapa. Namun dengan kelicikan Datuk Maringgih kebun kelapa Baginda Sulaeman
diobati agar tidak berbuah. Dan itu berhasil, alhasil Baginda Sulaeman tidak mampu
untuk mengembalikan modal kepada Datuk Maringgih.

Karena Baginda Sulaeman tidak mampu mengembalikan modal, maka dimintalah


anaknya Siti Nurbaya untuk dijadikannya istri secara paksa.

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Adapun fungsi imajinasi adalah daya pengumpul pengombinasi,
penggabungan dan penyatuan berbagai imaji untuk membuat konsep
pencitraan atau diistilahkan konsep imajerial dalam satu totalitas yang
lengkap.

18
Didefinisikan secara lebih sempit, libido juga merujuk pada keinginan
individual untuk terlibat dalam aktivitas seksual. Dalam hal ini, lawan kata
dari libido adalah destrudo.

Dalam pembahasan setetika dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:


1. Estetika adalah ilmu yang membahas tentang keindahan. 2. Estetika
membahas hal yang berkaitan dengan refleksi kritis terhadap nilai-nilai atas
sesuatu yang disebut indah atau tidak indah. Dan keindahan meliputi:
keindahan seni, keindahan alam, keindahan moral, dan keindahan intelektual.
Keindahan secara murni, menyangkut pengalaman esotis seseorang dalam
kaitannya dengan sesuatu yang dihayatinya. Sedangkan keindahan secara
sempit menyangkut benda-benda yang dihayatinya melalui indera.

Kastrasi adalah pengebirian yang dilakukan seseorang untuk


menghilangkan ataupun mengangkat kedua testis. Hilangnya testis yang
berarti hilangnya pula hormon testosteron mengurangi hasrat seksual, obsesi,
dan perilaku seksual.

B. Saran

Dari pembahasan ke empat materi di atas, semaga dapat memberikan


manfaat bagi pembaca baik di lingkungan kampus maupun di luar lingkungan
kampus. Kami hanya berusaha bersosialisasi dengan menggunakan tulisan
yang sederhana ini.

19
20

Anda mungkin juga menyukai