Anda di halaman 1dari 8

SEJARAH PEMIMPIN

BANYUWANGI
KELAS : X IA 6
KELOMPOK : 01
ALEX PERDANA
ALIFIA HELDA C.
HASAN SYAIFUR R.
M. SAIFUL R.
PUTRI INDRA N.
SAKINA ARIFMA SANI
SYAFIRA R. AISY
Kata Pengantar

AssalamualaikumWarahmatullahiWabarakatuh. Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat


yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan
seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul SEJARAH PEMIMPIN
BANYUWANGI.

Dalam penyusunannya, kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua, narasumber dan guru
pembimbing yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Makalah
yang kami buat ini bertujuan agar pembaca mengetahui sejarah para pemimpin Banyuwangi.

Dari tujuan tersebut, kami berharap bahwa pembaca sadar akan sejarah kepemimpinan yang
ada di Banyuwangi, oleh karena itu kita harus bekerja keras membawa negara kita untuk semakin
berkembang dan maju serta tidak terlalu berharap dengan negara-negara lain. Meskipun kami berharap
isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

1 PENELITIAN SEJARAH
Daftar Isi

Kata Pengantar ......................................................................................................................................................1

PROLOG..................................................................................................................................................................3

HASIL PENELITIAN ..................................................................................................................................................4

KESIMPULAN .........................................................................................................................................................6

2 PENELITIAN SEJARAH
PROLOG

Sejarah adalah kejadian yang terjadi pada masa lampau yang disusun berdasarkan
peninggalan-peninggalan berbagai peristiwa. Peninggalan peninggalan itu disebut sumber sejarah.
Dalam bahasa Inggris, kata sejarah disebut history, artinya masa lampau; masa lampau umat manusia.

Untuk mengetahui berbagai macam sejarah terutama sejarah dari saerah asal kita, dapat
diperoleh dengan banyak cara, misalnya observasi (penelitian) dan melalui sumber internet. Penelitian
sejarah di jaman sekarang ini sangat penting dan sangat diperlukan untuk memperbaiki kualitas siswa
yang perlahan mulai melupakan sejarah negaranya sendiri. Tak hanya itu, penelitian ini juga mampu
menambah pengetahuan dan wawasan akan sejarah Indonesia. Maka dari itu, kami (kelompok 01),
sangat berterimakasih kepada Bpk. Ronni Suryansyah karena telah memberi kesempatan untuk
meneliti sejarah Indonesia khususnya sejarah yang ada di Banyuwangi.
Di Banyuwangi ini, kami memutuskan untuk meneliti sejarah bupati Banyuwangi. Mengapa
demikian ? Karena kami tidak ingin nantinya generasi masa depan tidak mengetahui bagaimana
sejarah perkembangan Banyuwangi. Justru sebaliknya, sebagai generasi masa depan kita harus
mengetahui, ikut melestarikan, dan bangga karena adanya berbagai macam bukti sejarah yang ada di
bumi Indonesia ini terutama di daerah asal kita, Banyuwangi. Kalau tidak kita, siapa lagi? Kalau tidak
sekarang, kapan lagi?

3 PENELITIAN SEJARAH
Observasi Makam Buyut Sedayu
TAHAP 1

TETANGGAL : Minggu, 21 Agustus 2016

LOKASI : PEMAKAMAN BUYUT SEDAYU ( JL. ARGOPURO LINGK. SUKOWIDI


KELURAHAN KLATAK)

NARASUMBER : BAPAK SUJAI ( JURU KUNCI MAKAM )

KETERANGAN :

Pada observasi tahap 1 ini kami mendatangi pemakaman yang menurut bapak Sujai selaku
juru kunci makam adalah pemakaman pribadi milik keturunan Prabu Tawang Alun. Bapak Sujai
mengatakan bahwa Bupati pertama Banyuwangi, Mas Alid dimakamkan disana. Beliau pun
menunjukkan makam tersebut kepada kami. Sayangnya, kami tidak mendapat informasi yang banyak
karena beliau hanya sebatas juru kunci, bukan keturunan Prabu Tawang Alun. Maka dari itu, keesokan
harinya kami melakukan observasi tahap 2.

TAHAP 2

TETANGGAL : Senin, 22 Agustus 2016

LOKASI : FORUM LSM 5 MARET (Jl. Candi Sewu)

NARASUMBER : BAPAK WAHYU NAGA PRATALA dan BAPAK SOEROSO

Merasa tidak puas dengan observasi pertama, kami memutuskan untuk menambah informasi
dengan mendatangi Forum LSM 5 Maret. Awalnya niatan kami hanyalah sebatas ingin mengetahui
informasi tentang Bupati Banyuwangi dari yang pertama hingga saat ini, namun Pak Lolok -nama
panggilan Pak Wahyu Naga Pratala- justru menceritakan sejarah awal terbentuknya Banyuwangi.

HASIL OBSERVASI :

Jika kita berbicara tentang Banyuwangi, selalu ada sangkut paut tentang Sritanjung, padahal itu
hanya sebuah legenda yang belum tentu kebenarannya.Tapi kalau dalam sejarah, sebelum terlahirnya
Banyuwangi, wilayah ini (sekarang Banyuwangi) bernama Belambangan. Wilayah Belambangan
pertama kali muncul pada periode Majapahit ketika masa pemerintahan raja kedua (anak Raden
Wijaya) yang bernama Kalagemet. Pada saat Raden Wijaya meninggal dunia, Arya Wiraraja
4 PENELITIAN SEJARAH
(pendukung Raden Wijaya ketika hendak mendirikan Majapahit) menagih janjinya kepada Kalagemet,
yaitu wilayah keraton Majapahit akan dibagi menjadi dua bagian. Dengan melakukan prosesi tertentu,
akhirnya terbagilah wilayah Keraton Majapahit tersebut menjadi dua bagian. Bagian timur adalah
milik Arya Wiraraja, dan bagian barat milik Kalagemet. Pada saat inilah muncul dan disahkan pertama
kali nama Belambangan sekitar tahun 1300.

Setelah meninggalnya Arya Wiraraja, nama Belambangan ini hilang dan sejarah tidak mencatat.
Ada rentang waktu yang cukup panjang hingga tahun 1500, muncul kembali nama Belambangan di
Kota Panarukan dengan memakai nama Raja Sunan Tawang Alun. Setelah beberapa saat, nama
Belambangan hilang lagi dari Kota Panarukan dan tidak ada sejarah yang membuktikan sebab
akibatnya. Kemudian, pada tahun 1600 muncul lagi nama Belambangan dengan ibu kotanya di
Kedawung, Jember. Pada saat inilah sejarah mulai mencatat lagi sejarah tentang Belambangan yang
mana pada zaman dahulu catatan sejarah tersebut bernama babad. Contohnya Babad Tawang Alun,
Babad Wilis, dan Babad Kertodiningrat. Setelah nama Belambangan berada di Kedawung, disana
masih belum diketahui siapa nama raja yang memimpin wilayah tersebut. Oleh sebab itu, sejarah
mencatat sebuah istilah nama raja pada saat itu yaitu Tanpa Una Tanpa Uni. Sebenarnya ada seorang
raja yang memimpin, namun tidak diketahui siapa orangnya.

Setelah ayah dari Tawang Alun meninggal, Tawang Alun lah yang selanjutnya menggantikan
kedudukan ayahnya karena ia merupakan anak tertua. Di masa ini, terjadi perebutan kekuasaan antara
Tawang Alun dan adiknya, namun karena tidak ingin rebut akhirnya Tawang Alun lebih memilih
untuk mengalah. Hal itu diwujudkan dengan dibuatnya wilayah baru yang lebih condong ke arah utara.
Di babad diceritakan bahwa Prabu Tawang Alun hanya menginginkan 40 orang pendamping, namun
karena sifatnya yang bijak, maka banyak penduduk Kedawung yang ikut dan timbul kecemburuan.
Selanjutnya kembali terjadi perang dan adik Tawang Alun tewas dalam peperangan tersebut. Karena
merasa sedih atas kepergian adiknya, Tawang Alun pergi bertapa ke Gunung Raung. Tawang Alun
mendapat petunjuk bahwa Ia harus mendirikan kerajaan baru dan apabila Ia bertemu dengan macan
putih, Ia harus mengikuti kemana perginya macan tersebut dan di tempat berhentinya macan itulah tak
lain adalah wilayah yang harus dibangun kerajaan ( saat ini bernama Desa Macan Putih di wilayah
Kabat ). Tentu banyak yang salah persepsi mengenai Blambangan, banyak yang mengira bahwa
Blambangan adalah nama sebelum Banyuwangi. Walaupun hal tersebut tidak sepenuhnya salah, tetapi
kenyataannya bahwa Blambangan ialah kerajaan yang meliputi beberapa kabupaten (saat ini), seperti
Jember, Probolinggo, Situbondo, dan Bondowoso. Bahkan VOC pernah memberi nama kepada
Banyuwangi yakni Javas Oosthoek (Jawa bagian Timur). Singkat cerita, saat terjadi Perang Puputan
Bayu ( 1771 ), masa itu Mas Alit masih sangat muda sehingga Ia diungsikan ke rumah seorang

5 PENELITIAN SEJARAH
Panembahan Bangkalan yaitu Ra Samala karena kondisi sangat kacau. Mas Alit pun dinikahkan
dengan putri Ra Samala, kemudian Ia diambil untuk kembali ke wilayah ini (Banyuwangi -saat itu
belum memiliki nama-) dan diangkat menjadi bupati (berusia 16 tahun) yang ibukotanya masih
terletak di Benculuk. Tidak lama di Benculuk, seorang asisten residen Belanda mengajukan usul agar
ibukota pindah dari Benculuk karena kondisi di sana sudah tidak sehat, sebab banyak ditemukan
bangkai manusia yang tewas saat Perang Puputan Bayu (tidak terkubur), banyak orang VOC yang
meninggal karena malaria, dan permasalahan lainnya. Hingga akhirnya, dipilihlah wilayah
Banyuwangi kota dan dibangunnya pendopo. Pada suatu saat, Mas Alit dipanggil untuk mengikuti
sebuah rapat dengan gubernur di Semarang. Namun, saat sampai di Sedayu Gresik, Ia dirampok dan
terbunuh di wilayah tersebut. Ia juga dimakamkan di sana. Untuk menghindari kekacauan masyarakat
yang tidak mengetahui bahwa bupatinya tewas dan dimakamkan di Gresik, maka dibawalah batu nisan
dari Gresik ke Banyuwangi. Dan sekarang petilasan tersebut berada di Pemakaman Buyut Sedayu yang
kami kunjungi beberapa waktu lalu.

Singkatnya, kami telah menemukan informasi bahwa jumlah bupati Banyuwangi dari awal
hingga sekarang terdapat 28 nama. Karena rasa ingin tahu kami yang cukup tinggi, kami pun bertanya
mengenai siapa bupati yang membuat Banyuwangi berada pada masa jaya. Ternyata ada beberapa
versi jawaban, yakni :

Menurut VOC, R.T Wiryokardi Danuningrat (Bupati ke 4) adalah yang terbaik karena dilihat
dari keberaniannya.
Menurut masyarakat, R.T Wiraguna I adalah yang terbaik karena Mas Alit lah bupati pertama
Banyuwangi sehingga cukup berkesan di hati masyarakat.
Masyarakat juga mengagumi sosok R.T Pringgokusumo (Bupati ke 5)

Setelah mendapat informasi yang dirasa cukup, kami pun mengakhiri wawancara kepada bapak yang
tak lain adalah keturunan dari Mas Rempeg / Jogopati ini.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang kami dapatkan setelah dua kali melakukan observasi adalah, bahwa informasi yang
kami peroleh di observasi tahap pertama adalah salah karena makam Mas Alit yang sebenarnya berada
di Gresik, bukan di Banyuwangi. Selain itu, setelah melakukan penelitian ini, kami menjadi lebih
mengerti tentang sejarah asli Banyuwangi, bukan dongeng yang biasa kami dengar.

6 PENELITIAN SEJARAH
7 PENELITIAN SEJARAH

Anda mungkin juga menyukai