Anda di halaman 1dari 10

UPAYA PENYELAMATAN ORANGUTAN KALIMANTAN DARI

KEPUNAHAN DI TAMAN NASIONAL TANJUNG PUTING

Raniah Rahmawati

Universitas Negeri Malang

Email : raniahrahmawati@gmail.com

ABSTRAK: Orangutan, primata terakhir yang hidup dan


berkembang di luar benua Afrika, saat ini sedang diambang jurang
kepunahan. Orangutan Kalimantan saat ini diperkirakan hanya
tinggal sekitar 32000 ekor. Dan di Taman Nasional Tanjung Puting
sendiri merupakan habitat penting bagi setidaknya 6000 orangutan
Kalimantan. Jurnal ini dibuat dalam rangka untuk mengetahui sebab-
sebab mengapa populasi orangutan di Tanjung Puting yang terus
berkurang, dan siapakah atau apakah yang bertanggungjawab atas
musibah ini. Sebagai tindakan balasan, badan pemerintahan
Indonesia telah mengusahakan banyak hal untuk mengurangi dan
menghentikan laju berkurangnya populasi orangutan liar ini.
Kata kunci: Orangutan, Tanjung puting

Saat ini, orangutan Kalimantan terancam punah. The World Conservation Union
(IUCN, 2002) mengkategorikan orangutan Kalimantan sebagai spesies yang
hampir punah. Ancaman terbesar kepunahannya adalah hilangnya habitat alami
orangutan akibat konversi hutan menjadi lahan pertanian, perkebunan,
pertambangan, maupun perumahan. Serta adanya penjualan orangutan secara ilegal.

Seluas 1,87 juta ha hutan Indonesia hilang setiap tahun akibat perluasan sektor
perkebunan yang menghancurkan hutan alam sehingga hilanglah habitat orangutan
dan merosot pula jumlahnya. Taman Nasional Tanjung Puting adalah satu-satunya
hutan dataran rendah yang dilindungi di Kalimantan Tengah dan sekarang justru
menjadi sumber kayu komersial liar yang berlimpah. Sebagai konsekuensi
penebangan liar yang merajalela itu, Taman Nasional yang dilindungi pun
mengalami kerusakan parah. Kawasan lindung bagi spesies langka ini, banyak yang
rusak karena kayu-kayunya ditebangi untuk kemudian dijual. Lebih dari 500 ekor
orangutan Kalimantan (Pongo Pygmaeus) beredar di pasaran setiap tahun, padahal
satwa ini tercantum dalam appendix I CITES atau spesies sangat langka dan
dilindungi.
METODE

Dalam penulisan jurnal, metode yang dilakukan yaitu tinjauan pustaka.


Metode ini merupakan sebuah tinjauan literatur yang dilakukan dalam rangka
memberikan konteks untuk penulisan jurnal ini. Ulasan tentang penyebab punahnya
Orangutan di Tanjung Puting dan upaya yang dapat dilakukan untuk
menyelamatkan Orangutan. Penulisan jurnal ini juga menggunakan penelitian
dekstop untuk mengidentifikasi isu-isu dalam dokumen perencanaan dan bahan
terkait lainnya yang diterbitkan pemerintah. Istilah dekstop scan dan dekstop
research digunakan untuk menggambarkan penelitian yang dilakukan dengan
mengakses dari sumber terlibat yang diterbitkan dan dipublikasikan, termasuk bukti
yang relevan, artikel, bahan-bahan arsip dan ekstensif menggunakan internet. Data
sekunder dikumpulkan berupa tinjauan pustaka dari artikel, jurnal dan dokumen
pemerintah.

PEMBAHASAN

PENYEBAB PUNAHNYA ORANGUTAN DI TANJUNG PUTING


Di Tanjung Puting, sebagaimana di lain tempat, hilangnya spesies
tanaman pangan, penghancuran sekunder tumbuhan jalar dan pepohonan
kecil, dan pembukaan jalur untuk pengangkutan kayu, berdampak langsung
terhadap jumlah orangutan di kawasan sebagai akibat kegiatan penebangan
liar. Penelitian memperlihatkan bahwa kepadatan orangutan turun antara 60
persen dan 95 persen pada hutan tebangan tertentu, sebagai akibat migrasi-
paksa, kelaparan dan kecelakaan.
1. Degradasi Hutan

Degradasi kawasan berhutan di Kalimantan seperti kegiatan


penebangan, ditambah dengan akibat kebakaran hutan pada 1997,
mengakibatkan penurunan populasi yang mengejutkan. Penelitian
terbaru menyebutkan bahwa jumlah orangutan yang tersisa di
Taman Nasional Tanjung Puting tinggal 500, bandingkan dengan
2.000 pada 1994. Dan tahun ini kerusakan hutan di tanah air
mencapai 2,7-2,8 juta hektar dari luas hutan Indonesia, seperti di
Tanjung Puting terdapat 91.000 ha kawasan hutan yang rusak berat
dari total luas 400.000 ha.

Gambar 1. Degradasi Hutan

Sumber: WWF,2007

Gambar 2. Orangutan yang kehilangan habitatnya

Sumber: Greenpeace, 2010

2. Penjualan Orangutan secara ilegal

Di indonesia tingkat penjualan orangutan terbilang cukup


tinggi karena pada umumnya masyarakat tersebut tidak mengetahui
atau tidak menganggap orangutan sebagai salah satu satwa
kebanggaan negeri kita. Dan masyarakat yang sadar akan
pentingnya menjaga kelestarian orang utan masih sangat sedikit.
Lebih dari 500 ekor orangutan Kalimantan (Pongo Pygmaeus)
beredar di pasaran setiap tahun, padahal satwa ini tercantum dalam
appendix I CITES atau spesies sangat langka dan dilindungi. Jika
kondisi tersebut tidak diperbaiki, dalam 50 tahun ke depan,
orangutan Kalimantan akan punah, apa lagi karena habitat orangutan
terus berkurang dengan kecepatan sampai 3/km2 per tahun. Sejak
UU no 5/1990 tentang Keanekaragaman Hayati dan Ekosistemnya,
orangutan sudah dimasukkan dalam daftar satwa yang dilindungi
dan bagi pemeliharanya merupakan pelanggaran hukum.

Gambar 3. Orangutan yang akan diperjualbelikan

Sumber: UNEP, 2011.

3. Pembantaian Orangutan

Orangutan dibunuh hanya karena mereka melintasi kebun


sawit kemudian memakan umbutnya sehingga mereka dianggap
sebagai hama. Padahal, jelas sekali bahwa manusia-manusia tidak
bertanggung jawab yang bekerja atas nama perusahaan sawit begitu
egois dan brutal dalam menghabisi hutan rumah orangutan tinggal,
sehingga populasi orangutan menyusut drastis akibat alih fungsi
lahan.Jika hal ini terus dibiarkan begitu saja, maka dalam jangka
waktu 15-20 tahun mendatang, orangutan benar-benar akan punah.

Indonesia adalah rumah bagi 90% spesies orangutan. Sekitar


50 ribu-60 ribu hewan itu tinggal dihutan rimba. Namun akibat
pembabatan hutan untuk perkebunan kayu bahan kertas atau kelapa
sawit, orangutan berkonflik dengan manusia.

Konflik antara orangutan dan manusia umumnya karena


kebun masyarakat, perkebunan kelapa sawit, dan hutan tanaman
industri dirusak oleh orangutan. Tetapi hal ini terjadi karena
memang orangutan sudah semakin terdesak akibat semakin
menyusutnya habitat mereka, sehingga orangutan terpaksa
memasuki wilayah perkebunan untuk memperoleh makanan. Dan
karena hal ini juga orangutan di cap sebagai hama yang harus di
bunuh. Padahal jika berpikir ulang, mereka tidak akan merusak
kebun-kebun masyarakat jika habitat mereka tidak dirampas dan
kehidupan mereka tidak diusik oleh manusia
UPAYA YANG DAPAT DILAKUKAN UNTUK MENYELAMATKAN
ORANGUTAN
Untuk menghentikan terus terjadinya penurunan jumlah populasi
orangutan di Tanjung Puting maka perlu adanya tindakan nyata dari
pemerintah dan masyarakat.
1. Penyelamatan Habitat Orangutan

Langkah awal dalam penyelamatan Orangutan Kalimatan


dari kepunahan adalah dengan cara menyelamatkan habitatnya
terlebih dahulu. Hal ini dapat dilakukan dengan cara penghentian
pembukaan hutan untuk lahan perkebunan sawit, berperang
melawan illegal logging, reboisasi dan menggalakkan gerakan
tanam seribu pohon. Mustahil kita melestarikan orangutan tanpa
melestarikan habitatnya, karena orangutan adalah satwa liar yang
lebih suka hidup di alam bebas dari pada di penangkaran atau di
kebun binatang. Penelitian membuktikan orangutan yang tinggal di
penangkaran dan karantina umurnya lebih pendek dari orang utan
yang hidup di alam bebas. Jadi, rehabilitasi habitat orangutan adalah
harga mutlak dalam usaha pelestarian Orangutan kalimantan ini.

2. Memberikan Seruan Terhadap Masyarakat

Menggalakkan kampanye orangutan di berbagai daerah di


Kalimantan, baik di perkotaan maupun dipedesaan. Misalnya
mengadakan seminar tentang orangutan, sosialisasi, memberikan
pendidikan langsung tentang konservasi terhadap masyarakat
khususnya di Kalimantan, penyebaran poster-poster dan slogan
tentang penyelamatan Orangutan Kalimantan dari kepunahan,
memberikan seruan agar tidak membuka lahan perkebunan di
kawasan konservasi, dan lain-lain. Dengan adanya kegiatan seperti
ini masyarakat mendapatkan informasi tentang orang utan dan dapat
menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk ikut melestarikan orang
utan tersebut.
3. Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Orangutan Kalimantan

Disamping memperbaiki habitat Orangutan Kalimantan dan


menumbuhkan kesadaran pada masyarakat, kita juga harus
melakukan penelitian terhadap orangutan, seperti cara pengobatan,
tingkah laku dan kebiasaan sehari-hari orangutan seperti perilaku
makan, tidur, grooming, kawin, perilaku maternal dan banyak lagi.
Hal ini penting agar kita tidak salah dalam mengambilkan tindakan
dalam penangkaran dan konservasi. Selain itu untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas Orangutan Kalimantan juga dapat dilakukan
dengan penangkaran dan rehabilitasi.

Gmbar 4. Konservasi Taman Nasional Tanjung Puting

Sumber: PT Bayu Angkasa,2010.

4. Meningkatkan Hubungan Antara Lembaga Swadaya


Masyarakat (LSM) Terkait, Pemerintah, Dan Masyarakat

Pemerintah dan LSM yang bergelut dalam ruang lingkup


Orangutan Kalimantan harus bekerja sama dan menjalin hubungan
dengan masyarakat sekitar, seperti memberikan pendidikan atau
pelatihan keterampilan kepada masyarakat, agar masyarakat
tersebut dapat mencukupi kebutuhan ekonominya, sebab pada
umumnya masyarakat yang melakukan penangkapan, dan penjualan
orangutan serta perambahan hutan di daerah konservasi dimotivasi
oleh faktor ekonomi, mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan
ekonominya sehingga terpaksa melakukan kegiatan terlarang ini.

Contohnya adalah Yayasan Orangutan Indonesia (YAYORIN),


merupakan salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat yang

PENUTUP
Kesimpulan

Untuk menanggulangi keterancaman punahnya Orangutan


Kalimantan dilakukan program rehabilitasi Orangutan dengan tujuan utama
untuk penambahan populasi serta peningkatan kualitas hidup Orangutan.
Selain melalui upaya rehabilitasi Orangutan Kalimantan, upaya pembuatan
kebijakan-kebijakan untuk menjaga kelestarian Orangutan Kalimantan ini
juga dibuat, serta upaya-upaya nyata seperti inventarisasi Orangutan
Kalimantan secara berkala juga terus diupayakan untuk dilakukan untuk
menjaga dan mengetahui langkah-lagkah yang harus dilakukan daam
pegelolaan Orangutan Kalimantan agar mencapai kelestarian.
DAFTAR RUJUKAN

Anonim. 2010. Orangutan Kalimantan, (Online),


(http://www.wwf.or.id/program/spesies/orangutan_kalimantan/), diakses
tanggal 20 November 2016

Antara. 2009. Tiap Tahun 500 Orangutan Diperjualbelikan, (Online),


(http://lipi.go.id/berita/single/tiap-tahun-500-orangutan-
diperjualbelikan/4184), diakses tanggal 20 November 2016

Azmi, Zul. 2010. Tindakan Dasar Penyelamatan dan Pelestarian Orangutan


Sumatera. (Online),
(http://theveterinarian23azmi.blogspot.co.id/2010/11/tindakan-dasar-
penyelamatan-dan.html), diakses tanggal 20 November 2016

Buttle, Rhet. 2008. Menyelamatkan Orangutan di Borneo. (Online),


(http://world.mongabay.com/indonesian/orangutan.html), diakses tanggal 20
November 2016

Bason, Donald. 2002. Orangutan yang Terakhir. Penerbit The Nature: Jakarta.

Departemen Kehutanan. (2007). Strategi dan rencana aksi konservasi orang-utan


Indonesia 2007-2017. Departemen Kehutanan: Jakarta.

Fitria. D. S. 2012. UPAYA PELESTARIAN ORANG UTAN, (Online),


(http://deeyoonaa.blogspot.co.id/2012/05/makalah-upaya-pelestarian-
orangutan-di.html), diakses tanggal 20 November 2016

Fowler, J., Cohen, L., & Jarvis, P. 1998. Practical statistics for field biology second
edition. John Wi-ley & Sons Ltd: England.

Galdikas, B.M.F. 1978. Adaptasi Orangutan di Suaka Tanjung Puting Kalimantan


Tengah. Penterjemah C. Sugiarto. Penerbit Universitas Indonesia : Jakarta

Galdikas, B.M.F. 1982. Orangutan as seed dispersal at Tanjung Putting Reserve


Central Borneo. In: The Orangutan: Its Biology and Conservation. (Boer,
L.D. ed), Junk Pub., Boston, p. 285
IUCN. 2002. IUCN Red list of threatened species. (Online),(://www .redlist.org/),
diakses tanggal 20 November 2016

Kuswanda, W. 2007. Ancaman Terhadap Kelangsungan Hidup Orangutan


Sumatera (Pongo abelii Lesson). Jurnal Penelitian Hutan dan Kon-servasi
Alam IV(4), 409-417.

Meijaard, E ; H.D. Rijksen ; S.N. Kartikasari. 2001. Di Ambang Kepunahan !,


Kondisi Orangutan Liar di Awal Abad ke-21. Penyunting S.N. Kartikasari.
The Gibbon Foundation Indonesia: Jakarta.

Population and Habitat Viability Assess-ment. 2004. Orangutan. Laporan Akhir.


Workshop tanggal 15-18 Ja-nuari 2004. Jakarta.

Primackk,R.B,. Supriatna, J. dan Indrawan, M. 1998. Biologi Konservasi,


Ed:Kedua(rev). Yayasan Obor Indonesia: Jakarta.

Siswoyo H & Daru Waskita. 2015.Kebakaran Hutan ancam 6.000 Orangutan, (Online),
(http://nasional.news.viva.co.id/news/read/696190-kebakaran-hutan-ancam-
6-000-orangutan),diakses 20 November 2016

Soehartono, Tonny. 2007. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Orangutan


Indonesia 2007-2017. Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi
Alam Departemen Kehutanan: Jakarta.

Wah. 2009. Kebanyakan Orangutan Hidup di Luar Kawasan Konservasi. (Online).


(http://lipi.go.id/berita/single/kebanyakan-orangutan-hidup-di-luar-kawasan-
konservasi/4181), diakses tanggal 20 November 2016

WWF Forest Conversion Initiative Development and Promotion of Better


Management Practices (BMPs) in the Oil Palm Industry, March 2003.

Anda mungkin juga menyukai