Anda di halaman 1dari 11

ORANG UTAN

KELAS

: XI IPA 1

KELOMPOK 3 :
- Desi Anggarini Pratiwi
- Gita Dwi Lestari
- Isnaini Nuryanda Putri
- Reinhart Pieters
- Sania Sufiandi Rukmana

Daftar Isi
Kata Pengantar

.........

a. Latar Belakang

b. Perumusan Masalah

c. Tujuan

II. Data dan Pembahasan

III. Kesimpulan

10

I. Pendahuluan

Kata Pengantar
Orang Utan

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa


karena atas karunia ilmu dan kesempatan yang diberikan,
kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Orang Utan
ini.
Kami berusaha semaksimal mungkin untuk menjadikan
makalah ini sebagai acuan atau referensi yang layak untuk
dibaca, walaupun kami menyadari makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Untuk itu kami mohon bantuan dari
Bapak/Ibu guru dalam memperbaiki kekurangannya sehingga
pada kesempatan yang akan datang kami akan membuat
makalah yang jauh lebih baik dari makalah yang sebelumnya.
Akhir kata kami ucapkan, terima kasih banyak kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan
makalah ini.

Penyusun,
Kelompok 3 (XI IPA 1)

Orang Utan

BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Hutan merupakan aset berharga yang harus dijaga dan
dilestarikan bersama demi kelangsungan hidup umat manusia. Akan
tetapi beberapa tahun terakhir keberadaan hutan di Indonesia sangat
memprihatinkan penebangan hutan untuk membuka perkebunan kelapa
sawit yang dilakukan manusia menyebabkan semakin sempit dan
berkurangnya area hutan di Indonesia terutama di wilayah Kalimantan.
Hal ini menyebabkan terganggunya kerusakan ekosistem di wilayah
tersebut, seperti pencemaran sungai dan hampir punahnya beberapa
flora dan fauna di sana.
Salah satu fauna yang menjadi korban keserakahan manusia
adalah orang utan, primata cerdas ini hampir mengalami kepunahan
akibat habitat mereka yang terus menerus dibuka untuk dijadikan lahan
perkebunan kelapa sawit, berkurangnya area hutan menyebabkan
mereka sulit untuk mencari makan akibatnya mereka mencari makan di
wilayah perkebunan kelapa sawit yang berada dekat dari hutan tempat
mereka tinggal. Akibatnya pemilik perkebunan menganggap orang utan
sebagai hama yang harus dimusnahkan karena merugikan mereka. Dan
dari sinilah pembantaian terjadi, beberapa orang utan diburu untuk
kemudian diikat dan dibunuh, tidak hanya orang utan, monyet dan
bekantan pun menjadi sasaran kebiadaban mereka.
Untuk itu sangatlah diperlukan tindakan dan upaya untuk
melindungi orang utan, tapi itu tidaklah mudah, diperlukan kerjasama
antara pemerintah, warga masyarakat, dan polisi untuk menjaga
keberadaan mereka. Selain itu diperlukan kesadaran untuk tidak
merusak dan menggangu alam.

B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi hutan pada saat ini ?
2. Apa dampak adanya perkebunan kelapa sawit ?
3. Bagimana cara memanfaatkan alam tanpa merusak habitat
di
sekelilingnya ?
4. Apa peraturan perundang-undangan perlindungan satwa
langka ?
5. Bagaimana cara melindungi orang utan ?
Orang Utan

C. Tujuan
Diharapkan setelah mebaca makalah ini, pembaca menjadi sadar
bahwa dalam memanfaatkan kekayaan sumber daya alam harus turut
mempertimbangkan dampak dan tetap menjaga kelestarian alam. Serta
kita harus cinta dan menghargai alam.

BAB II
Data dan Pembahasan
A. HUTAN DI KALIMANTAN
Borneo, pulau ketiga terbesar di dunia, dulunya adalah rumah bagi
beberapa hutan dunia yang megah, dan menakutkan. Dengan daerah
pesisir berawa yang dibatasi oleh hutan bakau dan daerah yang
bergunung-gunung, kebanyakan dari daerahnya bahkan tak bisa
dilewati dan belum dieksplorasi.
Di tahun 1980-an dan 1990-an, Borneo mengalami transisi yang luar
biasa. Hutan-hutannya diratakan pada tingkat yang belum pernah
terjadi dalam sejarah manusia. Hutan hujannya berpindah ke negaranegara industri seperti Jepang dan Amerika Serikat dalam bentuk
furnitur taman, kertas, dan sumpit. Awalnya, kebanyakan kayu diambil
dari pulau yang merupakan bagian Malaysia, di daerah utara Sabah dan
Sarawak. Namun kemudian, hutan di bagian selatan Borneo, daerah
yang merupakan wilayah Indonesia dan dikenal dengan nama
Kalimantan, menjadi sumber utama untuk kayu tropis.
Saat ini kebanyakan dari daerah pedalaman adalah savana dan lahan
tanah gemuk kering yang telah dihanguskan oleh kebakaran periodik
seperti yang telah membakar hampir 20.000 mil persegi si Borneo tahun
1982-1983 dan 4.000 mil persegi lagi di tahun 1997-1998.
Saat ini, hutan di Borneo hanyalah merupakan bayang-bayang dari
legenda tersebut. Hanya kurang dari separuh hutan hujan asli milik
pulau tersebut yang masih tersisa, dan pembangunan sangat
mengancam apa yang masih ada. Dengan banyaknya kandungan emas
dan mineral, sumber kayu, potensi hidroelektrik, dan rendahnya
Orang Utan

kepadatan populasi di daerah yang semakin padat, pulau ini tampak


sebagai kunci dari masa depan ekonomi Indonesia.

B. PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DAN PEMBANTAIAN ORANG UTAN


Saat ini, minyak kelapa adalah industri terpanas di bagian selatan
Borneo. Tingginya harga minyak membuat kelapa sawit menjadi
terkenal, mendorong harganya hingga 400 USD per ton kubik atau
sekitar 54 USD per barrel. Ini membawa pada pembukaan ribuan mil
persegi hutan dalam beberapa tahun yang lalu. Di bagian Borneo yang
ini, hutan rawa biasanya diubah setelah ditebang kayu-kayu
berharganya. Kanal air pun dibangun dan hutan dikeringkan. Pohonpohon yang tersisa dihancurkan dengan teknik tebang-dan-bakar, dan
lahan kemudian ditanami dengan bibit kelapa sawit. Dalam jangka
waktu beberapa tahun, kelapa sawit bisa dipanen dan diroses untuk
minyak kelapa yang menghasilkan lebih banyak minyak per unit wilayah
dibandingkan dengan bibit minyak lainnya.
Satu hektar kelapa sawit bisa menghasilkan 5.000 kg minyak mentah,
atau hampir 6.000 liter minyak mentah. Sebagai pembanding, kedelai
dan jagung - hasil yang kerap digembar-gemborkan sebagai sumber
bahan bakan biologis yang unggul - hanya menghasilkan sekitar 446
dan 172 liter per hektar. Selain itu sudah banyak pertambanganpertambangan di Kalimantan.
Sekitar empat juta hektar hutan mengalami degradasi dengan perkiraan
sekitar dua juta hektar menjadi perkebunan kelapa sawit dan selebihnya
telantar.
Menjadi sepenggal hutan di kawasan hutan gundul, Tanjung Puting
menjadi tempat mengungsi bagi primata-primata yang telah jarang
serta jenis-jenis lain tumbuhan dan hewan yang tak terkira banyaknya.
Yang paling terkenal adalah orangutan, seekor monyet yang dulunya
tersebar di seluruh Asia Tenggara namun saat ini hanya terbatas pada
sisa populasi yang ada di Sumatera dan Borneo, akibat hilangnya
habitat dan perburuan oleh manusia.
Di Indonesia, orangutan saat ini terancam dengan perusakan hutan,
pemburu yang membutuhkan dagingnya, dan pemburu liar untuk
perdagangan hewan ilegal. WWF memperkirakan bahwa sekitar 250
hingga 1.000 orangutan liar ditangkap dan dijual di pasar gelap setiap
tahunnya. Dengan total populasi kurang dari 30.000 ekor dan reproduksi
yang lambat (orangutan betina jarang melahirkan lebih dari 3 ekor anak
Orang Utan

selama hidupnya), berkurangnya orangutan tadi mempunyai dampak


yang signifikan terhadap keberagaman populasi dan genetis dari
spesies tersebut. Beberapa peneliti bahkan takut berkurangnya populasi
ini dapat mengurangi kelangsungan hidup genetis dari spesies tersebut
dan berujung pada kepunahan.
Pembantaian orangutan kaltim (Pongo pygmaeus mario) di Kaltim
diduga dilakukan perusahaan kelapa sawit. Salah satu perusahaan
penguasa konsesi kebun sawit di Kaltim yang diduga terlibat adalah PT
KAManak perusahaan Malaysia, PT Metro Kajang Holdingsdi Desa Puan
Cepak, Kecamatan Muara Kaman, Kutai Kartanegara.

Manusia menjadikan orangutan budak seks, memperdagangkan


tengkoraknya hingga menjadikannya kelinci percobaan obat.
Kejinya manusia memperlakukan orangutan juga terlihat di kebun
kelapa sawit. Bukti menunjukkan bahwa perkebunan meminta karyawan
atau warga membunuh orangutan bak membayar pembunuh bayaran.
Orangutan dibunuh karena dianggap hama. Mereka mencabut tanaman
sawit lalu menghisap pucuk-pucuknya.
Sejumlah tulang orangutan ditemukan Oktober lalu di kawasan Desa
Puan Cepak, Kalimantan Timur. Setelah diteliti staf Universitas
Mulawarwan, tulang itu dipastikan milik orangutan, diduga dibunuh
dengan senjata tajam.
Tanggal 3 November 2011 lalu, satu orangutan jantan juga ditemukan
terluka di kebun kelapa sawit PT Khaleda Agroprima Malindo. Diduga,
orangutan itu disiksa hingga patah tulang.
Pada 19 November 2011 lalu, polisi mengamankan dua pelaku yang
diduga membunuh monyet dan orangutan. Mereka membunuh satwa
langka tersebut dengan cara menembak menggunakan senapan angin
dan memasang jerat. Jika dua cara tersebut tak dapat membuat tewas,
maka para pelaku akan melepaskan sejumlah anjing yang berfungsi
untuk mengejar dan menggigit dua satwa langka tersebut hingga mati.
Kedua orang tersebut telah membunuh totak 20 ekor satwa langka itu
sejak 2008. Harga untuk pembunuhan seekor monyet Rp 200 ribu.
Adapun, untuk membunuh orangutan mereka dibayar Rp 1 juta.

Orang Utan

Pelaku pembunuhan orangutan mengaku disuruh perusahaan


perkebunan kelapa sawit PT Khaleda Argoprima Malindo dalam
melakukan aksinya.
Pelaku pembunuhan orangutan mengaku disuruh perusahaan
perkebunan kelapa sawit PT Khaleda Argoprima Malindo dalam
melakukan aksinya. Polisi sudah mendapat bukti foto dan video terkait
pembunuhan orangutan itu.
Selain dokumen, polisi juga menyita sebuah senapan angin yang
digunakan pelaku membunuh orangutan serta beberapa jenis satwa
langka dan dilindungi, 85 potong rangka tulang yang diduga orangutan,
monyet dan bekantan serta tujuh foto pembantaian orangutan yang
dilakukan kedua tersangka.
Kasus ini mendapat perhatian luas, termasuk pemerhati lingkungan dan
LSM, karena dalam setahun diduga sedikitnya 750 orangutan kaltim
dibantai. Pembantaian itu dianggap menjadi ancaman serius bagi upaya
pelestarian primata langka tersebut. Pasalnya, kondisi orangutan di
habitatnya kian hari kian terjepit akibat terus berkurangnya hutan di
Kalimantan Timur yang diperkirakan 500.000 hektar per tahun sehingga
dari 14 juta hektar hutan di Kaltim, 6 juta hektar mengalami kerusakan.
Di Kalimantan, habitat orang utan semakin habis setelah sebagian besar
hutan, termasuk habitat orang utan, beralih fungsi menjadi perkebunan.
Orang utan yang habitatnya makin sedikit lalu sering mencari makan
hingga ke kawasan perkebunan atau permukiman warga.
Habitat orangutan makin terjepit salah satunya karena pembukaan
kebun kelapa sawit yang memanfaatkan hutan yang masih bagus
kondisinya. Di Kalimantan Timur misalnya, sekitar 500.000 hektar hutan
dibuka per tahun.
Di Kalimantan Barat dan Sarawak hidup kurang dari 7.500 Pongo
pygmaeus pygmaeus di lima lokasi. Di Kalimantan Tengah hidup
sedikitnya 46.250 Pongo pygmaeus wumbii di 19 lokasi. Di Kalimantan
Timur dan Sabah hidup 4.825 Pongo pygmaeus morio di delapan lokasi.
Sungguh keadaan yang sangat memprihatinkan dan mengancam
kelangsungan hidup si pongo.
C. DAMPAK YANG DITIMBULKAN DENGAN ADANYA PERKEBUNAN KELAPA
SAWIT

Kelapa sawit telah dipercaya dapat menghabiskan nutrisi yang


dimiliki tanah, sementara pabrik pembuatan minyak kelapa
Orang Utan

melepaskan limbah yang merusak dari minyak kelapa, campuran


polusi dari batok yang hancur, air, dan residu lemak, ke dalam
aliran air di sekitarnya.
Lebih jauh lagi, penggunaan pestisida, herbisida, dan pupuk
berbasis petroleum secara bebas membuat yakin bahwa
kebanyakan pengolahan minyak kelapa tak hanya menyebabkan
polusi pada tingkat lokal, namun juga berkontribusi pada emisi
gas rumah kaca.
Perkebunan di Indonesia sangat merusak karenanya setelah 25
tahun masa panen, lahan kelapa sawit kebanyakan ditinggalkan
dan menjadi semak belukar. Tanah mungkin akan kehabisan
nutrisi, terutama pada lingkungan yang mengandung asam,
sehingga beberapa tanaman mungkin tumbuh, menjadikan
wilayah tersebut tanpa vegetasi selain rumput-rumput liar yang
akan mudah sekali terbakar.
Perkebunan kelapa sawit juga mengancam para orangutan yang
mendatangi lahan kelapa sawit dan ditembak.

D. Peraturan Perundang-Undangan Perlindungan Satwa Langka

Undang-Undang RI No. 5 TAHUN 1990 tentang Konservasi Sumber


Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
Peraturan Pemerintah No.13 tahun 1994 tentang Perburuan Satwa
Buru.
Peraturan Pemerintah No.18 tahun 1994 tentang Pengusahaan
Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman
Wisata Alam dan di Taman Hutan Raya.
Peraturan Pemerintah No.68 tahun 1998 tentang Kawasan Suaka
Alam dan Kawasan Pelestarian Alam

E. KEGIATAN YANG DAPAT DILAKUKAN UNTUK MENYELAMATKAN


ORANG UTAN

Berbagai kegiatan langsung di lapangan seperti kunjungan ke


sekolah, pameran dan kampanye penyadaran masyarakat lainnya.
Operasi penyelamatan orangutan, riset dan kegiatan lainnya di
lapangan.
Orang Utan

Meringankan penderitaan orangutan yang dikurung dengan


merawat, memberikan makanan dan minuman tambahan,
memperbaiki dan memperkaya kandang orangutan di kebun
binatang yang buruk.
Menjadi anggota APE Crusader, sebuah tim reaksi cepat yang
berpetualang di Kalimantan untuk melawan para perusak hutan
dan pembunuh orangutan.
Mencari dana untuk membiayai kegiatan.
Ikut mendirikan lembaga konservasi.
Mengembalikan habitat asli orang utan dengan menanam
pohon/reboisasi.
Membuat peraturan tentang perlindungan hewan.
Melestarikan alam.

Orang Utan

10

BAB III
Kesimpulan
Jadi, sebaiknya pihak pemerintah ikut melestarikan orangutan dan menghukum
seberat-beratnya para pelaku yang tertangkap memburu orangutan, serta turut menjaga
hutan-hutan tempat tinggal orangutan dan para satwa lainnya agar orangutan dan para
satwa lainnya dapat terjamin kelestariannya dan dapat dilihat oleh anak cucu kita di masa
mendatang.

Orang Utan

11

Anda mungkin juga menyukai