Anda di halaman 1dari 26

Klasifikasi Minyak Bumi

Tujuan klasifikasi minyak bumi :


Untuk mengetahui sifat-sifat minyak bumi, sehingga berguna untuk memprediksi produk-
produk yang dihasilkan

Komponen hidrokarbon dalam minyak bumi dibedakan atas struktur hidrokarbon dan non
hidrokarbon. Perbedaan komposisi akan menyebabkan perbedaan sifat-sifat minyak bumi,
yaitu perbadaan susunan hidrokarbon, SG, API Gravity, Volatility, dsb.

Klasifikasi Minyak Bumi :

Klasifikasi berdasarkan SG 60/60 oF

Klasifikasi berdasarkan sifat penguapan

Klasifikasi berdasarkan kadar belerang

Klasifikasi menurut US Bureau of Mines (Lane & Garton)

Klasifikasi berdasarkan Faktor Karakteristik (Nelson, Wtason dan Murphy)

Klasifikasi berdasarkan Indeks Korelasi (CI) (Nelson)

Klasifikasi berdasarkan Viscosity Gravity Constant (VGC) (Nelson)

Klasifikasi Berdasarkan SG 60/60 oF

SG minyak bumi berkisar 0,800 1,000

SG memiliki keterkaitan yang erat terhadap struktur molekul, hidrokarbon,


kandungan sulfur, dan nitrogen

Metode Standar yang digunakan adalah ASTM D 1298

Tabel Klasifokasi berdasarkan SG

Klasifikasi Berdasarkan Sifat Penguapan (Volatility) ASTM D 2892


Sebagai ukuran dalam klasifikasi minyak bumi adalah banyaknya fraksi ringan
dinyatakan dalam % volume yang terkandung dalam minyak bumi itu yang diperoleh
dari hasil distilasi sampai 300 oC

Fraksi Ringan, % vol =

Tabel Klasifikasi berdasarkan volatility

Klasifikasi Berdasarkan Kadar Belerang

Sebagai ukuran dalam klasifikasi minyak bumi yang dinyatakan dalam % wt

Metode Standar yang digunakan ASTM D 1552 atau yang lainnya

Tabel Klasifikasi berdasarkan kadar sulphur

Klasifikasi Berdasarkan Bureau of Mines

SG 60/60 oF dari fraksi 250 275 oC menunjukkan sifat kimia fraksi ringan

SG 60/60 oF dari fraksi 275 300 oC menunjukkan sifat kimia fraksi Berat

Sifat-sifat tersebut tergambar sebagai sifat komponen hidrokarbon, yaitu : parafin,


naften, aromatik, atau bahkan kebanyakan adalah campuran diantara komponen-
komponen tersebut

Dilakukan mula-mula pada tekanan atmosfer dan kemudian pada tekanan absolut 40
mmHg.
Dilakukan di laboratorium dengan menggunakan metode standar ASTM D 285

Tabel Klasifikasi Minyak Bumi Berdasarkan US Bureau of Mines

Klasifikasi Berdasarkan Faktor Karakteristik

Faktor karakteristik (Nelson, Watson, dan Murphy) dapat digunakan sebagai prediksi
sifat hidrokarbon dalam minyak bumi dan fraksi-fraksi minyak bumi

Sebagai ukuran dalam klasifikasi minyak bumi ini adalah akar pangkat tiga dari
pengukuran titik didih rata-rata suatu minyak bumi dibagi dengan SG 60/60 oF

Faktor Karakteristik =

Tabel Klasifikasi Minyak Bumi menurut Faktor Karakteristik

Klasifikasi Berdasarkan Indeks Korelasi (CI)


Oleh Nelson dan Watson dari Berau of Mines, klasifikasi minyak bumi berdasarkan CI
dirumuskan sebagai berikut :
Klasifikasi Berdasarkan Viscosity Gravity Constant (VGC)

Sebagai ukuran dalam klasifikasi minyak bumi ini adalah dengan mengukur SG 60/60
oF dan viskositas minyak bumi

VGC dirumuskan sbb :

Berdasarkan klasifikasi menurut VGC, minyak bumi memiliki bilangan 0,8 1,0
Dimana :

0,8 = untuk hidrokarbon parafinik

1,0 = untuk hidrokarbon aromatik

Vito Ivan Irawan


Diposkan oleh Vito Ivan di 15:17 Tidak ada komentar:

Rabu, 11 April 2012


SIFAT DAN KARAKTERISTIK CRUDE OIL

Karakteristik Minyak Bumi

Yang dimaksud dengan karakteristik minyak bumi adalah batasan maksimum atau minimum
suatu parameter minyak bumi yang dikehendaki sebagai umpan proses pengolahan.
Parameter itu meliputi sifat fisika dan kimia. Merupakan campuran komplek dari senyawa
hidrokarbon. Senyawa hidrokarbon yang ada antara lain : sulfur, nitrogen, oksigen,
halogenida, dan logam sebagai senyawaan minor. Untuk single molekul utamanya terdiri dari
: Parafin, Naften, dan Aromatik. Besarnya kandungan masing masing unsur tersebut akan
berpengaruh terhadap sifat fisika dan kimia minyak bumi dan akan dinyatakan sebagai
karakteristik minyak bumi. Besarnya kandungan masing masing unsur tersebut juga akan
memepengaruhi sifat-sifat produk yang dihasilkan minyak bumi.
Karakteristik minyak bumi mencakup sifat sebagai berikut :

Sifat-sifat fisika

Sifat Kimia

Sifat optikal

Sifat thermal

Sifat kelistrikan

dll

Sifat Fisika Minyak Bumi


Diperlukan user untuk mendapatkan informasi dalam :

Menangani pengangkutan

Penyimpanan

Penimbunan

Pengolahan

Pemasaran

Sifat Fisika Minyak Bumi yang Signifikan dalam Pengolahan Minyak Bumi

Spesific Gravity

Viskositas

Tekanan Uap

Titik Nyala

Titik Tuang

Tegangan Permukaan, dan

Tegangan interfacial

Total Salt Content

Light Component

Faktor Karakteristik
Wax Content

Asphaltent Content

Carbon Residu

Water and Sedimen

Gross Thermal Value

Aromatic Content

Metal Content

Ash Content

Total Acid Number

Density
Massa zat cair per satuan volume pada 15 oC dan 101,325 kPa dengan satuan standar
pengukuran dalam kilogram per meter kubik

Spesific Gravity
Perbandingan massa sejumlah volume zat pada temperatur tertentu terhadap massa air murni
dengan volume yang sama pada temperatur yang sama atau temperatur yang berbeda. Kedua
temperatur acuan harus dinyatakan secara eksplisit. Umumnya temperatur acuan meliputi
60/60 oF, 20/20 oC, 20/4 oC

API

Density rendah menunjukkan kandungan parafin besar, sebaliknya density tinggi


menunjukkan kandungan aromat tinggi.
Hubungan antara antara API Gravity vs Carbon Residu : semakin tinggi API Gravity, maka
semakin rendah harga Carbon Residu dan sebaliknya.
Hubungan antara antara API Gravity vs Viskositas : semakin tinggi API Gravity, maka
semakin kecil viskositas dan sebaliknya.
Hubungan antara antara API Gravity vs Kandungan Aspalten : semakin tinggi API Gravity,
maka semakin kecil Kandungan Aspalten dan sebaliknya.
Hubungan antara antara Density vs Kandungan Sulfur : semakin tinggi Density, maka
semakin tinggi Kandungan Sulfur.

Viskositas (ASTM D 445)


Viskositas Dinamik : perbandingan antara tegangan geser yang diberikan dan kecepatan geser
suatu cairan. Terkadang viskositas dinamik disebut dengan koefisien dinamik atau lebih
sedehana disebut dengan viskositas.
Viskositas Kinematik : Tahanan cairan untuk mengalir karena gaya berat
Hubungan viskositas kinematik dan dinamik : Viskositas kinematik = viskositas
dinamik/Density
Viskositas minyak bumi dan produknya menunjukkan sifat alir dan sifat volatility minyak
bumi tersebut.
Minyak bumi dan produknya dengan viskositas tinggi berarti minyak tersebut mengandung
fraksi hidrokarbon berat (berat molekul besar) dan sebaliknya

Water and Sediment


Air dan endapan dari crude oil, seperti garam-garaman, utamanya berasal dari produksi dan
transportasi. Air beserta garam-garam terlarutnya umumnya dalam bentuk emulsi atau dalam
bentuk suspensi.
Sediment biasanya tersuspensi di crude oil dalam bentuk mineral anorganik dari produksi dan
dari fluida pemboran, juga bisa berasal dari scale, karat-karat pipa, tangki-tangki yang
digunakan untuk transportasi dan pneyimpanan.
Air biasanya hadir lebih banyak di crude oil dibandingkan sediment.
Garam-garaman, air dan endapan dapat menyebabkan kerusakan pada alat-alat proses seperti
heater, kolom, exchanger, serta dapat menyebabkan korosi dan merusak produk-produk dari
petroleum oil. Air dan endapan merupakan komponen utama dari sludge crude oil yang
terkumpul di storage tank. Endapan bisa juga berasal dari kontaminan seperti kotoran.
Kotoran ini ada saat crude oil di transportasikan baik lewat kapal, pipa atau saat di tangki.
Keberadaan air pada bagian bottom storage tank juga dapat menyebabkan meningkatnya
aktivitas dari microbiologi, dan bila sistemnya adalah anaerobic maka akan terbentuk
hidrogen sulfida dan larutan asam yang sangat korosive. Perhitungan water and sediment
content juga diperlukan untuk penjualan, penetapan pajak, pertukaran, dan transfer. Metode
yang digunakan untuk menentukan adanya water and sediment adalah ASTM D 4007, Test
Method for Water and Sediment in Crude Oil by the Centrifuge Method.

Sulfur Content
Keberadaan sulfur di crude oil bervariasi, mulai dari 0,1 5 < % wt. Sulfur bersifat korosif,
terutama pada peralatan refinery. Sulfur juga sebagai racun katalis, sehingga katalis yang
digunakan pada proses katalitik kraking tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Sulfur
juga merupakan polutant (emisi pembakaran), karena akan membentuk sulfur oksida hasil
pembakaran. Sulfur oksida ini bila bertemu dengan air kondensasi hasil pembakaran akan
menjadi larutan asam yang korosif.
Crude oil yang mengandung sulfur tinggi umumnya memiliki nilai moleculair weight lebih
besar, sehingga cenderung banyak terdapat pada fraksi berat. Merkaptan sulfur pada crude oil
biasanya hadir dengan bau yang merangsang. Bentuk-bentuk lain merkaptan di crude oil :
butyl merkaptan (biasa dipakai sebagai odor pada produksi gas alam). Metode standar yang
digunakan untuk menentukan kandungan sulfur yaitu dengan ASTM D 1552, Test Method
for Sulfur in Petroleum Products (High Temperature Method).

Salt Content
Kandungan garam di crude oil umumnya berasal dari produksi di lapangan, yaitu bisa berasal
dari reservoir minyak atau air formasi, dan tanker handling yang membawa crude hingga ke
terminal. Kehadiran garam-garaman biasanya terlarut bersama-sama dengan air bebas, dan
garam-garaman ini bisa dikurangi dengan peralatan desalter. Bahkan dengan dengan jumlah
sangat kecilpun, garam-garaman masih bisa terakumulasi di heater, still, exchanger yang
akhirnya dapat menigkatkan biaya clean up peralatan. Yang paling penting adalah bahwa
selama proses flash vaporization crude oil, garam-garam tertentu akan terhidrolisa
membentuk asam hidroklorik (HCl), yang mana asam HCl ini sangatlah korosif. Biasanya
untuk mengatasi hal tersebut diinjeksikan senyawa amonia ke overhead line untuk
meminimisasi kerusakan akibat korosi.
Garam-garaman dan larutan asam yang terbentuk dapat mengkontaminasi produk overhead
dan residual products lainnya. Pada residual products, garam logam dapat pula menyebabkan
deactivasi katalis pada peralatan RCC. Metode standar yang digunakan untuk menentukan
adanya garam dalam crude adalah ASTM D 3230, Test Method for Salt in Crude Oil (
Electrometric Method).

Tekanan Uap
Tekanan uap adalah property fisik penting lainnya dari crude oil, karena berkenaan dengan
shipping, storage, dan refinery handling. Semakin tinggi tekanan uap crude oil, maka semakin
besar pula emisi hidrokarbon yang dihasilkan, serta volatil compound berbahaya lainnya
seperti H2S. Metode yang digunakan untuk menentukan tekanan uap crude oil yaitu ASTM D
323, Test Method for Vapor Pressure of Petroleum Products (Reid Method) dengan vapor
liquid ratio 4 : 1. Sample yang diukur tekanan uapnya dengan Reid Vapor Pressure (RVP)
berbeda dari Sample yang diukur tekanan uapnya dengan True Vapor Pressure, hal ini
dikarenakan adanya sedikit penguapan dari sample serta adanya uap air dan udara di sample
chamber saat dilakukan test RVP. Metode test terbaru yang digunakan adalah ASTM D 6377,
Test Method for Determination of Vapor Pressure of Crude Oil : VPCR (Expansion Method).
Dimana pada uji ini meliputi uji untuk vapor-liquid ratio mulai dari 4:1 hingga vapor-liquid
ratio 0,02 : 1.

Total Acid Number (TAN)


Total Acid Number ditentukan dengan metode ASTM D 664, Test Method for Acid Number
of Petroleum Products by Potentiometric Titration. Test ini untuk mengindikasikan adanya
naphtanic acid content of crude oil serta inorganic acid. Inorganic acid ini diperkirakan hadir
ketika sumur dilakukan operasi work over. Adanya asam dapat menyebabkan korosi pada
peralatan refinery, serta dapat mempengaruhi produk hasil refinery. Uji ini berfungsi juga
untuk mengetahui dosis agent penetralisir yang dperlukan saat refinery.

Carbon Residu
Uji carbon residu sangat berati untuk mengetahui banyaknya material yang tertinggal sebagai
deposit (coke) diperalatan refinery seperti furnace, hetaer, dan exchanger. Residu yang
terbentuk tidak semuanya menjadi karbon ketika proses evaporasi dan pirolisa berlangsung,
tetapi sebagian akan membentuk coke. Metode standar yang digunakan adalah untuk
menentukan karbon residu adalah ASTM D 189, Test method for Conradson Carbon Residu
of Petroleum Products dan ASTM D 524 Test method for Ramsbottom Carbon Residu of
Petroleum Products.
Total Nitrogen Content
Nitrogen dapat menyebabkan kerusakan katalis pada proses katalitik kraking. Nitrogen juga
penyebab sulitnya umpan untuk dihidrogenasi. Keefektifan dari proses hydrotreating di
hydrotreater adalah dengan mengukur adanya nitrogen konten yang tersisa di produk
hydrotreater.
Ada 3 metode untuk menentukan total nitrogen, yaitu :

ASTM D 3228, Test Method for Total Nitrogen in Lubricating Oil

ASTM D 4629, Test Method for Trace Nitrogen in Liquid Petroleum Hydrocarbon

ASTM D 5762, Test Method for Nitrogen in Petroleum and Petroleum Products

Halida Organik
Halida organik telah terdapat di dalam crude oil dikarenakan adanya kontaminasi secara
kimia ketika dilakukan Cleaning Operation sumur produksi, sistem-sistem perpipaan serta di
tangki. Senyawa ini sangat potensial sekali merusak peralatan refinery. Asam hidroklroik
hasil hydrotreating dan reforming direaktor terakumulasi saat proses kondensasi produk uap
(gas). Beberapa spesies organik dapat merusak katalis di reformer sehingga bisa
mempengaruhi yield gasoline. Metode standar yang digunakan untuk menentukan Total
Organik Halida yaitu ASTM D 4929, Test Method for Determination of Organic Chloride
Content in Crude Oil.

Ash Content
Ash (abu) adalah material padat yang tidak bisa terbakar habis ketika pembakaran
berlangsung. Yang termasuk Abu seperti kotoran, logam karat yang terdapat di crude oil.
Terdapat korelasi yang dekat antara ash content dan sediment content. Metode standar yang
digunakan untuk menentukan ash (abu) yaitu ASTM D 482, Test Method for Ash from
Petroleum Products.

Asphalten
Asphalten adalah molekul organik yang memiliki berat molekul yang tinggi. Kesulitan yang
dihadapi yaitu saat penyimpanan dan handling. Metode standar yang digunakan untuk
menentukan kandungan asphalten di crude oil yaitu ASTM D 6560, Test Method for
Determination of Asphalten in Crude Petroleum and Petroleum Products.

Vito Ivan Irawan

Diposkan oleh Vito Ivan di 12:36 Tidak ada komentar:

Selasa, 10 April 2012


SAMPLING

Serangkain tahap kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang
representatif
Menurut teknik pengambilannya dibedakan :

Manual Sampling

Automatic Sampling

JENIS FASA & PRODUK YANG DIAMBIL


Menurut jenis fasa yang diambil maka substansi atau material dapat berupa :

Fasa gas maupun fasa gas yang dicairkan

Fasa cair

Fasa padat

Menurut jenis produk yang akan di sampling dapat dibedakan menjadi :

Air (air bersih, air minum dalam kemasan, air buangan, air formasi)

Gas (gas emisi , gas ambien, gas alam)

Minyak bumi dan produknya,

dll material.

Tujuan Sampling

Pengujian di Lapangan

Pengujian di Laboratorium

Dokumen / Referensi / Retain

Pameran

Beberapa Metode Sampling

ASTM D 4057, Practice for Manual Sampling of Petroleum and Petroleum Products.

ASTM D 4177, Practice for Automatic Sampling of Petroleum and Petroleum


Products.

ASTM D 5842, Practice for Sampling and Handling of Fuels for Volatility
Measurements.
ASTM D 4306, Practice for Aviation Fuel Sample Containers for Test Affected by
Trace Contamination.

ASTM D 5854, Practice for Mixing and Handling of Liquid samples of Petroleum and
Petroleum Products.

PERSIAPAN SEBELUM PENGAMBILAN CONTOH


1. Merencanakan teknik/metode sampling yang akan di gunakan.

Metode yang akan digunakan disarankan yang up date,valid sesuai keperuntukannya

Di sepakati antara produsen dan user

Apabila di gunakan metode lama harus melalui validasi dan verifikasi.

Apabila ada pengembangan metode harus tertelusur dokumennya

2. Mempersiapkan peralatan sampling sesuai metode.

Peralatan disesuaikan dengan keperluan pengujian.

Apabila ada peralatan tambahan harus disesuaikan dengan metode dan tidak
menimbulkan intepretasi yang bias.

3. Mempersiapkan perlengkapan safety untuk sampling.

Safety helm

Safety shoes

Safety uniform

Safety ear

HT

dll

4. Mempersiapkan surat/dokumen/kelengkapan administrasi yang akan di gunakan dalam


sampling.

Surat perintah pengambilan sampling

Tank tiket
Labeling

Buku catatan pengambilan sample

SPPD apabila sampling diluar area/lokasi

PERSIAPAN DI LOKASI/AREA SAMPLING


1. Melapor kepada pengawas/petugas yang berwenang di lokasi sampling.

Melaporkan maksud dan tujuan sampling

Menyerahkan surat perintah pengambilan sample

Meminta petugas pendamping apabila belum familiar dengan lokasi/area sampling


point

2. Mencatat level/isi produk di tangki yang akan di sampling.

Sebagai referensi ukuran /level actual isi tangki

3. Melakukan pengukuran level/isi produk baik dengan metode innage atau outage sesuai
kebutuhan

Untuk menentukan titik pengambilan sample

Menetukan panjang tali yang akan digunakan

Menentukan spot sample yang akan diambil

4. Memperhatikan arah angin sebelum melakukan pengambilan sample.

Agar petugas pengambil sample tidak menghirup uap hidrokarbon berlebih

Untuk keselamatan petugas dalam pengambilan contoh

ISTILAH ISTILAH DALAM PENGUKURAN TANGKI


1. Passing

Perpindahan cairan dari tangki/kompartemen yang satu dengan lainnya tanpa di


sengaja

2. Water stick bar


Tongkat yang bersekala mempunyai panjang kurang lebih 1 meter yang digunakan
untuk mengukur tinggi air bebas di tangki darat /kompartemen.

3. Reference Deef

Jarak atau tinggi antara datum plate/meja ukur suatu tangki dengan bibir lubang ukur
pada bagian atas tangki, dan ditentukan pada waktu kalibrasi tangki.

4. Tank Tiket

Formulir/blangko resmi yang digunakan untuk mencatat hasil pengukuran.

5. Datum plate

Meja dari kontruksi besi yang berada pada bagian dasar tangki sebagai titik nol
pengukuran tinggi cairan suatu tangki timbun.

6. Reference point

Titik /tanda yang disepakati /disetujui terdapat pada bibir lubang ukur dan merukan
titik tempat ukur sah suatu tangki.

7. Level indikator

Angka tinggi cairan suatu saatyang ditunjukkan di samping dinding tegak suatu
tangki.digunakna sebagai angka pembanding ukuran manual.

8. Cut point

Batas reaksi antara pasta yang terdapat pada pita ukur dengan cairan pada waktu
pengukuran tinggi caieran.

9. Innage

Cara pengukuran tinggi cairan dalam suatu tangki dari permkaan cairan sampai datum
ukur.

10. Outage/ullage

Pengukuran tinggi cairan suatu tangki dengan cara mengukur tingginya ruang kosong
pada tangki tersebut.

11. Reference mark

Tempat dicantumkannya reff point dan merupakan tempat/titik tertinggi dalam


pengukuran.

Vito Ivan Irawan


Diposkan oleh Vito Ivan di 09:52 Tidak ada komentar:
Proses Pengolahan Minyak Bumi

1. Proses Separasi
Adalah oroses pemisahan minyak bumi berdasarkan sifat-sifat fisis, antara lain:

SG [Specific Gravity]
Titik Beku : proses kristalisasi [Wax Plant & MEK Dewaxing]
Titik Didih : Distilasi Atmosphere, Vacum, Bertekanan
Sifat kelarutan: Ekstraksi, Absorbsi, Adsorbsi

2. Proses Konversi
Adalah proses perubahan kimia dengan suatu reaksi kimia
a. Dekomoposisi Molekul :

Thermal Cracking
Hydro Cracking
Catalytic Cracking

b. Sintesa Molekul :

Polymerisasi
Alkylasi

c. Perubahan Struktur Molekul :

Isomerisasi
Reforming

3. Treating
Adalah proses memisahkan impurities-impurities yang terikut dari minyak bumi.

NHT [Naphtha Hydro Treating]


Desalter
Soda Treating
Acid Treating
Desulphurisasi

4. Blending
Adalah proses pencampuran additive/bahan kimia dengan minyak bumi. Bertujuan untuk
memperbaiki :

SG
Viscositas
ON [Nomor Oktan]
dll

Vito Ivan Irawan


Diposkan oleh Vito Ivan di 08:27 Tidak ada komentar:

DISTILASI ATMOSPHERIC/Crude Distilling Unit (CDU)

Distilasi Atmospheric adalah proses perengkahan minyak bumi secara fisis dengan
menggunakan perbedaan titik didih. Karena crude oil merupakan campuran dari komponen-
komponen hydrocarbon yang sangat komplek, maka pada distilasi ini proses pemisahan
fraksi-fraksinya dilakukan berdasarkan trayek didih(jarak didih). Tekanan kerja dari distilasi
ini bekerja pada tekanan atmosphere atau berkisar antara 1-1,5 atm.
Secara umum dalam distilasi ini akan mendapatkan produk-produk antara lain:
1. Ref. Gas
2. Light Naphta/Gasoline
3. Heavy Naphta
4. Kerosene
5. Gasoil
6. Residu

Proses Alir

Gambar. Simplified flow diagram of CDU

Uraian Proses
Crude oil dari storage tank dipompa untuk menuju ke furnace. Sebelum masuk ke furnace,
feed terlebih dahulu dipanaskan di dalam HE(Heat Exchanger) 270 F untuk pemanasan awal
guna mencegah terjadinya pemanasan mendadak di dalam furnace. Setelah dari HE kemudian
feed masuk ke dalam furnace untuk dipanaskan sampai temperatur yang dikehendaki 350
C. Feed yang telah dipanaskan di dalam furnace menguap tetapi belum terpecah/terpisah.
Setelah dari furnace feed masuk ke dalam fraksinasi untuk dipisahkan fraksi-fraksinya. Di
bagian flash zone terjadilah pemisahan fraksi uap dengan cair, dimana uap akan naik ke atas
menara fraksinasi dan fraksi cair akan turun ke bottom kolom yang biasa disebut product
bottom/long residu.
Residu dari bottom kolom akan dipompakan menuju HE sebagai media panas untuk
memanaskan feed(segi ekonomis). Setelah itu ditampung dalam tanki untuk selanjutnya
diproses dalam secondary process.
Fraksi uap dari flash zone akan naik kepuncak melewati tray-tray yang ada dalam kolom
fraksinasi sehingga terjadi kontak dengan liquid yang ada di dalam tray. Uap yang memiliki
titik didih yang sama dengan liquid yang ada dalam tray akan mengembun dan terakumulasi
dalam tray, yang selanjutnya akan dikeluarkan sebagai product(side stream). Produk samping
ini selanjutnya akan masuk ke dalam stripper untuk memurnikan/menajamkan produk dengan
cara menghilangkan fraksi ringan yang masih terikut dalam produk. Setelah pruduk
dimurnikan, dimasukan ke dalam cooler untuk diturunkan suhunya dan selanjutnya
dimasukan ke dalam tanki.
Top product berupa uap yang tidak mengembun dalam kolom fraksinasi dimasukan ke dalam
kondensor untuk diembunkan atau merubah phase/wujudnya yang selanjutnya ditampung
dalam accumulator. Di dalam accumulator akan dipisahkan antara gas yag tidak dapat
mencair untuk selanjutnya akan diproses dalam LPG plant. Sedangkan gas yang dapat
dicairkan sebagian ditampung dalam tanki dan sebagian digunakan sebagai reflux. Reflux
dimaksudkan untuk menjaga suhu top kolom agar terjaga sesuai dengan yang dikehendaki.
Produk-produk hasil distilasi atmospheric adalah intermediate product yang harus
disempurnakan lebih lanjut dalam secondary process untuk memenuhi spesifikasi.

Vito Ivan Irawan


Diposkan oleh Vito Ivan di 08:06 Tidak ada komentar:

Senin, 09 April 2012


Electrical Submercibel Pump

Teknik pengangkatan fluida reservoir kepermukaan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
dengan metode sembur alam (Natural Flow) atau metode pengangkatan buatan (Artificial
Lift) yang akan diterapkan apabila tekanan reservoir sudah tidak mampu lagi mengangkat
fluida reservoir kepermukaan. Metode pengangkatan buatan menggunakan pompa (ESP).

Natural Flowing
Natural Flowing adalah sumur yang dapat mengangkat fluida ke permukaan dengan
sendirinya tanpa dibantu oleh sebuah unit pompa karena tekanan reservoirnya masih besar.
Pada sumur natural flowing biasanya memiliki water cut/ rata-rata kandungan airnya 0%.
Pada sumur seperti ini memiliki tekanan reservoir yang besar sehinnga untuk mengatur fluida
yang keluar dengan mengatur chock pada x-mast tree. Safety device pada sumur natural
flowing ini adalah sssv (sub-surface safety valve). SSSV ini digunakan untuk keamanan
dimana pressure pada sumur tidak akan melebihi set point yang telah ditentukan.
Untuk peralatan di bawah permukaan pada sumur ini berbeda dengan sumur yang
menggunakan ESP. Perbedaannya selain sumur ini tidak menggunakan pompa, yaitu sumur
ini menggunakan packer sebagai alat penyekat antara tubing dan production casing. Fungsi
packer ini adalah untuk mencegah adanya fluida yang masuk pada anulus. Sehingga fluida
masuk pada tubing.
Gambar. Sumur Natural Flowing

Artificial Lift
ESP(Electrical Submersible Pump)
Adalah pompa electric yang digunakan untuk mengangkat fluida ke permukaan (Artificial
Lift) karena tekanan reservoir tidak dapat mengangkat fluida ke permukaan. ESP adalah
pompa centrifugal yang disususn dalam satu poros secara memanjang di ujung tubing.
Dimana susunan pompa terhubung langsung dengan motor penggerak. Motor gerak ini
menggunakan tenaga listrik yang disuplai dari permukaan dengan kabel dan sumbernya
diambil dari power plant lapangan. Dalam pengoperasiannya pompa terendam dalam fluida
sumur pada suatu kedalaman (Pump Setting Depth) yang telah ditentukan. Unit pompa ini
merupakan pompa bertingkat banyak (Multistages) yang terdiri dari Impeller, Diffuser, serta
Shaft atau poros. Setiap stage terdiri dari satu impeller yang bergerak (Dynamic) dan satu
diffuser yang bersifat diam (static). Ukuran dari stage menentukan banyaknya fluida yang
dapat dipompakan, sedangkan jumlahnya akan menentukan total head capacity (daya
angkat/corong). Stage umumnya terbuat dari metal m-resist atau ryton yang tahan terhadap
karat, sedangkan shaft terbuat dari besi k-monel yang juga tahan karat dan sangat keras.
Selain itu dalam rangkaian pompa dilengkapi dengan Pump, Gas Separator, Protector, Motor,
Downhole Monitoring Tool (DMT) dan Power Cable.
Untuk memproduksikan sumur ESP secara optimum perlu adanya analisa terhadap pompa
ESP terpasang, dimana nantinya harus disesuaikan dengan inflow reservoir sehingga
didapatkan optimum pompa.

Unit pompa ESP sendiri meliputi beberapa bagian sebagai berikut:


a. Pump
Pompa yang dipasang harus multistage centrifugal pump. Ukuran atau seri pompa tergantung
besarnya diameter casing ESP, sedangkan rate atau kapasitas pompa tergantung besarnya
produksi yang diinginkan. Pump, tersusun dari beberapa stages yang masing-masing stages
terdapat satu impeller dan satu diffuser yang statis. Makin banyak stages maka makin besar
tekanan dan rate yang didapat pompa.
Impeller dan diffuser dipasang pada pompa yang dibuat dari monel. Jumlah stage (tingkat)
akan tergantung besarnya head yang harus diatasi pompa.
Gambar. Pump

b. Gas Separator
Gas separator dipasang di antara protector dan pompa, berfungsi sebagai pump intake dan
pemisah antara gas dan cairan. Gas separator dipakai pada sumur yang mempunyai Gas Oil
Ratio tinggi atau di atas 1000 cuft/bbl. Prinsip kerja alat ini ialah membawa aliran produksi
dari lubang sumur kearah bawah, sehingga ada kesempatan gas untuk membebaskan diri.
Komponen utama :
Coupling
Shaft
Fluid tube, sebagai sarana mengalirkan cairan yang sudah bebas dari gas.
Pick up impeller, sebagai pendorong fluida yang masuk melalui intake ke pompa.

Gambar. Gas Separator

c. Protector
Protector merupakan suatu bagian yang menghubungkan motor dengan pompa. Fungsi dari
protector adalah mengqualiser tekanan di dalam motor yang timbul sewaktu motor bekerja,
dengan tekanan di luar motor.
Protector dipasang di atas motor yang berfungsi sebagai penyekat untuk mencegah fluida
sumur masuk ke dalam motor.
Fungsi lain dari protector adalah :
1.Menyimpan minyak motor dan minyak pompa
2.Mengijinkan terhadap pengembangan - pengerutan minyak motor dan minyak pelumas
motor
3.Mencegah fluida sumur ke dalam motor atau ke rumah motor
4.Untuk keseimbangan tekanan dalam motor dengan tekanan luar yaitu tekanan fluida sumur
pada kedalaman penenggelaman
Jika akan menyambung protector dengan motor dan pompa yang berbeda serinya maka
digunakan housing adaptor.
Komponen utama :
Coupling
Shaft
Elastomeric bag/Labyrinth chamber
Shaft seal
Dielectric oil
Thrust bearing

d. Motor
Motor adalah alat untuk menggerakan pompa dengan cara mengubah electrical energy
menjadi mechanical energy. Energi ini menggerakkan protector dan pompa melalui shaft
yang terdapat pada setiap unit yang dihubungkan dengan coupling.

Gambar. Motor

e. Power Cable
Power cable gunanya untuk mengalirkan arus listrik dari switchboard ke motor. Power Cable
terdiri atas round cable, flat cable dan cable clamp. Round Cable ialah kabel berpenampang
bulat, yang terpasang pada sepanjang rangkaian tubing sampai ke transformer. Flat Cable
ialah kabel berpenampang pipih yang terpasang sepanjang ujung pompa sampai motor, kabel
terbungkus oleh suatu pelindung yang terbuat dari baja (armor). Kabel terbuat dari tembaga
dengan rancangan yang disesuaikan dengan kondisi sumur serta besar/kecil horse power(HP)
dari motor.
Komponen power cable :
Armor, terbuat dari lapisan baja dan galvanize.
Filler, terbuat dari pelat tipis dari kuningan(brass shim).
Lead jacket, terbuat dari timah.
Insulation, terbuat dari karet.
Conductor, terbuat dari tembaga sebagai penghantar arus.

Gambar. Power Cable

f. Check Valve
Di atas pompa pada tubing dipasang check valve yang berguna untuk mencegah agar fluida
dalam tubing tidak turun ke bawah saat ESP mati. Turunnya fluida akan memutar balik
pompa dan merusak motor pompa. Check valve dipasang satu joint tubing diatas pompa
dengan tujuan :
Menjaga tubing selalu penuh oleh cairan.
Mencegah turunnya cairan di tubing pada waktu pompa berhenti bekerja dan menahan
partikel-partikel padat agar tidak mengendap dalam pompa(waktu pompa mati/shut down).
Mengurangi lost time saat terjadi back spin motor

Gambar. Susunan ESP


Vito Ivan Irawan

Diposkan oleh Vito Ivan di 09:15 Tidak ada komentar:

Minggu, 01 April 2012


Storage Tank

Tangki adalah alat yang digunakan untuk menampung fluida (feed, produk, atau
chemical/additive). Fluida yang ditampung di dalam tangki dapat berupa gas, liquid, maupun
solid.
Secara umum tangki dibedakan menjadi :
1. Standart Tank
2. Conservation tank

Adapun jenis Tangki berdasarkan tekanan kerja adalah sebagai berikut:


k Tank : Tangki yang menampung fluida dengan tekanan 1 atm. Contoh : Floating Roof Tank, Open
Roof Tank, Lifter Roof Tank, dan Breather Roof Tank.
torage Tank : Tangki yang menampung fluida dengan tekanan lebih dari 1 atm. Contoh: Low Pressure
tank, dan High Pressure Tank.

Jenis tangki berdasarkan bentuk dibedakan menjadi:


oid Tank : Tangki yang berbentuk bola untuk menahan tekanan fluida yang ditampung.
zontal Tank : Tangki yang berbentuk horizontal. Tangki ini lebih mengutamakan diameter yang lebar
daripada ketinggian tangki.
cal Tank : Tangki yang berbentuk vertical. Tangki ini lebih mengutamakan ketinggian tangki daripada
diameternya.

Jenis tangki berdasarkan phisical atau pertimbangan safety dibedakan menjadi 3 kelas,
yaitu:
Kelas A : Tangki yang digunakan untuk menampung fluida dengan flash point kurang dari 730F.
Kelas B : Tangki yang digunakan untuk menampung fluida dengan flash point antara 730F s/d 1500F.
Kelas C : Tangki yang digunakan untuk menampung fluida dengan flash point lebih dari 1500F.
Sedangkan jenis tangki berdasarkan konstruksi atau cara pembuatanya dibedakan atas:

1. Tangki las
2. Tangki keling
3. Tangki mur-baut

2. Bagian-bagian Tangki
Adapun bagian-bagian tangki dalam CPA adalah sebagai berikut:
ole : Lubang lalu orang untuk keperluan pameriksaan, pembersihan, maupun perbaikan dalam
tangki. Terdapat pada atap maupun dinding tangki.
m Breaker : Safety device untuk memasukan udara ke dalam tangki sebagai pencegah vacum dalam
tangki.
arester : Safety device untuk menceegah api balik di atap tangki (vacum breaker)
Sprinkle : Air yang digunakan untuk mendinginkan dinding tangki.
chamber : Busa untuk memadamkan ketika terjadi kebakaran pada tangki.
tch : Lubang untuk memasukan roll meter atau deep stick guna mengukur level tangki.
plate : Plate yang terletak di tepi atap tangki yang berfungsi untuk meratakan aliran dari water
sprinkle ke dinding tangki.
n Content : Alat yang berfungsi untuk mendeteksi kandungan oksigen dalam tangki guna memperkecil
kemungkinan terjadinya segitiga api.
eather : pipe line untuk keluar/masuknya gas blanket untuk gas pernafasan pada tangki.
: safety device untuk membuang tekanan berlebih gas pada tangki.
Rail : Sebagai pengaman maupun pencegah elektrostatik
Switch : Safety device untuk mendeteksi level fluida dalam tangki high-high level maupun low-low
level.
: untuk mengisi fluida dalam tangki.
: untuk mengosongkan atau mengalirkan fluida keluar dari tangki.
pipe : Untuk membuang air di dasar tangki minyak.
a : fasilitas/akses untuk naik ke atap tanki guna pengecekan, pengukuran level, maupun
perbaikan pada atap tangki.
Diposkan oleh Vito Ivan di 01:59 Tidak ada komentar:

Oil Separator

Sumur hydricarbon pada umumnya memproduksi fluida multiphase. Fluida


sebagian besar terdiri dari gas, minyak, dan air. Masing-masing fluida ini merupakan
fariasi yang berbeda untuk pengukuran dan memprosesnya. Untuk itu perlu
dipisahkan dengan alat pemisah. Peralatan yang digunakan untuk proses pemisah
adalah separator minyak dan gas, water separator, dan knock outs, de-emulsifier,
Coalescers ( mist extractor ) dan scrubber.
Untuk pemisahan fluida dari well yang akan diproduksi biasanya memakai
unit production separator.
Production separator adalah alat yang digunakan untuk memisahkan phase-
phase fluida seperti gas, minyak, dan air. Jenis separator berdasarkan bentuknya
dibedakan menjadi 3 yaitu:
- Vertical
- Horizontal
- Sperical

Kelebihan separator vertical antara lain :


1. Separator vertical dapat menangani slug cairan dalam jumlah yang relatif besar
tanpa terjadi liquid carryover pada outlet gas.
2. Separator vertical dapat menangani pasir dalam jumlah yang lebih besar.
3. Meminimalisasi turbulensi pada bagian gas di separator untuk memastikan
pengendapan yang baik.
4. Memiliki mist extractor di dekat outlet gas untuk menangkap dan menggumpalkan
partikel cairan yang lebih kecil yang tidak dapat dibuang dengan pengendapan
gravitasi.
Adapun kekurangan dari separator vertical antara lain :
1. Separator vertical lebih mahal pembuatannya, dan juga lebih mahal biaya
pengiriman ke lokasi.
2. Separator vertical untuk kapasitas yang sama, biasanya memiliki ukuran yang
lebih besar dari separator horisontal. Hal ini disebabkan aliran gas ke arah atas pada
separator vertical bertentangan dengan arah jatuhnya droplet cairan.
Separator horizontal merupakan separator yang bentuknya memanjang kesamping.
Fluida akan mengalir masuk menuju inlet, menabrak penghalang bersudut,
kemudian kerangka separator, yang menghasilkan pemisahan utama yang efisien
seperti halnya pada separator horizontal. Kelebihan separator horizontal antara lain :
1. Separator horizontal memiliki luas batas antar muka gas-cairan yang lebih besar,
sehingga memperbolehkan kecepatan gas yang lebih tinggi.
2. Separator horizontal dapat menangani gas dalam jumlah yang besar secara
ekonomis dan efisien.
3. Separator horizontal lebih murah untuk dibuat dan dikirim ke lokasi dibandingkan
separator vertikal.
4. Separator horizontal lebih mudah dan lebih murah untuk dipasang dan diperbaiki.
5. Separator horizontal meminimalisasi terjadinya turbulensi dan buih.
Adapun kekurangan dari separator horizontal antara lain :
1. Pengaturan tingkat cairan sangat penting, dan ruangan untuk buih agak terbatas.
2. Separator horizontal lebih sulit dibersihkan, sehingga tidak dianjurkan untuk
digunakan pada sumur yang memproduksi banyak pasir.
3. Kebutuhan ruangan separator horizontal dapat dikurangi dengan menumpuk
beberapa separator horizontal pada pemisahan bertingkat.
Separator spherical didesain untuk mengoptimalkan penggunaan semua
metode pemisahan gas dan cairan seperti pengendapan gravitasi, penurunan
kecepatan, gaya sentrifugal dan kontak permukaan. Aliran inlet dialihkan, sehingga
aliran sumur menyebar mengelilingi dinding separator. Cairan dipisahkan menjadi
dua aliran yang bergabung kembali setelah melewati setengah dari dinding
separator, kemudian jatuh ke bagian penampungan cairan. Kelebihan separator
spherical antara lain :
1. Separator spherical murah, lebih murah dari separator vertikal maupun horisontal.
2. Separator spherical berukuran kecil, dan memberikan fasilitas pembersihan sumur
dan pengeringan dari bawah yang lebih baik dari separator vertikal.
3. Separator spherikal dapat digunakan untuk aliran sumur dengan GOR rendah
sampai menengah.
Adapun kekurangan dari separator spherical antara lain :
1. Pengaturan tingkat cairan sangat penting bagi efisiensi separator spherical.
Separator spherikal memiliki ruangan untuk buih dan bagian pengendapan cairan yang
terbatas. Karena keterbatasan ruang dalam, separator spherikal sulit digunakan untuk
pemisahan tiga fasa (gas-minyak-air).

Metode yang digunakan dalam memisahkan fluida berdasarkan phasenya


dibedakan menjadi 4, yaitu:
Setling : adalah separator yang proses pemisahan fluidanya dengan cara diendapkan
secara natural berdasarkan perbedaan berat jenis (SG).
Electric : adalah separator yang proses pemisahan fluidanya dengan memberikan arus listik
pada fluida, sehingga emulsi-emulsi air dapat terkupul dan terpisahkan.
Thermal : adalah separator yang proses pemisahan fluidanya dengan cara menaikan
themperature fluida. Yaitu untuk mengusir fraksi ringan atau gas yang terkandung
dalam liquid dengan cara menguapkannya.
- Chemical : Separator ini memisahkan fluida dengan cara injeksi
chemical/ additive/ bahan kimia berupa de-emulsifier. Sehingga emulsi-emulsi air
dapat terpisahkan.

Sedangkan jumlah phase yang dipisahkan dalam fluida dibedakan menjadi 2,


yaitu:
e Separator : Separator yang memisahkan dua phase fluida. Dapat berupa minyak dan air, gas
dan minyak, maupun air dan gas.
ase Separator : Separator yang memisahkan tiga phase fluida sekaligus yaitu gas, air, dan minyak.
Separator merupakan salah satu jenis vesel. Jenis vesel dapat dibedakan
atau diberi nama lain sesuai dengan fungsinya masing-masing. Pada instalasi gas
separator diberi nama lain, karena fungsifungsi yang dilakukannya didalam sistem
proses. Sebuah Scrubber melakukan kerja yang sama pada sebuah Knockout drum.
Tetapi, biasanya Scrubber memisahkan suatu flow yang berisi rasio tinggi gas dan
cairan. Knockout drum digunakan jika cairan mengalir bersama gas.

Bagian-bagian dalam dari separator horizontal adalah sebagai berikut:


ector : Merupakan sebuah plate yang terletak di dalam separator yang berfungsi untuk
memecah aliran yang masuk.
ightening vanes : Merupakan plate yang disusun ke atas yang berfungsi untuk menjaga
kestabilan permukaan liquid.
r : Sebuah plate / bendungan yang berfungsi untuk memisahkan minyak dari air, dan
mencegah masuknya air ke dalam tampungan minyak.
Extractor : Berfungsi untuk mencegah / menangkap minyak atau kondensat yang terikut dalam
gas.
ex Breaker : Berfungsi untuk mencegah pusaran pada outlet liquid.

Adapun perlengkapan di luar sparator sebagai berikut:


: Merupakan tempat masuknya fluida ke dalam separator.
: Merupakan tempat keluarnya fluida yang telah terseparasi attau terpisahkan,
berupa gas outlet, oil outlet, dan water outlet.
gauge : Berfungsi sebagai indikator tekanan dalam separator
meter : Berfungsi sebagai indikator temperature dalam separator.
uge : Berfungsi sebagai indikator level air maupun minyak dalam separator.
wn Valve : Safety device yang dapat mematikan proses jika tekanan melebihi ambang batas
yang telah ditentukan.
ntrol Valve : Valve yang berfungsi mengatur level cairan (oil/water) dengan cara mengatur aliran
outlet.
Control Valve : Valve yang berfungsi mengatur aliran/tekanan gas dalam separator.
Safety Valve : Safety device yang berfungsi untuk membuang tekanan gas ketika tekanan dalam
separator melebihi batas aman dan PCV sudah tidak dapat mengatasi kelebihan
tekanan tersebut (bukaan peuh).
Meter : Untuk menghitung kapasitas/volum minyak yang terproduksi
corder : Untuk menghitung jumlah gas yang terproduksi.
disk : safety device berupa plate untuk membuang tekanan gas yang pecah/beroprasi
ketika PSV sudah tidak dapat menanggulangi tekanan yang berlebih.
e : Berfungsi untuk membuang sedimen dalam separator, juga dapat digunakan untuk
mengosongkan separator.
: Lubang untuk masuknya orang yang dibuka/digunakan pada waktu-waktu tertentu
seperti untuk pembersihan.

http://paidixxx.blogspot.com/2012/04/storage-tank.html

Anda mungkin juga menyukai