Klasifikasi Minyak Bumi
Klasifikasi Minyak Bumi
Komponen hidrokarbon dalam minyak bumi dibedakan atas struktur hidrokarbon dan non
hidrokarbon. Perbedaan komposisi akan menyebabkan perbedaan sifat-sifat minyak bumi,
yaitu perbadaan susunan hidrokarbon, SG, API Gravity, Volatility, dsb.
SG 60/60 oF dari fraksi 250 275 oC menunjukkan sifat kimia fraksi ringan
SG 60/60 oF dari fraksi 275 300 oC menunjukkan sifat kimia fraksi Berat
Dilakukan mula-mula pada tekanan atmosfer dan kemudian pada tekanan absolut 40
mmHg.
Dilakukan di laboratorium dengan menggunakan metode standar ASTM D 285
Faktor karakteristik (Nelson, Watson, dan Murphy) dapat digunakan sebagai prediksi
sifat hidrokarbon dalam minyak bumi dan fraksi-fraksi minyak bumi
Sebagai ukuran dalam klasifikasi minyak bumi ini adalah akar pangkat tiga dari
pengukuran titik didih rata-rata suatu minyak bumi dibagi dengan SG 60/60 oF
Faktor Karakteristik =
Sebagai ukuran dalam klasifikasi minyak bumi ini adalah dengan mengukur SG 60/60
oF dan viskositas minyak bumi
Berdasarkan klasifikasi menurut VGC, minyak bumi memiliki bilangan 0,8 1,0
Dimana :
Yang dimaksud dengan karakteristik minyak bumi adalah batasan maksimum atau minimum
suatu parameter minyak bumi yang dikehendaki sebagai umpan proses pengolahan.
Parameter itu meliputi sifat fisika dan kimia. Merupakan campuran komplek dari senyawa
hidrokarbon. Senyawa hidrokarbon yang ada antara lain : sulfur, nitrogen, oksigen,
halogenida, dan logam sebagai senyawaan minor. Untuk single molekul utamanya terdiri dari
: Parafin, Naften, dan Aromatik. Besarnya kandungan masing masing unsur tersebut akan
berpengaruh terhadap sifat fisika dan kimia minyak bumi dan akan dinyatakan sebagai
karakteristik minyak bumi. Besarnya kandungan masing masing unsur tersebut juga akan
memepengaruhi sifat-sifat produk yang dihasilkan minyak bumi.
Karakteristik minyak bumi mencakup sifat sebagai berikut :
Sifat-sifat fisika
Sifat Kimia
Sifat optikal
Sifat thermal
Sifat kelistrikan
dll
Menangani pengangkutan
Penyimpanan
Penimbunan
Pengolahan
Pemasaran
Sifat Fisika Minyak Bumi yang Signifikan dalam Pengolahan Minyak Bumi
Spesific Gravity
Viskositas
Tekanan Uap
Titik Nyala
Titik Tuang
Tegangan interfacial
Light Component
Faktor Karakteristik
Wax Content
Asphaltent Content
Carbon Residu
Aromatic Content
Metal Content
Ash Content
Density
Massa zat cair per satuan volume pada 15 oC dan 101,325 kPa dengan satuan standar
pengukuran dalam kilogram per meter kubik
Spesific Gravity
Perbandingan massa sejumlah volume zat pada temperatur tertentu terhadap massa air murni
dengan volume yang sama pada temperatur yang sama atau temperatur yang berbeda. Kedua
temperatur acuan harus dinyatakan secara eksplisit. Umumnya temperatur acuan meliputi
60/60 oF, 20/20 oC, 20/4 oC
API
Sulfur Content
Keberadaan sulfur di crude oil bervariasi, mulai dari 0,1 5 < % wt. Sulfur bersifat korosif,
terutama pada peralatan refinery. Sulfur juga sebagai racun katalis, sehingga katalis yang
digunakan pada proses katalitik kraking tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Sulfur
juga merupakan polutant (emisi pembakaran), karena akan membentuk sulfur oksida hasil
pembakaran. Sulfur oksida ini bila bertemu dengan air kondensasi hasil pembakaran akan
menjadi larutan asam yang korosif.
Crude oil yang mengandung sulfur tinggi umumnya memiliki nilai moleculair weight lebih
besar, sehingga cenderung banyak terdapat pada fraksi berat. Merkaptan sulfur pada crude oil
biasanya hadir dengan bau yang merangsang. Bentuk-bentuk lain merkaptan di crude oil :
butyl merkaptan (biasa dipakai sebagai odor pada produksi gas alam). Metode standar yang
digunakan untuk menentukan kandungan sulfur yaitu dengan ASTM D 1552, Test Method
for Sulfur in Petroleum Products (High Temperature Method).
Salt Content
Kandungan garam di crude oil umumnya berasal dari produksi di lapangan, yaitu bisa berasal
dari reservoir minyak atau air formasi, dan tanker handling yang membawa crude hingga ke
terminal. Kehadiran garam-garaman biasanya terlarut bersama-sama dengan air bebas, dan
garam-garaman ini bisa dikurangi dengan peralatan desalter. Bahkan dengan dengan jumlah
sangat kecilpun, garam-garaman masih bisa terakumulasi di heater, still, exchanger yang
akhirnya dapat menigkatkan biaya clean up peralatan. Yang paling penting adalah bahwa
selama proses flash vaporization crude oil, garam-garam tertentu akan terhidrolisa
membentuk asam hidroklorik (HCl), yang mana asam HCl ini sangatlah korosif. Biasanya
untuk mengatasi hal tersebut diinjeksikan senyawa amonia ke overhead line untuk
meminimisasi kerusakan akibat korosi.
Garam-garaman dan larutan asam yang terbentuk dapat mengkontaminasi produk overhead
dan residual products lainnya. Pada residual products, garam logam dapat pula menyebabkan
deactivasi katalis pada peralatan RCC. Metode standar yang digunakan untuk menentukan
adanya garam dalam crude adalah ASTM D 3230, Test Method for Salt in Crude Oil (
Electrometric Method).
Tekanan Uap
Tekanan uap adalah property fisik penting lainnya dari crude oil, karena berkenaan dengan
shipping, storage, dan refinery handling. Semakin tinggi tekanan uap crude oil, maka semakin
besar pula emisi hidrokarbon yang dihasilkan, serta volatil compound berbahaya lainnya
seperti H2S. Metode yang digunakan untuk menentukan tekanan uap crude oil yaitu ASTM D
323, Test Method for Vapor Pressure of Petroleum Products (Reid Method) dengan vapor
liquid ratio 4 : 1. Sample yang diukur tekanan uapnya dengan Reid Vapor Pressure (RVP)
berbeda dari Sample yang diukur tekanan uapnya dengan True Vapor Pressure, hal ini
dikarenakan adanya sedikit penguapan dari sample serta adanya uap air dan udara di sample
chamber saat dilakukan test RVP. Metode test terbaru yang digunakan adalah ASTM D 6377,
Test Method for Determination of Vapor Pressure of Crude Oil : VPCR (Expansion Method).
Dimana pada uji ini meliputi uji untuk vapor-liquid ratio mulai dari 4:1 hingga vapor-liquid
ratio 0,02 : 1.
Carbon Residu
Uji carbon residu sangat berati untuk mengetahui banyaknya material yang tertinggal sebagai
deposit (coke) diperalatan refinery seperti furnace, hetaer, dan exchanger. Residu yang
terbentuk tidak semuanya menjadi karbon ketika proses evaporasi dan pirolisa berlangsung,
tetapi sebagian akan membentuk coke. Metode standar yang digunakan adalah untuk
menentukan karbon residu adalah ASTM D 189, Test method for Conradson Carbon Residu
of Petroleum Products dan ASTM D 524 Test method for Ramsbottom Carbon Residu of
Petroleum Products.
Total Nitrogen Content
Nitrogen dapat menyebabkan kerusakan katalis pada proses katalitik kraking. Nitrogen juga
penyebab sulitnya umpan untuk dihidrogenasi. Keefektifan dari proses hydrotreating di
hydrotreater adalah dengan mengukur adanya nitrogen konten yang tersisa di produk
hydrotreater.
Ada 3 metode untuk menentukan total nitrogen, yaitu :
ASTM D 4629, Test Method for Trace Nitrogen in Liquid Petroleum Hydrocarbon
ASTM D 5762, Test Method for Nitrogen in Petroleum and Petroleum Products
Halida Organik
Halida organik telah terdapat di dalam crude oil dikarenakan adanya kontaminasi secara
kimia ketika dilakukan Cleaning Operation sumur produksi, sistem-sistem perpipaan serta di
tangki. Senyawa ini sangat potensial sekali merusak peralatan refinery. Asam hidroklroik
hasil hydrotreating dan reforming direaktor terakumulasi saat proses kondensasi produk uap
(gas). Beberapa spesies organik dapat merusak katalis di reformer sehingga bisa
mempengaruhi yield gasoline. Metode standar yang digunakan untuk menentukan Total
Organik Halida yaitu ASTM D 4929, Test Method for Determination of Organic Chloride
Content in Crude Oil.
Ash Content
Ash (abu) adalah material padat yang tidak bisa terbakar habis ketika pembakaran
berlangsung. Yang termasuk Abu seperti kotoran, logam karat yang terdapat di crude oil.
Terdapat korelasi yang dekat antara ash content dan sediment content. Metode standar yang
digunakan untuk menentukan ash (abu) yaitu ASTM D 482, Test Method for Ash from
Petroleum Products.
Asphalten
Asphalten adalah molekul organik yang memiliki berat molekul yang tinggi. Kesulitan yang
dihadapi yaitu saat penyimpanan dan handling. Metode standar yang digunakan untuk
menentukan kandungan asphalten di crude oil yaitu ASTM D 6560, Test Method for
Determination of Asphalten in Crude Petroleum and Petroleum Products.
Serangkain tahap kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang
representatif
Menurut teknik pengambilannya dibedakan :
Manual Sampling
Automatic Sampling
Fasa cair
Fasa padat
Air (air bersih, air minum dalam kemasan, air buangan, air formasi)
dll material.
Tujuan Sampling
Pengujian di Lapangan
Pengujian di Laboratorium
Pameran
ASTM D 4057, Practice for Manual Sampling of Petroleum and Petroleum Products.
ASTM D 5842, Practice for Sampling and Handling of Fuels for Volatility
Measurements.
ASTM D 4306, Practice for Aviation Fuel Sample Containers for Test Affected by
Trace Contamination.
ASTM D 5854, Practice for Mixing and Handling of Liquid samples of Petroleum and
Petroleum Products.
Apabila ada peralatan tambahan harus disesuaikan dengan metode dan tidak
menimbulkan intepretasi yang bias.
Safety helm
Safety shoes
Safety uniform
Safety ear
HT
dll
Tank tiket
Labeling
3. Melakukan pengukuran level/isi produk baik dengan metode innage atau outage sesuai
kebutuhan
3. Reference Deef
Jarak atau tinggi antara datum plate/meja ukur suatu tangki dengan bibir lubang ukur
pada bagian atas tangki, dan ditentukan pada waktu kalibrasi tangki.
4. Tank Tiket
5. Datum plate
Meja dari kontruksi besi yang berada pada bagian dasar tangki sebagai titik nol
pengukuran tinggi cairan suatu tangki timbun.
6. Reference point
Titik /tanda yang disepakati /disetujui terdapat pada bibir lubang ukur dan merukan
titik tempat ukur sah suatu tangki.
7. Level indikator
Angka tinggi cairan suatu saatyang ditunjukkan di samping dinding tegak suatu
tangki.digunakna sebagai angka pembanding ukuran manual.
8. Cut point
Batas reaksi antara pasta yang terdapat pada pita ukur dengan cairan pada waktu
pengukuran tinggi caieran.
9. Innage
Cara pengukuran tinggi cairan dalam suatu tangki dari permkaan cairan sampai datum
ukur.
10. Outage/ullage
Pengukuran tinggi cairan suatu tangki dengan cara mengukur tingginya ruang kosong
pada tangki tersebut.
1. Proses Separasi
Adalah oroses pemisahan minyak bumi berdasarkan sifat-sifat fisis, antara lain:
SG [Specific Gravity]
Titik Beku : proses kristalisasi [Wax Plant & MEK Dewaxing]
Titik Didih : Distilasi Atmosphere, Vacum, Bertekanan
Sifat kelarutan: Ekstraksi, Absorbsi, Adsorbsi
2. Proses Konversi
Adalah proses perubahan kimia dengan suatu reaksi kimia
a. Dekomoposisi Molekul :
Thermal Cracking
Hydro Cracking
Catalytic Cracking
b. Sintesa Molekul :
Polymerisasi
Alkylasi
Isomerisasi
Reforming
3. Treating
Adalah proses memisahkan impurities-impurities yang terikut dari minyak bumi.
4. Blending
Adalah proses pencampuran additive/bahan kimia dengan minyak bumi. Bertujuan untuk
memperbaiki :
SG
Viscositas
ON [Nomor Oktan]
dll
Distilasi Atmospheric adalah proses perengkahan minyak bumi secara fisis dengan
menggunakan perbedaan titik didih. Karena crude oil merupakan campuran dari komponen-
komponen hydrocarbon yang sangat komplek, maka pada distilasi ini proses pemisahan
fraksi-fraksinya dilakukan berdasarkan trayek didih(jarak didih). Tekanan kerja dari distilasi
ini bekerja pada tekanan atmosphere atau berkisar antara 1-1,5 atm.
Secara umum dalam distilasi ini akan mendapatkan produk-produk antara lain:
1. Ref. Gas
2. Light Naphta/Gasoline
3. Heavy Naphta
4. Kerosene
5. Gasoil
6. Residu
Proses Alir
Uraian Proses
Crude oil dari storage tank dipompa untuk menuju ke furnace. Sebelum masuk ke furnace,
feed terlebih dahulu dipanaskan di dalam HE(Heat Exchanger) 270 F untuk pemanasan awal
guna mencegah terjadinya pemanasan mendadak di dalam furnace. Setelah dari HE kemudian
feed masuk ke dalam furnace untuk dipanaskan sampai temperatur yang dikehendaki 350
C. Feed yang telah dipanaskan di dalam furnace menguap tetapi belum terpecah/terpisah.
Setelah dari furnace feed masuk ke dalam fraksinasi untuk dipisahkan fraksi-fraksinya. Di
bagian flash zone terjadilah pemisahan fraksi uap dengan cair, dimana uap akan naik ke atas
menara fraksinasi dan fraksi cair akan turun ke bottom kolom yang biasa disebut product
bottom/long residu.
Residu dari bottom kolom akan dipompakan menuju HE sebagai media panas untuk
memanaskan feed(segi ekonomis). Setelah itu ditampung dalam tanki untuk selanjutnya
diproses dalam secondary process.
Fraksi uap dari flash zone akan naik kepuncak melewati tray-tray yang ada dalam kolom
fraksinasi sehingga terjadi kontak dengan liquid yang ada di dalam tray. Uap yang memiliki
titik didih yang sama dengan liquid yang ada dalam tray akan mengembun dan terakumulasi
dalam tray, yang selanjutnya akan dikeluarkan sebagai product(side stream). Produk samping
ini selanjutnya akan masuk ke dalam stripper untuk memurnikan/menajamkan produk dengan
cara menghilangkan fraksi ringan yang masih terikut dalam produk. Setelah pruduk
dimurnikan, dimasukan ke dalam cooler untuk diturunkan suhunya dan selanjutnya
dimasukan ke dalam tanki.
Top product berupa uap yang tidak mengembun dalam kolom fraksinasi dimasukan ke dalam
kondensor untuk diembunkan atau merubah phase/wujudnya yang selanjutnya ditampung
dalam accumulator. Di dalam accumulator akan dipisahkan antara gas yag tidak dapat
mencair untuk selanjutnya akan diproses dalam LPG plant. Sedangkan gas yang dapat
dicairkan sebagian ditampung dalam tanki dan sebagian digunakan sebagai reflux. Reflux
dimaksudkan untuk menjaga suhu top kolom agar terjaga sesuai dengan yang dikehendaki.
Produk-produk hasil distilasi atmospheric adalah intermediate product yang harus
disempurnakan lebih lanjut dalam secondary process untuk memenuhi spesifikasi.
Teknik pengangkatan fluida reservoir kepermukaan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
dengan metode sembur alam (Natural Flow) atau metode pengangkatan buatan (Artificial
Lift) yang akan diterapkan apabila tekanan reservoir sudah tidak mampu lagi mengangkat
fluida reservoir kepermukaan. Metode pengangkatan buatan menggunakan pompa (ESP).
Natural Flowing
Natural Flowing adalah sumur yang dapat mengangkat fluida ke permukaan dengan
sendirinya tanpa dibantu oleh sebuah unit pompa karena tekanan reservoirnya masih besar.
Pada sumur natural flowing biasanya memiliki water cut/ rata-rata kandungan airnya 0%.
Pada sumur seperti ini memiliki tekanan reservoir yang besar sehinnga untuk mengatur fluida
yang keluar dengan mengatur chock pada x-mast tree. Safety device pada sumur natural
flowing ini adalah sssv (sub-surface safety valve). SSSV ini digunakan untuk keamanan
dimana pressure pada sumur tidak akan melebihi set point yang telah ditentukan.
Untuk peralatan di bawah permukaan pada sumur ini berbeda dengan sumur yang
menggunakan ESP. Perbedaannya selain sumur ini tidak menggunakan pompa, yaitu sumur
ini menggunakan packer sebagai alat penyekat antara tubing dan production casing. Fungsi
packer ini adalah untuk mencegah adanya fluida yang masuk pada anulus. Sehingga fluida
masuk pada tubing.
Gambar. Sumur Natural Flowing
Artificial Lift
ESP(Electrical Submersible Pump)
Adalah pompa electric yang digunakan untuk mengangkat fluida ke permukaan (Artificial
Lift) karena tekanan reservoir tidak dapat mengangkat fluida ke permukaan. ESP adalah
pompa centrifugal yang disususn dalam satu poros secara memanjang di ujung tubing.
Dimana susunan pompa terhubung langsung dengan motor penggerak. Motor gerak ini
menggunakan tenaga listrik yang disuplai dari permukaan dengan kabel dan sumbernya
diambil dari power plant lapangan. Dalam pengoperasiannya pompa terendam dalam fluida
sumur pada suatu kedalaman (Pump Setting Depth) yang telah ditentukan. Unit pompa ini
merupakan pompa bertingkat banyak (Multistages) yang terdiri dari Impeller, Diffuser, serta
Shaft atau poros. Setiap stage terdiri dari satu impeller yang bergerak (Dynamic) dan satu
diffuser yang bersifat diam (static). Ukuran dari stage menentukan banyaknya fluida yang
dapat dipompakan, sedangkan jumlahnya akan menentukan total head capacity (daya
angkat/corong). Stage umumnya terbuat dari metal m-resist atau ryton yang tahan terhadap
karat, sedangkan shaft terbuat dari besi k-monel yang juga tahan karat dan sangat keras.
Selain itu dalam rangkaian pompa dilengkapi dengan Pump, Gas Separator, Protector, Motor,
Downhole Monitoring Tool (DMT) dan Power Cable.
Untuk memproduksikan sumur ESP secara optimum perlu adanya analisa terhadap pompa
ESP terpasang, dimana nantinya harus disesuaikan dengan inflow reservoir sehingga
didapatkan optimum pompa.
b. Gas Separator
Gas separator dipasang di antara protector dan pompa, berfungsi sebagai pump intake dan
pemisah antara gas dan cairan. Gas separator dipakai pada sumur yang mempunyai Gas Oil
Ratio tinggi atau di atas 1000 cuft/bbl. Prinsip kerja alat ini ialah membawa aliran produksi
dari lubang sumur kearah bawah, sehingga ada kesempatan gas untuk membebaskan diri.
Komponen utama :
Coupling
Shaft
Fluid tube, sebagai sarana mengalirkan cairan yang sudah bebas dari gas.
Pick up impeller, sebagai pendorong fluida yang masuk melalui intake ke pompa.
c. Protector
Protector merupakan suatu bagian yang menghubungkan motor dengan pompa. Fungsi dari
protector adalah mengqualiser tekanan di dalam motor yang timbul sewaktu motor bekerja,
dengan tekanan di luar motor.
Protector dipasang di atas motor yang berfungsi sebagai penyekat untuk mencegah fluida
sumur masuk ke dalam motor.
Fungsi lain dari protector adalah :
1.Menyimpan minyak motor dan minyak pompa
2.Mengijinkan terhadap pengembangan - pengerutan minyak motor dan minyak pelumas
motor
3.Mencegah fluida sumur ke dalam motor atau ke rumah motor
4.Untuk keseimbangan tekanan dalam motor dengan tekanan luar yaitu tekanan fluida sumur
pada kedalaman penenggelaman
Jika akan menyambung protector dengan motor dan pompa yang berbeda serinya maka
digunakan housing adaptor.
Komponen utama :
Coupling
Shaft
Elastomeric bag/Labyrinth chamber
Shaft seal
Dielectric oil
Thrust bearing
d. Motor
Motor adalah alat untuk menggerakan pompa dengan cara mengubah electrical energy
menjadi mechanical energy. Energi ini menggerakkan protector dan pompa melalui shaft
yang terdapat pada setiap unit yang dihubungkan dengan coupling.
Gambar. Motor
e. Power Cable
Power cable gunanya untuk mengalirkan arus listrik dari switchboard ke motor. Power Cable
terdiri atas round cable, flat cable dan cable clamp. Round Cable ialah kabel berpenampang
bulat, yang terpasang pada sepanjang rangkaian tubing sampai ke transformer. Flat Cable
ialah kabel berpenampang pipih yang terpasang sepanjang ujung pompa sampai motor, kabel
terbungkus oleh suatu pelindung yang terbuat dari baja (armor). Kabel terbuat dari tembaga
dengan rancangan yang disesuaikan dengan kondisi sumur serta besar/kecil horse power(HP)
dari motor.
Komponen power cable :
Armor, terbuat dari lapisan baja dan galvanize.
Filler, terbuat dari pelat tipis dari kuningan(brass shim).
Lead jacket, terbuat dari timah.
Insulation, terbuat dari karet.
Conductor, terbuat dari tembaga sebagai penghantar arus.
f. Check Valve
Di atas pompa pada tubing dipasang check valve yang berguna untuk mencegah agar fluida
dalam tubing tidak turun ke bawah saat ESP mati. Turunnya fluida akan memutar balik
pompa dan merusak motor pompa. Check valve dipasang satu joint tubing diatas pompa
dengan tujuan :
Menjaga tubing selalu penuh oleh cairan.
Mencegah turunnya cairan di tubing pada waktu pompa berhenti bekerja dan menahan
partikel-partikel padat agar tidak mengendap dalam pompa(waktu pompa mati/shut down).
Mengurangi lost time saat terjadi back spin motor
Tangki adalah alat yang digunakan untuk menampung fluida (feed, produk, atau
chemical/additive). Fluida yang ditampung di dalam tangki dapat berupa gas, liquid, maupun
solid.
Secara umum tangki dibedakan menjadi :
1. Standart Tank
2. Conservation tank
Jenis tangki berdasarkan phisical atau pertimbangan safety dibedakan menjadi 3 kelas,
yaitu:
Kelas A : Tangki yang digunakan untuk menampung fluida dengan flash point kurang dari 730F.
Kelas B : Tangki yang digunakan untuk menampung fluida dengan flash point antara 730F s/d 1500F.
Kelas C : Tangki yang digunakan untuk menampung fluida dengan flash point lebih dari 1500F.
Sedangkan jenis tangki berdasarkan konstruksi atau cara pembuatanya dibedakan atas:
1. Tangki las
2. Tangki keling
3. Tangki mur-baut
2. Bagian-bagian Tangki
Adapun bagian-bagian tangki dalam CPA adalah sebagai berikut:
ole : Lubang lalu orang untuk keperluan pameriksaan, pembersihan, maupun perbaikan dalam
tangki. Terdapat pada atap maupun dinding tangki.
m Breaker : Safety device untuk memasukan udara ke dalam tangki sebagai pencegah vacum dalam
tangki.
arester : Safety device untuk menceegah api balik di atap tangki (vacum breaker)
Sprinkle : Air yang digunakan untuk mendinginkan dinding tangki.
chamber : Busa untuk memadamkan ketika terjadi kebakaran pada tangki.
tch : Lubang untuk memasukan roll meter atau deep stick guna mengukur level tangki.
plate : Plate yang terletak di tepi atap tangki yang berfungsi untuk meratakan aliran dari water
sprinkle ke dinding tangki.
n Content : Alat yang berfungsi untuk mendeteksi kandungan oksigen dalam tangki guna memperkecil
kemungkinan terjadinya segitiga api.
eather : pipe line untuk keluar/masuknya gas blanket untuk gas pernafasan pada tangki.
: safety device untuk membuang tekanan berlebih gas pada tangki.
Rail : Sebagai pengaman maupun pencegah elektrostatik
Switch : Safety device untuk mendeteksi level fluida dalam tangki high-high level maupun low-low
level.
: untuk mengisi fluida dalam tangki.
: untuk mengosongkan atau mengalirkan fluida keluar dari tangki.
pipe : Untuk membuang air di dasar tangki minyak.
a : fasilitas/akses untuk naik ke atap tanki guna pengecekan, pengukuran level, maupun
perbaikan pada atap tangki.
Diposkan oleh Vito Ivan di 01:59 Tidak ada komentar:
Oil Separator
http://paidixxx.blogspot.com/2012/04/storage-tank.html