1 7 25311010 Berkas PDF
1 7 25311010 Berkas PDF
Abstrak: Sungai Deli merupakan salah satu sungai utama yang melintasi Kota Medan. Perkembangan industri
dan saluran buangan domestic di sepanjang aliran Sungai Deli telah mempengaruhi kualitas air dan sedimen.
Menurut laporan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara, terdapat kurang lebih 54 industri dan 27
saluran pembuangan domestik. Industri di sepanjang aliran sungai didominasi oleh industri penghasil limbah
organik dan logam berat seperti industri cat, industri lapis baja, peleburan besi dll. Penelitian ini dilakukan di
Sungai Deli yang melintasi Kota Medan. Pada penelitian ini parameter pencemar yang akan ditinjau adalah pH,
suhu, DO, COD, BOD serta logam Cr untuk menentukan nilai Indeks Pencemaran air. Untuk mengetahui
penyebaran logam kromium di sepanjang aliran Sungai Deli maka dilakukan permodelan matematis dengan
menggunakan model analitik 1-dimensi dengan persamaan Plug Flow. Dari hasil pengukuran diketahui bahwa
Sungai Deli telah tercemar ditinjau dari nilai indeks pencemaran untuk lima parameter yang dianalisa.
Berdasarkan nilai indeks pencemaran kualitas air, Sungai Deli tercemar ringan untuk peruntukkan air kelas I, II
dan III dengan nilai Indeks Pencemaran lebih kecil dari 5. Hasil uji analisis sensitivitas menujukkan bahwa kd1
merupakan parameter yang paling berpengaruh terhadap nilai konsentrasi kromium dengan nilai koefisien
sensitivitas (S) = 0,0145. Hasil kalibrasi dengan nilai kd1= 0,1 m3/g untuk konsentrasi kromium di air
menunjukkan bahwa nilai error yang cukup kecil yaitu 0,0092 dan untuk konsentrasi kromium dalam sedimen
dengan nilai kd1= 0,02 m3/g, nilai error yang diperoleh 1,56. Hasil simulasi konsentrasi kromium di air sudah
cukup mendekati nilai konsentrasi kromium observasi.
Abstract: Deli River is one of the main rivers which crosses Medan.The development of industries and
domestic waste along the Deli River basin have affected the quality of water and sediment. According to the
Environment Agency, North Sumatra, there are approximately 54 industries and 27 domestic sewers. These
industries are dominated by industries that produces organic waste and heavy metals such as paints industry,
armored industry, iron smelting, etc.. Therefore, in this study the reviewed pollutant parameters are pH,
temperature, DO, COD, BOD and Cr in order to determine Water Pollution Index. To determine the spread of
chromium along Deli River, the mathematical modeling was carried out using one-dimensional analytical
model using flug flow equation. The research was conducted at the Deli River in Medan. Based on the results
Deli River was polluted in terms of the high BOD5 s value. The results of water quality index also showed that
for the Class II water designation, then lightly polluted Deli River. The result from analysis sensitivity showed
that kd1 was the most affected parameter towards coefficient sensitivity(S) = 0.0145. Calibrations result with
kd1= 0.1 m3/g in water showed that lower value error as 0.0092. Calibrations result with kd1=0,02m3/g in
sediment showed that lower value error as 1,56. Simulation result of chromium concentration was close enough
to the observed concentration.
PENDAHULUAN
Sungai Deli adalah salah satu sungai utama yang melintasi kota Medan.
Perkembangan industri dan pemukiman di sepanjang aliran sungai deli telah mempengaruhi
kualitas air sungai. Penurunan kualitas air ditandai dengan perubahan warna air dan bau
padahal sebahagian masyarakat di pinggiran sungai masih memanfaatkan air Sungai Deli
untuk kebutuhan sehari-hari dan untuk kegiatan memancing. Berdasarkan UU No. 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,pencemaran lingkungan
hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain
ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu
lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Penilaian terhadap kualitas badan air untuk suatu
peruntukan didasarkan kepada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115
Tahun 2003 tentang Penentuan Indeks Pencemaran (IP).
Menurut laporan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara, di sepanjang
aliran Sungai Deli saat ini terdapat kurang lebih 54 industri dan 27 saluran limbah domestik.
Industri-industri disepanjang aliran Sungai Deli terdiri dari industri cat, elektroplanting,
industri lapas baja, dan industri makanan. Garam-garam kromium digunakan dalam industri
besi baja, cat, bahan celupan (dyes), bahan peledak, tekstil, keramik, gelas, fotografi, sebagai
bahan penghambat korosi dan campuran lumpur pengeboran (drilling mud) (Effendi, 2003).
Penelitian Adi (2002) menunjukkan bahwa konsentrasi kromium di Sungai Deli sudah
melebihi baku mutu. Menurut ATSDR (Agency for Toxic Substances and Disease Registry)
mengkonsumsi air yang mengandung Cr dengan konsentrasi yang jauh lebih tinggi dari
kebutuhan normal akan mengakibatkan anemia, masalah lambung dan usus kecil, gangguan
pada sistem reproduksi dan kanker.
Managemen kualitas sumber daya air dapat dilakukan dengan menggunakan model
matematika karena model merupakan alat yang effisien dan ekonomis (Benedini, 2011).
Model matematika adalah formulasi ideal yang mampu mewakili response dari sistem fisik
untuk stimulasi eksternal(Chapra,1997). Model matematika dapat bermanfaat untuk
pemanfaatan sumber daya air, mereduksi pembuangan polutan dari sumber tertentu, estimasi
dampak perubahan teknologi terhadap lingkungan, pengembangan metode, dan fasilitas
pemantauan serta manajemen pengelolaan kualitas lingkungan (Kachiashvili et al., 2007).
METODOLOGI
Pada dasarnya, penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang dilanjutkan dengan
analisa di laboratorium.
dilakukan penambahan larutan H2SO4 sampai pH larutan <2 lalu didinginkan pada temperatur
4oC dan untuk pengujian BOD (Biochemical Oxygen Demand) didinginkan pada temperatur
40C. Kontainer sampel air yang digunakan adalah botol plastik HDPE (High density
polyethylene). Selain pengambilan sampel air dan sedimen, dilakukan juga pengukuran
terhadap kualitas fisik air yang meliputi temperatur, pH, DHL (SNI M-03-1989-F Metode
pengujian Kualitas Fisik Air) serta oksigen terlarut yang dilakukan langsung di lapangan.
Dimana Lij= konsentrasi parameter kualitas air yang tercantum dalam baku mutu peruntukan
air (j); Ci= konsentrasi parameter air hasil pengukuran; IPj= Indeks pencemaran bagi
peruntukan (j); (Ci/Lij)M = Nilai Ci/Lij maksimum; (Ci/Lij)R = Nilai Ci/Lij rata-rata
Hubungan antara nilai Indeks Pencemaran dengan mutu perairan adalah 0-1,0 untuk
kondisi baik; 1,1-5,0 untuk kondisi tercemar ringan; 5,0-10,0 untuk kondisi tercemar sedang
dan nilai IP diatas 10,0 untu tercemar berat
Aplikasi Model
Untuk mengetahui konsentrasi polutan pada aliran sungai digunakan model analitis dengan
arah satu dimensi. Model analitis yang digunakan adalah modelflug flow untuk transpor
kromium (Chapra, 1997). Jika diasumsikan konsentrasi suspended solid konstan, sedimen
tidak berpindah secara horizontal, kontaminan diasumsikan steady state ( 0 dan
karakteristik hidrogeometri yang konstan maka persamaan untuk totalkonsentrasi kromium di
air ditunjukkan dengan Persamaan (2)
.....(Persamaan 2)
0 .................(Persamaan 3)
Dengan asumsi sumber pencemar semi infinite dan C1(0) adalah konsentrasi awal pada jarak
x=0 maka solusi analitis persamaan transpor satu dimensi untuk konsentrasi kromium dalam
air (Chapra, 1997) ditunjukkan pada Persamaan (4)
0 ...................................(Persamaan 4)
Dimana VT adalah total kehilangan yang dinyatakan sebagai kecepatan pengendapan (m/day)
1
.......................(Persamaan 5)
Untuk solusi analitis konsentrasi kromium dalam sedimen diperoleh dengan Persamaan (6)
0 ..............................................(Persamaan 6)
Untuk menentukan nilai hubungan antara konsentrasi sedimen dan di air diperoleh dengan
Persamaan (7)
............................................(Persamaan 7)
Dimana k= konstanta laju reaksi orde pertama (/s); H=ketinggian (m); Fd= fraksi kontaminan
terlarut; Fp= fraksi kontaminan bentuk partikulat; vv= kecepatan volatilisasi (m/day); vs=
kecepatan pengendapan (m/day); vb= kecepatan burial (m/day); vr= kecepatan resuspensi
(m/day); vd= koefisien transfer massa (m/day); Fr= rasio kembalinya sedimen ke total
sedimen yang disingkirkan
Untuk menentukan nilai kecepatan burial, resuspensi serta koefisien transfer massa
digunakan Persamaan 8, 9 dan 10
.......................................................(Persamaan 8)
..............................................(Persamaan 9)
/
69,35 ...........................................(Persamaan 10)
Analisa Sensitivitas
Analisa sensitivitas dilakukan untuk mengetahui pengaruh parameter dalam model.
Dari analisa sensitivitas akan diperoleh parameter yang memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap nilai model sehingga nilai yang dihasilkan mendekati hasil observasi di lapangan.
Koefisien sensitifitas dihitung dengan menggunakan Persamaan (11) (Jorgensen, 1994
dalam Panelin, 2013)
, ,
...........(Persamaan 11)
,
Dimana Y= output hasil hitung; Y1,1 = output dari hasil hitung dimana input parameter
ditambah nilanya sebesar 10%; Y0,9= output dari hasil hitung dimana input parameter
dikurang nilanya sebesar 10%.
Kalibrasi Model
Kalibrasi adalah proses membandingkan antara hasil simulasi dengan data
pengukuran lapangan. Hal ini dilakukan dengan menentukkan nilai error/galat suatu
parameter (Handiani, 2004). Kalibrasi model dapat dilakukan dengan menggunakan metode
Lokasi H B V A Q S
(m) (m) (m/det) (m2) (m3/det) (m/m)
6 400
7,4 5
DHL(s/cm)
300
DO(mg/L)
7,2 4
200
3
pH
7
2 100
6,8
1 0
6,6
0 12345678
1 2 3 4 5 6 7 8
1 2 3 4 5 6 7 8
LokasiSampling LokasiSampling LokasiSampling
Konsentrasi DO di Sungai Deli berkisar 1,34 mg/L sampai dengan 5,02 mg/L dengan
nilai rata-rata 3,07 mg/L. Berdasarkan baku mutu air kelas II, konsentrasi DO yang
disyaratkan adalah 4 mg/L sehingga beberapa lokasi sudah melebihi baku mutu. Pengukuran
nilai COD di Sungai Deli menunjukkan nilai COD di semua lokasi masih memenuhi baku
mutu air kelas II menurut PPNo.82 Tahun 2001 yaitu25 mg/L Gambar 3. Nilai COD berkisar
antara 19,56 sampai dengan 23,05 mg/L dengan nilai rata-rata 21,30 mg/L. Lokasi 1
memiliki nilai COD terendah yaitu 18,64 mg/L dan tertinggi di titik 3 dan 5 yaitu lokasi
setelah pertemuan Sungai Deli dengan Sungai Babura dan Sungai Deli dengan Sungai Sei
Kambing dengan nilai 23,48 mg/L. Konsentrasi COD yang tinggi dilokasi 5 juga sebanding
dengan rendahnya konsentrasi DO di lokasi tersebut. Konsentrasi BOD berkisar antara 10,5
sampai dengan 13,51 mg/L dengan rata-rata berkisar 11,79 mg/L Gambar 3. Menurut PP
No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air yaitu
kriteria mutu air kelas II maka konsentrasi BOD yang disyaratkan adalah 3 mg/L sehingga
semua lokasi tidak memenuhi baku mutu. Nilai BOD berhubungan dengan banyaknya
oksigen yang digunakan oleh organisme untuk menguraikan bahan organik yang berada di air
dan oksidasi amonia menjadi nitrat dan nitrit (Salmin, 2005).
16 25
14 24
12 23
COD(mg/L)
BOD(mg/L)
10 22
8 21
6 20
4 19
2 18
17
0
1 2 3 4 5 6 7 8
1 2 3 4 5 6 7 8
LokasiSampling LokasiSampling
Gambar 3. Hasil Pengukuran Konsentrasi COD dan BOD.
Konsentrasi kromium terlarut di sepanjang aliran Sungai Deli memiliki nilai antara
0,01 0,05 mg/L dengan nilai rata-rata 0,028 mg/L seperti di tunjukkan pada Gambar 4. Di
semua lokasi pengambilan sampel, konsentrasi kromium masih memenuhi baku mutu air
kelas II sesuai dengan PP nomor 82 tahun 2001 yaitu 0,05 mg/L. Hal ini dikarenakan pH air
di semua lokasi sampling basa sehingga logam berat akan cenderung mengendap. Menurut
Andriani (2009) kecenderungan pengendapan logam berat dikarenakan terbentuknya
hidroksida, oksida dan karbonat yang tidak larut. Menurut Begum dkk. (2009) logam-logam
seperti Cr, Cu dan Zn dapat berinteraksi dengan material organik dalam fase terlarut dan
mengendap. Konsentrasi kromium di dalam sedimen berkisar antara 10,8 mg/Kg sampai
dengan 28,8 mg/Kg dengan rata-rata 22,7 mg/Kg. Menurut Burton (2002) kontaminan dalam
sedimen terjadi karena bahan kimia mengikat partikel organik dan anorganik yang pada
akhirnya akan mengendap didasar sungai. Kontaminan yang terikat kepermukaan partikel
atau diserap oleh matriks, akan cenderung susah berbiotranspormasi dan desopsi akan
berjalan dengan lambat. Oleh karena itu, logam kromium dalam sedimen akan terus
terakumulasi.
35
KonsentrasiCrdalam
0,05
Konsentrasikromium
30
Sedimen(mg/Kg)
dalamair(mg/L)
0,04 25
0,03 20
0,02 15
10
0,01
5
0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8
LokasiSampling LokasiSampling
Indeks Pencemaran
Dengan mengacu kepada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun
2003 tentang penentuan indeks pencemaran air, maka diperoleh hasil bahwa kualitas air
Sungai Deli tercemar ringan untuk peruntukan air kelas II berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 82 Tahun 2001 seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.
Nilai indeks pencemaran dari hulu ke hilir pada delapan lokasi sampling cenderung
mengalami fluktuasi. Hal ini berkaitan dengan penggunaan lahan, aktivitas masyarakat serta
jarak pengambilan dari tiap lokasi (Agustiningsih dkk., 2012).
Simulasi Model
Model transpor kromium di Sungai Deli menggunakan solusi analitik dengan
persamaan plug flow system dengan sumber pencemar semi infinite. Diasumsikan konsentrasi
awal adalah konsentrasi pada jarak x=0. Laju transformasi yang digunakan mengikuti first
order kinetics.
m3/g diperoleh nilai chi-square (X2) sebesar 7,22. Untuk n= 3 dan = 0,5 maka model
kromium dalam sedimen sudah melewati uji kecocokan pada level kepercayaan 5%.
.......................................................(Persamaan 13)
Nilai koefisien partisi untuk logam adalah 10-4 sampai dengan 10-1 m3/g dan koefisien
partisi air lebih besar dari koefisien partisi sedimen sehingga kd2 = 10-2 m3/g (Chapra, 1997).
Kromium adalah logam konservatif maka nilai k1= 0. Untuk kromium dalam sedimen k2=10-6
/det (Trento dan Alvarez, 2011) karena adanya kemungkinan reaksi kromium dengan
senyawa organik dalam sedimen. Ketinggian sedimen diasumsikan 2 cm. Menurut Liu dkk.
(2012) koefisien partisi berperan penting dalam distribusi logam terlarut maupun dalam
bentuk partikulat sehingga dengan variasi nilai kd1 diperoleh hasil seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 5.
Untuk model kromium dalam air, hasil simulasi menunjukkan bahwa dengan
menggunakan kd1= 0,1 m3/g, nilai konsentrasi kromium pada model yang diperoleh
mendekati konsentrasi kromium di lokasi 4 dan lokasi 6. Kemudian dicoba dengan nilai kd1=
0,02 m3/g, nilai konsentrasi kromium model yang diperoleh mendekati konsentrasi kromium
di lokasi 2 dan lokasi 5. Pada nilai kd1 = 0,04 m3/g diperoleh hasil konsentrasi kromium
model yang tidak mendekati konsentrasi kromium dilokasi.
0,045
0,04
[Cr]dalamair(mg/L)
0,035
0,03
0,025 [Cr]modeldengankd1=0,1
0,02 [Cr]modeldengankd1=0,04
0,015
[Cr]modeldengankd1=0,02
0,01
0,005 [Cr]observasi
0
0 2000 4000 6000
Jarak(meter)
Untuk model kromium dalam sedimen, hasil simulasi menunjukkan bahwa dengan
menggunakan kd1= 0,02 m3/g, nilai konsentrasi kromium di sedimen pada model yang
diperoleh mendekati hampir konsentrasi kromium di lokasi 5 dan lokasi 6. Kemudian dicoba
dengan nilai kd1= 0,04 m3/g, diperoleh hasil bahwa nilai konsentrasi kromium model yang
diperoleh hampir mendekati konsentrasi kromium di lokasi 7. Keberadaan koloid dan
padatan tersuspensi dapat menurunkan konsentrasi ion bebas. Padatan tersuspensi dapat
mengalami sedimentasi dan mengendap di lapisan dasar sungai dan ion logam dalam air pori
sedimen dapat berdifusi ke dalam kolom air (Schoor, 1996).
50
[Cr]dalamsedimen(mg/Kg)
40
30 [Cr]modeldengankd1=0,07
[Cr]modeldengankd1=0,04
20
[Cr]modeldengankd1=0,02
10 [Cr]observasi
0
0 2000 4000 6000 8000 10000
Jarak(meter)
KESIMPULAN
Dari hasil pengukuran dibeberapa titik, nilai Indeks Pencemaran menunjukkan bahwa
air Sungai Deli telah tercemar ringan untuk peruntukan air kelas II berdasarkan PP No. 82
Tahun 2001. Hasil analisis sensitifitas menunjukkan nilai koefisien sensitivitas kd1 tertinggi.
Dengan nilai kd1=0,1, model telah melewati uji signifikan dengan level kepercayan 99%
untuk konsentrasi kromium di air dan simulasi model menunjukkan dengan nilai kd1= 0,1
nilai model paling mendekati dengan konsentrasi kromium observasi di lokasi 4 dan lokasi 6.
Daftar Pustaka
Adi, E. (2002). Analisa Limbah Industri Logam terhadap Kualitas Air Sungai Deli(Ditinjau dari Aspek Kimia
dan Fisika). Tesis Magister PengolahanSumberdaya Alam dan Lingkungan. Universitas Sumatera
Utara.Medan
Andarani,P. dan Dwina, R. (2009). Profil Pencemaran Logam Berat (Cu,Zr danZn) pada Air Permukaan dan
Sedimen di Sekitar Industri Tekstil PT.X (Sungai Cikijing), Institut Teknologi Bandung, Bandung
Benedini, M., (2011). Water Quality Models for Rivers and Streams. State of the Art and Future Perspectives.
Europian Water.34: 27-40
Begum, A., Krishna, H., Irfanulla, K., 2009, Analysis of Heavy metals in Water, Sediments and Fish samples of
Madivala Lakes of Bangalore, Karnataka. International Journal of ChemTechResearch, Vol.1, No.2,
pp.245-249
Burton, A., 2002. Sedimen Quality Criteria in Use Around The World. Limnology 3:65-75
Chapra, S. C., 1997. Surface Water-Quality Modeling.Singapura : McGraw-Hill Companies, Inc.
Effendi. (2003), Telaahan Kualitas Air. Intitute Pertanian Bogor. Bogor
Handiani, N., (2004). Studi Sirkulasi Arus dan Transport Polutan Cobalt dan COD di Perairan Pantai Cilegon
untuk Monitoring Buangan Limbah Industri. Tesis Magister Teknik Lingkungan, ITB. Bandung
Kachiashvili, K., Gordeziani, G., Lazarov, R. &Melikdzhanian, D. (2007).Modeling and Simulation of
Pollutants Transport in Rivers. Applied Mathematical Modelling 31: 11371-1396
Liu, C. W., Wei-Bo Chen dan Yu Pei Chang (2012). Modeling The Transport and Distribution of Lead in Tidal
Keelung River Estuary. Environmental Earth Science 65:39-47
Salmin. (2005), Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) sebagai Salah Satu Indikator
untuk menentukan Kualitas Perairan. Oseana Vol.XXX. 3: 21-26
Trento, A.E., & Alvarez, A., (2011). A Numerical Model for The Transport of Chromium and Fine Sediments.
Environmental Model Assessment 16: 551-564
Thomann, R. V. dan Mueller. J. A. (1987). Principles of Surface Water QualityModeling and Control. New
York. Harper & Row, Publishers, Inc.
10
11