Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A; Latar Belakang
Riba atau bisa disebut Az-Ziyadah yang artinya tambahan atau
kelebihan. Merupakan sesuatu yang dibenci dan diharamkan dalam Islam,
karena tindakan ini adalah tindakan yang dhalim dan kedhaliman diharamkan
kepada semua orang tanpa pandang bulu. Islam mengharamkan riba. Di
dalam Al-Quran terdapat empat surat yang membahas tentang tidak
diperbolehkannya riba. Riba yang dibicarakan dalam empat surat dalam Al-
Quran adalah riba yang ditimbulkan oleh transaksi pinjam meminjam.
Oleh sebab itu dalam pembahasan kali ini, kami akan membahas
mengenai tafsir ayat ekonomi pada empat surat tersebut yang meliputi ayat
dan terjemahnya, arti mufrada dan penafsiran dari ayat tersebut menurut
berbagai macam sumber.

B; Rumusan Masalah

1; Bagaimana tafsir ayat surat Ar-Rum ayat 39 ?


2; Bagaimana tafsir ayat surat An-Nisa ayat 160-161 ?
3; Bagaimana tafsir ayat surat Ali-Imran ayat 130 ?
4; Bagaimana tafsir ayat surat Al-Baqarah ayat 275-281 ?

C; Tujuan
1; Untuk mengetahui tafsir ayat surat Ar-Rum ayat 39.
2; Untuk mengetahui tafsir ayat Surat An-Nisa ayat 160-161.
3; Untuk mengetahui tafsir ayat Surat Ali-Imran ayat 130.
4; Untuk mengetahui tafsir ayat Surat Al-Baqarah ayat 275-281.

BAB II
PEMBAHASAN

1
A; Surat Ar-Rum ayat 39
1; Teks Ayat dan Terjemah

(39)
Artinya:
Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah
pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan
apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk
mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-
orang yang melipat gandakan (pahalanya).

2; Makna Mufradat
; : Dan sesuatu riba atau tambahan yang
kalian berikan
; : Agar dia menambah
; : Harta manusia
;
: Di sisi Alah SWT.

; : Melipatgandakan

3; Tafsir Ayat
Ayat di atas menyatakan bahwa siapa yang menafkahkan hartanya di
jalan Allah SWT, maka ia akan memperoleh kebahagiaan. Sedangkan yang
menafkahkan hartanya dengan riya serta untuk mendapatkan popularitas,
maka ia hanya akan memperoleh kekecewaan bahkan kerugian saja.

Pada ayat di atas menurut dhahirnya tidak ada isyarat yang


menunjukkan di haramkan riba itu. Tetapi yang ada isyarat akan
kemurkaan Allah SWT terhadap riba itu, dimana dinyatakan:riba itu tidak
ada pahala di sisi Allah SWT. Ayat ini baru berbentuk peringatan untuk
supaya berhenti dari perbuatan riba1.
Kata Riba dari segi bahasa berarti kelebihan. Dalam Al-Quran, kata
riba ditemukan sebanyak delapan kali dalam empat surah. Salah satu yang
menarik adalah cara penulisannya. Hanya dalam surat ar-ruum ini ini yang
1 Muhammad Ali Ash-Shabuni, Terjemahan Tafsir Ayat Ahkam Ash-Shabuni, (Surabaya:
PT.Bina Ilmu. 2003). Hal 325

2
di tulis tanpa menggunakan huruf ww ditulis ( ) . Sedangkan yang
lainnya ditulis dengan huruf ww yakni () . Pakar ilmu-ilmu Al-Quran
az-Zarkasyi menjadikan perbedaan penulisan itu, sebagai salah satu
indikator tentang perbedaan maknanya. Yang ini adalah riba yang halal
yakni hadiah, sedangkan yang lainnya adalah riba yang haram, yang
merupakan salah satu pokok keburukan ekonomi.
Sayyid Quthub menulis bahwa ketika itu ada sebagian orang yang
berusaha mengembangkan usahanya dengan memberi hadiah-hadiah
kepada orang yang mampu agar memperoleh imbalan yang lebih banyak.
Maka ayat ini menjelaskan bahwa hal demikian bukanlah cara
pengembangan usaha yang sebenarnya, walaupun redaksi ayat ini
mencangkup semua cara yang bertujuan mengembangkan harta dengan
cara dan bentuk apapun yang bersifat penambahan (ribawi). Sayyid
Quthub menambahkan dalam catatan kakinya bahwa cara ini tidak haram
sebagaimana keharaman riba yang popular, tetapi bukan cara
pengembangan harta yang suci dan terhormat. Allah SWT menjelaskan
cara pengembangan harta yang sebenarnya pada penggalan ayat yang
selanjutnya yaitu: Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu
maksudkan untuk mencapai wajah Allah, maka itulah orang-orang yang
melipatgandakan pahalanya yakni memberinya tanpa imbalan, tanpa
menanti ganti dari manusia, tetapi demi karena Allah.
Al-Quran seringkali menggunakan kata zakat yang secara harfiah
berarti suci dan berkembang, untuk makna shadaqah atau sedekah yakni
pemberian tidak wajib, sebagaimana menggunakan kata sedekah yang
secara harfiah antara lain berarti sesuatu yang benar untuk pemberian
wajib yaitu zakat. Ini untuk mengisyaratkan perlunya kebersihan dan
kesucian jiwa ketika bersedekah, agar harta tersebut dapat berkembang. Di
sisi lain, ketika berzakat diperlukan kebenaran dan ketulusan agar ia
diterima oleh Allah SWT.2

B; Surat An-Nisa ayat 160-161


1; Teks Ayat dan Terjemah

2 Quraish Shihab, TAFSIR AL-MISBAH: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran, Cetakan
ketujuh, Lentera Hati, Jakarta 2002, hal. 72-74.

3

( 160)
(161)
Artinya:
160. Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan
atas mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya)
dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi
(manusia) dari jalan Allah. 161. dan disebabkan mereka memakan riba,
padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena
mereka memakan harta orang dengan jalan yang batil. Kami telah
menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa
yang pedih.

2; Makna Mufradat
; : Maka disebabkan kezaliman
; : (memakan makanan) yang baik-baik
; : dan karena mereka banyak menghalangi (manusia)
; : memakan harta orang
; : dengan jalan yang batil

3; Tafsir Ayat
Dalam tafsir Al-Maraghi, Allah SWT menjelaskan hal-hal yang
memalukan dari orang-orang Yahudi, dan perbuatan-perbuatan mereka
yang buruk. Maka dengan sebab kezaliman orang-orang Yahudi, akibatnya
diharamkannya atas mereka beberapa makanan yang baik, yang
sebelumnya dihalalkan, sebagai hukuman dan pengajaran atas perbuatan
mereka. Jadi, tiap kali mereka melakukan suatu maksiat, maka diharamkan
sejenis makanan yang baik atas mereka.
Kemudian Allah SWT menyebutkan tentang hukum yang berat atas
mereka, baik di dunia maupun di akhirat yaitu hukuman yang telah
ditegaskan Allah SWT dalam kitab-Nya yang mulia, berupa siksaan dalam
neraka. Selain itu Allah SWT menerangkan bahwa ada juga segolongan
kaum Yahudi yang beriman secara benar, dan melakukan amal-amal
shaleh. Mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka Allah
SWT menjanjikan kepada mereka pahala yang besar kelak di hari Kiamat.

4
Selanjutnya pengharaman makanan tersebut di atas juga
disebabkan mereka memakan riba, padahal mereka telah dilarang
memakannya lewat mulut para nabi mereka. Mereka juga banyak merubah
isi teks dalam Taurat, menjual kitab-kitab yang mereka tulis dengan
tangannya sendiri dengan mengatakan bahwa kitab-kitab itu dari sisi
Allah. Dan pengharaman makanan tersebut di atas juga dikarenakan
mereka memakan harta orang lain secara batil.3 Jadi, larangan riba di sini
baru berbentuk isyarat, bukan dengan terang-terangan. Sebab ini adalah
kisah Yahudi yang bukan merupakan dalil qathi, bahwa riba itu di
haramkan atas orang-orang Islam.4

C; Surat Ali-Imran ayat 130


1; Teks Ayat dan Terjemah

)

(130
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan
berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu
mendapat keberuntungan.

2; Makna Mufradat
; : Kamu makan
;
: Berlipat ganda
; : Keberuntungan

3; Asbabun Nuzul
Pada waktu itu terdapat orang-orang yang melakukan akad jual beli
dengan jangka waktu (kredit). Apabila waktu pembayaran telah tiba,
mereka ingkar dan tidak mau membayar, sehingga dengan demikian
bertambah besarlah bunganya. Dengan menambah bunga berarti mereka
bertambah pula jangka waktu untuk membayar. Sehubungan dengan

3 Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: PT. Karya Toha Putra. 1993). Hal
30-34
4 Muhammad Ali Ash-Shabuni, Terjemahan Tafsir Ayat Ahkam Ash-Shabuni, (Surabaya: PT.Bina
Ilmu. 2003). Hal 326

5
kebiasaan yang seperti ini Allah SWT menurunkan surat Al-Imron ayat ke-
130 yang pada pokoknya memberi peringatan dan larangan atas praktik
jual-beli yang demikian itu. Dengan bentuk dan jenis seperti apa saja riba
tetap diharamkan. (HR. Faryabi dari Mujtahid).5

4; Tafsir Ayat
Ayat ini adalah yang pertama kali diturunkan tentang haramnya riba.
Ayat-ayat mengenai haramnya riba dalam surat Al-Baqarah yaitu ayat 275,
276, 279 diturunkan sesudah ayat ini. Yang dimaksud dengan riba dalam
ayat ini, ialah riba jahiliah yang biasa dilakukan orang-orang di masa itu.
Di masa itu bila seseorang meminjam uang sebagaimana disepakati
waktu meminjam, maka orang yang punya uang menuntut supaya utang
itu dilunasi menurut waktu yang dijanjikan. Orang yang berutang (karena
belum ada uang untuk membayar) meminta tangguh dan menjanjikan akan
membayar nanti dengan tambahan yang ditentukan. Setiap kali
pembayaran tertunda ditambah lagi bunganya. Inilah yang dinamakan riba
berlipat ganda, dan Allah melarang kaum muslimin melakukan hal yang
seperti itu.
Al Rani memberikan penjelasan bahwa apabila seseorang berutang
kepada orang lain dan telah tiba waktu membayar utang itu sedang orang
yang berutang belum sanggup membayarnya, maka orang yang berpiutang
membolehkan penangguhan pembayaran utang itu asal saja yang berutang
itu mau menjadikan utangnya menjadi dua ratus dirham. Kemudian
apabila tiba pula waktu pembayaran tersebut dan yang berutang belum
juga sanggup membayarnya, maka pembayaran itu dapat ditangguhkan
dengan ketentuan utangnya dilipat gandakan lagi, dan demikianlah
seterusnya sehingga utang itu menjadi bertumpuk-tumpuk. Inilah yang
dimaksud dengan kata "berlipat ganda" dalam surat Al-Imran ayat 130 di
atas. Riba semacam ini dinamakan juga riba Nasiah karena adanya
penangguhan dalam pembayaran bukan tunai.
Selain riba Nasiah ada pula riba yang dinamakan riba fadal yaitu
menukar barang dengan barang yang sejenis sedangkan mutunya
berlainan, misalnya menukar 1 liter beras yang mutunya tinggi dengan

5 Mudjab Mahali, ASBABUN NUZUL: Studi Pendalaman Al-Quran, PT. Raja Grafindo, Jakarta
2002, hal. 181.

6
1.1/2 liter beras bermutu rendah. Haramnya riba fadal ini, didasarkan pada
hadist-hadist Rasul. Riba fadal hanya berlaku pada emas, perak dan
makanan-makanan pokok. Oleh karena itu, para ulama mengatakan bahwa
riba nasiah itu haramnya adalah karena zatnya yang disebabkan riba itu
sendiri adalah besar bahayanya. Adapun riba fadal haramnya bukan karena
zatnya, tetapi karena sebab yang lain yaitu karena riba fadal itu membawa
kepada riba nasiah.
Karena beratnya hukum riba ini dan amat besar bahayanya maka Allah
memerintahkan kepada kaum muslimin supaya menjauhi riba itu dan
selalu memelihara diri dan bertakwa kepada Allah agar jangan terperosok
ke dalamnya dan supaya mereka dapat hidup berbahagia dan beruntung di
dunia dan di akhirat.6

D; Surat Al-Baqarah ayat 275-281


1; Teks Ayat dan Terjemah



) (275

) (276
) (277
) (278

) (279
) (280
)(281
Artinya:
275. Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah

6 http://www. AL-IMRAN/Tafsir Surah Ali Imran 130.htm, diunduh pada tanggal 4 Mei 2013.

7
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya
larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka
baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan);
dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi
(mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya. 276. Allah memusnakan riba dan menyuburkan
sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam
kekafiran, dan selalu berbuat dosa. 277. Sesungguhnya orang-orang yang
beriman, mengerjakan amal shaleh, mendirikan shalat dan menunaikan
zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. 278. Hai orang-
orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba
(yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. 279. Maka
jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah,
bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat
(dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak
menganiaya dan tidak (pula) dianiaya. 280. Dan jika (orang berhutang
itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan.
Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu,
jika kamu mengetahui. 281. Dan peliharalah dirimu dari (azab yang
terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada
Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna
terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak
dianiaya (dirugikan).

2; Makna Mufradat
; : makan (mengambil) riba
; : Kemasukan Syaitan
; : lantaran (tekanan) penyakit gila
; : Allah SWT memusnahkan
; : dan menyburkan sedekah

8
3; Asbabun Nuzul
Al-Abbas dan Khalid bin al-Walid adalah dua orang yang
berkongsi di zaman jahiliyah, dengan memberikan pinjaman secara riba
kepada beberapa orang suku Tsaqif. Setelah Islam datang, kedua orang ini
masih mempunyai sisa riba dalam jumlah besar. Begitulah lalu turun ayat:
Hai orang-orang yang beriman! Takutlah kepada Allah SWT dan
tinggalkan sisa-sisa riba... ayat 278. Kemudian Rasulullah SAW bersabda:
,
, ,
.
Ketahuilah! Sesungguhnya tiap-tiap riba dari riba jahiliyah harus sudah
dihentikan, dan pertama kali riba yang kuhentikannya ialah riba
al-Abbas; dan setiap (penuntutan) darah dari darah jahiliyah harus
dihentikan, dan pertama-tama darah yang kuhentikannya ialah darah
Rabiah bin al-Harits bin Abdul Muththalib.

4; Tafsir Ayat
Dalam Tafsir Ayat Ahkam Ash-Shabuni menjelaskan bahwa
pemakan-pemakan riba (orang yang menyamakan jual beli dengan riba) itu
dipersamakan dengan orang-orang yang kesurupan. Maksudnya yaitu
Allah SWT memasukkan riba ke dalam perut mereka itu, lalu barang itu
memberatkan mereka. Hingga mereka itu sempoyongan, bangun jatuh. Itu
akan menjadi tanda mereka yang nanti di hari kiamat, sehingga semua
orang mengenalnya.
Yang menjadi titik tinjauan dalam ayat Allah SWT memusnahkan
riba dan menumbuhkan sedekah itu ialah bahwa periba mencari
keuntungan harta dengan cara riba, dan pembangkang sedekah mencari
keuntungan harta dengan jalan tidak mengeluarkan sedekah. Untuk itulah
maka Allah SWT menjelaskan bahwa riba menyebabkan kurangnya harta
dan penyebab tidak berkembangnya harta itu. Sedangkan sedekah adalah
penyebab tumbuhnya harta dan bukan penyebab berkurangnya harta itu.
Keduanya itu ditinjau dari akibatnya di dunia dan di akhirat kelak.

9
Allah SWT telah melarang segala bentuk kegiatan yang di
dalamnya terdapat unsur riba, karena haramnya riba itu sangat keras sekali,
dan termasuk perbuatan orang-orang kafir, bukan perbuatan orang-orang
Islam serta bagi yang sudah terjerumus ke dalam perbuatan riba, maka
disuruh meninggalkan riba dan bertaubat kepada Allah SWT.
Dalam transaksi hutang piutang, hendaknya pihak yang
menghutangi itu memberikan tempo kepada pihak yang berhutang itu
sampai ia benar-benar mampu mengembalikan hutangnya. Tetapi apabila
pihak yang mengutangi tersebut membebaskan pihak yang berhutang atas
hutang tersebut maka Allah SWT lebih berhak untuk memberikan
pengampunan kepadanya.
Ayat-ayat riba ini ditutup dengan Dan takutlah kepada suatu hari
di mana kamu sekalian akan dikembalikan kepada Allah SWT di hari itu,
kemudian tiap-tiap jiwa akan dibalas dengan penuh sesuai apa yang
dikerjakan dan mereka tidak akan dianiaya.7
Jadi ayat di atas merupakan tahap terakhir diharamkannya riba.
Pada tahap ini riba telah diharamkan secara menyeluruh (kulliy), di mana
Al-Quran sudah tidak membedakan banyak dan sedikit. Dan ini adalah
merupakan ayat yang terakhir turunnya, yang berarti merupakan syariat
yang terakhir pula.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

7 Muhammad Ali Ash-Shabuni, Terjemahan Tafsir Ayat Ahkam Ash-Shabuni, (Surabaya: PT.Bina
Ilmu. 2003). Hal 320-325

10
Dari penjabaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prosas
diharamkannya riba melalui empat tahap. Tahap pertama yaitu turunnya surat
Ar-Rum ayat 39. Pada ayat tersebut menurut dhahirnya tidak ada isyarat yang
menunjukkan di haramkan riba itu. Tetapi yang ada isyarat akan kemurkaan
Allah SWT terhadap riba itu, dimana dinyatakan:riba itu tidak ada pahala di
sisi Allah SWT. Ayat ini baru berbentuk peringatan untuk supaya berhenti dari
perbuatan riba.
Pada tahap kedua yaitu turunnya surat An-Nisa ayat 160-161. Pada
ayat tersebut dikisahkan Allah SWT tentang perilaku Yahudi yang
menghalalkan riba. Maka sebab akibat dari itu semua, mereka mendapat lanat
dan kemurkaan Allah SWT.
Pada tahap ketiga yaitu turunnya surat Ali-Imran ayat 130 barulah
turun larangan secara tegas tentang riba. Kemudian tahap keempat yaitu
turunnya surat Al-Baqarah ayat 275-281, di mana tahap ini merupakan tahap
terakhir diharamkannya riba. Pada tahap ini riba telah diharamkan secara
menyeluruh (kulliy), di mana Al-Quran sudah tidak membedakan banyak dan
sedikit.

DAFTAR PUSTAKA

Maraghi, Ahmad Mustafa Al. 1993. Tafsir Al-Maraghi. Semarang: PT. Karya Toha
Putra.

11
Shabuni, Muhammad Ali Ash. 2003. Terjemahan Tafsir Ayat Ahkam Ash-Shabuni.
Surabaya: PT.Bina Ilmu.
Shihab, Quraish. 2002. TAFSIR AL-MISBAH: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-
Quran. Jakarta: Lentera Hati.
Mahali, Mudjab. 2002. ASBABUN NUZUL: Studi Pendalaman Al-Quran.
Jakarta: PT. Raja Grafindo.
http://www. AL-IMRAN/Tafsir Surah Ali Imran 130.htm, diunduh pada
tanggal 4 Mei 2013.

12

Anda mungkin juga menyukai