Anda di halaman 1dari 2

Nama: Hasna Luthfiyah M.

NIM: 11415015
Perlindungan Pertanian Terpadu

Mode of Action Insektisida

1. Golongan Organoklorin (OC)


Organoklorin merupakan insektisida sintetik yang paling tua yang sering disebut
hidrokarbon klor. Keracunan pada serangga oleh insektisida golongan ini ditandai dengan
terjadinya gangguan pada sistem saraf pusat yang mengakibatkan terjadinya hiperaktivitas,
gemetar, kemudian kejang hingga akhirnya terjadi kerusakan pada saraf dan otot yang
menimbulkan kematian. Hal ini dapat terjadi karena insektisida golongan organoklorin ini
memblokir saluran klorida aktivasi GABA (gamma-aminobutyric acid) yang merupakan
neurotransmitter inhibisi utama pada sistem saraf serangga.

2. Golongan Organofosfat (OP)


Organofosfat merupakan insektisida yang bekerja dengan menghambat enzim
asetilkolinesterase, sehingga terjadi penumpukan asetilkolin yang berakibat pada
terjadinya kekacauan pada sistem pengantar impuls saraf ke sel-sel otot. Keadaan ini
menyebabkan impuls tidak dapat diteruskan, otot menjadi kejang, dan akhirnya
kelumpuhan (paralisis) dan akhirnya serangga mati.

3. Golongan Karbamat
Karbamat merupakan insektisida yang berspektrum luas. Karbamat bekerja mematikan
serangga melalui penghambatan aktivitas enzim asetilkolinesterase pada sistem saraf, sama
seperti insektisida golongan organofosfat. Hal yang membedakan ialah, pada karbamat
penghambatan enzim bersifat bolak-balik reversible yaitu penghambatan enzim yang dapat
dipulihkan kembali.

4. Sintetik Piretroid (Botani)


Piretroid merupakan piretrum sintetis, yang mempunyai sifat stabil bila terkena sinar
matahari. Piretroid relatif lebih efektif untuk mengendalikan sebagian besar serangga
hama. Piretroid mempunyai efek sebagai racun kontak yang kuat, mempengaruhi sistem
saraf serangga pada peripheral (sekeliling) dan sentral (pusat). Peretroid awalnya
menstimulasi sel saraf untuk berproduksi secara berlebih dan akhirnya menyebabkan
paralisis dan kematian.

5. Bakteri
Bakteri, contohnya bakteri Bacillus thuringiensis. Bakteri ini bersifat racun dan menyerang
pada saluran pencernaan hama sasaran. Toksin atau zat racun bakteri akan mengalami
hidrolisis atau penguraian. Hasil dari penguraian ini akan dibebaskan dari kristalnya dan
meracuni sel-sel epital saluran makanan serangga.
6. Fungi
Cendawan (fungi) bekerja dengan cara menimbulkan serangan penyakit atau infeksi
terhadap hama sasaran dan akhirnya menyebabkan kematian. Spora atau inoculum dari
cendawan ini akan menempel pada tubuh serangga inang, kemudian akan berkecambah
dan berkembang membentuk tabung kecambah. Selanjutnya, spora masuk dalam tubuh
hama melalui saluran pernapasan, pencernaan, dan integenum atau kulit tubuh serangga.

7. Virus
Virus dapat dijadikan sebagai pengendali hama. Dari enam kelompok virus serangga, yang
direkomendasikan dan dikembangkan saat ini sebagai insektisida adalah dari kelompok
Baculovirus sub kelompok NPV (Nuclear Polihedrosis Virus). NPV banyak ditemukan di
permukaan tanaman dan tanah, infeksi ke serangga inang melalui saluran pencernaan. NPV
bersifat spesifik inang.

8. IGR
Insect growth regulator atau IGR merupakan pengatur pertumbuhan serangga yang sangat
selektif dan relatif aman bagi lingkungan. Insektisida ini bekerja dengan cara menghambat
pembentukan kitin. Diflubenzuron merupakan senyawa sintetik penghambat pembentukan
kitin yang pertama. Kitin adalah senyawa kimia penyusun kulit serangga. Serangga yang
tidak mampu mensintesis kitin akan terhambat proses pergantian kulitnya dan akhirnya
mati.

Anda mungkin juga menyukai