BAB IV
Al-Quran sejak usia 6 tahun. Walaupun lulusan Sekolah Rakyat (SR), Abdul
ayahnya, Nurcholish sekolah di Sekolah Rakyat pada pagi hari dan belajar
cucu Hasyim Asyari, yaitu Nyai Kiai Adlan Ali; walaupun kemudian bercerai
dan dinikahkan dengan gadis lain, yaitu ibu Nurcholish Madjid, atas pilihan
politik etis sebagai kebijakan pemerintahan Hindia Belanda saat itu memang
154). Akan tetapi, pada masa tahun 1930-an ketika sebagian besar wilayah
memiliki kelebihan yang dimiliki elit pedesaan saat itu. Nur Khalik Ridwan
(2002: 39) menyatakan kelebihan latar belakang sosial Nurcholish yaitu dalam
beberapa hal: (1) Cak Nur lahir dari keluarga haji atau Kiai Haji; (2) Cak Nur
lahir dari keluarga yang terdidik; (3) Cak Nur berasal dari keluarga yang
83
cukup mampu. Sehingga, Nurcholish tidak mengalami kesulitan untuk
Islam klasik dan di sisi lainnya beliau mendapatkan pendidikan yang modern
Modernisme ini, yang seringkali lahir dari pemikir Islam seperti Abdurrahman
Islam lebih jauh di zaman keahlian dan pengetahuan klasik maupun tradisional
84
selama dua abad terakhir tersebut, yaitu menjadi empat macam gerakan: 1)
Gerakan Revivalis di akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 (yaitu gerakan
Khan, di seluruh Timur Tengah oleh Jamal al-Din al-Afghani, dan di Mesir
sintesis progresif dari rasionalitas Modernis dengan ijtihad dan tradisi klasik).
Drul-Ulm tidak lama diikuti Nurcholish Madjid. Setelah dua tahun berada
85
Pendidikan yang dialami Nurcholish Madjid di pesantren Drul-Ulm
Kalau Cak Nur masuk pada tahun 1952, berarti pesantren Darul Ulum
sedang dipegang oleh tiga serangkai: K.H. Tamim Ramli, K.H. Dahlan
Khalil dan K.H. Masum Khalil Pada tahun 1952 (merujuk angka Cak
Nur masuk di Darul Ulum), di pesantren ini sudah diperkenalkan
pendidikan diniyyah tingkat Ibtidaiyah dan Muallimin. Pada tahun yang
sama pesantren ini sedang mengalami perkembangan yang pesat. Kalau
merujuk bahwa Cak Nur hanya dua tahun di pesantren ini, antara 1952-
1954, berarti ia masih menyaksikan kejayaan pesantren Darul Ulum.
pesantren Masyumi, tetapi anak didiknya berasal dari berbagai kelompok Islam
ke sekolah yang berbeda tidak mengalami kesulitan karena beliau tidak berada
dalam keluarga yang memiliki masalah biaya dan kebutuhan hidup. Problem
prestasi yang baik dan selalu menjadi juara kelas di Gontor (Ridwan, 2002: 49-
50).
Gontor pada waktu itu sudah memiliki semacam sistem madrasah yang
yang mampu membayar biaya tempat atau iuran bulanan. Sehingga pendidikan
seperti itu hanya bisa dijangkau bagi mereka yang mampu membayar berbagai
dengan gaya modern Barat, yang diwujudkan secara baik dalam pengajaran
maupun mata pelajarannya. Para santri yang belajar di pesantren Gontor, tidak
hanya diproyeksikan mampu menguasai Arab klasik, tetapi juga bahasa Inggris
selanjutnya di Jakarta pada tahun 1961 (1999: 77). Dengan rekomendasi K.H.
diterima di IAIN Jakarta, meskipun tanpa ijazah negeri. Karena pada saat itu,
Ijazah Gontor secara resmi tidak diakui pemerintah Indonesia. Sebagai salah
satu gurunya di pesantren Gontor, K.H. Zarkasyi merupakan orang yang sangat
87
berjasa bagi Nurcholish, di samping ayahnya Haji Abdul Madjid yang begitu
dikirimkan ke majalah Gema Islam, majalah milik Hamka. Sejak saat itu,
Perancis di Alliance Francaise, yang selesai tahun 1962. Selain bahasa Arab,
Inggris dan Perancis, Nurcholish pun fasih dalam bahasa Persia yang diajarkan
pribadi Cak Nur dalam hal kepemimpinan. Dia dikenal sebagai Ketua Umum
88
cholismadjid/index.shtml, 8/07/2009).
tahun 1968 hingga 1971, Nurcholish menjadi Wakil Sekretaris Umum dan
merupakan bentuk kegiatan yang selama beberapa puluh tahun telah memberi
budaya intelektual yang berada pada lapisan sosial menengah ke atas, tetapi
luas lagi dengan perjalanannya ke Amerika dan Timur Tengah sekitar tahun
saat itu. Menurut Barton (1999: 82), Semua itu telah membangun medan
89
Nurcholish menyelesaikan studinya di IAIN Syarif Hidayatullah pada
tahun 1968 dengan lulus terbaik dalam skripsi berjudul Al-Qurn Arabiyyun
Secara Makna adalah Universal). Setelah menamatkan S-1 dan S-2 di IAIN
Chicago. Hal tersebut diperoleh dengan beasiswa dari Ford Foundation pada
saat Fazlur Rahman dan Leonard Binder berkunjung ke Indonesia tahun 1973
Chicago. Nurcholish lulus dengan nilai Cum Laude (memuaskan) pada tahun
1984 dengan judul disertasi doctor Ibn Taymyya on Kalm and Falsafah: A
Problem of Reason and Revelation in Islam (Ibn Taymiyah dalam Ilmu Kalam
dan Filsafat: Masalah Akal dan Wahyu dalam Islam). Oleh karena disertasi
yang digagas Fazlur Rahman bertitik tolak pada ide pembaruan pemikiran dan
90
tulisan-tulisannya, sehingga penggunaannya terhadap term Neo-Modernisme
Barton bahwa,
1997, dan kemudian menjadi Rektor Universitas Paramadina pada tahun 1998-
yang dibangunnya tersebut. Selain itu, Nurcholish juga merupakan Guru Besar
di Fakultas Pasca Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah dari tahun 1985 hingga
beliau wafat pada tahun 2005. Aktivitas sebagai cendekiawan muslim dan
aktivis Hak Asasi Manusia (sebagai anggota Komisi Nasional HAM pada
91
pembicara dalam seminar-seminar internasional mengenai Islam dan HAM
Suara Merdeka sejak tahun 2003-2004. Dengan fasilitas seperti itu, Nurcholish
pemikiran Islam secara lebih jelas akan diuraikan dalam pembahasan sub bab
berikutnya.
2. Kondisi Politik
1965, karena Islam secara signifikan muncul sebagai faktor penting dalam
92
modernisasi dalam kaitannya dengan agama, mengenai dampak modernisasi
Indonesia saat itu cukup stabil. Pada masa rezim Orde Baru, menurut Barton
(1999: 2), Periode ini merupakan saat di mana secara relatif terdapat
pada awal pemerintahan Orde Baru ternyata membatasi aktivitas partai politik
pemerintah Orde Lama pada tahun 1960) tidak didukung rezim tersebut. Partai
(Rachman, dalam Ulumul Quran (Jurnal Ilmu dan Kebudayaan), 1995, No.3
vol.VI p.4-5).
93
Islam di Indonesia (Rachman, dalam Ulumul Quran (Jurnal Ilmu dan
Kebudayaan), 1995, No.3 vol.VI p.5). Gerakan secara intelektual dan sosial
(PDI). Tidak hanya bagi organisasi-organisasi politik, tetapi juga bagi seluruh
(NU), Dewan Gereja Indonesia (DGI), MAWI, dan seterusnya (Azra, 1999a:
5).
dengan pemerintah Orde Baru, dapat disimpulkan bahwa kondisi saat itu:
pembaruan pemikiran Islam merupakan produk/ hasil dari kondisi politik saja.
Hal tersebut dikutip Ann Kull dari Barton, sebagai respon keagamaan dari
dilakukan pada masa Orde Baru. Berbeda dengan masa pemerintahan Orde
Indonesia.
memang lebih jauh daripada yang diduga banyak orang, yakni bahwa
realitas politik Orde Baru. Menurut Azra (1999a: 5), berlawanan dengan apa
95
yang disebutkan teori modernisasi dan sekularisasi, perkembangan selanjutnya
antusiasme keagamaan.
Agenda Cak Nur pada periode ini juga kentara: membawa umat ke
alam modern, dunia kemajuan. Dan ini kebetulan sama dengan agenda
pemerintah Orde Baru dengan program pembangunannya, yang pada
esensinya merupakan modernisasi. Tetapi, jelas simplistis untuk
mengatakan bahwa Cak Nur terperangkap ke dalam apalagi sekadar
memberikan justifikasi terhadapstrategi dan agenda pembangunan
Orde Baru. Sikap Cak Nur yang berkampanye untuk PPP bukan untuk
Golkarpada pemilu 1978 merupakan salah satu contoh untuk
memperkuat argumen ini (1999b: 156).
dan sosial, walaupun secara politik tidak berbeda dengan Orde Lama,
terdapat dalam laporan utama pada edisi Mei 1971, April 1972, Juli 1972,
Desember 1972, Januari 1973, Juni 1986, dan April 1993 (Ridwan, M. Deden;
dalam Ulumul Quran (Jurnal Ilmu dan Kebudayaan), 1995: Vol.VI p.52).
96
Pada perkembangannya kemudian, pembaruan pemikiran Islam yang
Islam. Akan tetapi seiring dengan waktu, baik adanya konsistensi maupun
dilihat dari kondisi sosial-politik yang pada masa tersebut. Seperti yang
Nurcholish menyadari bahwa umat Islam Indonesia sudah mulai sadar dengan
97
B. Pembaruan Pemikiran Islam di Indonesia
karena hal tersebut menjadi landasan yang memungkinkan Islam relevan dengan
Indonesia melakukan berbagai upaya pemurnian ajaran agama Islam. Hal tersebut
pemikiran Islam dalam buku Kontektualisasi Doktrin Islam dalam Sejarah. Salah
satu tulisannya dalam buku tersebut berjudul Taqlid dan Ijtihad, Masalah
tersebut:
98
Menurut Thoha Hamim dalam Moenawar Chalils Reformist Thought, ciri
umum gerakan pembaruan, antara lain, kembali kepada ajaran Quran, sunnah, dan
menafsir sumber-sumber ajaran Islam secara aktual; dan memerangi bidah dan
Nahdlatul Ulama (NU) yang dianggap sebagai salah satu organisasi Islam yang
khususnya tentang pemurnian ajaran agama Islam. Hal tersebut seperti yang
Asyari, rasa hormat Nurcholish terhadap Mohammad Natsir yang berperan dalam
Gontor.
99
Pengaruh pendidikan pesantren Gontor terhadap pembaruan juga terlihat
dari tulisannya, seperti misalnya dalam kerja kerjanya yang disampaikan 3 Januari
1970. Dalam kertas kerja tersebut dibahas mengenai kebebasan berpikir bahwa
Salah satu balai pendidikan Islam yang liberal yaitu Balai Pendidikan
yang paling berharga. (2008: 231). Hal tersebut juga yang diperhatikan Barton
Liddle (1997: 17) memaparkan juga bahwa pada tahun 1940-an dan 1950-
kapasitas belajar mahasiswanya yang tinggi. Suasana ini sudah berlangsung sejak
Ciputat. (dalam jurnal Ulumul Quran (Jurnal Ilmu dan Kebudayaan) 1995, No.
100
3 vol.VI p.7). Dengan penjelasan tersebut, dapat diperoleh gambaran bahwa faktor
Pembaruan Pemikiran Islam dan Masalah Integrasi Umat pada silaturahim antara
para aktivis, anggota dan keluarga empat organisasi, yaitu Persami, HMI, GPI,
dan PII, yang diselenggarakan oleh PII Cabang Jakarta pada 3 Januari 1970.
tahun 1971 hingga 1974, gagasan Nurcholish Madjid menjadi wacana yang sering
tersebut karena Nurcholish Madjid lahir dan dibesarkan dalam keluarga yang
merupakan dialektika dari ajaran Islam klasik dan pemikiran modernisme. Begitu
101
pula dengan pembaruan pemikiran Islam yang diusungnya, walaupun
dan gerakan Neo-Modernisme Islam Indonesia. Sebagai pers yang memiliki visi
lebih besar kepada visi Nurcholish yang komitmen pada persoalan dinamika
dalam Ulumul Quran (Jurnal Ilmu dan Kebudayaan), 1995: Vol.VI p.60).
dua hal yang saling erat hubungannya, yaitu melepaskan diri dari nilai-nilai
membuktikan bahwa sepanjang tahun 1970-an, 1980-an dan berlanjut hingga kini,
102
Indonesia telah menyaksikan sebuah kebangkitan Islam yang amat progresif dan
C. Sekularisasi
1. Dasar Pemikiran
tanggal 29 Agustus 2005. Dengan kajian tersebut dan merujuk dari penelitian-
dan praktik lainnya ke dalam dua arah. Arah transformasi pertama ialah ke
yang tidak suci tapi selama ini dianggap suci. Arah kedua adalah ke atas
dengan mensakralkan segala hal yang benar-benar transenden, kekal dan suci
mengenai tauhid, bahwa Konsep tauhid berasal dari kata wahid yang
berarti satu atau esa, dan secara harfiah berarti menyatukan atau
peniadaan, dan perkataan melainkan Allah atau Tuhan itu sendiri adalah
pengukuhan.
104
Pernyataan tidak ada Tuhan berarti, meniadakan penyembahan
terhadap berbagai tuhan selain Tuhan yang Maha Esa, yaitu Allah. Prinsip
negasi tersebut melandasi proses sekularisasi yang pada dasarnya juga proses
desakralisasi terhadap segala sesuatu yang tidak suci atau profan. Nurcholish
juga terlihat dalam tulisan lainnya yang dipublikasi di harian Suara Merdeka
105
b. Dasar Filologis
sekularisme. Seperti yang dikutip oleh Nurcholish Madjid dari Harvey Cox
pendapat Talcott Parsons, Harvey Cox dan Robert N. Bellah yang lebih
tetapi seperti pendapat Bellah adalah devaluasi radikal. Oleh karena itu,
http://rullyasrul83.wordpress.com/2009/07/29/9/,05/08/09).
106
dalam http://rullyasrul83.wordpress.com/2009/07/29/9/,05/08/09). Menurut
perjalanan ke Amerika Serikat dan Timur Tengah pada tahun 1968. Konsep
107
adalah setiap macam dari pengembangan yang membebaskan (Liddle,
1997: 15-16).
mengambil ide dari teori-teori sosiologi Barat dan beberapa tokoh sekuler
Islam sebelumnya, tetapi berdasarkan kajian dari latar belakang historis serta
tantangan modernisasi.
c. Dasar Historis
108
Di atas pentas sejarah, baik Indonesia maupun dunia, telah tampil
gerakan-gerakan pembaruan. Di Indonesia, kita mengenal organisasi-
organisasi dengan aspirasi-aspirasi pembaruan, seperti Muhammadiyah,
Al-Irsyad, dan Persis. Tetapi sejarah mencatat pula, dan harus kita akui
dengan jujur, bahwa mereka itu sekarang telah berhenti sebagai pembaru-
pembaru. Mengapa? Sebab mereka, pada akhirnya, telah menjadi beku
sendiri, karena mereka agaknya tidak sanggup menangkap semangat dari
ide pembaruan itu sendiri, yaitu dinamika dan progresivitas.
pada masa Islam klasik terdahulu. Berarti hal tersebut berkaitan dengan
Islam klasik menjadi suatu hal yang diharapkan terwujud kembali pada masa
109
kontemporer. Berkaitan dengan hal tersebut, Nurcholish tetap menekankan
Allah.
seorang manusia di antara makhluk Allah. Oleh karena itu, tugas umat Islam
110
liberalisasi. Proses itu secara garis besar terbagi ke dalam tiga proses yang
merupakan suatu proses yang saling berkaitan dengan kebebasan berpikir dan
milik negara dan digunakan untuk keperluan lain (dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, 2002). Oleh karena itu, seseorang pandangan
111
Sekularisasi yang dikemukakan Nurcholish dipahami sebagai suatu
desakralisasi atau menduniawikan segala hal yang tidak suci tapi selama ini
dianggap suci. Arah kedua adalah ke atas dengan mensakralkan segala hal
sebagai berikut:
itu, yang masih belum bisa membedakan nilai-nilai yang benar-benar berasal
dari ajaran Islam dan yang bukan merupakan nilai pokok ajaran Islam. Selain
itu, terdapat juga beberapa masyarakat Islam yang justru terlalu bersifat
112
Jadi, sekularisasi tidaklah dimaksudkan sebagai penerapan sekularisme
dan mengubah kaum Muslim menjadi sekularis, tetapi dimaksudkan
untuk menduniawikan nilai-nilai yang sudah semestinya bersifat duniawi,
dan melepaskan umat Islam dari kecenderungan untuk meng-ukhrawi-
kannya. Dengan demikian, kesediaan mental untuk selalu menguji dan
menguji kembali kebenaran suatu nilai di hadapan kenyataan-kenyataan
material, moral, ataupun historis, menjadi sifat kaum Muslim (2008:229-
230).
berasal dari bahasa Latin, liber, yang artinya bebas atau merdeka. Dalam
masing. Bahkan lebih jauh dari itu, liberalisme mereduksi agama menjadi
digagas oleh August Comte, kemudian diikuti oleh Emile Durkheim, Maz
Weber, Karl Marx, Freud, dan Thomas Luckmann. Paham sekularisme tidak
hanya merupakan suatu teori yang berkembang dalam kaum intelektual Barat,
tetapi juga berkembang dalam dunia Islam. Bahkan dalam beberapa negara
seperti Turki dan Mesir, seperti yang dikemukakan Syamsuddin Arif (2008:
91), paham ini dianggap sebagai suatu prasyarat transformasi masyarakat dari
a. Aspek Teoritis
114
Nurcholish Madjid mengemukakan, kata-kata sekuler dan
Sedangkan asal kata-kata itu sebenarnya berasal dari bahasa Latin, yaitu
merupakan salah satu dari dua kata Latin, yaitu dunia. Kata lainnya ialah
merupakan kata ruang. Antonim dari saeculum ialah eternum yang berarti
abadi, yang digunakan untuk menunjukkan alam yang kekal abadi sesudah
dunia ini (akhirat). Hal tersebut seperti halnya perbedaan hal-hal duniawi dan
sekarang ini sebelum dunia lain yang lebih kekal, yaitu akhirat. Menurut
duniawi. Manusia hidup dalam dunia sekarang ini, maka disebut sebagai
makhluk duniawi, maka ketika kata duniawi diganti dengan kata sekuler,
menghargai kehidupan yang telah diberikan Allah di dunia ini. Seperti yang
dikutipnya dalam Al-Quran surat Al-Muminun ayat 14, bahwa alam ini baik
115
sebagai ciptaan dari sebaik-baik Pencipta. Proses penduniawian tersebut
dianggap lebih penting dari kehidupan yang bersifat duniawi. Salah satu
116
Tujuan tersebut yang membedakan sekularisasi dengan sekularisme.
Paham itu mengatakan bahwa kehidupan duniawi ini adalah mutlak dan
kehidupan kecuali kehidupan dunia kita ini saja. Kita mati dan kita hidup, dan
tidak ada sesuatu yang membinasakan kita, kecuali masa. Padahal mereka
tidak mempunyai pengetahuan yang pasti tentang hal itu. Mereka hanya
setiap umat beragama, khususnya umat Islam jika pada suatu saat mereka
ini. Dengan mengutip dari Al-Quran Surat Al-Qashash ayat 77, Nurcholish
117
Proses sekularisasi membebaskan umat Islam untuk dapat menjalankan
adanya kebebasan manusia untuk menetapkan dan memilih sendiri cara dan
(2008: 230).
nilai-nilai yang disangkanya Islami itu, mana yang transendental dan mana
hal utama.
langsung dari tauhid ini adalah penolakan segala bentuk pemberhalaan, juga
118
1999: 108). Nurcholish menyadari bahwa pemujaan terhadap sesuatu sebagai
hal yang wajar atau manusiawi, karena menjadi kebutuhan untuk mempunyai
yakni bahwa kebenaran harus dikejar melebihi dari segalanya, dan bahwa
kesaksian iman paling dasar, esensi Islam serta merupakan penolakan segala
hal kecuali Allah (Barton: 116). Sekularisasi merupakan salah satu proses
progress).
b. Aspek Praktis
sosial dalam arti bahwa ia berusaha melakukan telaah ulang atas iman dan
119
praktik dan dalam hubungannya dengan masalah-masalah sosial untuk
menggugah umat agar melakukan hal yang sama (Liddle, 1997: 104). Oleh
ajarannya.
120
Islamisasi atau pentauhidan (dalam http://khirzulmuhammad.blogspot.com/,
05/08/09).
digagasnya. Hal tersebut dapat ditinjau melalui berbagai tulisan dan kajian
Nurcholish sendiri. Oleh karena itu, peneliti menyusun garis waktu (timeline)
tulisan-tulisan Nurcholish yang tersebar dalam berbagai media massa dan juga
121
buku, artikel, surat kabar dan jurnal sejak tahun 1970 hingga saat-saat terakhir
Nurcholish menulis kolom Harian Suara Merdeka tahun 2004 sebelum beliau
Integrasi Umat. Sejak saat itu, berbagai respon berupa pujian dan kritik
maka pada tahun 1972 Nurcholish menulis 2 artikel yaitu, Beberapa Catatan
gagasan sekularisasi dari sisi etimologis. Menurut Nurcholish, dari sisi bahasa,
sekular artinya zaman sekarang ini. Oleh sebab itu, manusia adalah makhluk
sekular. Nurcholish menegaskan, hal ini bukan saja benar secara istilah,
122
melainkan juga secara kenyataan. Dalam artikel Sekali Lagi Tentang
manusia sebagai khalifah Tuhan, perbedaan Hari Dunia dan Hari Agama dan
Kembali, yang dirujuk dari buku 70 tahun Prof. Dr. H.M. Rasjidi yang
123
pemaknaan sekularisasi secara sosiologis. Dalam penjelasan tersebut
berkaitan dengan kritik H.M. Rasjidi, maka sejak itu Nurcholish tidak banyak
ceramah beliau. Salah satunya yaitu pada tulisan dialog Nurcholish Madjid
menjelaskan:
125
pemikirannya. Berbeda dengan Gerg Barton yangsecara mutlak sebagai
Madjid tidak lagi berada pada tipologi neo-modernis, justru karena agendanya
yang lebih mengedepankan ide-ide yang berasal dari tradisi Islam klasik, Azra
Madjid pada masa tersebut terlihat dari basis-basis pemikirannya yaitu tradisi
Islam klasik, dan pada concern intelektualnya yaitu respons Islam terhadap
pada tahun 1985, terlihat pada substansi pemikirannya. Azra (1999b: 156)
modernisme.
126
Perubahan pada substansi pemikirannya tersebut mempengaruhi
dapat dibangun tidak hanya pada masa modern, tetapi juga pada masa
156-157).
berbagai kelompok Islam dan potensinya untuk tetap bersatu. Hal tersebut
127
masih tetap dihubungkan dengan prinsip modernitas, walaupun lebih banyak
Merdeka:
Islam tak disebarkan lewat kekerasan. Sistem itulah yang oleh Robert
N. Bellah disebut sebagai sangat modern, mungkin terlalu modern untuk
zamannya sehingga tidak bertahan cukup lama, namun tetap menjadi
model masyarakat nasional yang adil, terbuka, egaliter, dan partisipatoris.
Menurut Bellah, masyarakat serupa itu belum pernah terbayangkan
keteladanan bagi umat manusia saat ini dan sepanjang masa
Setiap keyakinan memiliki energi atau menjadi sumber energi. Islam
tidak merupakan perkecualian. Ajaran "islam" adalah ajaran berserah diri
kepada Tuhan sesuai dengan hakikat kesucian primordial manusia yang
dengan sikap itu manusia memperoleh kedamaian (salam). (dalam
http://www.suaramerdeka.com/harian/0309/13/nas4.htm, 08/08/09).
syarat untuk mengembalikan umat Islam Indonesia kepada ajaran Islam yang
benar. Hal tersebut agar umat Islam dapat belajar dari dinamika zaman.
128