Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA

ABSORBSI OBAT SECARA IN SITU

Dosen Pengampu :

Muhammad Dzakwan, M.Si.,Apt

Kelompok B

Teori 1

Disusn oleh :

1. Siti Indah Fitriani (20144075A)


2. Dinny Fitriani (20144076A)
3. Istiqomah (20144079A)
4. Sintya Yunda Amanda (20144080A)
5. Petra Evangelista (20144119A)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2016
I. JUDUL PERCOBAAN : Absorbsi Obat Secara In Situ

II. TUJUAN :

Mempelajari pengaruh pH terhadap absorbs obat yang diabsorbsi melalui difusi pasif dan
percobaan dilakukan secara in situ.

III. DASAR TEORI


Dalam rangka untuk memberikan efek, obat harus berada di tempat aksinya dan
darah adalah satu-satunya alat transportasi yang dapat memberikan obat untuk tempat
tindakan. Jadi logis jika obat dalam profil darah akan sangat mempengaruhi profil
intensitas efek obat. Adapun minggu untuk mencapai aliran darah, obat harus menjalani
serangkaian proses penyerapan yang umumnya terdiri dari disintegrasi, disolusi dan
permeasi. Oleh karena itu, studi tentang penyerapan obat/ absorbsi obat sangat penting
untuk dapat memprediksi profil intensitas efek.
Setiap proses absorbsi /penyerapan memiliki limiting step (langkah pembatasan)
atau fase yang paling dominan. Fase ini bisa menjadi fase disintegrasi, permeasi
pembubaran, atau kombinasi dari fase-fase yang tergantung pada tahap yang mengambil
terpanjang. Tingkat langkah membatasi ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu sifat
fisiko kimia dari obat dan faktor formulasi.
Metode Uji In Situ adalah metode tes yang dilakukan pada organ target tertentu
yang masih dalam sistem organisme hidup. Perbedaan dengan uji in vivo adalah karena
tes dalam organ target in situ dibudidayakan tidak dipengaruhi oleh organ-organ lainnya
sehingga profil dari obat yang diamati hanya didasarkan pada sebuah proses yang terjadi
pada organ-organ ini tanpa dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi di organ lainnya.
Sementara berbeda dalam uji in vitro untuk menguji organ di situ masih menyatu dengan
sistem organisme hidup, masih mendapat pasokan darah dan suplai oksigen.
Percobaan absorbsi obat secara in situ melalui usus halus didasarkan atas
penentuan kecepatan hilangnya obat dari lumen usus halus setelah larutan obat dengan
kadar tertentu dilewatkan melalui lumen usus halus secara perfusi dengan kecepatan
tertentu. Cara ini dikenal pula dengan nama teknik perfusi, karena usus dilubangi untuk
masuknya sampel cairan percobaan dan satu lagi bagian bawah untuk keluarnyacairan
tersebut.
Metode ini dapat digunakan untuk mempelajari berbagai factor yang dapat
berpengaruh pada permeabilitas dinding usus dari berbagai macam obat. Pengembangan
lebih lanjut dapat digunakan untuk merancang obat dalam upaya mengoptimalkan
kecepatan absorbsinya melalui pembentukan prodrug. Melalui metode ini akan dapat
diungkapkan pula besarnya permeabilitas membrane usus terhadap obat melalui lipoid
pathway, pori dan aquoes boundary layer.
Metode Through and Through merupakan salah satu cara percobaan in situ. Cara
ini dilakukan dengan menentukan fraksi obat yang terabsorbsi, setelah larutan obat
dialirkan melalui lumen intestine yang panjangnya tertentu dan kecepatan alirnya tertentu
pula.
Dalam keadaan tunak absorbs dapat dinyatakan dengan persamaan :

(1)
=
2. . (0)

Dengan

C(1) = kadar larutan obat mula-mula

C(0) = kadar larutan obat setelah dialirkan melalui lumen intestine sepanjang 1 cm

l = panjang usus dalam cm

r = jari-jari penampang lintang intestine

Q = keceptan alir larutan obat dalam ml.menit -1

Paap = tetapan permeabilitas semu


IV. ALAT DAN BAHAN
1. ALAT-ALAT PERCOBAAN :
a. Kanuli satu set
b. Timer/jam
c. Toples besar untuk anestesi
d. Spektrofotometer
e. Alat dan perlengkapan operasi (meja operasi, gunting, pinset, benang dan
penggaris)
f. Pompa peristaltik
g. Alat-alat gelas
h. Timbangan hewan percobaan
2. BAHAN-BAHAN PERCOBAAN :
a. Larutan dapar fosfat
b. Larutan obat dalam dapar fosfat
c. Tikus putih jantan dengan berat 200 g
d. Eter
e. Alkohol 95%
f. Larutan NaCl 0,9 % b/v

V. CARA KERJA
a. Persiapan hewan uji
Hewan percobaan berupa tikus jantan dengan berat 200 g dipuasakan sehari
(24 jam)
Kemudian tikus dianestesi dengan eter lalu dimasukkan ke dalam toples lalu
ditutup
Setelah teranestesi (perlu waktu 45-50 menit), tikus dibuka rongga perutnya
menurut arah linea mediana dengan pinset dan gunting.
b. Persiapan praktikum :
Membuat larutan dapar asetat pH 4.5 0.05 M sebanyak 1000 ml.
Menimbang 2.99 g Na Acetat, menambah 1.66 ml asam acetat glacial
(dalam labu takar 1000 ml), dan menambahkan aquadest ad tanda batas.
Membuat kurva baku Asetosal
1. Menimbang dengan seksama 500 mg/250 ml Asetosal
2. Melarutkan asetosal dengan alkohol 95% beberapa tetes dalam labu
takar 50 ml, menambahkan dapar acetat ad tanda batas (larutan stock)
3. Dengan pipet volume mengambil 1 ml; 1,5ml; 2 ml; 2,5 ml; 3 ml; 3,5
ml larutan stock diatas. Masing-masing dimasukkan dalam labu takar
50 ml dan ditambahkan larutan dapar ad tanda batas.
4. Membaca absorbansi masing-masing larutan pada lamda 265 nm
dengan blangko dapar acetat
5. Membuat persamaan kurva baku acetosal antara konsentrasi (x) Vs
absorbansi (y)
c. Persiapan uji absorbansi in situ
Setelah rongga perut tikus dibuka, dicari bagian lambung dan diukur ke arah
kanal kira-kira 15 cm dari lambung dengan pertolongan benang.
Pemasangan kanuli sedemikian rupa sehingga ujungnya mengarah ke bagian
kanal.
Dari ujung kanul ini usus diukur lagi sdengan pertolongan benang kearah
anal sepanjang 20 cm, dan di situ dibuat lubang kedua, selanjutnya dipasang
pula kanul kedua dengan ujing kanul mengarah ke bagian oral dari usus
dengan benang.
Kanul pertama dihubungkan dengan reservoar larutan dapar fosfat dengan
pH 4.5 melalui selang kanul kedua dihubungkan dengan penampung melalui
selang pula. Antara reservoar dan kanul dipasang pompa peristaltik untuk
mengalirkan larutan.
Kemudian pompa peristaltik dijalankan, hingga kotoran yang terdapat dalam
usus bersih dengan cara menampung larutan dapar yang keluar dari kanul
kedua selama waktu tertentu, kemudian mengukur volumenya, maka
kecepatan alir melalui intestin dapat ditentukan. Lama pengaliran larutan
bahan obat ini 30 menit, lalu kadar obat dalam larutan ditentukan secara
spektrofotometris, sehingga diperoleh data kadar sebelum dan sesudah
dialirkan melalui intestin.
d. Data lain yang perlu dicatat adalah panjang usus dan diameter usus. Hal ini dapat
dilakukan dengan memotong usus antara kedua ujung kanul, satu sisi usus
ujungnya ditali dengan benang, setelah diisi cairan baru kemudian panjang dan
diameter usus dapat ditentukan.

VI. HASIL PERHITUNGAN


1. Berat tikus = 200 g
20
Q= = = 3.717 menit/cm
5.38

D = 0.4 cm r = 0.2 cm

l = 20 cm

C0 = 500 mg %

Absorbansi larutan asetosal Absorbansi setelah dilewatkan melalui usus

1. 0,276 1. 0.799 mg %
2. 0,286 2. 2. 0.780 mg %
3. 0,279 3. 0.771 mg %

Volume waktu

1 3 ml 00.31.16

2 3 ml 00.31.69

3 3 ml 00.45.33

4 3 ml 01.00.36

5 3 ml 00.50.59

6 3 ml 00.47.76

7 2 ml 00.56.84

Total waktu 05.38.73


Perhitungan PAPP
(1)
PAPP = 2.. ln (0)
3.717 / 500 %
1. PAPP = 2 0.2 20 ln 0.799 %
3.717 /
= ln 625.78
8
= 0.464 menit x 6.438
= 2.987 menit

3.717 / 500 %
2. PAPP = 2 0.2 20 ln 0.780 %
3.717 /
= ln 641.02
8
= 0.464 menit x 6.463
= 2.988 menit

3.717 / 500 %
3. PAPP = 2 0.2 20 ln 0.771 %
3.717 /
= ln 648.50
8
= 0.464 menit x 6.475
= 3.004 menit

Total PAPP

3.717 / 500 %
4. PAPP = 2 0.2 20 ln 2.996 %
3.717 /
= ln 166.89
8
= 0.464 menit x 5.118
= 2.374 menit

y=a+bx 3. y = a + b x
1. y = a + b x 0.771 = 0.1942 + 0.029 x
0.799 = 0.1942 + 0.029 x 0.771 0.1942 = 0.029 x
0.799 0.1942 = 0.029 x 0.577 = 0.029 x
0.6048 = 0.029 x 0.577
X = 0.029
0.6048
X= = 19.89
0.029
= 20.86 = 19.89 x 2
= 20.86 x 2 = 39.78 mg %
= 41.72 mg %
2. y = a + b x
0.780 = 0.1942 + 0.029 x
0.780 0.1942 = 0.029 x
0.586 = 0.029 x
0.586
X = 0.029
= 20.19
= 20.19 x 2
= 40.38 mg %

2. BB = 0,15 Y = a+bx

Diameter = 1,2 cm X = mg %

Jari-jari (r) = 0,6 cm Q


Papp = 2.r.L Ln
L = 20 cm

Larutan stok 20 ml

Volume waktu

1 3 ml 00.32.15

2 3 ml 00.32.68

3 3 ml 00.46.32

4 3 ml 00.00.35

5 3 ml 00.51.58

6 3 ml 00.48.75

7 2 ml 00.57.83

Total waktu 05.32.83


Absorbansi larutan asetosal Absorbansi setelah dilewatkan melalui usus

0,276 0,760

0,286 0,788

0,279 0,734

20
Q= = = 3,759 menit/cm
5,32

Co = 500 mg%

Cp = 0,760 mg%

= 0, 788 mg%

= 0,734 mg%

1. Papp = 2.. Ln 3. Papp = 2.. Ln

3,759 500 3,759 500


ln ln
2.0,6.20 0,760 2.0,6.20 0,734

3,759 3,759
x ln 657,89 x ln 681,19
24 24

0,156 x 6,489 0,156 x 6,523

= 1,0122 = 1,0175

2. Papp = 2.. Ln 4. Papp = 2.. Ln

3,759 500 3,759 500


ln 0,788 ln 19,521
2.0,6.20 2.0,6.20

3,759 3,759
x ln 634,51 x ln 25,613
24 24

0,156 x 6,452 0,156 x 3,243

= 1,0065 = 0,505
Y = a+bx
Y = 0,1942 + 0,029x
1. 0,760 0,1942 = 0,029x
0,5658 = 0,029x
0,5658
X= = 19,51 mg %
0,029
2. 0,788 0,1942 = 0,029x
0,5938 = 0,029x
0,5938
X= = 20,475 mg %
0,029
3. 0,734 0,1942 = 0,029x
0,5398 = 0,029x
0,5398
X= = 18,58 mg %
0,029

3. Nama bahan obat : Asetosal


Medium : Dapar asetat PH 4,5
Identitas Penelitian

No. Berat tikus Panjang Diameter Lama alir Kec. Alir


Hewan (gram) Usus (cm) Usus (cm) Obat (detik) (detik/cm)

1 0,25 20 1,1 10,15


11,74
17,82
23,27 5,4875
16,82
16,61
13,34
Jumlah 109,75

Kecepatan alir ( detik/cm )

Kecepatan alir obat = Lama alir obat


Panjang usus
= 109,75 detik
20 cm
= 5,4875 detik/cm
Absorbansi larutan asetosal
0,276
0,286
0,279
Absorbansi setelah dilewatkan melalui usus
0,770
0,698
0,693
Q = 5,488 detik/cm
C0 = 500 mg %
Cp = 0,770 mg%
0,698 mg%
0,693 mg%

1. Papp = Q ln C1
2xrxl C0

= 5,488 ln 500

2 x 0,55 x 20 0,770

= 0,249 x 6,476

= 1,612 detik/cm3

2. Papp = Q ln C1
2xrxl C0

= 5,488 ln 500

2 x 0,55 x 20 0,698

= 0,249 x 6,574

= 1,637 detik/cm3

3. Papp = Q ln C1
2xrxl C0

= 5,488 ln 500

2 x 0,55 x 20 0,693

= 0,249 x 6,581

= 1,639 detik/cm3
1) y = a + b x 3) y = a + b x
y = 0,1942 + 0,029 x y = 0,1942 + 0,029 x
0,770 0,1942 = 0,029 x 0,693 0,1942 = 0,029 x
0,5758 = 0,029 x
0,4988 = 0,029 x
x = 0,5758
0,029` x = 0,4988
x = 19,855 mg% 0,029`
2) y = a + b x
y = 0,1942 + 0,029 x x = 17,2 mg%
0,698 0,1942 = 0,029 x
0,5038 = 0,029 x
x = 0,5038
0,029`
x = 17,372 mg%

4. Permeabititas Membrane
Dik :
I = 20
d = 0.4 sehingga r = 0.2
= 14.15 menit
C1= 500 mg
C2 = konsentrasi berdasarkan absorbansi


P = 2.. Q=
20
Q= 14.15
1.379 ml menit-1

1.379 500 1.379 500


1. Papp2 = 2 (0.2)(20) In 0.750 2. Papp3 = 2 (0.2)(20) In 0.775
= 0.172 In 666.67 = 0.172 In 662.25
= 0.172 (6.502) = 0.172 (6.495)
= 1.118 mg % = 1.117 mg %
Total = 1.118 mg %

Perhitungan konsentrasi awal

1. Y = a + bx 3. Y = a + bx
0.746 = 0.192 + 0.029x 0.755 = 0.192 + 0.029x
0.554 0.563
X = 0.029 X = 0.029
X = 19.103 (1) X = 19.413 (1)
X = 19.103 mg % X = 19.413 mg %
2. Y = a + bx
0.750 = 0.192 + 0.029x
0.558
X = 0.029
X = 19.165 (1)
X = 19.165 mg %

Perhitungan konsentrasi larutan akhir


500
Papp total =0.172 in 01.118
= 0.172 in 447.23
= 0.172 (6.103)
=1.049 mg%

5. Kurva Baku
y = a + bx
y = 0,1942 + 0,029 x
Data Penelitian
Volume = 20 ml
BB = 190 gram
Diameter usus = 0.4 cm r = 0.2 cm
Waktu alir = 8 : 30

Data Penentuan Kadar Obat Secara Spektrofotometris


Percobaan dilakukan pada maks = 254 nm. Dengan faktor pengenceran = 10 x
1) Data absorbansi larutan asetosal
1. Cp1 = 0,791 Cp = Cp1 + Cp2 + Cp3
2. Cp2 = 0,784 = 0,791 + 0,784 + 0,776
3. Cp3 = 0,776 Cp = 0,783
2) Data absorbansi setelah dilewatkan melalui usus
1. 0,276
2. 0,286
3. 0,279

Persamaan kurva baku


Y=a+bx
1. Y = 0,1942 + 0,029 x
0,791 = 0,1942 + 0,029 x
0,7910,1942
X = 0,029
X = 20,57 mg%

2. Y = 0,1942 + 0,029 x
0,784 = 0,1942 + 0,029 x

0,7840,1942
X = 0,029
X = 20,33 mg%

3. Y = 0,1942 + 0,029 x
0,776 = 0,1942 + 0,029 x

0,7760,1942
X = 0,029
X = 20,06 mg%

Kecepatan alir (Q)


()
Q = ()
20
Q =8,30
Q = 2,40 ml/menit
Tetapan Permeabilitas Usus ( Papp )

Papp = 2 . . . ln
2,40 500
1. Papp = 2 .0,2.20 . ln 0,791
Papp = 0,3 x 6,449
Papp = 1,934
2,40 500
2. Papp = 2 .0,2.20 . ln 0,784
Papp = 0,3 x 6,457
Papp = 1,937
2,40 500
3. Papp = . ln
2 .0,2.20 0,776
Papp = 0,3 x 6,468
Papp = 1,940

6. Permeabititas Membrane
Dik :
I = 20
d = 0.4 sehingga r = 0.2
= 14.15 menit
C1= 500 mg
C2 = konsentrasi berdasarkan absorbansi


P = 2.. Q=
20
Q= 14.15
1.379 ml menit-1

1.379 500
Papp1 = In
2 (0.2)(20) 0.746
= 0.172 In 670.24
= 1.119 mg %
1.379 500 1.379 500
Papp2 = In Papp3 = In
2 (0.2)(20) 0.750 2 (0.2)(20) 0.775
= 0.172 In 666.67 = 0.172 In 662.25
= 0.172 (6.502) = 0.172 (6.495)
= 1.118 mg % = 1.117 mg %
Total = 1.118 mg %

Perhitungan konsentrasi awal


2. Y = a + bx
1. Y = a + bx 0.750 = 0.192 + 0.029x
0.746 = 0.192 + 0.029x 0.558
X = 0.029
0.554
X = 0.029 X = 19.165 (1)
X = 19.103 (1) X = 19.165 mg %
X = 19.103 mg %

3. Y = a + bx
0.755 = 0.192 + 0.029x
0.563
X = 0.029
X = 19.413 (1)
X = 19.413 mg %

Perhitungan konsentrasi larutan akhir


500
Papp total =0.172 in
01.118
= 0.172 in 447.23
= 0.172 (6.103)
=1.049 mg
VII. PEMBAHASAN
Pada dasarnya uji in situ merupakan uji yang dilakukan dalam target tertentu
yang masih berada dalam sistem organisme hidup. Namun pada praktikum, hewan uji
(tikus) dikorbankan terlebih dahulu menggunakan eter. Hal ini da[at mempengaruhi
data yang diperoleh antara hewan uji yang hidup dengan hewan mati, karena hewan
uji hidup bisa dipengaruhi, misalnya gerakan peristaltik saluran cerna, supply
oksigen, dan lain-lain. Tujuan pada percobaan ini adalah untuk mengetahui dan
mempelajari adanya pengaruh pH terhadap absorbsi obat melalui saluran pencernaan
secara in vitro. Absorbsi obat merupakan proses pergerakkan obat dari tempat
pemberian menuju sistemik, sedangkan in vitro merupakan preparasi yang dilakukan
diluar tubuh makhluk hidup atau hewan uji dengan menggunakan salah satu hewan
uji.
Pada percobaan ini organ yang digunakan adalah usus tikus, digunakan usus
halus karena usus merupkan tempat absorbsi obat dalam tubuh. Kotoran pada usus
dibersihkan menggunakan spuit karena dapat mempengaruhi absorbsi, namun juga
dapat mempengaruhi data karena perbedaan kecepatan alir dan gravitasi. PAPP
menunjukkan tingkat permeabel dan membran, semakin tinggi maka waktu obat
dalam membran lama, sebaliknya jika rendah maka obat akan cepat keluar dan efek
yang diinginkan tidak tercapai.
Asetosal merupakan obat yang bersifat asam lemah dimana absorbsinya lebih
lebih baik baik pada pH lambung yaitu 1,2. Pada obat asam lemah jika diletakkan
pada membran medium pH rendah maka bentuk tak terion lebih banyak daripada
bentuk terionnya, sehingga lebih banyak yang terabsorbsi pada medium ini.
Sebaliknya pada pH medium yang lebih besar maka bentuk terion lebih banyak
sehingga obat yang diabsorbsi sedikit.
Pada perhitungan PAPP tiap tikus menunjukkan nilai yang berbeda-beda hal ini
dapat dipicu karena berbagai faktor yaitu nilai kecepatan alir (Q) dan lama alir. Lama
alir tiap kelompok satu sama lain menunjukkan hasil yang lumayan jauh berbeda ini
bisa terjadi karena adanya kesalahan dalam praktikum (misalnya: saat penggunaan
spuit, perhitungan waktu, dan lain-lain).

Anda mungkin juga menyukai