Desain Inovatif New 2
Desain Inovatif New 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi
hampir semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan
membahayakan bagi pasien. Maka tak heran jika seringkali pasien dan keluarganya
menunjukkan sikap yang agak berlebihan dengan kecemasan yang mereka alami.
Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait dengan segala macam prosedur asing
yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat segala
macam prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan. Perawat dan bidan mempunyai
peranan yang sangat penting dalam setiap tindakan pembedahan baik pada masa sebelum,
selama maupun setelah operasi. Tingkat keberhasilan pembedahan sangat tergantung
pada setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara tim kesehatan yang
terkait (dokter bedah, dokter anestesi, perawat/bidan) di samping peranan pasien yang
kooperatif selama proses perioperatif.
Jumlah pasien dengan tindakan operasi yang semakin meningkat dari tahun
ke tahun dapat mempengaruhi peningkatan komplikasi pasca operasi seperti resiko
terjadinya infeksi luka operasi (ILO) dan infeksi nosokomial (Haryanti, 2013). Menurut
WHO dikutip dari Nurlela (2009) pasien laparatomi tiap tahunnya meningkat 15%.
Sedangkan menurut Data Tabulasi Nasional Departemen Kesehatan Republik
Indonesia tahun 2010, tindakan bedah laparatomi mencapai 32% dengan menempati
urutan ke 11 dari 50 pertama pola penyakit di rumah sakit se Indonesia (DEPKES, 2010
dalam Putri 2017)
Komplikasi pada pasien post operasi adalah nyeri yang hebat, perdarahan, bahkan
kematian (Rustianawati, 2013). Pasien pasca operasi membutuhkan mobilisasi dini
sesgera ubtuk mempercepat proses pemulihan yang salah satu diantaranya adalah
kembali berfungsinya sistem eliminasi.
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI DIV KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana pengaruh pelaksanaan mobilisasi dini pada klien dengan post operasi ?
C. TUJUAN
Klien mampu melakukan tindakan mobilisasi dini pasca operasi dan setelah
melakukan tindakan mobilisasi dini diharapkan proses pemulihan klien lebih cepat
daripada tidak dilakukan mobilisasi dini.
D. MANFAAT
1. Pembaca
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan pembaca dalam hal penatalaksanaan
klien dengan post operasi
2. Klien
Membantu memaksimalkan proses pemulihan klien dengan post operasi
3. Perawat
Penambah wawasan perawat dalam penatalaksanaan klien post operasi
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI DIV KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian lain juga mengungkapkan bahwa latihan peningkatan kekuatan otot melalui
mobilisasi dini merupakan metode yang efektif dalam pengembalian fungsi otot pada
pasien pasca operasi.
F. Macam macam Mobilisasi
Menurut Bayer dan Dubes (1997) mobilisasi dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :
a. Mobilisasi penuh
Mobilisasi penuh ini menunjukkan syaraf motorik dan sensorik mampu mengontrol
seluruh area tubuh.Mobilisasi penuh mempunyai banyak keuntungan bagi kesehatan,
baik fisiologis maupun psikologis bagi pasien untuk memenuhi kebutuhan dan
kesehatan secara bebas, mempertahankan interaksi sosial dan peran dalam kehidupan
sehari hari.
b. Mobilisasi sebagian
Pasien yang mengalami mobilisasi sebagian umumnya mempunyai gangguan syaraf
sensorik maupun motorik pada area tubuh. Mobilisasi sebagian dapat dibedakan
menjadi:
1) Mobilisasi temporer yang disebabkan oleh trauma reversibel pada sistim
muskuloskeletal seperti dislokasi sendi dan tulang
2) Mobilisasi permanen biasanya disebabkan oleh rusaknya sistim syaraf yang
reversibel.
Gaya hidup seseorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi
tingkat pendidikan seseorang akan diikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan
kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tentang mobilitas
seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat.
2. Proses Penyakit dan injury
Adanya penyakit tertentu yang diderita seseorang akan mempengaruhi mobilitasnya,
misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulutan untuk mobilisasi secara bebas.
Demikian pula orang yang baru menjalani operasi, karena adanya rasa sakit/nyeri
yang menjadi alasan mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban.Ada kalanya
klien harus istirahat di tempat tidur karena menderita penyakit tertentu.
3. Kebudayaan
Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan aktifitas
misalnya; pasien setelah operasi dilarang bergerak karena kepercayaan kalau banyak
bergerak nanti luka atau jahitan tidak jadi.
4. Tingkat energy
Seseorang melakukan mobilisasi jelas membutuhkan energi atau tenaga. Orang yang
sedang sakit akan berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan orang dalam keadaan
sehat.
5. Usia dan status perkembangan
Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasnya dibandingkan dengan
seorang remaja.
STANDAR
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI DIV KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364
OPERASIONAL
PROSEDUR
PETUGAS Perawat
PROSEDUR
PELAKSANAAN A. Tahap Pra Interaksi
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI DIV KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364
BAB III
METODOLOGI
A. TOPIK
Tindakan mobilisasi dini untuk menurunkan angka kejadian dikubitus pasien pasca
operasi
B. SUB TOPIK
Cara membantumempercepat pemulihan pasien pasca operasi dengan melakukan
tindakan mobilisasi dini sesuai jadwal
D. WAKTU
Hari/tanggal : 4 September 2017
Pukul : 10.00 WIB
E. TEMPAT
Ruang Anggrek RSUD dr. Adhyatama, MPH
F. PENGORGANISASIAN
1. LEADER
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI DIV KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364
I. REFERENSI
Anggraeni, A. Gambaran Tindakan Perawat Pada Pasien Post Operasi dengan Nyeri Di
RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta. 2016. Repository.umy.ac.id.
diakses pada 09 Agustus 2017
Bujang, Bukit. Pengaruh Mobilisasi dini dini Terhadap Kejadian Dekubius pada Pasien
Stroke yang Mengalami Hemiparesis Di Ruang Yudistira Di RSUD Kota
Semarang. STIKES Ngudi Waluyo Semarang : 2013.
Mutia, Levina. Profil Penderita Ulkus post operasi yang Menjalani Tirah baring Di Ruang
Rawat Inap RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Periode Januari 2011
Desember 2013. JOM FK Volume 2 No.2 Oktober 2015.
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI DIV KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364
Poter & Perry. Buku Ajar Fundamental keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi
4. Jakarta: EGC. 2005
Santoso, Nur Aeni Eki. Pemberian Posisi Mobilisasi dini dini Terhadap Kejadian Post
operasi Pada Asuhan Keperawatan Tn. M dengan Stroke Hemoragik Di Ruang
HCU Anggrek II RSUD Dr. Moewardi Surakarta. (KTI) Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Kusuma Husada Surakarta. Surakarta : 2014
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI DIV KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364
BAB IV
LAPORAN KEGIATAN
A. PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan ini dilaksanan pada :
Hari, tanggal : Senin, 4 sampai 6 September 2017
Waktu : 10.00 WIB selesai
Tempat : Ruang Anggrek RSUD dr. Adhyatama, MPH
B. FAKTOR PENDUKUNG
Faktor yang mendukung dalam pelaksanaan ini adalah dari ruangan bisa menerima
tindakan mobilisasi dini yang diberikan kepada pasien pasca operasi untuk mempercepat
pemulihan pasca pembedahan dan klien juga kooperatif saat diajarkan teknik mobilisasi
dini dini setelah menjalani operasi
C. FAKTOR PENGHAMBAT
Faktor yang menghambat dalam pelaksanaan ini adalah klien belum pernah melakukan
tindakan mobilisasi dini dini sebelumnya dan terkadang klien masih merasakan takut
untuk melakukan mobilisasi dini karena bekas luka operasinya masih terasa sakit.
D. EVALUASI KEGIATAN
Sebelum dilakukan tindakan mobilisasi dini klien masih dalam pengaruh anestesi
sehingga belum mampu melakukan mobilisasi. Tetapi setelah dilakukan tindakan
mobilisasi dini yang dapat dilaksanakan sesuai jadwal, klien mampu melakukan
mobilisasi sesuai tahapan mobilisasi.
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI DIV KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364
BAB V
PEMBAHASAN
dengan Ca Colon general anestesi. Pasien mulai dilakukan mobilisasi dini sesuai jadwal yaitu
dengan tirah baring bersamaan dengan menngerakkan persendian pada 6 jam pertama,
dilanjutkan miring kanan kiri pada 6 jam setelah operasi, duduk setelah 24 jam post operasi,
dan belajar berdiri 24 jam setelah klien mampu duduk. Sementara itu, sebagai kelompok kontrol,
kami mengumpulkan 3 klien yaitu Ny,Y dengan post op hemoroidectomy, Ny. S dengan SNNT,
Tn.T dengan aff pen.
Dari pengamatan kami, dari sampel yang berjumlah 6 klien post op yaitu 3 orang dalam
kelompok perlakuan dan 3 nya lagi dalam kelompok kontrol, maka didapatkan sebagai berikut :
1. Ny.W dengan SNNT general anestesi, BAK pada 9 jam setelah operasi
2. Ny.D dengan Hemoroid general anestesi, BAK pada 10 jam setelah operasi
3. Tn.H dengan Ca Colon general anestesi, BAK pada 10 jam sete;ah operasi
Sementara itu, pada klien kelompok kontrol diperoleh data sebagai berikut :
1. Ny,Y dengan post op hemoroidectomy, BAK pada 13 jam setelah operasi
2. Ny. S dengan SNNT, BAK pada 14 jam setelah operasi
3. Tn.T dengan aff pen, BAK pada 13 jam setelah operasi
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dengan mobilisasi dini, klien dapat lebih terbantu
dalam mempercepat berfungsinya kembali bladder sehingga pengeluaran urin dapat berlangsung
lebih cepat daripada kelompok kontrol yang tidak dilakuakan mobilisasi dini.
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI DIV KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364
BAB VI
PENUTUP
A. SIMPULAN
Dari beberapa temuan jurnal, pelaksanaan mobilisasi dini sebagian besar sama dalam
pelaksanaannya yaitu dimulai sejak 6 jam pertama setelah operasi sampai hari ketiga
setelah operasi. Adapun tahapan mobilisasinya dimulai dari Tirah baring, menggerakkan
lengan atau tangan, memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit, menengangkan otot
betis, menekuk dan menggeser kaki pada 6 jam pertama setelah operasi (hari pertama),
miring ke kiri dan ke kanan pada Setelah 6 sampai 10 jam (hari pertama), Belajar duduk
Setelah 24 jam (hari ke 2), Belajar berdiri, berjalan di sekitar kamar mandi, dan keluar
dari kamar sendiri Setelah mampu duduk (hari ke 3).
B. SARAN
Semoga laporan kegiatan design invatif ini dapat bermanfaat untuk pasien post operasi
dalam memperlancar eliminasi urin, dan mencapai manfaat manfaat lain setalah
pelaksanaan mobilisasi dini.
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI DIV KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI DIV KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, A. Gambaran Tindakan Perawat Pada Pasien Post Operasi dengan Nyeri Di
RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta. 2016. Repository.umy.ac.id.
diakses pada 09 Agustus 2017
Bujang, Bukit. Pengaruh Mobilisasi dini dini Terhadap Kejadian Dekubius pada Pasien
Stroke yang Mengalami Hemiparesis Di Ruang Yudistira Di RSUD Kota
Semarang. STIKES Ngudi Waluyo Semarang : 2013.
Mutia, Levina. Profil Penderita Ulkus post operasi yang Menjalani Tirah baring Di Ruang
Rawat Inap RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Periode Januari 2011
Desember 2013. JOM FK Volume 2 No.2 Oktober 2015.
Poter & Perry. Buku Ajar Fundamental keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi
4. Jakarta: EGC. 2005
Santoso, Nur Aeni Eki. Pemberian Posisi Mobilisasi dini dini Terhadap Kejadian Post
operasi Pada Asuhan Keperawatan Tn. M dengan Stroke Hemoragik Di Ruang
HCU Anggrek II RSUD Dr. Moewardi Surakarta. (KTI) Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Kusuma Husada Surakarta. Surakarta : 2014