Referat Gangguan Somatoform Jiwa
Referat Gangguan Somatoform Jiwa
Gangguan Somatoform
Disusun Oleh :
Putu Aryuda Bagus Hanggara
Dokter Pembimbing
Dr. Laila Sylvia Sari, Sp.KJ
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang selalu
melimpahkan rahmat, anugrah, dan karunianya sehingga saya bisa menyelesaikan
referat ini dengang baik dan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Saya
mengucapkan terima kasih kepada dr. Laila Sylvia Sari, Sp.KJ selaku pembimbing
di SMF Ilmu Penyakit Jiwa RSUD Embung Fatimah Batam.
Saya Berharap agar referat yang saya tulis ini berguna bagi semua orang dan
dapat digunakan sebaik-baiknya sebagai sumber informasi. Atas perhatiannya saya
ucapkan terimakasih
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Tujuan
Makalah ini ditulis sebagai salah satu prasyarat untuk mengikuti aktivitas
koasisten di Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran. Makalah ini diharapkan
dapat menambah pengetahuan pembaca mengenai somatoform sehingga pembaca
dapat lebih mengenal tentang gangguan ini dan lebih akurat dalam
mendiagnosanya.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.2. Etiologi
Terdapat faktor psikososial berupa konflik psikologis di bawah sadar yang
mempunyai tujuan tertentu. Pada beberapa kasus ditemukan faktor genetik dalam
transmisi gangguan ini. Selain itu, dihubungkan pula dengan adanya penurunan
metabolisme (hipometabolisme) suatu zat tertentu di lobus frontalis dan hemisfer
non dominan.1
Secara garis besar, faktor-faktor penyebab dikelompokkan sebagai berikut:1
a. Faktor-faktor Biologis
Faktor ini berhubungan dengan kemungkinan pengaruh genetis (biasanya pada
gangguan somatisasi).
b. Faktor Psikososial
Penyebab gangguan melibatkan interpretasi gejala sebagai suatu tipe
komunikasi sosial, hasilnya adalah menghindari kewajiban, mengekspresikan
emosi atau untuk mensimbolisasikan suatu perasaan atau keyakinan (contoh:
nyeri pada usus seseorang).
3
2.3. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik
yang berulang disertai permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali
terbukti hasilnya negatif dan juga telah dijelaskan dokternya bahwa tidak ada
kelainan yang mendasari keluhannya.1,2
Beberapa orang biasanya mengeluhkan masalah dalam bernafas atau
menelan, atau ada yang menekan di dalam tenggorokan. Masalah-masalah seperti
ini dapat merefleksikan aktivitas yang berlebihan dari cabang simpatis sistem saraf
otonomik, yang dapat dihubungkan dengan kecemasan. Kadang kala, sejumlah
simptom muncul dalam bentuk yang lebih tidak biasa, seperti kelumpuhan pada
tangan atau kaki yang tidak konsisten dengan kerja sistem saraf. Dalam kasus-kasus
lain, juga dapat ditemukan manifestasi dimana seseorang berfokus pada keyakinan
bahwa mereka menderita penyakit yang serius, namun tidak ada bukti abnormalitas
fisik yang dapat ditemukan.1,4
Pada gangguan ini sering kali terlihat adanya perilaku mencari perhatian
(histrionik), terutama pada pasien yang kesal karena tidak berhasil membujuk
dokternya untuk menerima bahwa keluhannya memang penyakit fisik dan bahwa
perlu adanya pemeriksaan fisik yang lebih lanjut.3
Dalam kasus-kasus lain, orang berfokus pada keyakinan bahwa mereka
menderita penyakit serius, namun tidak ada bukti abnormalitas fisik yang dapat
ditemukan.1
Kardiopulmonal:
- Jantung saya terasa berdebar debar. Saya kira saya akan mati
4
Gastrointestinal:
- Saya pernah dirawat karena sakit maag dan kandung empedu dan belum ada
dokter yang dapat menyembuhkannya
Genitourinaria:
- Saya mengalami kesulitan dalam mengontrol BAK, sudah dilakukan
pemeriksaan namun tidak di temukan apa-apa
Musculoskeletal:
- Saya telah belajar untuk hidup dalam kelemahan dan kelelahan sepanjang waktu
Sensoris:
- Pandangan saya kabur seperti berkabut, tetapi dokter mengatakan kacamata tidak
akan membantu
5
2.4. Klasifikasi dan Diagnosis
F45 Gangguan Somatoform
DSM-IV, ada tujuh kelompok, lima sama dengan klasifikasi awal dari
PPDGJ ditambah dengan gangguan konversi, dan gangguan dismorfik tubuh. Pada
bagian psikiatri, gangguan yang sering ditemukan di klinik adalah gangguan
somatisasi dan hipokondriasis.
6
2.5. Pedoman Diagnostik Gangguan Somatoform3
Ciri utama gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang
berulang disertai dengan permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-
kali terbukti hasilnya negative dan kelainan yang menjadi dasar keluhan.
7
adanya peokupasi yg menetap kemungkinan deformitas atau perubahan
bentuk penampakan fisiknya ( tidak sampai waham);
b) Tidak mau menerima nasehat atau dukungan penjelasan dari bebearap
dokter bahwa tidak ditemukan penyakit atau abnormalitas fisik yg
melandasi keluhan.
8
F45.8 Gangguan Somatoform lainnya
Pedoman diagnostik
Pada gangguan ini keluhan-keluhannya tidak melalui sistem saraf otonom,
dan terbatas secara spesifik pada bagian tubuh atau sistem tertentu. Ini
sangat berbeda dengan gangguan Somatisasi (F45.0) dan Gangguan
Somatoform Tak Terinci (F45.1) yg menunjukkan keluhan yg banyak dan
berganti-ganti
Tidak ada kaitan dengan adanya kerusakan jaringan.
Gangguan berikut juga dimasukkan dalam kelompok ini:
a) globus hystericus (perasaan ada benjolan di kerongkongan yg
menyebabkan disfagia) dan bentuk disfagia lainnya.
b) Tortikolis psikogenik, dan gangguan gerakan spasmodik lainnya
(kecuali sindrom Tourette);
c) Pruritus psikogenik;
d) Dismenore psikogenik;
e) teet grinding
2.6. Tatalaksana
Tujuan pengobatan
1. Mencegah adopsi dari rasa sakit, invalidasi (tidak membenarkan
pemikiran/meyakinkan bahwa gejala hanya ada dalam pikiran tidak untuk
kehidupan nyata).
2. Meminimalisir biaya dan komplikasi dengan menghindari tes-tes
diagnosis, treatment, dan obat-obatan yang tidak perlu.
3. Melakukan kontrol farmakologis terhadap sindrom komorbid
(memperparah kondisi).
9
Strategi dan teknik psikoterapi dan psikososial
1. Pengobatan yang konsisten, ditangani oleh dokter yang sama
2. Buat jadwal regular dengan interval waktu kedatangan yang memadai
3. Memfokuskan terapi secara gradual dari gejala ke personal dan ke masalah
sosial.
10
2. Golongan Tetracyclic Compound
Maprotiline (Ludiomil)
Mianserin (Tolvon)
Amoxapine (asendin)
3. Golongan Mono-Amine-Oxydase Inhibitor (MAOI)- Reversible
Moclobemide (Aurorix)
4. Golongan Selective Serotonin Re-Uptake Inhibitor (SSRI)
Sertraline (Zoloft)
Paroxetine (Seroxat)
Fluvoxamine (Luvox)
Fluoxetine (Prozac, Nopres)
Citalopram (Cipram)
5. Golongan atypical Antidepresants
Trazodone (Trazone)
Mirtazapine (Remeron)
2.9. Prognosis
Dubia et malam. Pasien susah sembuh walau sudah mengikuti pedoman
pengobatan. Sering kali pada pasien wanita berakhir pada percobaan bunuh diri.
11
BAB 3
KESIMPULAN
2. Sebagai Dokter wajib mencegah adopsi dari rasa sakit, invalidasi (tidak
membenarkan pemikiran/meyakinkan bahwa gejala hanya ada dalam pikiran
tidak untuk kehidupan nyata).
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan, H.I., Saddock, B.J., dan Grebb J.A., 2010. Kaplan-Sadock Sinopsis
Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Jilid 2. Jakarta: Binanupa
Aksara
2. Mansjoer, A., dkk (editor), 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1.
Penerbit Media Aesculapicus : Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
3. Departemen Kesehatan R.I., 1995. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa di Indonesia III Cetakan Pertama. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI
4. Elvira, S. D., dkk (editor), 2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
5. Setio, M. (editor), 1994. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC
13