Bab 10 Beberapa Hal Spesifik Tentang Rekombinasi
Bab 10 Beberapa Hal Spesifik Tentang Rekombinasi
(TOPIK 8)
RESUME
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Genetika II
yang dibina oleh Bapak Prof. Dr. A. Duran Corebima, M.Pd
Oleh:
Kelompok 8 Hari Kamis, Offering B
Rekombinasi yang melibatkan dua tapak pada molekul DNA yang sama
akan berakibat terlepasnya segmen antara atau terjadinya inverse segmen anara
tersebut (Watson,1987). Sel memang kadang memanfaatkan inverse hasil
rekombinasi tersebut dalam rangka memilih anatar dua susunan DNA yang
memungkinkan dua protein atau perangkat protein untuk diekspresikan.
Mekanisme ini sering mengatur protein yang tampak pada bagian luar akhluk
hidup. Contohnya antara lain protein ekor dari Mu (mtator)f ag, yang diatur oleh
segmen gin yang tidak dapat dibalik,serta antigen flagel dari bakteri Salmonella.
Variasi fase Salmonella merupakan akibat dari ekspresi dua protein flagel yaitu
H1 dan H2, yang terjadi bergantian (Watson,1987). suatu sel mengekspresikan
salah satu protein flagel itu,tidak pernah kedua proten flagel itu diekspresikan
sekaligus.
Promotor untuk untuk gen H2 terletak pada suatu segmenDNA yang
dapat mengalami pembalikan di dekatnya seukuran 970 pasang nukleotida, dan
diikat oleh urutan berulang seukuran 14 pasang nukleotida dalam arah
berlawanan.Apabila segmen DNA yang engandung promoter itumengarah dalam
arah yang sama, maka letak promoter adalah di samping gen H2. Dalm kondisi
semacam ini gen H2 ditranskripsikan dan demikian pula suatu gen lain di
dekatnya yang mengkode suatu protein repressor dari gen pengkode proten flagel
H1 yang letaknya jauh. Kerja gen H1 dihalangi sedangkan kerja gen H2 justru
ditranskripsikan. Jika segmen tadi mengalami pembalikan, maka gen H2 tidak
ditranskripsikan lagi dan gen untuk pengkode protein untuk repressor
Kajian-kajian awal tentang pindah silang yang terjadi antara gen-gen yang
berbeda menunjukkan bahwa tampaknya peristiwa itu bersifat resiprok. Namun
demikian kemudian diketahui bahwa jika rekombinasi terjadi antara tapak-tapak
berdekatan pada gen yang sama, maka dapat ditemukan perkecualian.
Perkembangan lebih lanjut kemudian menunjukkan bahwa rekombinasi yang
tidak resiprok seriirg ditemukan. Rekombinasi tidak resiprok yang terjadi antara
dua tapak berdekatan dalam satu gen yang sama, dewasa ini lazim disebut sebagai
konversi gen atau gen conversion (Gardner, dkk., 1991). Dikatakan pula bahwa
tampaknya konversi gen tersebut merupakan akibat pemotongan DNA dan sintesis
perbaikan DNA yang terjadi pada daerah heterodupleks selama proses pemutusan
dan penyambungan. Fenomena konversi gen ini paling baik dikaji misalnya pada
khamir atau pada Neurospora (Watson, dkk., 1997; Gardner, dkk., l99l). Dalam
hal ini misalnva dilakukan persilangan antara dua mutan khamir Saccharomyces
cerevisiae (jarak tapak kedua mutan itu sangat dekat dalam satu gen yang sama).
Lebih lanjut jika askus-askus yang mengandung spora dianalisis, seringkali askus-
askus tersebut tidak mengandung rekornbinasi mutan ganda yang resiprok
sebagaimana yang diharapkan. Sebagai contoh dilakukan persilangan dengan
penauda mutan m1 dan m2. Jika persilangan tersebut adalah m1 m2+ >< m1+ m2,
maka askus-askus yang sering kali dijumpai adalah yang mengandung pasangan
spora: m1+ m2, m1+ m2+, serta m1 m2+ (Gardner, dkk., l99l). Dalam hal ini spora-
spora mutan ganda m1 m2 yang merupakan hasil rekombinasi resiprok tidak ada
dalam askus. Oleh karena itu rasio m2+ : rn2 = 3 : 1 dan.bukan 2 : 2 seperti yang
diharapkan. Kenyataan seperti tersebut merupakan akibat rekombinasi yang tidak
resiprok.
RESUME
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Genetika II
yang dibina oleh Bapak Prof. Dr. A. Duran Corebima, M.Pd
Oleh:
Kelompok 8 Hari Kamis, Offering B
Proses Transformasi
Tahap 1 : Molekul DNA unting ganda berikatan pada tapak reseptor yang terdapat
di permukaan sel
Tahap 2 : Pengambilan DNA donor yang bersifat irreversible.
Tahap 3 : Konversi molekul DNA donor yang berupa unting ganda menjadi
molekul tunggal melalui degradasi nukleotida
Tahap 4 : Integrasi seluruh atau sebagian unting tunggal DNA donor tersebut ke
dalam kromosom resipien.
Tahap 5 : Segregasi dan ekspresi fenotipik gen donor yang telah terintegrasi.
Ukuran minimum fragmen DNA donor pada transformasi tampaknya sekitar 500
pasang nukleotida; ada pula ukuran fragmen; mencapai 20.000 pasang nukleotida.
RESUME
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Genetika II
yang dibina oleh Bapak Prof. Dr. A. Duran Corebima, M.Pd
Oleh:
Kelompok 8 Hari Kamis, Offering B
Macam Transduksi
Fenomena transduksi ditemukan pada mekanisme konjugasi bakteri
Salmonella typhimurium. Ada dua macam (tipe) transduksi, yaitu:
1. Transduksi umum (generalized transduction)
Potongan acak DNA (kromosom) pada bakteri yang ditangkap oleh fag lalu
dipindahkan ke bakteri resipien ini tidak diintegrasikan pada tapak pelekatan
khusus kromosom inang (berada bebas dalam sitoplasma) sehingga transduksi
ini dapat diperantarai oleh jenis tertentu dari fag virulen dan fag virulen
sedang. Partikel fag yang terlibat pada transduksi umum diproduksi selama
siklus litik. Semua gen dapat ditransduksikan. Tahapan transduksi umum:
a. sel donor E. coli yang wild-type terinfeksi fag P1 (virulen sedang)
b. DNA sel inang terpotong selama siklus litik
c. perakitan fag turunan, terbentuk fag pentransduksi yang berasal dari
beberapa potongan kromosom dicakupkan ke dalam beberapa fag turunan
d. sel lisis sehingga terjadi pelepasan fag turunan pada lisat fag.
e. fag pentransduksi menginfeksi bakteri resipien yang bersifat auksotrofik
f. pindah silang ganda, terjadi pertukaran gen sel donor dan sel resipien
g. terbentuk transduktan stabil, semua turunan dari sel yang bergenotip sama
Transduktan abortif terbentuk dari sel yang berasal dari fragmen
pentransduksi yang tidak terintegrasi sehingga, secara parsial, sel bersifat
diploid dan dapat digunakan untuk uji komplementasi, pengungkapan jarak
gen taksiran.
2. Transduksi khusus (specialized transduction) atau transduksi terbatas
(restricted transduction)
Transduksi khusus diperantarai oleh fag bersifat virulen sedang yang hanya
mentransduksi fragmen tertentu dari kromosom bakteri. Contoh: fag
menginfeksi E. coli. Kromosom fag dapat berintegrasi pada satu atau
beberapa tapak pelekatan khusus dari kromosom bakteri. Kromosom fag pada
fag virulen sedang mempunyai sifat mirip episom, yaitu dapat bereplikasi
secara otonom dan replikasi saat terintegrasi dengan kromosom inang. Pada
saat profag (bersifat lisogenik), gen litik mengalami repressi dimana gen litik
ikut terlibat pada reproduksi virus maupun proses lisis sel inang. Mekanisme
represi mirip operon pada bakteri.