Anda di halaman 1dari 10

Home

MANAGEMENT &
MARKETING POINT OF
VIEW
Kami membahas hal-hal menarik diseputar dunia manajemen dan dan marketing
dengan ringan disertai beberapa contoh kasus di sejumlah industri seperti perbankan,
tekstil, dunia pendidikan dan lain-lain

Management
Products
Marketing
Bisnis
Motivasi

MENGHITUNG RISIKO SUKU BUNGA (REPRICING


MODEL)

Kita telah mengetahui bahwa, Bank sebagai LKI (lembaga keuangan intermediasi) antara lain
mempunyai fungsi yang disebut sebagai transformasi assets, yaitu membeli primary
securitiesberupa surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan atau pemerintah seperti
obligasi (bonds), saham (equities) dan surat-surat hutang lainnya (notes) atau jenis-jenis assets
yang lain. Untuk membiayai kegiatan pembelian surat berharga tersebut, bank mengeluarkan apa
yang disebut sebagai secondary securities seperti deposito, tabungan serta produk-produk lain,
yang tidak lain sebagai hutang kepada pihak ketiga.
Dilihat dari karakteristik lembaga transformer, neraca LKI pada umumnya menunjukkan
jangka waktu assets yang berupa surat-surat berharga serta pinjaman lebih panjang dari jangka
waktu liabilitasnya yang berupa deposito, tabungan serta rekening giro. Situasi demikian itu
disebut sebagai mismatch the maturities antara asset dan liabilitasnya dan itu berarti terciptanya
risiko suku bunga, yaitu kerugian dapat terjadi apabila suku bunga berubah.
Suku bunga ada yang tetap (fixed rate) dan ada yang mengambang (variable rate). Suku
bunga mengambang artinya tingkat bunganya akan di tentukan kembali secara periodik, misalnya
kredit dengan jangka waktu dua tahun dan bunganya akan ditinjau setiap 3 bulan artinya meskipun
kredit belum jatuh tempo namun kalau bunga pasar cenderung menurun, maka bunga kredit dapat
diturunkan pada periode tiga bulanan. Dalam hal deposito satu tahun berbunga 5% maka selama
jangka waktu tersebut bunganya tidak akan berubah meskipun bunga pasar berubah. Pada saat
jatuh tempo (due) tingkat bunganya akan ditinjau kembali bila deposito diperpanjang, naik turun
atau tetap tergantung pada situasi saat duetersebut. Selama satu tahun periode deposito tersebut
bunganya tidak berubah (fixed) yaitu 5%, namun kalau ditinjau dalam kurun waktu 2 tahun maka
bunganya akan menjadi mengambang atau variable. Ini mengandung pengertian bahwa,
pembedaan antara fixed dan variable rate menjadi tidak berarti tanpa adanya ketentuan jangka
waktunya secara jelas. (Bessis, p.152).

Ada beberapa system yang dapat dipakai untuk mengukur pengaruh perubahan suku bunga
terhadap pendapatan serta nilai ekonomisnya dalam suatu gap antara assets dan liabilitas sebuah
LKI. Salah satu system yang dipergunakan adalah Repricing Model.

REPRICING MODEL

Repricing Model atau juga sering disebut sebagai funding gap merupakan suatu analisa
pendapatan serta biaya dana (pendapatan bunga neto) dalam satu periode tertentu dengan
menggunakan data historis atau nilai buku. Ada beberapa pengertian yang perlu difahami untuk
mempermudah pemahamannya, yaitu:

o Interest rate gap merupakan ukuran standar eksposur neraca terhadap risiko suku bunga. Ada dua
type gap yaitu:
Interest variable rate gap dalam satu kurun waktu, adalah perbedaan antara seluruh interest
sensitive assets dan interest sensitive liabilities dalam neraca. Suku bunga ditentukan ulang dalam
periode tersebut; disini ada banyak interest rate gap sesuai dengan banyaknya suku bunga yang
berlaku.
Sedangkan interest fixed rate gap adalah perbedaan antara nilai seluruh assets dan liabilities dalam
neraca dimana suku bunganya tetap selama periode yang berlaku; disini hanya ada satu fixed rate
gap. (Bessis, p.164,165)
o Rate Sensitivity adalah sensitivitas atau kepekaan terhadap perubahan suku bunga.
o Rate Sensitivity Asset (RSA) atau Rate Sensitivity Liability (RSL) adalah kepekaan asset atau
liabilitas dalam satu kelompok (bucket) yang ditentukan terhadap perubahan suku bunga. Assets
dan liabilitas tersebut dinilai ulang (repriced or changed) sesuai atau mendekati bunga pasar untuk
suatu kurun waktu tertentu dimasa depan.

Pada umumnya kelompok atau bucket yang dipakai bank-bank komersial untuk penentuan
penghitungan repricing gaps-nya adalah:

1. maturities satu hari,


2. lebih dari satu hari sampai dengan 3 bulan,
3. lebih dari 3 bulan sampai dengan 6 bulan,
4. lebih dari 6 bulan sampai dengan 1 tahun,
5. lebih dari 1 tahun sampai dengan 5 tahun serta
6. di atas 5 tahun.

Dalam setiap kelompok di perbandingkan pengaruh perubahan suku bunga pada assets dan
liabilitasnya, misalnya pada kelompok 2 yaitu lebih dari satu hari sampai dengan yang berjangka
waktu 3 bulan, ada asset dan liabilitas apa saja dan semua dilakukan penerapan suku bunga yang
berlaku di pasar. Setelah di rekapitulasikan, maka dihitung berapa bunga yang di terima dari
pengembangan assetsnya dan berapa bunga yang harus di bayarkan sebagai biaya dana. Dari
perhitungan tersebut akan terlihat apakah pendapatan bunga neto (net interest
income) meningkat, menurun atau tetap.

Pendekatan menggunakan repricing gap akan memudahkan penerapannya. Bank


menghitung gap untuk setiap maturity bucket dengan cara menghitung rate sensitivitymasing-
masing asset (RSA) dan masing-masing liability (RSL) dari neracanya. Mari kita lihat
contoh repricing gap sebagai berikut:

Tabel A (milyar Rp)


Bucket Assets Liabilities Gap Cummulative Gap

1) 1-hari 30 40 -10 -10


2) >1 hari 3 bulan 40 50 -10 -20
3) >3 bulan 6 bulan 70 85 -15 -35
4) >6 bulan -12 bulan 90 70 +20 -15
5) >1 tahun-5 tahun 40 30 +10 - 5
6) >5 tahun 10 5 + 5 0

- Apabila perubahan suku bunga terjadi pada instrumen yang berjangka waktu antara 3 bulan 6
bulan, maka yang akan terkena dampaknya adalah bucket 3), di sini terlihat Asset = Rp70 milyar,
Liabilitas =Rp 85 milyar dan negative gap Rp15 milyar. Dengan kenaikan suku bunga (i),
menyebabkan kenaikan cost > kenaikan revenue dan ini merupakanrefinancing risk, yaitu risiko
akibat kenaikan biaya saat dilakukan penyesuaian suku bunga pasar lebih besar dibandingkan
kenaikan pendapatannya.

Seandainya suku bunga naik 1%, maka


NII(3) = (- Rp15 milyar) .01 = - Rp150,000,000.-. Ini artinya kenaikan suku bunga 1% akan
memengaruhi pendapatan neto (rugi sebesar Rp150 juta) pada kelompok 3), sedangkan kelompok
lainnya tidak terpengaruh.

- Situasi seperti ini (RSA < RSL) dapat dikatakan bahwa LKI tersebut memiliki more rate sensitive
liabilities than assets in this bucket. Sebaliknya bila
(RSA > RSL), LKI memiliki more rate sensitive assets than liabilities in that particular bucket dan akan
menimbulkan reinvestment risk yaitu penurunan suku bunga akan menyebabkan penurunan
pendapatan lebih besar dibandingkan penurunan biaya dananya sehingga NII menurun.

Secara umum dapat dirumuskan menjadi:

Bila:
NIIi = perubahan net interest income di dalam ith bucket
GAPi = besarnya gap dalam Rp antara nilai buku dari RSAs dan RSLs in maturity bucketi
Ri = perubahan suku bunga yang memengaruhi Assets & Liabilities di dalam ithbucket,
maka:

NIIi = (GAPi) Ri = (RSAi RSLi) Ri

(RSA>RSL) a positive gap, maka LKI dalam kondisi reinvestment risk dan rentan terhadap penurunan
suku bunga.
(RSA<RSL) a negative gap, maka LKI dalam kondisi refinancing risk dan rentan terhadap kenaikan
suku bunga.
Dalam situasi suku bunga cenderung menurun usahakan RSA<RSL, sedangkan bila kecenderungan
suku bunga meningkat, usahakan RSA>RSL.

Apabila kita menghadapi perubahan suku bunga yang menyangkut lebih dari satu bucket,
digunakan estimasi komulatif gap (CGAP). Umumnya komulatif gap menyangkut suku bunga
dalam kurun waktu 1 tahun. Dalam Tabel A di atas kita lihat pengaruh perubahan suku bunga
terhadap NII menggunakan CGAP sebagai berikut:

NII(i) = (CGAP)Ri
= (- Rp10) + (-Rp10) + (- Rp15) + (+Rp20) = - Rp15 milyar
= (- Rp15 milyar)(0.01) = - Rp150 juta.

Sekarang marilah kita menerapkan RSA dan RSL pada neraca (proforma) berikut:

Tabel B (milyar Rp)


Asset Liabilities
1. S-T kredit konsumsi (< th) 60 1. Modal Equitas (fixed) 30
2. L-T kredit konsumsi (2-th maturity) 25 2. Giro (Demand deposit) 40
3. Tiga bulan T Bills 40 3. Tabungan (Passbook savings) 40
4. Enam bulan T Notes 35 4. Deposito Tiga bulan (CD) 40
5. Tiga tahun T Bonds 70 5. Tiga bulan bankers accept. 20
6. 10-tahun fixed-rate mortgages 50 6. Enam bulan comm.papers 60
7. 30-tahun, floating rate mortgages 7. Satu tahun time deposits 20
(bunga ditinjau setiap 9 bulan) 40 8. Dua tahun time deposits 70
--------- --------
320 320

Dari proforma neraca tersebut diatas: pada 1-tahun RSAs bucket dapat dilihat:
- Short-term kredit konsumsi:Rp60, repriced dilakukan pada akhir tahun.
- Tiga bulan T-bills: Rp 40, repriced pada saat maturity, yaitu setiap3 bulan.
- Enam bulan T-notes: Rp 35, repriced pada saat maturity setiap 6 bulan.
- 30-tahun floating-rate mortgages: Rp 40, repriced (rate reset) setiap 9 bulan.
o Jumlah keempat items tersebut merupakan total satu tahun rate-sensitive assets(RSAs) sebesar Rp
(60+40+35+40) = Rp175 milyar.
o Sisa assets sebesar Rp (320-175) = Rp 145 tidak sensitive untuk repricing horizon satu tahun ----
artinya, perubahan dalam tingkat suku bunga tidak akan memberikan pengaruh terhadap jumlah
penerimaan bunga dari pengembangan asset over the next year.

RSLs:
Cara perhitungan serta apa pengaruhnya terhadap satu bucket tertentu dalam RSLs sama dengan
yang dilakukan pada RSAs.
- 1-tahun RSLs bucketed: dari empat items satu tahun RSLs menghasilkan Rp ( Deposito 3 bl
40+banker acceptance 3 bl 20+commercial paper 6 bl 60+time deposits 1 th 20) = Rp140 milyar.
- Sisanya sebesar Rp (320-140) = Rp180 milyar tidak sensitif terhadap perubahan suku bunga untuk
periode satu tahun.
- Equitas sebesar Rp 20 serta demand deposit (giro) sebesar Rp 40 dan tabungan di klasifikasikan
sebagai non-interest-paying karena tidak diberikan bunga atau diberikan bunga relative kecil dan
tidak terpengaruh bunga pasar.

Dari keempat repriced liabilities Rp (40+40+20+60) = Rp140 milyar dan keempat repriced
assets Rp(60+40+35+40)=Rp175 milyar, akan menghasilkan cumulative one-year repricing gap
(CGAP) sebagai berikut:

CGAP =
One-year rate-sensitive assets one-year rate-sensitive liabilities

= RSAs RSLs

= Rp175 m - Rp140 m = Rp35 milyar.

Gap ratio:
Adalah perbandingan antara CGAP dengan total assets:

CGAP
Total Assets

Rp 35 milyar
= ------------------- = 0.109 atau
10.9%
Rp 320 milyar
Repricing gap berguna untuk mengetahui arah dari dampak perubahan suku bunga terhadap Net
Interest Income, yaitu melalui indikator-indikator sebagai berikut:
1. Arah dari interest rate exposure,yaitu positif atau negatif CGAP
2. Besar kecilnya gap ratio untuk contoh kita one-year-and-less buckets as a percentage of total
assets: bank mempunyai 10,9% RSAs lebih besar dari RSLs terhadap Total Asset.

Ada dua kemungkinan situasi perubahan suku bunga:

A. Perubahan suku bunga terhadap Assets (RSAs) sama besarnya dengan pada
Liabilities (RSLs)

1. Bila CGAP (gap ratio) positif, net interest income (NII) akan meningkat kalau suku bunga naik,
karena kenaikan interest income > kenaikan interest expense.
2. Bila CGAP negatif, NII akan turun kalau i naik.
3. Semakin besar nilai CGAP, maka semakin besar pula kemungkinan untuk perubahan NII (yaitu,
semakin besar kenaikan atau penurunan dalam NII sebagai akibat interest revenue relative
terhadap interest expense). (Jadi semakin besar CGAP ratio semakin besar pula perubahan NII).

Kesimpulan: 1. Dalam situasi suku bunga naik, usahakan CGAP positif


2. Dalam situasi suku bunga turun, usahakan CGAP negatif.

o Hubungan antara perubahan suku bunga dengan perubahan NII tersebut dinamakan CGAP effect.

o Dari Tabel B di atas: Bila bunga naik 1% terhadap RSAs dan RSLs, maka perubahan NII akan menjadi:

NII = CGAP R
= Rp(175 milyar-Rp140 milyar = Rp 35 milyar) 0,01
= Rp 350,000,000.-
Karena CGAP positif, perubahan bunga dan NII menunjukkan arah yang sama.
Sebaliknya, bila CGAP negatif, perubahan bunga dan NII menunjukkan arah yang berlawanan (NII is
negatively related to the change in interest rates).

B. Perubahan suku bunga dalam RSAs berbeda dengan pada RSLs


o Dalam praktek sehari-hari, lebih sering terjadi bahwa perubahan suku bunga RSAs berbeda dengan
perubahan suku bunga RSLs.
o Disamping CGAP effect, disini pengaruh perubahan suku bunga terhadap NII di sebut
sebagai spread effect.
Spread adalah perbedaan antara suku bunga RSAs dan RSLs
Spread effect adalah pengaruh perubahan dalam spread antara suku bunga RSAs dan RSLs terhadap
NII.

NII = (RSA RRSA ) (RSL RRSL )

Bila i naik 1.2% pada RSAs dan 1% pada RSLs (spread = 0.2%) maka
dari Tabel B akan terlihat sebagai berikut:

NII = (Rp175 x 1.2%) (Rp140 x 1%) = Rp2,1 milyar Rp1,4 milyar = Rp 0,7 milyar atau Rp700 juta.

Kalau menggunakan CGAP, maka perubahan suku bunganya memakai spread:


NII = Rp35 milyar x 0,2% = Rp700 juta (spread effect).

o Bila spread semakin besar dan kenaikan suku bunga akan menyebabkan tambahan
pendapatan > tambahan pengeluaran (i revenue increases > i expens
increases) makaakan meningkatkan NII (NII >>>)
o Bila spread semakin kecil dan kenaikan suku bunga akan menyebabkan tambahan
pendapatan < tambahan pengeluaran (i revenue increases < i expense increases), maka
akan menurunkan NII.

Secara umum dapat dikatakan bahwa, the spread effect adalah pengaruh, tanpa memperhatikan
arah dari pergerakan suku bunga, akan menimbulkan korelasi positif antara perubahan spread dan
perubahan NII.

Bilamana spread meningkat, maka NII meningkat.


Bilamana spread menurun, maka NII menurun.
Bila CGAP effect dan spread effect berlawanan arah, maka perubahan NII tidak dapat diprediksi tanpa
mengetahui besarnya CGAP dan perkiraan perubahan spread-nya.
Bank-bank Umum (Commercial banks) terutama yang masih berskala kecil, sangat
memperhatikan eksposur suku bunga, sehingga berusaha memperkecil gap antara RSAs dan RSLs.

Drs.Koeswardojo Soemonagoro MM,MBA


Dosen di Indonesia Banking School Jakarta
Mantan Direktur Bank Bumi Daya.`

Artikel Terkait:
k Koes %3ABUNGA RAMPAI MANAJEMEN RISIKO

MENGHITUNG RISIKO SUKU BUNGA (REPRICING MODEL)


PERDAGANGAN OBLIGASI
URGENSI PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO (bag 2 / 2)
URGENSI PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO (bag 1 / 2)
SIAPA KORBAN RISIKO

0 comments:

Post a Comment

Newer PostOlder PostHome


Terpopuler
MENGHITUNG RISIKO SUKU BUNGA (REPRICING MODEL)
MENGHITUNG RISIKO SUKU BUNGA (MATURITY MODEL)
URGENSI PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO (bag 2 / 2)
PERDAGANGAN OBLIGASI
URGENSI PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO (bag 1 / 2)
PELUANG EMAS ITU BERNAMA KOMPLAIN (bag 1/2)
Improve Your Services Service is the name of the game !
Redesign be creative, be innovative
SIAPA KORBAN RISIKO
PELUANG EMAS ITU BERNAMA KOMPLAIN (Bag 2/2)

Kategori
Bro Arief : Manajemen Perubahan (6)
Pak Koes :BUNGA RAMPAI MANAJEMEN RISIKO (5)

Follow These Interesting Sites


Buku Catatan Ummu Astari
Lebih Jauh Tentang Arief W
Kata Hati - Rasa Hati

Copyright 2013 Management & Marketing Point of View | Design by Blogger Design3

Anda mungkin juga menyukai