Anda di halaman 1dari 8

PRAKTIKUM III

PENETAPAN KADAR Na2CO3 (SODA ABU)

TITRASI ASIDIMETRI

Hari / Tanggal : Kamis, 21 maret 2013

Nama : Nurul Hikmatil Hasanah

Nim : P07134012 035

I. TUJUAN
Mahasiswa dan mahasiswi mampu melakukan penetapan kadar Na2CO3 (Soda Abu)
dengan metode titrasi asidimetri.

II. LANDASAN TEORI

Soda abu adalah zat padat ringan yang cukup larut dalam air dan biasanya
mengandung 99,3 % Na2CO3. Soda abu memiliki kelarutan dalam air kira-kira 30%
berat larutan. Soda abu dalam industri kimia dikenal dengan istilah soda ash. Soda
abu berbentuk bubuk, dan berwarna putih. Soda abu biasanya digunakan pada
pembuatan sabun. Kadar soda abu yang digunakan pada pembuatan sabun tidak
bole terlalu banyak, karena dapat menimbulkan rasa panas di tangan saat sabun
colek digunakan. penggunaan soda abu yang dianjurkan dalam formula pembuatan
sabun colek adalah sekitar 7 % dari komposisi total bahan sabun colek. Selain pada
industri pembuatan sabun, soda abu juga banyak digunakan pada industri gula,
industri obat, industri kertas, industri tekstil, industri metalurgi, industri keramik,
industri bahan makanan, dll
Berikut sifat Fisis dan Kimia Sodium Karbonat (Na2CO3)
Berat molekul : 106 g/mol
Bentuk : Kristal
Warna : Putih
Titik lebur, 0oC : 7,1 g/100 g H2O
Densitas, 20oC : 2,533 g/ml
Kapasitas panas, 85oC : 26,41 cal/gmoloC

Percobaan penentuan kadar soda abu menggunakan metode titrasi asidimetri.


Yang dimaksud dengan titrasi adalah penambahan titran ke dalam analit didasarkan
pada proses pengukuran volume titran dan Titrasi asidimetri adalah salah satu teknik

PK Soda Abu (Na2CO3) 1


titrasi yang yang menggunakan asam sebagai titran untuk penentuan kadar basa dari
suatu contoh dengan menggunakan larutan baku standar dan dengan indikator pH
yang sesuai. Yang dimaksud dengan larutan standar adalah larutan yang
mengandung reagensia dengan bobot yang diketahui dalam suatu volume tertentu
dalam suatu larutan. Asam yang sering dipakai dalam analisis asidimetri adalah HCl.
Namun sebelum pemakaian, asam ini harus distandardisasi dengan larutan baku
primer karena larutan ini mudah menguap dan mudah bereaksi dengan senyawa lain
di udara. Larutan baku primer yang sering digunakan untuk standardisasi HCl adalah
larutan boraks.

Pada penentuan kadar soda abu (Na2CO3), soda abu tidak dapat dititrasi
langsung dengan HCl, tetapi soda abu harus diencerkan terlebih dahulu. Dalam hal
ini indikator yang digunakan adalah indikator PH, indikator yang dapat berubah
warnanya pada range pH tertentu. Dan indikator yang digunakan adalah indikator
Metyl Orange (MO). indikator yang juga digunakan pada Titrasi Standarisasi HCl.
Penggunaan indikator MO dikarenakan trayek pH indikator MO mencakup pH titik
ekivalen antara asam kuat dengan basa lemah. Jadi ketika indikator tepat berubah
warna atau titik akhir titrasi telah tercapai, ini berarti jumlah titrat telah ekivalen
dengan jumlah titran. Maka pada saat itu titrasi dihentikan.

III. PRINSIP KERJA DAN REAKSI


a. Prinsip kerja
Sampel (Na2CO3) direaksikan dengan larutan HCl yang telah distandarisasi
dengan Natrium Tetra Borat dengan menggunakan indikator Metyl Orange
(MO) sehingga terjadi perubahan warna dari kuning menjadi jingga (kuning
kemerahan).
b. Reaksi
HCl + Na2CO3 NaCl + H2O + CO2

IV. ALAT DAN REAGENSIA


a. Alat
Neraca analitik
Buret dan stand
Cawan petri
Labu ukur 250 ml
Corong
Botol semprot

PK Soda Abu (Na2CO3) 2


Erlenmeyer 250 ml
Gelas ukur
Pipet ukur
Pipet volume
Filler
Beaker glas

b. Reagensia
Asam Klorida (HCl) pekat
Natrium tetra borat ( Na2B4O7 . 10 H2O )
Na2CO3 . 0H2O (Detergent Bubuk)
Indikator MO (Metyl Orange)
Aquadest
Tissue

V. CARA KERJA
a. Pembuatan larutan Asam Klorida (HCl) 0,1 N
Di dalam lemari asam diambil kurang lebih 10 ml HCl pekat P.A
Dimasukkan kedalam beaker gelas 1 liter yang telah diisi aquadest 500ml
Diaduk hingga homogen dan dipindahkan kedalam gelas ukur volume 1
liter
Ditambahkan aquadest sampai tanda batas 1 liter

b. Pembuatan larutan Natrium Tetra Borat (Na2B4O7 . 10 H2O ) 0,1 N


Ditimbang secara seksama 4,7 gram boraks
Dimasukkan kedalam labu ukur volume 250,0 ml
Ditambahkan aquadest sampai larut
Diencerkan dengan aquadest sampai tanda batas volume

c. Standarisasi larutan Asam Klorida (HCl) dengan Natrium Tetra Borat


(Na2B4O7 . 10 H2O)
Diisi buret dengan HCl 0,1 N
Dipipet 10,0 ml Natrium Tetra Borat
Dimasukkan kedalam labu erlenmeyer volume 250 ml
Ditambahkan lebih kurang 25 ml aquadest
Ditambahkan 3-5 tetes indikator MO (Metyl Orange)

PK Soda Abu (Na2CO3) 3


Dittitrasi dengan larutan HCl 0,1 N sampai larutan berubah menjadi
jingga (kuning kemerahan)
Dihitung normalitas larutan HCl tersebut

d. Penetapan kadar larutan Na2CO3 (Soda Abu)


Ditimbang secara seksama 3,5472 gram soda abu (Na2CO3) pekat
dengan cawan petri
Dilarutkan dengan aquadest ke dalam labu ukur volume 250,0 ml
Dipipet 25,0 ml larutan tersebut dan dimasukkan ke dalam labu
erlenmeyer
Ditambahkan 3-5 tetes indikator Metyl Orange
Dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N sampai laruta menjadi jingga
Dihitung kadar ammoniak tersebut

VI. RUMUS PERHITUNGAN


o Normalitas HCl (NHCl)

o Kadar ( % ) Na2CO3 ( )

Keterangan

o N1 = Normalitas Baku Primer


o N2 = Normalitas Baku sekunder
o V1 = Volume Baku Primer
o Vt = Volume titrasi pada stabdarisasi (volume baku sekunder)
o Vt = Volume titrasi pada Penetapan kadar
o NHCl = Normalitas HCl yang sebenarnya
o BE = Berat ekivalen Na2CO3
o V1 = Volume ammoniak yang dibuat (ml)
o V2 = Volume ammoniak yang dipipet (ml)
o W = Massa ammoniak yang ditimbang (mg)

VII. DATA PERCOBAAN


a. Data Penimbangan
Hasil penimbangan sampel Soda Abu (Detergent bubuk) yang diperoleh
adalah 3,5472 gram

PK Soda Abu (Na2CO3) 4


b. Data Titrasi Standarisasi
No. Volume Baku Primer (ml) Volume Buret (ml) Volume Titrant (ml)
1. 10,0 0,00 11,70 11,70
2. 10,0 11,70 22,50 10,80
3. 10,0 22,50 33,30 10,80

c. Data Penetapan Kadar


No. Volume Sampel (ml) Volume Buret (ml) Volume Titrant (ml)
1. 25,0 0,00 18,30 18,30
2. 25,0 18,30 36,00 17,70
3. 25,0 0,00 17,80 17,80

VIII. PERHITUNGAN
Standarisasi HCl
Normalitas HCl yang sebenarnya berdasarkan data titrasi standarisasi diatas
1. N2 =

=
2. N2 =

=
3. N2 =

Sehingga, Normalitas rata-rata larutan HCl yang sebenarnya adalah

Nrata2

Penetapan Kadar Na2CO3


kadar Na2CO3 berdasarkan data penetapan kadar diatas adalah

1. % Na2CO3 ( )

2. % Na2CO3 ( )

PK Soda Abu (Na2CO3) 5


3. % Na2CO3 ( )

Sehingga, kadar rata-rata soda abu (Na2CO3) adalah

% Na2CO3 rata2

IX. PERSYARATAN
Kadar soda abu (Na2CO3) % = 30 %

X. HASIL DAN KESIMPULAN


Dari percobaan penetapan kadar soda abu (Na2CO3) dengan metode titrasi
asidimetri didapatkan normalitas HCl yang sebenarnya adalah 0,0902 dan kadar
soda abu (Na2CO3) adalah 24,16 %

Dapat di simpulkan bahwa kadar soda abu (Na2CO3) adalah 24,16 % dan kadar ini
tidak sesuai dengan persyaratan yang menyatakan kadar soda abu (Na2CO3) 30 %.
Kadar soda abu (Na2CO3) kurang dari kadar yang disyaratkan, 24,16 %< 30%.

XI. PEMBAHASAN
Percobaan titrasi kali ini adalah penetapan kadar soda abu pada detergent
(Rinso) dengan mengunakan asam kuat HCl sebagai titran. Namun sebelum
melakukan penetapn kadar, HCl terlebih dahulu harus dibakukan (distandarisasi)
dengan melakukan titrasi dengan boraks (Na2B4O7) dan indikator metil orange (MO)
3-5 tetes sebagai indikator visualnya. Yang dimana pada titik ahir titrasi terjadi
perubahan warna laruta dari yang berwarna kuning menjadi jingga (kuning
kemerahan). Ditemukan normalitas NaOH sebanyak 0,0902 N.

Indicator yang digunakan pada percobaan penetapan kadar ini adalah indikator
Metil Orange (MO) sebagai indikator visual yang akan menandakan terjadinya reaksi
sempurna atau tercapainya titik akhir titrasi, yaitu dengan terjadinya perubahan
warna larutan yang semula kuning menjadi jingga (kuning kemerahan).

PK Soda Abu (Na2CO3) 6


Percobaan penetapan kadar ini menggunakan metode titrasi asidimetri, yaitu
titrasi dengan menggunakan larutan baku yang bersifat asam dalam penetapan
kadar suatu zat yang bersifat basa. Larutan baku asam yang digunakan adalah HCl.
Setelah standarisasi HCl selesai, maka dilanjutkan dengan penetapan kadar
Na2CO3. Soda abu (Na2CO3) dititrasi dengan HCl dan kemudian ditetesi indikator
Metyl Orange (MO), larutan mula-mula tak berwarna, setelah diberi indikator Metyl
orange (MO) warna larutan berubah menjadi kuning (orange) dan pada titik akhir
titrasi terjadi perubahan warna larutan menjai jingga. Hal itu dikarenakan
penambahan [H+], menyebabkan [OH-] berkurang dan keseimbangan bergeser ke
kanan, perubahan HIn menjadi In-. Sehingga warna larutan berubah menjadi jingga.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

HCl + Na2CO3 NaCl + H2O + CO2

Percobaaan ini dilakukan secara triplo (tiga kali pengerjaan). Pada titrasi
pertama di dapatkan volume titrant 18,30 ml, pada titrasi kedua didapatkan 17,70 ml
dan pada titrasi ke tiga diperoleh 17,80 ml. Sehingga diperoleh kadar dari Na2CO3
sebanyak 24,16 %.
Kadar yang diperoleh tersebut tidak sesuai dengan persyaratan yang
menyatakan kadar Na2CO3 adalah 30 %, 24,16 % 30 % . Hal ini dapat terjadi
karena beberapa hal berikut.
Kebersihan alat-alat yang digunakan. Alat yang digunakan harus bersih dan
kering agar tidak terjadi kontaminasi dengan zat-zat sisa yang tertinggal pada
alat-alat yang digunakan.
Normalitas dari HCl yang diperoleh pada standarisasi kurang akurat.
Kelebihan titran sehingga volume titik akhir melebihi yang seharusnya.
Kesalahan dalam penentuan titik akhir titrasi (TAT).

XII. CATATAN DAN DOKUMENTASI


a. Catatan
Dalam melakukan titrasi, harus sangat diperhatikan TAT dari titrasi yang
dilakukan untuk mengurangi terjadinya kesalahan titrasi
Perubahan warna yang terjadi pada saat TAT harus benar-benar
diketahui

PK Soda Abu (Na2CO3) 7


b. Dokumentasi
1. Titrasi Standarisasi

Sebelum Titrasi (kuning) Setelah titrasi (jingga)

2. Titrasi Penetapan Kadar

Sebelum Titrasi (kuning) Setelah titrasi (jingga)

PK Soda Abu (Na2CO3) 8

Anda mungkin juga menyukai