Anda di halaman 1dari 5

PENGERTIAN SILATURAHIM

2 Januari 2010 pukul 5:30

Shilah artinya Hubungan atau menghubungkan sedangkan ar-Rahm berasal dari Rahima-
Yarhamu-Rahmun/ Rahmatan yang berarti lembut dan kasih sayang. Taraahamal-Qaumu
artinya kaum itu saling berkasih sayang. Taraahama 'Alayhi berarti mendo'akan seseorang
agar mendapat rahmat. Sehingga dengan pengertian ini seseorang dikatakan telah menjalin
silaturrahmi apabila ia telah menjalin hubungan kasih sayang dalam kebaikan bukan dalam
dosa dan kema'siatan.

Selain itu kata ar-Rahm atau ar-Rahim juga mempunyai arti peranakan (rahim) atau
kekerabatan yang masih ada pertalian darah (persaudaraan). Inilah keunikan Bahasa Arab,
Satu kata saja sudah dapat menjelaskan definisinya sendiri tanpa bantuan kata-kata lain.
Dengan demikian Shilaturrahmi atau Shilaturrahim secara bahasa adalah menjalin hubungan
kasih sayang dengan saudara dan kerabat yang masih ada hubungan darah (senasab).
Seseorang tidak dapat dikatakan menjalin hubungan silaturrahmi bila ia berkasih sayang
dengan orang lain sementara saudara dan kerabatnya dia jadikan musuh. Islam dalam hal ini
mengajarkan kepada kita tentang skala prioritas, yaitu dahulukanlah keluarga dan kaum
kerabatmu baru kemudian orang lain. Hubungan baik dengan orang lain jangan sampai
merusak hubungan kekeluargaan. Hubungan kasih sayang dengan istri jangan sampai
merusak hubungan kita dengan orang tua dan saudara.

Peliharalah Tali Silaturrahmi, maksudnya peliharalah hubungan kekeluargaan kamu. Jangan


sampai kamu lupa dengan nasab kamu, orang tua kamu, saudara-saudara kamu dan kerabat-
kerabat kamu. Setelah itu baru peliharalah hubungan kasih sayang dengan orang-orang
mu`min sebagaimana dengan saudara sendiri.

Anjuran menjalin Silaturrahmi adalah anjuran untuk tidak melupakan nasab dan hubungan
kekerabatan. Satu-satunya bangsa yang paling hebat dalam menjalankan silaturrahmi adalah
bangsa Arab. Mengapa? Karena mereka tidak lupa nenek moyang mereka. Makanya mereka
selalu mengaitkan nama mereka dengan bapak, dan kakek-kakek mereka ke atas. Oleh karena
itu dalam nama mereka pasti ada istilah bin atau Ibnu yang artinya anak.

Nabi kita Muhammad Saw mengetahui nasabnya sampai beberapa generasi sebelumnya.
Nasab beliau adalah Muhammad bin 'Abdullah bin 'Abdul-Muthalib bin Hasyim bin Abdul-
Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik
bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin
Ma'ad bin Adnan.

Bukan hanya Nabi yang seperti itu, hampir seluruh orang-orang Arab mengetahui nasabnya
masing-masing sampai beberapa generasi sebelumnya. Hubungan kekeluargaan dan
persaudaraan diantara mereka sangat kuat. Allah menjadikan mereka sebagai contoh untuk
diteladani. Lalu bagaimana dengan bangsa-bangsa lain dan bangsa kita yang kebanyakan
mengetahui hanya sampai kakek dan buyut. Akibat pengetahuan nasab yang terbatas ini maka
efeknya sangat memprihatinkan.

Diantaranya tidak mengetahui saudaranya yang jauh, menganggap bahwa dirinya tidak punya
saudara, tidak mendapat bantuan dan pertolongan bila dirinya mengalami kesengsaraan, tidak
punya tempat untuk mengadu dan meminta pertolongan kecuali orang lain. Akhirnya ujung-
ujungnya timbullah kemiskinan, anak gelandangan, dan lain sebagainya. Padahal seandainya
mereka mengetahui nasab mereka siapa tahu bahwa direktur perusahaan disamping gubuknya
adalah saudaranya dari buyut kakeknya.

Inilah salah satu hikmah perintah bersilaturrahmi. Bersilaturrahmi atau menjalin hubungan
kasih sayang yang kuat diantara saudara dan keluarga pihak kakek dan nenek ke atas. Kalau
bisa kita menghafalnya sebagaimana bangsa Arab menghafal nasab-nasab mereka baik dari
pihak bapak maupun dari pihak ibu.
Allah dalam al-Qur`an secara spesifik memerintahkan umat Islam untuk menjalin
silaturrahmi/ silaturrahim;





)1 : (

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri
yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada
Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
)peliharalah( hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi
kamu )an-Nisa`:1(

Dari Miqdam ra bahwasanya Rasulullah Saw bersabda:

Sesungguhnya Allah berwasiat agar kalian berbuat baik kepada ibu-ibumu, sesungguhnya
Allah berwasiat agar berbuat baik kepada bapak-bapakmu dan sesungguhnya Allah berwasiat
kepada kamu agar berbuat baik kepada sanak kerabatmu )Silsilah Hadits Shahih; al-Albani(

Menyambung hubungan kekerabatan adalah wajib dan memutuskannya merupakan dosa


besar. Dari Jubair bin Muth'im bahwa Nabi Saw bersabda:


) (
Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan hubungan persaudaraan (Muttafaq 'Alaih)

Silaturrahmi tidak hanya bagi saudara sedarah (senasab) tapi juga saudara seiman. Allah Swt
memerintahkan agar kita menyambung hubungan baik dengan orang tua, saudara, kaum
kerabat, dan orang-orang mu`min yang lain. Namun dalam hubungan silaturrahmi yang
diutamakan adalah sanak famili yang masih ada hubungan darah (senasab) baru kemudian
orang-orang beriman yang tidak ada hubungan darah dengan kita. Karena mereka-lah yang
lebih dekat hubungannya dengan kita.

Begitu juga apabila kita meminta bantuan maka yang lebih layak kita minta adalah sanak
famili kita, baru kemudian orang lain. Karena mereka dan kita sama-sama punya hak dan
kewajiban untuk saling tolong-menolong.

Di dalam Islam anjuran berinfak ditujukan kepada kaum kerabat kita yang miskin dulu baru
kepada orang lain. Allah berfirman :

... ...



)6 : (

... Dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris
mewarisi) menurut Kitab Allah daripada orang-orang Mukmin (lain) dan orang-orang
Muhajirin, kecuali kalau kamu mau berbuat baik kepada mereka )saudaramu seiman( )al-
Ahzab: 6)

Apabila manusia memutuskan apa-apa yang diperintahkan oleh Allah untuk dihubungkan.
Maka ikatan sosial masyarakat akan hancur berantakan, kerusakan menyebar di setiap
tempat, permusuhan terjadi dimana-mana, sifat egoisme muncul kepermukaan. Sehingga
setiap individu masyarakat menjalani hidup tanpa petunjuk, seorang tetangga tidak
mengetahui hak tetangganya, seorang faqir merasakan penderitaan dan kelaparan sendirian
karena tidak ada yang peduli.
Dan jangan sampai kita memutuskan tali silaturrahmi hanya karena gara-gara pekerjaan dan
jabatan. Silaturrahmi lebih tinggi nilainya dari itu semua. Allah berfirman :

)22 : (


Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan
memutuskan hubungan kekeluargaan (silaturrahim) ? (QS. Muhammad: 22)

Kiat-Kiat Mempererat Hubungan Silaturrahmi

1. Mendahulukan Sanak-Famili yang terdekat dalam segala kebaikan, terutama orang tua.
Orang tua adalah kerabat terdekat yang mempunyai jasa tidak terhingga dan kasih sayang
yang besar sehingga seorang anak wajib mencintai, menghormati dan berbuat baik kepada
kedua orang tuanya walaupun keduanya musyrik. Kedua orangtuanya berhak mendapat
perlakuan baik di dunia namun bukan mengikuti kesyirikannya. Apabila mereka faqir maka
kewajiban kitalah yang membantunya pertama kali. Kemudian saudara-saudara kita seperti
paman dan bibi baru setelah itu orang lain yang seiman. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh
Abu Hurairah ra dari Nabi Saw :

Apakah kamu tidak sadar bahwa paman seseorang adalah saudara bapaknya.

2. Mengingat Kebaikan Sanak-Famili kita, tanpanya mungkin kita tidak akan berarti.

3. Menghafal Nasab dan seluruh nama-nama saudara kita, dari mulai kakek dan nenek ke atas
sampai kepada keturunan-keturunan mereka. Untuk hal ini sebaiknya kita membuat diagram
silsilah keluarga agar dapat diingat oleh generasi berikutnya supaya mereka tetap
melanjutkan tali silaturrahmi setelah kita tiada (meninggal).

4. Jangan menyakiti, menzhalimi dan berbuat buruk kepada sanak-famili kita. Sebaiknya kita-
lah yang menjadi solusi untuk memecahkan segala permasalahan mereka.

Sesungguhnya orang-orang yang selalu menjaga tali silaturrahmi akan diberkahi oleh Allah
dalam usahanya, rizki dan umurnya. Dari Anas bin Malik berkata bahwa Rasulullah Saw
bersabda :

) (

Barangsiapa yang senang diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya (diberkahi), maka
hendaklah ia bersilaturrahmi (Muttafaq 'Alaih)

Bismillah was shalatu was salamu ala rasulillah, amma badu,

].
Secara tinjauan bahasa arab, kata Silaturrahim ditulis dengan [ Jika kita beri
harakat lengkap, cara membacanya: Silaturrahimi. Jika kita pecah, terdiri dari dua kata: silah,
[arab: ]
yang artinya hubungan dan rahim [arab: ]
artinya rahim, tempat janin
sebelum dilahirkan. Sehingga yang dimaksud silaturrahim adalah menjalin hubungan baik
dengan kerabat, sanak, atau saudara yang masih memiliki hubungan rahim atau hubungan
darah dengan kita.

Read more https://konsultasisyariah.com/19840-silaturrahmi-ataukah-silaturahim.html

Silaturahim ) ( terdiri dari dua kata: shilah ) (dan ar rahim )(. Shilah artinya
menyambung. Dalam Mujam Lughatil Fuqaha disebutkan:

shilah adalah isim mashdar. washala asy syaiu bisy syaii artinya: menggabungkan ini
dengan itu dan mengumpulkannya bersama )dinukil dari Shilatul Arham, 5).

Sedangkan ar rahim yang dimaksud di sini adalah rahim wanita, yang merupakan konotasi
untuk menyebutkan karib-kerabat. Ar Raghib Al Asfahani mengatakan:

ar rahim yang dimaksud adalah rahim wanita, yaitu tempat dimana janin berkembang dan
terlindungi (dalam perut wanita). Dan istilah ar rahim digunakan untuk menyebutkan karib-
kerabat, karena mereka berasal dari satu rahim )dinukil dari Ruhul Maani, 9/142).

Dengan demikian yang dimaksud dengan silaturahim adalah menyambung hubungan dengan
para karib-kerabat. An Nawawi rahimahullah menjelaskan:

adapun silaturahim, ia adalah berbuat baik kepada karib-kerabat sesuai dengan keadaan
orang yang hendak menghubungkan dan keadaan orang yang hendak dihubungkan.
Terkadang berupa kebaikan dalam hal harta, terkadang dengan memberi bantuan tenaga,
terkadang dengan mengunjunginya, dengan memberi salam, dan cara lainnya )Syarh Shahih
Muslim, 2/201).
Ibnu Atsir menjelaskan:

:

,

Banyak hadits yang menyebutkan tentang silaturahim. Silaturahim adalah istilah untuk
perbuatan baik kepada karib-kerabat yang memiliki hubungan nasab, atau kerabat karena
hubungan pernikahan, serta berlemah-lembut, kasih sayang kepada mereka, memperhatikan
keadaan mereka. Demikian juga andai mereka menjauhkan diri atau suka mengganggu. Dan
memutus silaturahim adalah kebalikan dari hal itu semua )An Nihayah fi Gharibil Hadits,
5/191-192, dinukil dari Shilatul Arham, 5).

Dengan demikian, perbuatan baik dan menyambung hubungan terhadap orang yang tidak
memiliki hubungan kekerabatan dan nasab tidaklah termasuk silaturahim, dan tidak termasuk
dalam ayat-ayat dan hadits-hadits mengenai perintah serta keutamaan silaturahim.

Sumber: https://muslim.or.id/28640-salah-kaprah-memaknai-silaturahim.html

Anda mungkin juga menyukai