Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA Standardisasi larutan 0,1

N NaOH dan Penggunaanya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka


LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
KIMIA DASAR
Disusun oleh :
Nama : Dhimas Priyo W.
NIM : 16/18684/THP
Kelas : STIPP-B
Jurusn : Teknologi Hasil Pertanian
Kelompok : II (Dua)
Acara II : Standardisasi larutan 0,1 N NaOH dan pengunaannya
dalam penentuan kadar asam cuka
Co.Ass :

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN


INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2015
I. ACARA : Standardisasi Larutan 0,1 N NaOH dan Penggunaanya
Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka
II. TANGGAL : 16 Oktober 2016
III. TUJUAN :1. Menentukan normalitas larutan NaOH dengan larutan
Standart asam oksalat.
2. Menetapkan kadar asam cuka.
IV. DASAR TEORI
Kesetimbangan asam basa sebagai dasar metode asidi-alkalimetri merupakan topik yang
sangat penting dalam kimia maupun bidang pertanian, biologi, dan obat-obatan. Titrasi asam
basa merupakan teknik yang sangat banyak digunakan untuk menetapkan secara tepat
konsentrasi asam atau basa dari suatu larutan, sebagai nforamasi yang banyak dibutuhkan.
Titrasi adalah pengukuran volume suatu larutan dari suatu reaktan yang dibutuhakn untuk
bereaksi sempurna dengan sejumlah tertentu lainnya. Dalam titrasi asm basa, jumlah relatif
asam dan basa yang diperlukan untukemencapai titik ekuivalen ditentuksn oleh perbsndingsn
mol asam (H+) dan basa (OH-) yang bereaksi (Drs,M.Sodiq, Kimia Analitik I,2011).
Dengan kata lain, pada titrasi asam basa jumlah ekuivalen asam sama dengan jumlah
ekuivalen basa. Hal itu dapat dituliskan sebagi berikut : Dari kumpulan reaksi kimia, relatif
sedikit yang dapat digunakan sebagai dasar untuk titrasi, karena suatu reaksi harus
mememnuhi syarat tertentu sebeum digunakan yaitu : Reaksi harus berlangsung sesuai
persamaan reaksi tertentu. Harus tidak ada reaksi samping. Beberapa cara harus tersedia
untuk menentukannnya apabila titik ekuivalen didapat.suatu indikator harus ada atau
beberepa car instrumental dapt digunaka untuk mengatakan kepada analisis apabila harus
berhennti dengan penambahan titran..Diharapkan bahwa reaksi berlangsung cepat sehingga
titran dapat berlangsung dalam beberap menit (Ir. Parning, Kimia Kedokteran edisi 2, 1998).
Dalam titrasi asam basa perubahan pH sangat kecil hingga hampir tercapai titik ekuivalen.
Pada saat tercapai titik ekuivalen penambahan sedikit asam atau basaakan menyababkan
perubahan pH yang sngat besar. Perubahan pH yang besar ini sering kali dideteksi dengan zat
yang dikenal sebagai indikator, yaitu suatu senyawa (organik) yang akan berubah warnanya
dalam rentang pH tertentu. Titik atau kondisi penambahn asam atau basa dimana terjadi
perubahan warna indikator dalam suatu titrasi dikenal sebagai titik akhir titrasi. Titik akhir
titrasi sering disamakan sengan titik ekuivalen, walaupun diantara keduanya masih ada selisih
yang relatif kecil.
NaOH (Natrium Hidroksida Padat) digunakn untuk meleburkan sapel yangbersifat asam atau
amfoter, seperti SiO2, silikat dan oksidadari Sn, Al, dll. Natrium hidroksida umumnya
trkontaminasi oleh sejumlah pengotor, yang paling serius diantaranya adalah natrium
karbonat. Ketika karbonat diserap oleh larutan NaOH, reaksi ini terjadi
CO2 + 2OH- CO32- + H2O
Ion karbonat adalah basa, tetapi ion ini bergabung dengan ion hidrogen dalam dua tahap :
CO32- + H3O+ HCO3- + H2O (fenol ftalain)
HCO3- + H3O+ H2CO3 + H2O (fenol ftalain)
Fenol ftalain berperan sebagai indikator untuk tahap pertam adalam titrasi, dan metil orange
untuk tahap kedua. Titrasi NaOH selesai pada titik akhir fenol ftalain, dan hanya diperlukan
satu atau dua tetes penambahan titran untuk mencapai titik akhir metil orange (R.A.Day, dan
Underwood, 2002).

V. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Buret : 1 buah
b. Erlenmeyer : 3 buah
c. Corong : 1 buah
d. Statif : 1 buah
e. Gelas piala : 1 buah
2. Bahan :
a. Asam oksalat (H2C2O4) : 9 ml
b. Larutan NaOH 0,1 N : 30 ml
c. Indikator fenolftalein (p.p.) : 15 tetes
d. Asam cuka (CH3COOH) : 9 ml
VI. CARA KERJA
A. Standarisasi NaOH :
1. Masukkan 10 mL larutan NaOH dalam erlenmeyer dan tambah 4 tetes indikator pp
2. Titrasi dengan asam oksalat
3. Catat volume asam oksalat yang digunakan
4. Amati perubahan warnanya
B. Penentuan kadar asam cuka :
1. Masukkan 3 ml asam cuka kedalam erlenmeyer dan tambah 3 tetes indikator pp
2. Titrasi dengan NaOH, amati perubahan warna
3. Catat volume NaOH

VII. HASIL PENGAMATAN


A. Standardisasi Larutan NaOH
1.Tabel PengamatanStandardisasi Larutan NaOH
No. Va Vt Vt-Va Warna Awal Warna Akhir

1. 0 15 15 bening Merah jambu


2. 15 29 14 bening Merah jambu
3. 29 45,8 16,8 bening Merah jambu

2. Perhitungan Standardisasi Larutan NaOH


Vol. Rata-rata =
=
=15,266 ml
a. N NaOH =
=
=0,1 ml
b. N NaOH II =
=
=0,10 ml
c. N NaOH III =
=
=0,089 ml

d. Normalitas NaOH =
= = 0,2296 ml

B. Penentuan Kadar Asam Cuka


1. Tabel PengamatanPenentuan Kadar Asam Cuka
No. Va Vt Vt-Va Warna Awal Warna Akhir
1. O 24,5 24,5 Bening Merah jambu
2. 24,5 49,3 24,8 Bening Merah jambu
3. 0 20,5 20,5 Bening Merah jambu

2.Perhitungan Penentuan Kadar Asam Cuka


Vol. Rata-rata NaOH =
=
= 23,2666 ml
Kadar Asam Cuka dalam gram / 100 ml
= x 100 %
= x 100 %
= 63,996 %

C. Pehitungan Ralat
a. Perhitungan Ralat Standarisasi NaOH
1. Tabel PengamatanRalat Standarisasi NaOH
No. Xn Xn-X |Xn-X| |Xn-X|2

1. 15 -0,26 0,26 0,067

2. 14 -1,26 1,26 1,587

3. 16,8 1,54 1,54 2,37

45,8 0.02 3,06 4,024


2. Perhitungan Ralat Standarisasi NaOH
Rata-rata (X) = = = 15,26
Deviasi Rata-rata Relative
(a) = =
= 1,02
Deviasi Standard (s) =
=
= 1,4
Deviasi Standard Rata-rata (A) = x 100 %
= x 100 %
= 6,6 %
Deviasi Standard Relative (S) = x 100 %
= x 100 %
= 9,17 %
Hasil Pengukuran = X + a = 15,26 + 1,02 = 16,28
= X - a = 15,26 1,02 = 14,24
Tingkat Ketelitian = 100 % - A
= 100 % - 6,6 %
= 93,4 %

b. Perhitungan Ralat Kadar Asam Cuka


1. Tabel PengamatanRalat Kadar Asam Cuka
No. Xn Xn-X |Xn-X| |Xn-X|2
1. 24,5 1,24 1,24 1,53
2. 24,8 1,54 1,54 2,37
3. 20,5 -2,76 2,76 7,61
69,8 0,02 5,54 11,51

2. Perhitungan Ralat Kadar Asam Cuka


Rata-rata (X) = = = 23,26
Deviasi Rata-rata Relative (a) =
=
= 0.06
Deviasi Standard
(s) = =
= 2,39
Deviasi Standard Rata-rata (A) = x 100 %
= x 100 %
= 0,25 %
Deviasi Standard Relative (S) = x 100 %
= x 100 %
= 10,27 %
Hasil Pengukuran = X + a = 23,26 + 0,006 = 23,266
= X - a = 23,26 0,006 = 23,254
Tingkat Ketelitian = 100 % - A
= 100 % - 0,25 %
= 99,75 %

VIII. PEMBAHASAN
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat
lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi
yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka
disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi
oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks
dan lain sebagainya(Dino Suharno, 2013).
Proses titrasi termasuk asidi-alkalimetri membutuhkan larutan baku dalam metodenya.
Larutan baku haruslah distandardisasi terlebih dahulu untuk menentukan konsentrasi yang
tepat dari calon larutan baku. Ada pula larutan baku primer, yakni larutan yang dibuat dari
bahan baku primer. Bahan baku primer merupakan suatu bahan yang konsentrasi larutannya
dapat langsung ditentukan dari berat bahan sangat murni yang dilarutkan dan volume bahan
yang terjadi(Dino Suharno, 2013).
Pada percobaan kali ini praktikan melakukan analisa kuantitatif untuk menstandarisasi larutan
baku sekunder dengan larutan baku primer. dimana pada percobaan kali ini larutan baku yang
digunakan adalah NaOH (natrium hidroksida) dan larutan baku primer C2H2O4 (asam
oksalat)(Dino Suharno, 2013).
Sebelum digunakan untuk mentitrasi asam cuka, larutan NaOH ini distandarisasi terlebih
dahulu karena NaOH merupakan zat yang mudah terkontaminasi, bersifat higroskopis
sehingga mudah menarik uap air dari udara dan juga mudah bereaksi dengan CO2 dalam
udara. Di mana pada kedua proses ini menyebabkan penimbangan sejumlah tertentu NaOH
tidak akan memberikan kepastian massa yang sesungguhnya, karena jumlah air dan CO2yang
diserap oleh NaOH tidak diketahui dengan pasti. Hal ini mengakibatkan kensentrasi NaOH
yang dihasilkan juga tidak tepat. Dengan demikian apabila menggunakan NaOH sebagai
pereaksi dalam suatu titrasi maka zat tersebut harus distandarisasi sebelumnya(Dino Suharno,
2013).
Untuk menstandarisasi larutan NaOH ini digunakanlarutan Asam oksalat, larutan ini
digunakan sebagai larutan standar primer karena larutan ini tidak bersifat higroskopis dan
memiliki berat ekuivalen yang tinggi sehingga dapat mengurangi kesalahan dalam
penimbangan zat(Dino Suharno, 2013).
Standarisasi larutan NaOH dilakukan dengan titrasi menggunakan 2 tetes indikator
fenolftalein. Pemilihan indikator felnolftalein karena pada standarisasi ini merupakan titrasi
asam lemah (C2H2O4) dan basa kuat (NaOH) sehingga titik ekivalennya diatas 7 dan berada
pada trayek indikator fenolftalein(Dino Suharno, 2013).
Setelah larutan baku NaOH tersebut sudah diketahui konsentrasinya, maka larutan tersebut
sudah dapat digunakan untuk menentukan kadar asam cuka perdagangan. Pada percobaan ini,
menetapkan asam cuka perdagangan untuk mengetahui apakah kadar yang tertera pada etiket
cuka perdagangan sudah sesuai dengan kadar yang sebenarnya. Analisis dilakukan secara
alkalimetri yaitu dengan cara menitrasi larutan asam asetat perdagangan dengan larutan baku
NaOH(Dino Suharno, 2013).
Untuk menganalisis asam cuka dalam cuka perdagangan dapat dilakukan dengan titrasi
netralisasi. Titrasi ini merupakan titrasi alkalimetri, proses titrasi dengan larutan standar basa
untuk mentitrasi asam bebas(Dino Suharno, 2013).
Setelah kita mengetahui normalitas dari larutan NaOH, maka dilakukan langkah selanjutnya
yaitu menetapkan kadar asam cuka perdagangan dengan cara mengambil 40 ml asam cuka
perdagangan dengan pipet volume, lalu dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer. Kemudian
ditambah dengan 3 tetes indikator PP. Larutan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan baku
NaOH diatas, hingga diperoleh perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah jambu.
Bila sudah terjadi perubahan warna tersebut maka titrasi langsung dihentikan dan catat
volume NaOH yang digunakan.. NaOH yang digunakan pada penetapan kadar asam cuka
perdagangan sebesar 13 ml (Dino Suharno, 2013).
IX. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat di ambil beberapa kesimpulan yaitu
sebagai berikut :
1. Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen
yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal daribasauntuk menghasilkanair
yang bersifat netral.
2. Normalitas dari larutan baku NaOH yang dipakai yaitu 0,2296 N.
3. Normalitas Asam cuka yang dipakai yaitu 5,333 N.
4. Tingkat ketelitian Satandarisasi NaOH yang di dapat adalah 93,4%.
5. Intinya perbedaan hasil titrasi disebabkan oleh :
a. Perubahan skalaburet yang tidak konstan.
b. Dalampengencerancuka mungkin tidaksesuai
denganlabel disiratkanpada label
c. Kurangnya ketelitian dalam memperhatikanperubahan warnaindikator.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2015.Buku Petunjuk Praktikum Kimia Dasar.Institut Pertanian Stiper
Yogyakarta.
Dino, 2013.Standardisasi NaOH serta penggunaannya Dalam Penetapan Kadar Asam
Cuka Perdagangan.http://blodhynoglycat.blogspot.com/2012. Diakses pada 25 Oktober
2015, pukul 19.00 WIB.
Drs,M.Sodiq, 2011.Kimia Atlantik I.http://retno-ani-lestari.blogspot.com. Diakses pada 25
Oktober 2015, pukul 19.16 WIB.
Ir. Parning, 1998. Kimia Kedokteran Edisi 2. http://retno-ani-lestari.blogspot. com.Diakses
pada 25 Oktober 2015, pukul 19.10 WIB.
R.A.Day dan Underwood, 2002.Analisis Kimia Kuantitatif.http://retno-ani-lestari.blogspot.com.
Diakses pada 25 Oktober 2015, pukul 19.16 WIB.

Anda mungkin juga menyukai