Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena dengan
rahmat dam karunianyalah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Standarisasi Bahan Teknik Berdasarkan SNI dan AWS. Kami berterimakasih
kepada Bapak Edo Saputra S.TP, M.P selaku dosen pengampu mata kuliah
Pengetahuan Bahan Teknik yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kami dan pembaca mengenai Standarisasi Bahan
Teknik Berdasarkan SNI dan AWS. Kami telah berusaha membuat makalah ini
sesuai dengan prosedur yang ada dan berusaha dengan sebaik-baiknya. Semoga
makalah yang kami susun dapat berguna dan bermanfaat bagi kami khususnya
maupun pembaca pada umumnya.

Sebelumnya kami mohon maaf atas segala kesalahan dan kekhilafan kata-
kata yang kurang berkenan dan mungkin ada ketidaktepatan penyampaian dalam
makalah yang telah kami buat, kami berharap adanya kritik dan saran yang
membangun dari pembaca untuk dijadikan referensi bagi kami kedepannya agar
lebih baik lagi dalam hal pembuatan makalah kedepannya.

Jambi, 17 November 2017


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berkembangnya sebuah industri teknik merupakan keinginan bagi setiap


pemilik industri dan segala komponen didalamnya. Kemajuan sebuah industri
teknik dapat dipengaruhi oleh beberapa hal baik internal maupun eksternal. Salah
satu hal yang sangat berpengaruh bagi kemajuan sebuah industri teknik adalah
kualitas produk yang dihasilkan.
Industri teknik yang tidak dapat menghasilkan produk dengan kualitas tinggi,
akan berdampak pada konsumen dan proses industri. Dampak yang timbul pada
konsumen adalah seperti ketidakpuasan, jika industri tersebut memproduksi bahan
teknik tidak sesuai dengan prosedur dan jauh dari kata layak. Jika hal ini terjadi
pada konsumen maka besar kemungkinan akan terjadi penurunan kepercayaan
konsumen pada industri tersebut, sehingga dapat menimbulkan kerugian bagi
industri teknik itu sendiri.
Produk berkualitas tinggi pada perindustrian akan didapatkan setelah
memahami definisi mutu. Salah satu hal yang harus diketahui industri dalam
pengendalian mutu produk adalah standarisasi. Standarisasi dapat diartikan sebagai
penetapan-penetapan norma dan aturan mutu produk yang ditetapkan bersama,
dengan tujuan menghasilkan produk bermutu yang dapat dideskripsikan dan diukur
perolehan mutu secara seragam. Contoh standarisasi teknik yang berlaku di
Indonesia adalah SNI dan AWS dari negara Amerika serikat.

1.2 Tujuan Penulisan


Penulisan makalah ini bertujuan mengenai pemahaman Standarisasi Bahan
Teknik Berdasarkan Standar SNI dan AWS.

1.3 Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan adalah memberikan pengetahuan serta wawasan
mengenai Standarisasi Bahan Teknik Berdasarkan Standar SNI dan AWS.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Standarisasi Bahan Teknik

Standarisasi Bahan Teknik adalah aturan yang dilakukan oleh asosiasi,


institusi suatu Negara produsen material yang meliputi pengaturan, cara penulisan,
pengelompokan, pengklasifikasian, penserian suatu material. Dengan adanya
standarisasi material kalangan teknologi, industry dan masyarakat memperoleh
pemahaman dan persepsi yang sama tentang suatu material. Adanya standar yang
jelas, semua kalangan akan memperoleh atau mendapatkan jaminan yang sesuai
tentang material. Sehingga tidak terjadi kesalahpahaman, atau salah mengartikan
tentang material yang disepakati.

2.2 Macam-macam Standarisasi Bahan Teknik

2.2.1. Standarisasi Nasional Indonesia (SNI)

SNI dirumuskan oleh Panitia Teknis dan ditetapkan oleh BSN. SNI adalah
satu-satunya standart yang berlaku secara nasional di Indonesia, dimana semua
produk atau tata tertib pekerjaan harus memenuhi standart SNI ini. Beberapa prinsip
SNI agar diterima secara luas oleh para stakeholder yang telah memenuhi WTO
Code of good practice, yaitu:

1. Openess yaitu terbuka agar semua stakeholder dapat berpartisipasi dalam


pengembangan SNI.
2. Transparency yaitu agar stakeholder yang berkepentingan dapat mengikuti
perkembangan SNI dari tahap pemprograman dan perumusan sampai ke
tahap penetapannya.
3. Consensus and impartially yaitu agar semua stakeholder dapat menyalurkan
kepentingannya dan diperlakukan secara adil.
4. Effectiveness and relevance yaitu memfasilitasi perdagangan karena
memperhatikan kebutuhan pasar dan tidak bertentangan dengan peraturan
perundangan-undangan yang berlaku.
5. Coherence yaitu koheren dengan pengembangan standar internasional agar
perkembangan pasar negara kita tidak terisolasi dari perkembangan pasar
global dan memperlancar perdagangan internasional.
6. Development dimension (berdimensi pembangunan) yaitu agar
memeperhatikan kepentingan publik dan kepentingan nasional dalam
meningkatkan daya saing perekonomian nasional.

2.2.2 (American Welding Society) AWS

American Welding Society didirikan pada tahun 1919 untuk memfasilitasi


pertumbuhan teknologi pengelasan listrik yang dikembangkan baru-baru ini
sebagai alternatif bagi metode-metode penyambungan logam lainnya. AWS telah
memiliki sekitar 70.000 anggota di seluruh dunia, dengan section lokal di setiap
benua. AWS memiliki kantor pusat di area Miami untuk kemudahan akses ke
seluruh dunia. Standar AWS digunakan untuk kawat inti elektroda baja ringan
untuk busur pengelasan baja struktural dan dilapisi tembaga CO2.
Negara-negara yang fokus pada pengembangan infrastruktur dan
perdagangan dunia menggunakan standar dan sertifikasi AWS karena
kesuksesannya yang sudah terbukti dalam mendukung pertumbuhan, keselamatan
dan kualitas perekonomian. Konstruksi dan infrastruktur, kode struktural AWS
seperti D.1.1 menawarkan kesimbangan yang sudah teruji antara efisiensi dan
kualitas. Lebih dari 200 standar AWS lainnya menyediakan kriteria yang ringkas
dan menyeluruh mengenai produksi dan evaluasi seluruh jenis produk dan bahan
hasil pengelasan, yang menggunakan hampir semua proses pengelasan. Pendekatan
AWS terhadap pemberi sertifikasi pengelasan dan para profesional lainnya juga
dikenal sebagai pendekatan terbaik untuk memastikan kualitas tetap terjaga dan
mempunyai produktivitas yang tinggi.
2.2.3. American Society for Testing and Materials (ASTM)

ASTM international sebelumnya dikenal sebagai American Society untuk


Pengujian dan Material (ASTM) adalah pemimpin global yang diakui dalam
pengembangan dan pengiriman standar internasional konsensus sukarela. ASTM
memberikan metode pengujian, spesifikasi, panduan dan praktek-praktek yang
mendukung industri dan pemerintah di seluruh dunia.

2.2.4. Japan Industrial Standard (JIS)

JIS adalah suatu organisasi standar yang dibuat oleh pemerintah Jepang
yang bergerak dalam pembuatan standar-standar di jepang khususnya dalam bidang
perindustrian. Proses standarisasi yang dibuat oleh JIS berada dibawah pengawasan
JISC (Japan Industrial Standard Comitte) dan hasil dari standard yang telah dibuat
dipublikasikan oleh JSA ( Japan Standards Asosiation).

2.2.5. Society of Automotive Enggineers (SAE)

SAE adalah organisasi yang bergerak secara aktif di dunia global dalam
bidang asosiasi professional dan organisasi standard untuk engineer secara
professional, khususnya di dalam per-industrian. Organisasi ini mengembangkan
standar dari koordinasi standar teknik yang ada dengan didasarkan oleh praktik
terbaik yang telah diteliti oleh komite SAE dan badan Task Force ( sejenis Reserch
and Development ) yang diambil dari pihak-pihak terpercaya. SAE internasional
memiliki lebih dari 120.000 anggota.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Standarisasi SNI


SNI dirumuskan oleh Panitia Teknis dan ditetapkan oleh BSN yaitu untuk
membina, mengembangkan serta mengkoordinasikan kegiatan di bidang
standardisasi secara nasional menjadi tanggung jawab Badan Standardisasi
Nasional (BSN). Contoh Standart Nasional Indonesia yang telah diterapkan salah
satunya adalah tentang penggunaan Informasi dan Dokumentasi Internasional
Standard Serial Number (ISSN). SNI merupakan adopsi identik dari ISO
3297:2007, ini dirumuskan oleh Panitia Teknis 01-03, Informasi dan Dokumentasi,
dan telah dibahas dirapat konsensus pada 21 November 2007 di Jakarta. Rapat
dihadiri oleh wakil dari produsen, kelompok pakar, himpunan profesi dan instansi
terkait lainnya.
Kebutuhan kode pengenal ringkas dan unik sudah menjadi kebutuhan bagi
semua pihak, pertukaran informasi yang baik diantara perpustakaan, produsen
abstrak dan pengguna data, maupun diantara pemasok, distributor dan perantara
lainnya menyebabkan terciptanya kode standart. Standart nasional ini menjelaskan
dan memasyarakatkan penggunaan kode standar (ISSN) sebagai identifikasi unik
untuk terbitan berseri dan sumber daya berlanjut lainnya.
ISSN adalah nomor dengan 8 digit, termasuk digit cek dan diketahui oleh ISSN
yang diberikan kepada sumberdaya berlanjut oleh jaringan ISSN.
Susunan ISSN :
1. ISSN terdiri atas delapan digit berupa angka 0 sampai 9, kecuali digit
terakhir (posisi paling kanan) yang berupa huruf besar X, digit terakhir
dapat menjadi digit cek.
2. Digit cek dihitung berdasarkan modulus 11 dengan bobot 8 sampai 2 dan X
harus digunakan sebagai digit cek bila digit cek adalah 10.
3. ISSN harus didahului dengan singkatan ISSN dan satu spasi, serta
ditampilkan dalam dua kelompok yang masing masing terdiri atas empat
digit yang dipisahkan oleh tanda hubung. Contoh : ISSN 0251 1479.
Pemberian ISSN:
1. ISSN hanya diberikan oleh pusat dalam jaringan ISSN. Jaringan ISSN
adalah lembaga kolektif yang terdiri atas Pusat Internasional ISSN serta
pusat nasional dan regional yang menjalankan administrasi pemberian
ISSN.
2. Metadata untuk sumber daya berlanjut yang mendapatkan ISSN harus
dikumpulkan dan diserahkan pada waktu yang ditentukan oleh Pusat
Internasional ISSN ke Register ISSN oleh pusat dalam jaringan ISSN yang
mendaftar sumber daya berlanjut.
3. Setiap sumber daya berlanjut dalam media tertentu sebagaimana ditentukan
dalam ISSN Manual hanya diberikan satu ISSN.
4. Setiap ISSN terkait selamanya dengan judul kunci yang ditetapkan oleh
jaringan ISSN pada saat pendaftaran.
5. Bila suatu sumber daya berlanjut diterbitkan dalam media yang berbeda
dengan judul yang sama atau berbeda, ISSN dan judul kunci yang berlainan
harus diberikan untuk setiap edisi.
6. Bila sumber daya berlanjut mengalami perubahan berarti dalam judul atau
perubahan besar lain seperti yang disebut dalam ISSN Manual, ISSN baru
harus diberikan dan judul kunci baru harus dibuat.
7. ISSN yang telah diberikan untuk sumber daya berlanjut tidak dapat diubah,
diganti atau digunakan lagi untuk terbitan lain.
8. Judul kunci ditetapkan atau disahkan oleh pusat ISSN yang bertanggung
jawab atas pendaftaran sumber daya berlanjut, sesuai dengan peraturan yang
terdapat dalam ISSN Manual.
9. Pemberian ISSN kepada sumber daya berlanjut tidak dapat diartikan atau
dianggap sebagai bukti hokum kepemilikan hak cipta atas suatu terbitan
atau isinya.
3.2 Contoh penerapan standar SNI pada baja
Standarisasi SNI ini merupakan tipe standarisasi yang sama dengan JIS yaitu
berdasarkan aplikasi produksi. Struktur penomoran SNI terdiri atas serangkaian
kode dengan arti tertentu yaitu berupa kode SNI, nomor unik, nomor bagian, dan
nomor seksi, serta tahun penetapan. Kode SNI menyatakan bahwa dokumen
tersebut adalah Standar Nasional Indonesia, sedangkan nomor unik adalah
identifikasi dari suatu standar tertentu yang jumlah digitnya sesuai kebutuhan,
minimal empat digit dan diawali dengan angka 0. Nomor bagian merupakan
identifikasi yang menunjukkan nomor urut bagian dari suatu standar yang
mempunyai bagian. Nomor seksi merupakan identifikasi yang menunjukan nomor
urut seksi dari suatu standar bagian tertentu. Beberapa contoh standarisasi SNI pada
baja karbon yang umunya terdapat dipasaran, diantaranya :
1. SNI 07-0040-2006 (kawat baja karbon rendah)
2. SNI 07-0053-2006 (batang kawat baja karbon rendah)
3. SNI 07-2052-2002 (baja karbon untuk tulang beton)
4. SNI 07-0601-2006 (baja karbon dalam bentuk plat)
5. SNI 07-0329-2005, Baja I Beam Canai Panas
6. SNI 07-7178-2006, Baja Profil WF Beam Proses Canai Panas
7. SNI 07-1579-1989 : Baja karbon dan baja paduan batangan
8. SNI 07-1855-1990 : Baja cor tahan panas
9. SNI 03-0357-1989 : Paku keling baja kepala panas
10. SNI 07-0371-1998 : Batang uji tarik untuk bahan logam
11. SNI 07-0408-1989 : Cara uji tarik untuk bahan logam
12. SNI 07-0410-1989 : Cara uji lengkung tekan untuk bahan logam

3.2.Standarisasi American Welding Society (AWS)


AWS merupakan badan pengelasan resmi di Amerika Serikat. Standar yang
ditetapkan oleh badan ini yaitu standar pengelasan di berbagai negara. Badan ini
mengeluarkan standar yang dinyatakan dengan tanda E XXXX yang berarti:
E merujuk pada keterangan kawat las listrik (elektroda).
XX (dua angka pertama) merujuk pada kekuatan tarik dari kawat las yang
dinyatakan dalam satuan kilo pound per square inch atau Ksi. Satuan ini
juga sering dinyatakan dalam lb/in.
X (angka ketiga) merujuk pada posisi pengelasan yang bisa dilakukan
dengan elektroda tersebut. Angka 1 menunjukkan penggunaan pada semua
posisi, angka 2 menunjukkan bahwa kawat las tersebut dapat dipakai pada
posisi datar dan horizontal dan angka 3 menunjukkan bahwa kawat las
tersebut hanya dapat dipakai pada posisi flat saja.
X (angka keempat) merujuk pada jenis pelapis dan arus yang dipergunakan
pada elektroda tersebut.
Spesifikasi tersebut berlaku untuk penggunaan pengelasan pada Mild Steel
sementara untuk spesifikasi atau standar proses pengelasan yang lain seperti Low
Alloy Steel dan Stainless Steel memiliki berbagai kode tambahan lagi di belakang
kode standar yang telah disebutkan diatas.
Berikut cara membaca kode pada beberapa jenis kawat las (elektroda) las
stik / stick welding / SMAW dibawah ini:

1. Elektroda untuk Mild Steel (baja lunak / baja umum)

Kawat las smaw jenis ini ditunjukkan dengan kode Exxxx (4 angka).
Sebagai contoh kawat las E6013, cara membacanya adalah sebagai berikut:

E =elektroda untuk jenis las SMAW


E60xx = dua digit pertama (angka 60) menunjukan kekuatan tariknya dalam
Ksi (kilopound-squareinch).
Angka 60 berarti kekuatan tariknya 60 ksi, jika angkanya 70 berarti 70
ksi. Dalam ukuran "psi " (pound square inch) sama dengan 70000 psi,
dimana 1 Ksi = 1000psi.
Exx1x = digit ketiga (angka 1) adalah posisi pengelasan.
kode angka 1 untuk semua posisi
kode angka 2 untuk posisi flat dan horizontal
kode angka 3 hanya untuk posisi flat.
Exxx3 = digit keempat (angka 3) menunjukkan:
- jenis salutan
- penetrasi busur
- arus las
- serbuk besi (%)
2. Elektroda Low Alloy Steel
Spesifikasi pembungkus kawat las untuk Low Alloy Steel diatur pada AWS
A5.5. Mempunyai kode yang sama seperti elektroda mild steel diikuti dengan garis
(dash) dan huruf serta angka sebagai unsur paduan, yaitu:
A = ditambahkan unsur carbon molybdenum.
B = ditambahkan unsur chromium molybdenu.
C = ditambahkan unsur nickel steel.
D = ditambahkan unsur manganese molybdenum molybdenum.
G = ditambahkan unsur lainnya.
R akhir kode = mengindikasikan ketahanan terhadap serapan uap (moisture
picup) (80%humidity,80F,9jam).
Misal elektroda / kawat las dengan kode AWS E7018-H8R artinya
kekuatan tariknya 70ksi, mengandung iron powder-iron oxide-iron
powder-iron oxide, mengandung sedikit hidrogen (low hydrogen),
ketahanan terhadap uap air dan untuk dipakai pada pengelasan mild steel.
Kawat Las : E8018-B2H4R artinya kekuatan 80ksi , mengandung, iron
powder iron oxide, dipadu dengan chrome moly serta low hydrogen,
ketahanan terhadap uap air serta digunakan untuk mengelas paduan baja
chrome moly.

3.4 Contoh penerepan standarisasi AWS pada baja

1. ER-70S-2 (kawat las)


Angka 70 menjelaskan tensile strenght logam las dalam ksi, S
merupakan singkatan dari solid (pejal), yaitu bentuk kawat las dan angka 2
memberikan informasi kimia deoxidizer ( Mn, Si dan lain-lain ) .
2. ER-80S-B2 (Industri pembangkit tenaga listrik)
Penjelasan artinya sama seperti nomor 1 , tambahan akhiran huruf dan
angka memberikan informasi kandungan unsur kimia, misalnya B2 untuk
1-1/4 Cr dan Mo.
3. E-100118-D2 (Pengelasan busur gas logam)
Tiga digit pertama adalah singkatan dari tensile strenght. Tensile strenght
minimum bisa seperti hasil yang dilaskan atau hasil pengelasan yang telah
diberi PWHT, tergantung dari klasifikasinya. Akhiran berbentuk huruf dan
angka memberikan informasi mengenai komposisi kimia yang harus
dipenuhi .
4. E-8018-B2 (proses perpipaan, pembangkit listrik dan petrokimia)
Elektroda dengan coating jenis low hydrogen, mengandung serbuk besi
dengan komposisi nominal 1-1/4 Cr -1/2 Mo.

BAB V

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah:

1. SNI dirumuskan oleh Panitia Teknis dan ditetapkan oleh BSN.


2. SNI merupakan adopsi identik dari ISO 3297:2007.
3. Beberapa prinsip SNI agar diterima secara luas oleh para stakeholder yang
telah memenuhi WTO Code of good practice
4. Standart nasional ini menjelaskan dan memasyarakatkan penggunaan kode
standar (ISSN) sebagai identifikasi unik untuk terbitan berseri dan sumber
daya berlanjut.
5. ISSN adalah nomor dengan 8 digit.
6. American Welding Society (AWS) didirikan pada tahun 1919 untuk
memfasilitasi pertumbuhan teknologi pengelasan listrik
7. AWS terdapat dibidang pengelasan listrik.
8. AWS merupakan badan pengelasan resmi di Amerika Serikat.
9. AWS mengeluarkan standar yang dinyatakan dengan tanda E XXXX.
DAFTAR PUSTAKA

Nidiasari, et all. 2014. Perilaku Struktur Baja Tipe MRF dengan Beban Lateral
Berdasarkan SNI 1726 2012 dan Metode Performance Based Plastic
Desigm (PBPD). Jurnal Teknik Sipil 13(1): 18-24.
MAKALAH PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK
STANDARISASI BAHAN TEKNIK BERDASARKAN SNI DAN AWS

DI SUSUN OLEH :

1. LUTFIATIS MAHARANI J1B116008


2. WASGINA J1B116010
3. AKMALIA J1B116024
4. DEDEK BASUKI J1B116031
5. EKA NANDA J1B1160
6. NURHASANAH J1B116048
7. AHMAD SYAFII J1B116056
8. BRIAN HUTAURUK J1B116089

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN


UNIVERSITAS JAMBI
2017

Anda mungkin juga menyukai