Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1. ANAMNESIS PASIEN
A. Identitas Pasien

Nama : An. Audina Salsabila

No Rm : S1409050202

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 15 Tahun

Alamat : Pekuncen Gg IV Surodinawan Mojokerto

Agama : Islam

Pekerjaan : Siswi

B. Keluhan Utama

Autoanamnesis : Terasa gatal dan terasa ngganjal karena ada


daging tumbuh di kemaluan

C. Riwayat Penyakit Sekarang

Autoanamnesis:. Merasa ada daging tumbuh sejak 7 bulan yang


lalu, gatal terasa 1 bulan yang lalu. Tidak ada merah. Keputihan
saat menjelang menstruasi.
D. Riwayat Penyakit Dahulu

Autoanamnesis: Asma (+) HT(-) DM(-)

E. Riwayat Penyakit Keluarga


Heteroanamnesis : HT(-) DM(-)

2. PEMERIKSAAN

2.1 Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : baik

Kesadaran : compos mentis

Tekanan Darah : 100/70

Nadi : 78

Respirasi : dbn

Temperatur : 36,4oC

Status General :

Kepala : dalam batas normal (dbn)

Mata : dbn

THT : dbn

Thoraks : dbn

Abdoment : dbn

Ektremitas : dbn

Status Dermatologi :

Lokasi : Labium mayor, labium minor

Effloresensi : Terdapat papul verukous multiple berdiameter 1-


10cm dengan dasar eritem.
3. Diagnosa

Kondiloma Akuminata

4. Rencana Terapi

Hefricouter +TCA

Amoxcilin 3 x 500mg

Asam Mefenamat 3 x 500mg

Gentamycin salep

5. Pemantauan Perkembangan Pasien

29 Agustus 2016

S O A P
-Gatal - Papul - Kondiloma - Amoxicillin
dikemaluan verukous acuminata 3x500mg
multiple - Asam
-Bintil pada mefenamat
dikemaluan labium 3x500 mg
terasa mayor dan - Gentamycin
makin labium
banyak minor

30 Agustus 2016

S O A P
-Gatal - Papul - Kondiloma - Hefricauter +
masih verukous acuminata TCA
terasa multiple - Amoxicillin
dikemaluan pada 3x500mg
labium - Asam
-Bintil mayor dan mefenamat
dikemaluan labium 3x500 mg
minor - Gentamycin

31 Agustus 2016

S O A P
-Gatal - Papul - Kondiloma - Amoxicillin
berkurang verukous akuminata 3x500mg
-Luka bekas multiple pada - Asam
tindakan labium mefenamat
Herfricouter mayor dan 3x500 mg
labium minor - Gentamycin
-Bintil
dikemaluan
terasa makin
banyak

1 September 2016

S O A P
-Gatal - Papul - Kondiloma - Amoxicillin
dikemaluan verukous akuminata 3x500mg
multiple - Asam
-Bintil pada mefenamat
dikemaluan labium 3x500 mg
terasa mayor - Gentamycin
makin
banyak

S O A P
-Gatal - Papul - Kondiloma - Amoxicillin
dikemaluan verukous akuminata 3x500mg
multiple - Asam
-Bintil pada mefenamat
dikemaluan labium 3x500 mg
terasa mayor - Gentamycin
makin
banyak

BAB II
1. Kondiloma Akuminata
A. Definisi

Kondiloma Akuminata (KA) adalah salah satu jenis Infeksi


Menular Seksual (IMS) yang merupakan masalah kesehatan
masyarakat di seluruh negara, termasuk Indonesia. IMS adalah infeksi
yang disebabkan invasi organisme virus, bakteri, jamur, protozoa dan
ektoparasit yang sebagian besar menular melalui hubungan seksual
(HUS), baik secara genito genital, oro genital maupun ano genital
pada HUS yang berlainan jenis atau sesama jenis.

IMS yang disebabkan oleh bakteri meliputi gonore, infeksi


genital non spesifik, sifilis, ulkus mole, limfogranuloma venereum,
vaginosis bakterial. IMS yang disebabkan oleh virus meliputi herpes
genitalis, KA, infeksi Human Immunodeficiency Virus/Acquired
Immuno Deficiency Syndrome (HIV/AIDS), hepatitis B, moluskum
kontagiosum. IMS yang disebabkan oleh jamur adalah kandidosis
vulvovaginal. IMS yang disebabkan protozoa dan ektoparasit adalah
trikomoniasis, pedikulosis pubis, skabies. KA adalah IMS yang
disebabkan oleh Humanpapilloma virus (HPV) tipe tertentu yang
menyebabkan adanya kelainan berupa fibroepitelioma pada kulit dan
mukosa. KA merupakan faktor predisposing terjadinya kanker serviks,
kehamilan ektopik, kemandulan, transmisi transvertikal pada janin,
komplikasi selama kehamilan dan persalinan serta meningkatkan risiko
infeksi HIV (faktor resiko HIV)

B. Epidemiologi

Prevalensi di tiap negara berbeda- beda tergantung aktivitas seksual


dan distribusi umur penduduk setempat. Frekuensi pada pria dan
wanita sama.Terhitung 500.000 sampai satu juta kasus baru didiagnosa
setiap tahun di Amerika Serikat Di Swedia, dengan menggunakan
metode PCR, ditemukan prevalensi KA akibat infeksi VPH tipe 6 atau
16 pada 84% pria yang datang di klinik IMS (Hakim, 2009)

C. Etiologi
Lebih dari 90% kondiloma akuminata disebabkan oleh Virus Papiloma
Humanus (VPH) tipe 6 dan 11. VPH merupakan virus DNA yang
merupakan virus epiteliotropik (menginfeksi epitel ) dan tergolong
dalam famili Papovaviridae. Berdasarkan kemungkinan terjadinya
displasia epitel dan keganasan maka VPH dibagi menjadi VPH
berisiko rendah (low risk), VPH beresiko sedang (moderate risk) dan
VPH berisiko tinggi (high risk). VPH tipe 6 dan tipe 11 paling sering
ditemukan pada kondiloma akuminata yang eksofitik dan pada
displasia derajat rendah (low risk), sedangkan VPH tipe 16 dan 18
sering ditemukan pada displasia keganasan yang berisiko tinggi (high
risk) sedangkan risiko menengah (moderate risk) terdiri atas VPH tipe
33, 35, 39, 40, 43, 45, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 58. Pada sekitar 10%
pasien mengalami kondiloma akuminata yang diakibatkan oleh
kombinasi beberapa VPH (Ghadishah, 2009).

D. Gejala Klinis
Kondiloma akuminata atau yang umum dikenal sebagai kutil genitalis
paling sering tumbuh di permukaan tubuh yang hangat dan lembab.
Pada pria, area yang sering terkena adalah ujung dan batang penis dan
di bawah prepusium jika tidak disunat. Pada wanita, kutil timbul di
vulva, dinding vagina, leher rahim (serviks) dan kulit di sekeliling
vagina. Kutil genitalis juga bisa terjadi di daerah sekeliling anus dan
rektum, terutama pada pria homoseksual dan wanita yang melakukan
hubungan seksual secara genitoanal. Kutil biasanya muncul dalam
waktu 1-6 bulan setelah terinfeksi, dimulai sebagai pembengkakan
kecil yang lembut, lembab, berwarna merah atau pink. Mereka tumbuh
dengan cepat dan bisa memiliki tangkai. Pada suatu daerah seringkali
tumbuh beberapa kutil dan permukaannya yang kasar memberikan
gambaran seperti bunga kol. Pada wanita hamil, pada gangguan sistem
kekebalan (penderita AIDS atau pengobatan dengan obat yang
menekan sistem kekebalan) dan pada orang yang kulitnya meradang,
pertumbuhan kutil ini sangat cepat. Keadaan klinis kondiloma
akuminata dibagi dalam 3 bentuk yaitu bentuk akuminata, bentuk
papul dan bentuk datar. Selain itu, dikenal pula sebutan Giant
Condyloma untuk keadaan klinis KA tampak sangat besar, bersifat
invasif lokal dan tidak bermetastasis (Zubier, 2009).

E. Diagnosis Banding
1. Pearly penile papules Secara klinis tampak sebagai papul berwarna
sama seperti warna kulit atau putih kekuningan, berukuran 1-2 mm,
tersebar diskret, mengelilingi sulkus koronarius dan memberikan
gambaran seperti cobblestone. Papul-papul ini merupakan varian
anatomi normal dari kelenjar sebasea, sehingga tidak memerlukan
pengobatan (Zubier, 2003; Wolff et al, 2008).
2. Kondiloma lata Merupakan salah satu bentuk sifilis stadium II. Lesi
berupa papul-papul dengan permukaan yang lebih halus, bentuknya
lebih bulat daripada kondiloma akuminata, besar, berwarna putih
atau abu-abu, lembab, lesi datar, plakat yang erosif, ditemukan
banyak spirochaeta pallidum. Terdapat pada daerah lipatan yang
lembab seperti anus dan vulva (Zubier, 2003; Handoko, 2010;
Wolff et al, 2008; Hunter, Savin, dan Dahl, 2002).
3. Veruka vulgaris Vegetasi yang tidak bertangkai, kering dan
berwarna abu-abu atau sama dengan warna kulit (Handoko, 2010).
4. Karsinoma sel skuamosa Vegetasi seperti kembang kol mudah
berdarah dan berbau. Kadang-kadang sulit dibedakan dengan
kondiloma akuminata. Pada lesi yang tidak memberikan respon
pada pengobatan perlu dilakukan pemeriksaan histopatologi
(Zubier, 2003; Wolff et al, 2008).
5. Moluskum kontagiosum Lesi dari poxvirus, moluskum
kontagiosum, berupa papul miliar kadang-kadang lentikular
berbentuk kubah yang di tengahnya terdapat delle. Bisa muncul di
manapun di tubuh kecuali telapak tangan dan telapak kaki.
Berwarna putih seperti lilin 2-5 mm, muncul bisa secara tunggal
atau berkelompok, kadang-kadang susah membedakannya dengan
kondiloma akuminata. Walaupun bisa sembuh sendiri pada pasien
imuokompeten, lesinya bisa sulit diobati pada pasien AIDS dengan
kadar CD4 T-sel yang rendah (V. Chin-Hong dan M. Palefsky,
2007; Hunter, Savin, dan Dahl, 2002; Handoko, 2010).
6. Lichen planus, nevi dan keratosis seboroik kadang juga bisa
meragukan karena terlihat mirip dengan kondiloma akuminata (V.
Chin-Hong dan M. Palefsky, 2007; Wolff et al, 2008).

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes asam asetat Bubuhkan asam asetat 5% dengan lidi kapas pada
lesi yang dicurigai. Dalam 1-5 menit lesi akan berubah warna
menjadi putih (acetowhite). Perubahan warna pada lesi di daerah
perianal perlu waktu lebih lama (sekitar 15 menit) (Zubier, 2003;
Wolff et al, 2008).
2. Kolposkopi Merupakan tindakan yang rutin dilakukan di bagian
kebidanan, namun belum digunakan secara luas di bagian penyakit
kulit. Pemeriksaan ini terutama berguna untuk melihat lesi
kondiloma akuminata yang subklinis (Zubier, 2003). Kolposkopi
menggunakan sumber cahaya yang kuat dan lensa binokular
sehingga lesi dari infeksi HPV dapat diidentifikasi. Biasanya
kolposkopi digunakan bersama asam asetat untuk membantu
visualisasi dari jaringan yang terkena. Walaupun awalnya
kolposkopi didisain untuk memeriksa alat kelamin wanita, aplikasi
dari kolposkopi sudah dikembangkan untuk memeriksa penis dan
anus. Servikal kolposkopi dan anoskopi resolusi tinggi biasanya
dilakukan setelah tes sitologi yang abnormal pada skrining dari
kanker serviks dan anus (V. ChinHong dan M.Palefsky, 2007).
3. Tes sitologi Tes pap adalah dasar dari skrining kanker serviks dan
Cervikal Intraepithelial Neoplasia (CIN). Tes ini terbukti sangat
bermanfaat penerapannya karena sukses menurunkan insiden dan
mortalitas kanker serviks. Penggunaan tes sitologi tidak berperan
untuk mendiagnosa kutil kelamin, tetapi wanita yang terkena kutil
kelamin tetap harus diskrining dengan tes pap. US Centers for
Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan pada
dokter untuk melakukan tes pap serviks saat melakukan
pemeriksaan pelvik untuk skrining Infeksi Menular Seksual (IMS)
pada wanita yang tidak pernah melakukan tes pap selama 12-36
bulan. Hal tersebut dikarenakan wanita yang datang ke klinik
pelayanan IMS memiliki prevalensi mengalami CIN 5 kali lebih
tinggi dari pada wanita yang datang ke klinik pelayanan keluarga
berencana, dan riwayat IMS adalah faktor resiko kanker serviks
yang invasif (V. Chin-Hong dan M. Palefsky, 2007; Oats dan
Abraham, 2005). Gambaran pemeriksaan sitologi serviks bisa
normal ataupun abnormal. Yang termasuk kategori abnormal
adalah High-grade squamous intraepithelial lesion (HSIL), low-
grade squamous intraepithelial lesions (LSIL), atypical squamous
mungkin yang undetermined significance (ASC-US), atau yang
mencurigakan sebagai HSIL (ASC-H). Sama dengan hubungan
antara kondiloma akuminata dengan CIN, ada resiko dari anal intra
epithelial neoplasia pada pria dan wanita dengan kutil anogenital.
Diyakini bahwa kelompok tertentu seperti homoseksual, pria dan
wanita terinfeksi HIV tanpa memperhatikan seksual orientasinya,
wanita dengan riwayat kanker vulva atau kanker serviks, dan
penerima transplantasi adalah kelompok dengan resiko terbesar
mengalami anal intraepithelial neoplasia dan kanker anus dan harus
diskrining dengan tes sitologi (V. Chin-Hong dan M. Palefsky,
2007). Tes sitologi anus dilakukan setiap 1-2 tahun. Tes ini
merupakan pemeriksaan yang murah dalam pencegahan kanker
anus pada homoseksual penderita HIV. Sedangkan homoseksual
yang tidak terinfeksi HIV dilakukan tes sitologi setiap 2-3 tahun.
Untuk melakukan tes sitologi anus, kita masukkan Dacron swab
yang dibasahi dengan air ke saluran anus, kemudian kita tarik
perlahan sambil mempertahankan tekanan ke saluran anus.
Sehingga kita mendapatkan sel dari rektum bagian bawah,
squamocolumnar junction, dan saluran anus. Sama dengan sistem
yang digunakan pada skrining kanker serviks dan CIN, gambaran
sitologi anus dibagi menjadi normal, ASC-US, ASC-H, LSIL, dan
HSIL. Individu dengan gambaran sitologi yang abnormal dirujuk
untuk dilakukan pemeriksaan anoskopi, alat yang identik dengan
kolposkopi yang digunakan untuk pemeriksaan serviks, di gunakan
untuk membantu mengidentifikasi lesi yang menyebabkan
gambaran sitologi yang abnormal (V. ChinHong dan M. Palefsky,
2007).
4. Histologi Pemeriksaan histologis menunjukkan kelainan pada
epidermis, termasuk akantosis (menebalnya stratum spinosum),
parakeratosis (retensi nuklei di sel stratum korneum), dan
hiperkeratosis (menebalnya stratum korneum), menyebabkan
pembentukan papillomatosis yang khas. Karakteristik lain yang
ditemukan dari pemeriksaan jaringan yang dibiopsi adalah koilosit
(sel epitel squamous dengan nukleus abnormal di dalam halo
sitoplasma yang besar). Biopsi tidak tarlalu diperlukan untuk
diagnosa kutil kelamin, mengingat tampilan klinisnya yang khas.
Bagaimanapun, disarankan melakukan biopsi jika temuan atipikal
seperti pigmentasi, ulserasi, masa nodular, untuk menyingkirkan
kemungkinan displasia tingkat tinggi atau malignansi (V. Chin-
Hong dan M. Palefsky, 2007; Wolff et al, 2008).
5. Metode molekular Menggunakan Polymerase Chain Reaction
(PCR) dan teknologi hybrid capture adalah metode yang sensitif
dan spesifik dalam mendiagnosa infeksi HPV. PCR menggunakan
DNA polimerase primer spesifik untuk memperbesar DNA HPV.
HPV type-specific PCR assay telah tersedia. Hybrid capture
menggunakan RNA probe spesifik untuk mengidentifikasi tipe
HPV tertentu yang dibagi menjadi onkogenik (resiko tinggi) dan
nononkogenik (resiko rendah), tetapi tidak memberikan informasi
tipe yang spesifik. PCR dan metode hybrid capture dapat
digunakan untuk mendiagnosa infeksi HPV menggunakan
spesimen sel dan jaringan yang didapat dengan cara biopsi.
Walaupun umumnya PCR dan hybrid capture yang digunakan
dalam penelitian, hanya hybrid capture yang tidak dianjurkan FDA
sebagi tambahan dalam skrining sitologi serviks untuk mendeteksi
CIN. PCR and hybrid capture tidak rutin digunakan untuk diagnosa
atau penanganan dari kondiloma akuminata (V. Chin-Hong dan M.
Palefsky, 2007).
6. Serologi Enzym-lingked imunoabsorbent assay (ELISA)
digunakan untuk mengukur IgG dan IgM pada infeksi HPV dengan
target partikel khusus seperti virus. Pasien dengan kondiloma
akuminata dan penyakit lain yang berhubungan dengan infeksi
HPV ditemukan memiliki respon serologi spesifik terhadap HPV
tipe 6 dan 11. Pentingnya mengukur serologi HPV masih belum
diketahui dan pengukuran ini hanya digunakan untuk penelitian.
Respon antibodi terhadap HPV dapat bertahan untuk beberapa
tahun atau berkurang dengan pulihnya penyakit, dan
mengindikasikan baik infeksi saat ini atau infeksi yang lama. Saat
ini belum ada indikasi klinis pemeriksaan serologi HPV (V. Chin-
Hong dan M. Palefsky, 2007).

Anda mungkin juga menyukai