Jurnal Atraumatic Care PDF
Jurnal Atraumatic Care PDF
Abstract: Hospitalization cause the child has traumatic and raises the symptoms such as
regression response, worried about the separation, apathy, fear, and sleep disorders. The
negative impact is related to the length ang large amount of the patients, various of the
invasive procedures, and parental anxiety. Any action taken in solving the children problem
must be based on the atraumatic care principles or therapeutic care. The objective of this
research is to know the effect of atraumatic care application to the childs anxiety response of
the hospitalization. The research design is quasy-experimental design using pretest-posttest
with control group. There are 34 childrens, 1-14 years old that become the samples of this
research. The research uses non-probability sampling with consecutive sampling method used
infusion consists of 17 intervention group with ice cube compress and giving toys and 17
childrens in control group without intervention. The results is the research is taken using
paired t-test and unpaired t-test in intervention group (p = 0,000). The conclusion shows the
existence of atraumatic care effect to the childs anxiety response of the hospitalization. This
research suggestions is the use of ice cube compress and giving toys during the infusion
installation can decrease the children anxiety.
Keywords : Atraumatic care, child, anxiety, hospitalization
Abstrak: Hospitalisasi menyebabkan anak mengalami trauma dan menimbulkan gejala berupa
respon regresi, cemas terhadap perpisahan, apatis, ketakutan, dan gangguan tidur. Dampak
negatif ini berkaitan dengan lamanya dan banyaknya jumlah pasien, berbagai prosedur invasif,
serta kecemasan orangtua. Tindakan yang dilakukan dalam mengatasi masalah anak apapun
bentuknya harus berlandaskan pada prinsip atraumatic care atau asuhan yang terapeutik.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penerapan atraumatic care terhadap respon
kecemasan anak yang mengalami hospitalisasi. Desain penelitian yang digunakan adalah
quasy-experimental design dengan rancangan penelitian pretest-posttest with control group.
Sebanyak 34 anak berusia 1-14 tahun menjadi sampel penelitian menggunakan pendekatan
sampling non probabilitas dengan metode consecutive sampling yang dilakukan pemasangan
infus yang terdiri dari 17 anak kelompok intervensi kompres es batu dan pemberian mainan
dan 17 anak kelompok kontrol atau tanpa intervensi. Hasil penelitian menggunakan uji t
berpasangan dan uji t tidak berpasangan didapatkan pada kelompok intervensi (p= 0,000).
Kesimpulan menunjukkan adanya pengaruh penerapan atraumatic care terhadap respon
kecemasan anak yang mengalami hospitalisasi. Saran penelitian ini yaitu kompres es batu dan
pemberian mainan pada saat pemasangan infus dapat menurunkan kecemasan pada anak.
Kata kunci : Atraumatic care, anak, kecemasan, hospitalisasi
1
eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015
anak. Pendekatan sampling yang dipakai mengalami sakit tidak hanya terganggu
adalah sampling non probabilitas dengan tumbuh kembangnya tetapi juga
metode consecutive sampling dengan besar pendidikan anak tersebut. Dan jumlah
sampel yang digunakan 34 responden (17 responden tersedikit pada usia 11-13 tahun
responden kelompok pemberian mainan (anak usia sekolah-anak usia remaja dini
dan kompres es batu pada saat pemasangan dalam tumbuh kembang anak
infus dan 17 responden kelompok tanpa Soetjiningsih, 2012), dengan jumlah yang
intervensi). Kriteria Inkusi: Anak berusia didapat 3 orang (8,8%) hal ini disebabkan
114 tahun. Anak yang mempunyai responden anak yang masuk rumah sakit
indikasi untuk pemasangan infus. Anak tidak bergantung pada berapa banyak usia
yang disetujui menjadi responden oleh anak yang dilakukan pemasangan infus.
orang tua. Kriteria Eksklusinya: Anak yang Tabel 2 Distribusi Frekuensi
menangis sebelum dilakukan tindakan Berdasarkan Jenis Kelamin Responden di
kompres es batu. Orang tua yang tidak RSU Pancaran Kasih GMIM Manado dan
bersedia menjadikan anaknya sebagai RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
responden. Orang tua yang menolak Jenis Kelamin n %
melakukan prosedur pemasangan infus Laki-laki 15 44,1
pada anaknya. Anak yang membutuhkan Perempuan 19 55,9
tindakan kegawatdaruratan. Alat ukur yang Total 34 100
digunakan berupa kuesioner karakteristik Sumber: Data Primer, 2015
responden dan kuesioner kecemasan. Berdasarkan hasil penelitian pada tabel
5.2 didapatkan bahwa responden terbanyak
pada jenis kelamin perempuan sebanyak 19
HASIL DAN PEMBAHASAN responden (55,9%). Hal ini ditunjang pada
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ramdhanie
Umur Responden di RSU Pancaran Kasih (2013) pada anak saat tindakan pungsi vena
GMIM Manado dan RSUP Prof. Dr. R. D. yang mengatakan bahwa variabel jenis
Kandou Manado kelamin lebih banyak pada responden
Umur n % perempuan yang setara antara kedua
1-3 Tahun 10 29,4 kelompok tersebut.
4-6 Tahun 8 23,5 Tabel 3 Distribusi Frekuensi
7-10 Tahun 13 38,2 Berdasarkan Lamanya Hari Rawat
11-13 Tahun 3 8,8 Responden di RSU Pancaran Kasih GMIM
Total 34 100 Manado dan RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Sumber: Data Primer, 2015 Manado
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel Hari Rawat n %
5.1 diatas didapatkan bahwa yang berumur 1 Hari 15 44,1
7-10 tahun merupakan yang terbanyak 2 Hari 6 17,6
yaitu berjumlah 13 responden (38,2%) dan 3 Hari 4 11,8
yang paling sedikit yaitu berumur 11-13 4 Hari 2 5,9
tahun berjumlah 3 responden (8,8%). Hasil 5 Hari 2 5,9
penelitian distribusi frekuensi responden 8 Hari 3 8,8
anak berdasarkan umur, jumlah responden 9 Hari 1 2,9
terbanyak yaitu pada umur 7-10 tahun 18 Hari 1 2,9
(anak usia sekolah), yang berjumlah 13 Total 34 100
orang (3,2%). Menurut Soetjiningsih Sumber: Data Primer, 2015
(2012) mengatakan anak yang umumnya
3
eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel sebagian besar pengalaman anak dirawat
5.3 didapatkan bahwa responden terbanyak pada kelompok intervensi dan kelompok
mengalami lama hari rawat 1 hari pada saat kontrol belum pernah dirawat sebelumnya.
pemasangan infus yaitu sebanyak 15 Tabel 5 Distribusi Respon Kecemasan pada
responden (44,1%) menunjukkan data yang Anak di RSU Pancaran Kasih GMIM
didapat dan hasil pengamatan pada Manado dan RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
responden yaitu karena anak cenderung Manado (n=34)
tidak bisa tenang sehingga infus yang Variabel Mean Me- SD Min- 95%C
dian Max I
sedang terpasang bisa macet, aboket Pre 39,82 40 4,586 32-47
bengkok atau bahkan infus terlepas yang 7,324-
Intervensi
mengakibatkan anak dilakukan 13,147
Post 29,59 30 3,639 20-38
pemasangan infus paling terbanyak pada Pre 37,24 37 4,842 30-49
hari rawat pertama secara berkali-kali, dan 3,937-
Kontrol
responden yang tersedikit mengalami hari 1,004
rawat yaitu 9 hari dan 18 hari dengan Post 39,71 40 5,509 31-49
4
eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015
serabut syaraf sensori A-beta yang lebih kenyamanan pada anak sehingga mampu
besar dan lebih cepat. Proses ini menurunkan respon kecemasan pada anak.
menurunkan transmisi nyeri melalui Berbagai upaya dilakukan perawat
serabut C dan delta-A berdiameter kecil. untuk mengurangi efek trauma pada anak
Gerbang sinaps menutup transmisi impuls akibat prosedur invasif. Tindakan yang
nyeri (Sulistiyani, 2009). Lyn (1984) dalam dilakukan perawat sesuai perkembangan
Niven (2012), menunjukkan sejumlah saat ini adalah dengan mengembangkan
struktur dalam sistem saraf yang tindakan atraumatic care. Tindakan
menyebabkan nyeri serabut saraf yang atraumatic care tersebut adalah dengan
terlibat yaitu: serabut A-delta bermielin; stimulasi kulit maupun dengan bermain
dan serabut C tidak bermielin. Dipercaya (Kubsch, 2000 dalam Sulistiyani, 2009).
bahwa serabut A-delta bermielin Pemberian mainan pada responden
meneruskan nyeri yang mendadak atau anak sebelum dilakukan pemasangan infus
tajam, sedangkan serabut C tidak bermielin setelah diberikan kompres es batu, dengan
meneruskan nyeri yang tumpul. tujuan meminimalkan kecemasan pada
Komponen emosional mempengaruhi anak saat dilakukan pemasangan infus.
tingkat apa kita ingin menghindar dari Menurut Soetjiningsih (2012), banyak
nyeri, baik dengan menyingkirkan keuntungan-keuntungan yang dipetik dari
penyebab nyeri atau menyingkirkan diri bermain salah satunya yaitu merupakan
kita sendiri. Salah satu faktor yang cara untuk mengatasi kekuatiran anak.
dianggap mempengaruhi toleransi nyeri Bermain adalah salah satu unsur yang
adalah ansietas (Niven, 2012). Ansietas penting untuk perkembangan anak baik
mempunyai efek yang besar baik terhadap fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas
kualitas maupun intensitas pengalaman dan sosial. Kadang-kadang anak tidak
nyeri, ambang batas nyeri berkurang dapat mencapai keseimbangan dalam
karena adanya peningkatan rasa cemas dan bermain yaitu apabila terdapat hal-hal
ansietas menyebabkan terjadinya seperti kesehatan anak menurun, namun
kebencian pada nyeri yang dirasakan. merupakan cara untuk mengatasi
Ketakutan terhadap nyeri atau antisipasi kemarahan dan kedukaan (Soetjiningsih,
terhadap tingkat nyeri yang tinggi akan 2012). Adapun tujuan anak bermain di
meningkatkan ansietas, yang sebaliknya rumah sakit yaitu, mengurangi perasaan
akan menyebabkan terjadinya lingkaran takut, cemas, sedih, tegang, dan nyeri
yang terus berputar, karena peningkatan (Supartini, 2004).
ansietas akan mengakibatkan peningkatan Permainan yang terapeutik dapat
sensitifitas nyeri (Melzack, 1973 dalam memperbaiki gangguan emosional dan
Niven, 2012). penurunan kondisi selama di rumah sakit,
Sternbach (1968) dalam Niven (2012) tetapi tidak semua permainan memiliki
mengkaji kembali beberapa studi yang sifat terapeutik (Mahon, 2009 dalam
meneliti hubungan antara ansietas dan Solikhah, 2011). Menurut Subardiah
nyeri. Ia menyimpulkan bahwa (2009) dalam Solikhah (2011), permainan
peningkatan ansietas meningkatkan terapeutik berpengaruh terhadap penurunan
respons nyeri, dan penurunan ansietas kecemasan, kehilangan kontrol dan
menurunkan respons semacam itu. Jadi, ketakutan pada anak yang dirawat di rumah
kompres es batu memberi stimulus pada sakit. Terapi seni tidak memberikan
kulit yang mampu menimbulkan sensasi pengaruh terhadap penurunan tingkat
dingin pada kulit dan dapat memberikan kecemasan, namun efektif menurunkan
denyut nadi yang merupakan salah satu
6
eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015
8
eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015