Anda di halaman 1dari 26

UNSTEADY STATE

HEAT TRANSFER
(Pindah Panas Tak Tunak)
Syamsul Huda, S.TP., M.Si
Pendahuluan

• Unsteady State Heat Transfer


T = f (x,t)
• Steady State Heat Transfer
T = f (x)
• Banyak reaksi penting telah terjadi pada awal
pemanasan, umumnya pengaruh suhu sangat
dominan  penghancuran m.o, mutu gizi, sifat
fisikokimia.
• Panas harus sampai pada coldest point (titik
terdingin)
Proses Pindah Panas Tak Tunak
Persamaan unsteady state

𝜕𝑇 𝑘 𝜕2𝑇
=
𝜕𝑡 𝜌 𝐶𝑝 𝜕𝑥2

𝑘
𝛼=
𝜌 𝐶𝑝
Pemecahan persamaan unsteady state tersebut memiliki penyelesaian yang
berbeda-beda tergantung pada geometri benda, apakah berbentuk lempeng,
silinder atau bola. Meyer (1974) telah memberikan penurunan pemecahan
persamaan tsb untuk jenis dan geometri benda sederhana yang mengalami
pemanasan secara tak tunak, yaitu untuk bentuk silinder tak berbatas, lempeng tak
berbatas dan bola. Model matematika dikembangkan untuk benda berbentuk
lempeng dan silinder dapat dikelompokkan menjadi lempeng/silinder tak berbatas
(infinite slab/cylender) dan lempeng/silinder berbatas (finite slab/cylinder).

Yang dimaksud dengan silinder tak berbatas adalah suatu silinder dengan ukuran
diameter (D) yang tertentu (terbatas atau finite) tetapi mempunyai ukuran panjang
yang tidak terbatas (∞). Sedangkan yang dimaksud dengan lempeng tak berbatas
(infinite slab) adalah suatu lempeng berbentuk bujur sangkar dengan ukuran
ketebalan tertentu (terbatas atau finite), tetapi sisi-sisi lainnya memiliki ukuran tak
terbatas. Sebaliknya lempeng/ silinder berbatas diketahui ukurannya dari seluruh
sisi-sisinya. Misalkan kaleng akan memiliki dimensi diameter dan ketinggian
tertentu. Demikian juga benda yang berbentuk kubus akan memiliki ukuran
panjang, lebar dan tinggi yang tertentu.
(a) An Infinite Cylinder
(b) An Infinite Plate
(c) A Sphere
Dalam sistem tersebut terdapat perbedaan suhu antara medium pemanas dan benda
yang mengakibatkan terjadinya proses pindah panas. Selama proses pindah panas tak
tunak, suhu di dalam benda padat yang tadinya mempunyai suhu yang seragam di
setiap lokasi akan berubah dan berbeda suhunya tergantung pada lokasi dan waktu.
Dengan mengasumsikan bahwa lokasi yang dimaksud adalah pada pusat benda, maka
proses pindah panas dari fluida (media cair) ke posisi pusat benda akan mengalami dua
macam tahanan, yaitu tahanan terhadap pindah panas konveksi di lapisan sekitar
permukaan benda padat (disebut tahanan eksternal), dan tahanan terhadap pindah
panas konduksi di dalam benda padat itu sendiri (disebut tahanan internal).
Perbandingan antara tahanan konveksi (eksternal) dan tahanan konduksi (internal)
ini dapat dinyatakan secara kualitatif dalam bilangan tak berdimensi yang disebut
dengan bilangan Biot (Bi)

𝑇𝑎ℎ𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑛𝑎𝑙


𝐵𝑖 =
𝑇𝑎ℎ𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑒𝑟𝑛𝑎𝑙

Dalam hal ini, tahanan pindah panas internal dinyatakan dengan D/k (konduksi),
sedangkan tahanan panas eksternal dinyatakan dengan 1/h (konveksi). Dengan
demikian, persamaan di atas dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:
𝐷/𝑘 ℎ𝐷
𝐵𝑖 = =
1/ℎ 𝑘
h adalah koefisien pindah panas konveksi (W/m2oC) dan k adalah konduktivitas
panas benda padat yang dipanaskan/didinginkan (W/moC). Untuk benda yang tak
berbatas, D menunjukkan karakteristik dimensi dari benda (m) yang tergantung
pada geometri benda, yaitu jarak terpendek antara pusat benda dan permukaan
benda. Untuk benda berbentuk bola, nilai D adalah sama dengan nilai jari-jari bola.
Untuk benda berbentuk silinder tak berbatas, nilai D adalah jari-jari silinder,
sedangkan untuk lempeng tak berbatas nilai D adalah separuh dari ketebalan
lempeng
Besarnya bilangan Biot akan menentukan apakah tahanan eksternal atau internal
yang mendominasi. Dalam hal ini, semakin besar bilangan Biot (Bi) maka semakin
dominan proses pindah panas secara konveksi.
Secara empiris diketahui bahwa Bi>40 menunjukkan suatu kondisi dimana
tahanan eksternal, yaitu tahanan terhadap pindah panas secara konveksi dapat
diabaikan. Dengan kata lain, Bi>40 berarti bahwa nilai koefisien pindah panas
konveksi (h) jauh lebih besar daripada konduktivitas panas (k), sehingga proses
pindah panas secara konveksi berlangsung secara spontan dan proses pindah
panas secara konduksi merupakan faktor pembatas dalam proses pemanasan
tersebut. Proses kondensasi uap pada permukaan buah-buahan yang sedang
diblansir dengan uap panas merupakan contoh proses dimana tahanan panas
eksternal dapat diabaikan.
Untuk Bi<0.1, maka yang terjadi adalah suatu proses pindah panas dimana
tahanan panas internal (tahanan panas konduksi) dapat diabaikan. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai konduktivitas panas (k) jauh lebih besar daripada nilai
koefisien pindah panas konveksi (h) sehingga proses pindah panas secara
konveksi merupakan faktor pembatas. Proses pemanasan logam dapat dianggap
sebagai proses dimana tahanan panas internalnyanya dapat diabaikan.

Bila bilangan 0.1<Bi<40, maka baik tahanan panas konveksi maupun konduksi tak
dapat diabaikan. Proses pemanasan makanan kaleng (misalnya tomat dalam
kaleng) merupakan contoh proses pemanasan dimana baik tahanan eksternal
maupun internalnya tidak boleh diabaikan.
Model Pindah Panas Dengan Tahanan Internal Diabaikan (Bi<0.1)
Untuk proses pemanasan dengan bilangan Biot (Bi<0.1), maka tahanan internal
bahan terhadap laju penetrasi panas dapat diabaikan. Hal ini akan terjadi pada
proses pemanasan atau pendinginan berbagai logam. Namun hal ini hampir tidak
pernah terjadi pada proses pemanasan atau pendinginan bahan pangan, karena
nilai konduktivitas panas (k) produk pangan biasanya relatif kecil.

Proses pindah panas dengan dengan Bi<0.1 dapat dinyatakan secara matematis
dengan menurunkan persamaan sebagai berikut: Anggap suatu benda yang
mempunyai suhu rendah dan seragam, kemudian dicelupkan ke dalam cairan
panas pada suhu Ta. Untuk kondisi tak tunak, kesetimbangan panasnya dapat
dinyatakan dengan persamaan berikut:

dimana Ta adalah suhu medium pemanas, T


suhu benda setelah waktu t, dan A adalah luas
permukaan benda, T1 adalah suhu awal benda
Contoh
Hitung suhu jus tomat (ρ=980 kg/m3) dalam alat pemasak berjaket uap
(berbentuk setengah bola) setelah 5 menit pemasakan. Jari-jari pemasak adalah
0,5 m. Koefisien pindah panas di dalam jaket uap adalah 5000 W/m2.oC. Suhu
permukaan bagian dalam dari alat pemasak adalah 90oC. Suhu awal jus tomat
adalah 20oC. Anggap panas jenis jus tomat adalah 3,95 kJ/kgoC.

Karena dianggap bahwa pengadukan yang dilakukan cukup baik, maka bahan cair
dapat dianggap telah tercampur sempurna (well-mixed). Karena itu proses
pemanasan dapat diasumsikan sebagai proses pemanasan dengan tahanan
internal pindah panas yang dapat diabaikan (Bi<0,1). Dengan kata lain, tidak akan
ditemui adanya gradien suhu di dalam interior produk cair yang dipanaskan
tersebut

untuk mencari T setelah pemanasan 5 menit


(t = 300 s)
dimana:
A = luas permukaan dalam (setengah bola) dari alat pemasak = 2𝜋𝑟 2 = 2 𝜋 (0.5)2 =
1.57 m2
2
V = volume alat pemasak = volume produk (setengah bola) = 3 𝜋𝑟 3 =0.26 m3
Setelah semua parameter diketahui dan dihitung, maka persamaan tersebut
dapat dipecahkan sebagai berikut

90 − 𝑇 −5000 𝑥 1,57 𝑥 300


= 𝑒𝑥𝑝 = 83,28𝑜𝐶
90 − 20 980 𝑥 3950 𝑥 0,26
Model Pindah Panas Dengan Tahanan Internal Dan Eksternal (0,1<Bi <40)
Kondisi dimana kedua tahanan internal dan eksternal tidak dapat diabaikan adalah
pada kondisi 0.1<Bi<40. Persamaan matematika yang menggambarkan perubahan
suhu pada kondisi ini adalah:

𝜕𝑇 𝑘 𝜕2𝑇
=
𝜕𝑡 𝜌 𝐶𝑝 𝜕𝑥2

Persamaan di atas terutama ditujukan untuk benda dengan bentuk tertentu yang
sederhana dan dapat didefinisikan dengan baik, seperti bentuk bola, silinder tak
berbatas dan lempeng tak terhingga. Asumsi yang digunakan adalah bahwa benda
harus mempunyai suhu yang seragam pada t=0 dan bahwa benda ditempatkan
secara instan pada suhu medium pendingin atau pemanas pada t=0.

Persoalan pindah panas dengan tahanan internal dan eksternal dapat dipecahkan
dan disederhanakan dengan membuat diagram hubungan suhu dan waktu untuk
masing-masing geometri lempeng, silinder, dan bola. Diagram hubungan suhu dan
waktu ini menggunakan bilangan tak berdimensi yang disebut bilangan Fourier (Fo)
yang diformulasikan dengan persamaan berikut:

𝑘 𝑡 𝛼𝑡
𝐹𝑜 = =
𝜌. 𝐶𝑝 𝐷2 𝐷2
Bilangan Fourier dapat diartikan sebagai suatu ukuran laju konduksi panas per
satuan laju penyerapan panas. Semakin besar bilangan Fourier menunjukkan
penetrasi panas yang lebih masuk ke dalam bahan padat pada periode pemanasan
tertentu.

Pada diagram hubungan suhu dan waktu . Sumbu ordinat (sumbu y) pada gambar
𝑇 −𝑇
tersebut dinyatakan sebagai perbandingan suhu 𝑇 𝑎 −𝑇𝑖 yang diplotkan dalam
𝑎
skala logaritmik, sedangkan pada sumbu aksis (sumbu x) adalah bilangan Fourier
(Fo), yaitu αt/D2. Grafik-grafik hubungan suhu-waktu ini disebut dengan Gurnie-
Lurrey Chart. Pada perbandingan suhu tersebut, T adalah suhu benda pada waktu
t, Ta adalah suhu medium pemanas, dan Ti adalah suhu awal. Perbandingan antara
(Ta-T) dengan (Ta-Ti) menunjukkan porsi peningkatan atau penurunan suhu yang
masih belum tercapai (unaccomplished rise or fall in temperature) pada waktu
pemanasan tertentu. Penyebut dari perbandingan suhu itu (Ta – Ti) merupakan
peningkatan atau penurunan suhu maksimum yang mungkin terjadi, sedangkan
pembilang (Ta – T) merupakan perubahan suhu pada waktu t. Garis-garis yang
terdapat pada grafik menunjukkan kebalikan dari nilai Bilangan Biot (1/Bi atau
k/hD). Dapat juga digunakan Heisler Chart untuk nilai yang lebih kecil.
Heisler chart for determining the center temperature of a sphere (1947)
Heisler chart for determining the centerline temperature of infinite cylinder (1947)
Heisler chart for determining the midplane temperature of a infinite slab (1947)
Model Pindah Panas Dengan Tahanan Eksternal (Permukaan) Yang Diabaikan
(Bi>40)
Kasus dimana Bi>40 menunjukkan bahwa tahanan eksternal pindah panas yang
terjadi di permukaan dapat diabaikan. Penyelesaian soal yang melibatkan Bi>40
dapat dilakukan dengan menggunakan Gurnie-Lurrey atau Heisler Chart seperti
pada untuk kasus 0.1<Bi<40. Namun demikian, untuk kasus Bi>40 digunakan
garis yang menunjukkan 1/Bi atau hD/k = 0.
Langkah Dalam Perhitungan Model Pindah Panas Unsteady State
Langkah pemecahan masalah model pindah panas tak tunak, yaitu menentukan
waktu pemanasan/pendinginan yang diperlukan agar suhu pada pusat benda
mencapai suhu yang diinginkan dapat tercapai mengikuti tahapan-tahapan sebagai
berikut:
1. Identifikasi geometri benda, apakah berbentuk lempeng, silinder atau bola.
Identifikasi juga apakah benda merupakan lempeng/silinder tak berbatas atau
berbatas.
2. Definisikan suhu medium pemanas/pendingin (Ta), suhu awal benda (Ti), suhu
yang diinginkan di pusat benda setelah pemanasan t ; sifat-sifat fisik benda
(konduktivitas panas k, densitas ρ, dan panas jenis Cp), koefisien pindah panas
konveksi (h) dari medium pemanas/pendingin.
3. Untuk benda berbentuk lempeng/silinder tak berbatas dan bola:
a. Hitunglah bilangan Biot dengan menggunakan persamaan (NBi=hD/k).
1. Bila berbentuk lempeng tak berbatas, maka nilai D adalah separuh dari
ketebalan lempeng.
2. Bila berbentuk geometri silinder tak berbatas, maka nilai D adalah jari-
jari silinder.
3. Bila berbentuk bola, maka nilai D adalah jari-jari bola
3. b. Kategorikan pindah panas berdasarkan nilai bilangan Biotnya.
(1) Bila Bi<0.1, gunakan persamaan di bawah untuk menentukan waktu
pemanasan agar pusat benda mencapai suhu T, yaitu:

(2) Bila 0,1<Bi<40:


(a) Hitung bilangan Fourier dengan menggunakan persamaan (dengan syarat
waktu pemanasan/pendinginan diketahui), yaitu:
(b) Gunakan Gurnie-Lurrey Chart untuk menentukan titik Fo pada sumbu x.
Ingat! gunakan grafik yang sesuai dengan geometri benda
(c) Hitung 1/Bi
(d) Tarik garis vertikal dari titik nilai Fo sehingga memotong garis k/hD atau 1/Bi
yang bersesuaian, kemudian tarik garis horisontal dari titik perpotongan
tersebut sehingga memotong sumbu y. Garis perpotongan dengan sumbu y
𝑇 −𝑇
tersebut menunjukkan nilai, 𝑎 sehingga nilai T dapat dihitung.
𝑇𝑎 −𝑇𝑖
(3) Bila Bi>40,
Gunakan juga Gurnie-Lurrey Chart, tetapi gunakan nilai k/hD atau 1/Bi = 0. Dari
titik perpotongan tersebut, tarik garis horisontal sehingga memotong sumbu y
𝑇 −𝑇
dan dapat diperoleh nilai 𝑎 Lalu hitunglah nilai T.
𝑇𝑎 −𝑇𝑖
4. Untuk lempeng/silinder berbatas:
a. Langkah yang dilakukan sama dengan untuk lempeng/silinder berbatas dengan
menghitung bilangan Biot, 1/Bi, bilangan Fourier, dan menggu-nakan Gurnie-Lurrey
𝑇 −𝑇
Chart untuk menentukan 𝑎 untuk lempeng/ silinder tak berbatas.
𝑇𝑎 −𝑇𝑖
𝑇 −𝑇
(1) Untuk silinder berbatas, tentukan nilai 𝑎 untuk silinder tak berbatas dan
𝑇𝑎 −𝑇𝑖
untuk lempeng tak berbatas (ikuti langkah b(2) sebelumnya)
𝑇 −𝑇
(2) Untuk lempeng berbatas, tentukan nilai 𝑎 untuk masing-masing lempeng tak
𝑇𝑎 −𝑇𝑖
berbatas (panjang, lebar dan tingginya) (ikuti langkah b(2) di atas)
𝑇 −𝑇
b. Hitung 𝑎 dengan menggunakan persamaan untuk silinder berbatas atau lempeng
𝑇𝑎 −𝑇𝑖
berbatas
Contoh1
Suatu produk beku dalam kaleng silinder dengan tinggi 5x10-2 m dan
diameter 5x10-2 m dicairkan di udara dengan suhu 21oC. Suhu awal
produk adalah -18oC. Diketahui konduktivitas panas bahan adalah 2
W/moC dan panas jenis 2,51 kJ/kgoC, dan densitas 961 kg/m3. Tentukan
suhu produk setelah 0,5 jam dengan asumsi bahwa sifat produk tidak
berubah nyata. Diketahui juga udara diam mempunyai hc = 5,7 W/m2oC.

1. Hitung Bilangan Biot  Bi = hD/k  0,07


2. Karena Bi<0,1, gunakan persamaan

3. Jawaban
T = -2,4oC
Contoh2
Estimate the time when the temperature at the geometric center of a 6 cm
diameter apple held in a 2°C water stream reaches 3°C. The initial uniform
temperature of the apple is 15°C. The convective heat transfer coefficient in
water surrounding the apple is 50 W/(m 2 °C). The properties of the apple are
thermal conductivity k = 0.355 W/(m°C); specific heat Cp = 3.6 kJ/(kg °C); and
density ρ = 820 kg/m3 .

1. Hitung Bilangan Biot  4,23


2. 0,1<Bi<40  pakai Heisler Chart
3. SumbuY  rasio suhu  0,077
4. Garis 1/Bi  0,237
5. Dari grafik di sumbu X, di dapat bilangan Fourier = 0,5
6. Cari nilai t dari persamaan
𝑘 𝑡
𝐹𝑜 =
𝜌. 𝐶𝑝 𝐷2
7. t = 3742 s = 1,04 jam
Contoh 3

Apel didinginkan dari suhu 20oC menjadi 8oC, dengan menggunakan air
dingin mengalir (5oC). Aliran air dingin ini memberikan koefisien pindah
panas konveksi (h) sebesar 10 W/m2K. Asumsikan apel sebagai bola dengan
diamater 8 cm. Diketahui sifat fisik dari apel sebagai berikut: konduktivitas
panas (k)=0.4 W/m/K, Cp=3.8 kJ/kg.K dan densitas (ρ)=960 kg/m3. Untuk
pusat geometri apel mencapai suhu 8oC, berapa lama harus dilakukan
pendinginan?

1. Hitung Bilangan Biot  1,0


2. 0,1<Bi<40  pakai Heisler Chart
3. SumbuY  rasio suhu  0,2
4. Garis 1/Bi  0,2
5. Dari grafik di sumbu X, di dapat bilangan Fourier = 0,78
6. Cari nilai t dari persamaan
𝑘 𝑡
𝐹𝑜 =
𝜌. 𝐶𝑝 𝐷2
7. t = 11381 s = 3,16 jam

Anda mungkin juga menyukai