Anda di halaman 1dari 13

PERSIAPAN PERIOPERATIF MASTEKTOMI

1. Fase Preoperatif Mastektomi

Fase preoperatif dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan intervensi dan diakhiri ketika pasien
dikirim ke kamar operasi. Lingkup aktivitas keperawatan selama waktu tersebut dapat mencakup
penetapan pengkajian dasar pasien. Wawancara praoperatif dan menyiapkan pasien untuk anestesi
yang diberikan dalam pembedahan

a. Pengkajian :

· Identitas pasien

· Tanda-tanad vital

· Riwayat penyakit : alergi, penyakit paru (asma, PPOM, TB paru), penggunaan narkoba, alkoholisme,
menggunakan obat seperti kortikosteroid dan obat jantung

· Riwayat kesehatan keluarga : DM. Hipertensi

· Status nutrisi : BB, puasa, tinggi badan

· Keseimbangan cairan dan elektrolit

· Ada tidaknya gigi palsu, pemakaian lensa kontak, atau cat kuku dan implan prosthesis lainnya

· Pencukuran daerha operasi

· Kolaborasi dengan dokter anestesi tentang pemberian jenis anestesi dan pemakaian obat anestesi
yang akan dilakukan

· Pemeriksaan penunjung : rontgen, EKG, pemeriksaan laboratorium (darah lengkap, faal hepar, faa
ginjal, masa pembekuan darah), biopsi, pemeriksaan gula darah

· Informed consent

· Penentuan status ASA

Diagnosa keperawatan pre operasi Mastektomi

· Cemas berhubungan dengan krisis situasional

· Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan

· Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi

Rencana Keperawatan pre operatif Mastektomi:


DIAGNOSA KEP. NOC NIC

Cemas berhubungan Setelah dilakukan Anxiety reduction :


dengan perubahan asuhan keperawatan
status kesehatan selama..... pasien · Tenangkan pasien
menunjukan anxiety · Jelaskan seluruh prosedurt tindakan
control dengan kepada pasien dan perasaan yang mungkin
kriteria hasil: muncul pada saat melakukan tindakan
· pasien kooperatif · Berusaha memahami keadaan pasien
· Mampu · Berikan informasi tentang diagnosa,
mengidentifikasikan prognosis dan tindakan
cemas dengan bahasa
tubuh yang tenang · Mendampingi pasien untuk mengurangi
kecemasan dan meningkatkan
· Vital sign dbn kenyamanan

· Dorong pasien untuk menyampaikan


tentang isi perasaannya

· Kaji tingkat kecemasan

· Dengarkan dengan penuh perhatian

· Ciptakan hubungan saling percaya

· Bantu pasien menjelaskan keadaan yang


bisa menimbulkan kecemasan

· Bantu pasien untuk mengungkapkan hal


hal yang membuat cemas

· Ajarkan pasien teknik relaksasi

· Berikan obat obat yang mengurangi


cemas

Kurang pengetahuan Setelah dilakukan Teaching : Dissease Process


tentang penyakit, asuhan keperawatan
- Kaji tingkat pengetahuan klien dan
perawatan,pengobatan selama......,
pengetahuan klien keluarga tentang proses penyakit
kurang paparan meningkat dengan -Jelaskan tentang patofisiologi penyakit,
terhadap informasi
kriteria hasil tanda dan gejala serta penyebabnya

Klien mampu -Sediakan informasi tentang kondisi klien


menjelaskan kembali
-Berikan informasi tentang perkembangan
apa yang dijelaskan
klien
Klien kooperative saat
dilakukan tindakan -Diskusikan perubahan gaya hidup yang
mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang dan
atau kontrol proses penyakit

-Jelaskan alasan dilaksanakannya tindakan


atau terapi

-Gambarkan komplikasi yang mungkin


terjadi

-Anjurkan klien untuk mencegah efek


samping dari penyakit

-Gali sumber-sumber atau dukungan yang


ada

-Anjurkan klien untuk melaporkan tanda


dan gejala yang muncul pada petugas
kesehatan

Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan · Lakukan pengkajian nyeri secara
injuri biologi asuhan keperawatan komprehensif termasuk lokasi,
selama 1x pertemuan karakteristik, durasi, frekuensi
nyeri klien berkurang
dengan kriteria hasil: · Monitor vital sign

· Nyeri terkontrol · Gunakan teknik komunikasi


terapeutik untuk mengetahui pengalaman
· Klien nyeri
menggunakan teknik
non farmakologi · Ajarkan teknik
untuk mengurangi relaksasi nafas dalam untuk mengurangi
nyeri nyeri
· Tanda vital dalam
rentang normal
2. Fase Intraoperatif Mastektomi

Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah ke instalasi bedah dan berakhir saat
pasien dipindahkan ke ruang pemulihan.
Aktivitas keperawatan yang dilakukan selama tahap intra operatif meliputi 4 hal, yaitu :

a. Safety Management (Pengaturan posisi pasien)

Faktor penting yang harus diperhatikan ketika mengatur posisi di ruang operasi adalah: daerah operasi,
usia, berat badan pasien, tipe anastesidan nyeri. Posisi yang diberikan tidak boleh mengganggu sirkulasi,
respirasi, tidak melakukan penekanan yang berlebihan pada kulit dan tidak menutupi daerah atau
medan operasi.

- Kesejajaran fungsional maksudnya adalah memberikan posisi yang tepat selama operasi. Operasi
yang berbeda akan membutuhkan posisi yang berbeda pula  supine

- Pemajanan area pembedahan maksudnya adalah daerah mana yang akan dilakukan tindakan
pembedahan. Dengan pengetahuan tentang hal ini perawat dapat mempersiapkan daerah operasi
dengan teknik drapping

- Mempertahankan posisi sepanjang prosedur operasi


dengan tujuan untuk mempermudah proses pembedahan juga sebagai bentuk jaminan keselamatan
pasien dengan memberikan posisi fisiologis dan mencegah terjadinya injury.

- Memasang alat grounding ke pasien

- Memberikan dukungan fisik dan psikologis pada klien untuk menenagkan pasien selama operasi
sehingga pasien kooperatif.

- Memastikan bahwa semua peralatan yang dibutuhkan telah siap seperti : cairan infus, oksigen,
jumlah spongs, jarum dan instrumen tepat.

b. Monitoring Fisiologis

- Melakukan balance cairan

- Memantau kondisi cardiopulmonal meliputi fungsi pernafasan, nadi, tekanan darah, frekuensi
denyut jantung, saturasi oksigen, perdarahan dll.

- Pemantauan terhadap perubahan vital sign

c. Monitoring Psikologis

- Memberikan dukungan emosional pada pasien

- Berdiri di dekat klien dan memberikan sentuhan selama prosedur induksi

- Mengkaji status emosional klien


- Mengkomunikasikan status emosional klien kepada tim kesehatan (jika ada perubahan)

d. Pengaturan dan koordinasi Nursing Care

- Memanage keamanan fisik pasien

- Mempertahankan prinsip dan teknik asepsis

Obat-obat anestesi :

1. Obat-obat premedikasi

SA 0,001-0,002 mg/KgBB

Midazolam 0,1-0,2 mg/KgBB

Fentanyl 1-2 mcg/KgBB

Pethidin 1 mg/KgBB

2. Obat antiemetik

Ondansetron 4mg/2mL

Sotatic 10mg/2 mL

3. Obat induksi

Propofol 1,5-2,5 mg/Kg/BB

4. Obat musculorelaksan

Recorium bromide 0,5-1 mg/Kg/BB

Sucynil Colin 1 mg/KgBB

Roculax 0,5-1 mg/KgBB

5. Obat emergency

Adrenalin injeksi

Epidrin injeksi

Dexamethason injeksi

Aminophilin injeksi

6. Obat analgetik
Ketorolac 30 mg/ 1 mL

Torasix 30mg/1 mL

7. Oat antidotum

Prostigmin dan narkan

8. Cairan yang diperlukan

Kristaloid seperto ringer laktat, aquadest 25 CC untuk larutan obat, assering

Koloid seperti fimahest atau gelofusion

MASTEKTOMI

Prosedur Operasi Mastektomi

Secara singkat tekhnik operasi dari mastektomi radikal modifikasi dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Penderita dalam general anaesthesia, lengan ipsilateral dengan yang dioperasi diposisikan abduksi
900, pundak ipsilateral dengan yang dioperasi diganjal bantal tipis.

2. Desinfeksi lapangan operasi, bagian atas sampai dengan pertengahan leher, bagian bawah sampai
dengan umbilikus, bagian medial sampai pertengahan mammma kontralateral, bagian lateral sampai
dengan tepi lateral skapula. Lengan atas didesinfeksi melingkar sampai dengan siku kemudian dibungkus
dengan doek steril dilanjutkan dengan mempersempit lapangan operasi dengan doek steril

3. Bila didapatkan ulkus pada tumor payudara, maka ulkus harus ditutup dengan kasa steril tebal (
buick gaas) dan dijahit melingkar.

4. Dilakukan insisi (macam –macam insisi adalah Stewart, Orr, Willy Meyer, Halsted, insisi S) dimana
garis insisi paling tidak berjarak 2 cm dari tepi tumor, kemudian dibuat flap.

5. Flap atas sampai dibawah klavikula, flap medial sampai parasternal ipsilateral, flap bawah sampai
inframammary fold, flap lateral sampai tepi anterior m. Latissimus dorsi dan mengidentifikasi vasa dan.
N. Thoracalis dorsalis
6. Mastektomi dimulai dari bagian medial menuju lateral sambil merawat perdarahan, terutama
cabang pembuluh darah interkostal di daerah parasternal. Pada saat sampai pada tepi lateral
m.pektoralis mayor dengan bantuan haak jaringan maamma dilepaskan dari m. Pektoralis minor dan
serratus anterior (mastektomi simpel). Pada mastektomi radikal otot pektoralis sudah mulai

7. Diseksi aksila dimulai dengan mencari adanya pembesaran KGB aksila Level I (lateral m. pektoralis
minor), Level II (di belakang m. Pektoralis minor) dan level III ( medial m. pektoralis minor). Diseksi
jangan lebih tinggi pada daerah vasa aksilaris, karena dapat mengakibatkan edema lengan. Vena-vena
yang menuju ke jaringan mamma diligasi. Selanjutnya mengidentifikasi vasa dan n. Thoracalis longus,
dan thoracalis dorsalis, interkostobrachialis. KGB internerural selanjutnya didiseksi dan akhirnya jaringan
mamma dan KGB aksila terlepas sebagai satu kesatuan (en bloc)

8. Lapangan operasi dicuci dengan larutan sublimat dan Nacl 0,9%.

9. Semua alat-alat yang dipakai saat operasi diganti dengan set baru, begitu juga dengan handschoen
operator, asisten dan instrumen serta doek sterilnya.

10. Evaluasi ulang sumber perdarahan

11. Dipasang 2 buah drain, drain yang besar ( redon no. 14) diletakkan dibawah vasa aksilaris, sedang
drain yang lebih kecil ( no.12) diarahkan ke medial.

12. Luka operasi ditutup lapais demi lapis

Komplikasi operasi Mastektomi

Dini :

- pendarahan,

- lesi n. Thoracalis longus wing scapula

- Lesi n. Thoracalis dorsalis.

Lambat : - infeksi

- nekrosis flap

- wound dehiscence

- seroma

- edema lengan

- kekakuan sendi bahu  kontraktur


Mortalitas

hampir tidak ada

Diagnosa Keperawatan intra operatis yang sering muncul Mastektomi :

- Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan tekanan inspirasi dan ekspirasi karena
pemberian agent anastesi.

- Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan, prosedur invasif dan truma jaringan.

- Resiko cidera berhubungan dengan anastesi dan pembedahan.

Rencana Keperawatan intra operatif Mastektomi:

DIAGNOSA KEP. NOC NIC

Pola nafas tidak Setelah dilakukan asuhan Airway and breathing management :
efektif berhubungan keperawatan selama.....
dengan penurunan pasien menunjukan · Monitor ventilasi (jalan dan suara
tekanan inspirasi dan respiration control dengan nafas)
ekspirasi karena kriteria hasil: · Lakukan management ventilasi
pemberian agent dengan head tilt chin leaf / jaw trust
anastesi. · Jalan nafas adequat
positioning
· Suara nafas vesikuler
· Pasang alat bantu nafas : mouth
· Saturasi O2 dbn airway/orofaringeal tube, ET, LMA

· Monitor keakuratan fungsi ET, LMA

· Lakukan assisted respiration

· Monitor vital sign dan saturasi O2


secara periodik

Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan Infection control management


berhubungan dengan keperawatan selama......,
pembedahan, menunjukkan infection · Kendalikan prosedur masuk
prosedur invasif dan protection, enviroment, host kamar operasi untuk pasien maupun
truma jaringan. and agent control dengan petugas
kriteria hasil
· Batasi jumlah personil di kamar
· Terkendalinya nfection operasi
control
· Kendalikan sterilitas ruangan dan
· Luka dan keadaan sekitar peralatan yang dipakai
bersih
· Lakukan cuci tangan bedah,
pemakaian jas operasi, pemakaian
sarung tangan dan duk operasi sesuai
prosedur.

· Terapkan prosedur septik aseptik.

· Lakukan penutupan luka sesuai


prosedur

· Kolaborasi pemberian antibiotik

· Environment kontrol

Resiko cidera Setelah dilakukan asuhan Injury control management


berhubungan dengan keperawatan selama......
anastesi dan menunjukkan injury · Anatomis dan imobil position
pembedahan. neuromuscular protection · Pasang groundit kouter dengan
dengan kriteria hasil : benar
· Tidak terjadi luka baru · Melakukan tindakan anastesi
diluar organ target sesuai dengan prosedur
· Instrument terhitung · Memasang alat bantu pernafasan
lengkap sebelum dan sesuai dengan prosedur
sesudah operasi.
· Hindari manipulasi jaringan
berlebihan

· Penggunaan instrument yang


tepat dan benar

· Perhitungan jumlah instrument


sebelum dan sesudah operasi yang
MASTEKTOMI

3. Fase Post operastif Mastektomi

a. Fase pasca anesthesia.

Setelah dilakukan mastektomi, penderita dipindah ke ruang pemulihan disertai dengan oleh ahli
anesthesia dan staf profesional lainnya.

1) Mempertahankan ventilasi pulmoner.

Menghindari terjadiya obstruksi pada periode anestesi pada saluran pernafasan, diakibatkan
penyumbatan oleh lidah yang jatuh, kebelakang dan tumpukan sekret, lendir yang terkumpul dalam
faring trakea atau bronkhial ini dapat dicegah dengan posisi yang tepat dengan posisi miring/setengah
telungkup dengan kepala ditengadahkan bila klien tidak bisa batuk dan mengeluarkan dahak atau lendir,
harus dilakukan penghisapan dengan suction.

2) Mempertahankan sirkulasi

Pada saat klien sadar, baik dan stabil, maka posisi tidur diatur ”semi fowler” untuk mengurangi oozing
venous (keluarnya darah dari pembuluh-pembuluh darah halus) lengan diangkat untuk meningkatkan
sirkulasi dan mencegah terjadinya udema, semua masalah ini gangguan rasa nyaman (nyeri) akibat dari
sayatan luka operasi merupakan hal yang pailing sering terjadi

3) Masalah psikologis.

Payudara merupakan alat vital seseorang ibu dan wanita, kelainan atau kehilangan akibat operasi
payudara sangat terasa oleh pasien,haknya seperti dirampas sebagai wanita normal, ada rasa kehilangan
tentang hubungannya dengan ssuami, dan hilangnya daya tarik serta serta pengaruh terhadap anak dari
segi menyusui.

4) Mobilisasi fisik.
Pada pasien pasca mastektomi perlu adanya latihan-latihan untuk mencegah atropi otot-otot kekakuan
dan kontraktur sendi bahu, untuk mencegah kelainan bentuk (diformity) lainnya, maka latihan harus
seimbang dengan menggunakan secara bersamaan.

b. Perawatan post mastektomi

1) Pemasangan plester /hipafik

Dalam hal ini pemasangan plester pada operasi mastektomi hendaknya diperhatikan arah tarikan-
tarikan kulit (langer line) agar tidak melawan gerakkan-gerakkan alamiah, sehingga pasien dengan rileks
menggerakkan sendi bahu tanpa hambatan dan tidak nyeri untuk itu perlu diperhatikan cara meletakkan
kasa pada luka operasi dan cara melakukan fiksasi plester pada dinding dada.

Plester medial melewati garis midsternal

Plester posterior melewati garis axillaris line/garis ketiak

Plester posterior(belakang) melewati garis axillaris posterior.

Plester superior tidak melewati clavicula

Plester inferior harus melewati lubang drain

Untuk dibawah klavicula ujug hifavik dipotong miring seperti memotong baju dan dipasang miring
dibawah ketiak sehingga tidak mengangu grakkan tangan.

2) Perawatan pada luka eksisi tumor.

Bila dikerjakan tumorektomi,pakai hipafik ukuran 10 cm yang dibuat seperti BH sehingga menyangga
payudara .

3) Klien yang dikerjakan transplantasi kulit kalau kasa penutup luka basah dengan darah atau serum
harus segera diganti, tetapi bola penutup (thiersch) tidak boleh dibuka.

4) Pemberian injeksi dan pengambilan darah.

5) Pengukuran tensi

Diagnosa keperawatan post operasi yang sering muncul Mastektomi::

- Resiko aspirasi berhubungan dengan status kesadaran, reflek menelan belum optimal karena
pemakaian obat anastesi

- Resiko cidera berhubungan dengan tingkat kesadaran pasien


Rencana intervensi keperawatan post operasi Mastektomi:

DIAGNOSA KEP. NOC NIC

Resiko aspirasi Setelah dilakukan asuhan Aspiration Precaution :


berhubungan dengan keperawatan selama......,
status kesadaran, menunjukkan · Monitor tingkat kesadaran dan reflek
reflek menelan control dengan kriteria menelan
belum optimal hasil · Monitor status airway dan bebaskan
karena pemakaian airway
· Airway terkontrol dan
obat anastesi
adequat · Lakukan suctioning jika perlu
· Reflek menelan efektif · Posisikan supinasi atau posisi SIM
pada operasi jalan nafas

Resiko cidera Setelah dilakukan asuhan Environment Management :


berhubungan dengan keperawatan selama......,
tingkat kesadaran menunjukkan risk · Sediakan lingkungan yang aman dan
pasien control dengan kriteria nyaman
hasil · Posisikan tidur sesuai instruksi medis /
· Pasien terbebas dari anastesi
cidera · Memasang side trail tempat tidur
· Pasien komunikatif dan · Hindari dari perabot yang berbahaya
kooperatif
· Kaji tingkat kesadaran

· Dampingi selama pasien belum sadar


penuh

· Lindungi arah gerakan dan jangan


lawan gerakan pasien

· Rangsang kesadaran pasien ke


Compos Mentis

· Alat invasif terkontrol


DAFTAR PUSTAKA

Closkey ,Joane C. Mc, Gloria M. Bulechek.(1996). Nursing Interventions Classification (NIC). St. Louis
:Mosby Year-Book.

Johnson,Marion, dkk. (2000). Nursing Outcome Classifications (NOC). St. Louis :Mosby Year-Book

Juall,Lynda,Carpenito Moyet. (2003).Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 10.Jakarta:EGC

Price Sylvia, A (1994), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4. Jakarta. EGC

Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi. EGC : Jakarta.

Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah : Brunner
Suddarth, Vol. 2. EGC : Jakarta.

Sjamsuhidajat. R (1997), Buku ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta

Wiley dan Blacwell. (2009). Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2009-2011,
NANDA.Singapura:Markono print Media Pte Ltd

Anda mungkin juga menyukai