Oleh :
NIM : 1211305015
Makanan merupakan kebutuhan dasar (pokok) yang sangat penting bagi kehidupan
manusia dimana makanan berfungsi memberikan tenaga atau energi panas pada tubuh.
Begitu pentingnya peran makanan dalam kehidupan menyebabkan munculnya
berbagai jasa penyedia olahan makanan sehingga masyarakat dapat memperolehnya
kapanpun dan dimanapun. Salah satu jasa penyedia olahan makanan saat ini adalah
katering. Cakupan pasar katering saat ini pun tidak hanya terbatas untuk konsumen
umum, namun juga konsumen yang memiliki kebutuhan khusus seperti saat sedang
melakukan perjalanan udara.
Jasa transportasi udara sekarang telah menjadi salah satu pilihan utama masyarakat.
Hal ini dikarenakan kepuasan dan kenyamanan merupakan hal dasar yang diberikan
jasa transportasi ini. Salah satu bentuk untuk menjaga kepuasan penumpang seluruh
maskapai penerbangan berusaha meningkatkan pelayanan dalam bidang pangan yang
dapat dinikmati saat perjalanan.
1.2 Tujuan
Tujuan studi lapangan ini adalah untuk mengetahui nilai-nilai pada layanan
catering Aerofod ACS Bali
1.3 Manfaat
Diharapkan mahasiswa mengetahui nilai-nilai yang ada pada layanan catering
Aerofod ACS Bali.
BAB II
TINAJUAN PUSTAKA
Industri jasa boga maskapai penerbangan termasuk dalam industri jasa boga
golongan C. Industri jasa katering maskapai penerbangan ini bertujuan untuk
menyediakan beberapa pilihan menu makanan dan minuman kepada maskapai
penerbangan untuk dikonsumsi oleh penumpang maskapai selama jadwal penerbangan.
jasa katering yang melayani maskapai penerbangan secara umum dikenal dengan
inflight catering.
Produk makanan dan minuman disiapkan dan diolah di dapur khusus yang
kemudian akan dipindahkan ke bandara udara untuk selanjutnya dimuat ke pesawat.
Semua makanan dan peralatan diberangkatkan tepat pada waktunya sesuai dengan
jadwal penerbangan maskapai tersebut. Masalah yang harus dihindari oleh industri jasa
katering adalah keterlambatan jadwal penerbangan yang disebabkan oleh masalah
katering. Salah satu indusri jasa boga yang menangani inflight catering adalah PT.
Aerofood Catering Service ACS Bali.
Sistem manajemen mutu merupakan bagian terpenting dan mutlak harus ada dalam
suatu institusi. Sistem ini dimaksudkan agar seluruh anggota organisasi dalam
perusahaan yang terlibat dalam produksi atau yang terkait pada jalur mutu serta
keamanan produksi mulai dari pimpinan puncak sampai pada level paling bawah harus
memperhatikan, melaksanakan semua persyaratan jaminan mutu.
Sistem manajemen mutu pada Aerofood ACS Indonesia, terdapat beberapa
bagian yaitu Departemen Quality Health Safety Environment (QHSE) dengan sub
bagian Quality Control (QC) yang bertugas untuk mengontrol kualitas dari produk
makanan yang dihasilkan oleh bagian produksi. Kegiatan lainnya adalah melakukan
pemeriksaan rutin terhadap keseluruhan tahapan produksi, mengatasi, dan membuat
keputusan atas kesalahan yang terjadi, membuat laporan terhadap kegiatan
pemeriksaan, dan dokumentasi segala kegiatan yang dilakukan.
HACCP yang dilakukan di ACS terdiri dari pengendalian bahaya pada saat
reiceiving (penerimaan bahan makanan), storage (penyimpanan bahan makanan), final
cooking (pengolahan bahan makanan), rapid cooling (pendinginan makanan dengan
cepat), dan handling (penanganan makanan).
Menurut LPPOM MUI (2008), Sistem Jaminan Halal (SJH) adalah suatu sistem
manajemen yang disusun, diterapkan, dan dipelihara oleh perusahaan pemegang
sertifikat halal untuk menjaga kesinambungan proses produksi halal sesuai dengan
ketentuan LPPOM MUI.
Sertifikasi halal adalah suatu proses untuk memperoleh sertifikat halal melalui
beberapa tahap untuk membuktikan bahwa bahan, proses produksi, dan Sistem
Jaminan Halal memenuhi standar LPPOM MUI. Sertifikasi halal ini dikeluarkan oleh
MUI berlaku selama 2 tahun setelah dikeluarkan, diluar itu produsen harus mengajukan
kembali sertifikasi halal yang telah habis masa berlakunya. Hal ini bertujuan untuk
menjaga konsistensi produksi produsen selama berlakunya sertifikat.
BAB III
HASIL STUDI DAN DISKUSI
Proses produksi di PT. ACS dilakukan melalui beberapa tahapan, dari proses
penerimaan bahan baku (Receiving) hingga penyimpanan akhir (Final Holding) produk
jadi. Tahapan tersebut telah diatur sedemikian rupa sehingga proses produksi dapat
berjalan dengan lancar dan kualitas serta keamanan produk selalu terjaga. Pengaturan
dilakukan dengan membedakan ruang produksi berdasarkan proses dan bahan bakunya
serta terdapat alur produksi yang jelas. Pembedaan ruang produksi akan memperkecil
kemungkinan terjadinya kontaminasi silang.
Penerimaan bahan merupakan tahapan awal pada suatu proses produksi. Pada
tahap ini, bahan yang akan digunakan untuk proses produksi diseleksi dahulu oleh QC
dan merupakan CCP I pada Aerofood ACS. Bahan tersebut diantaranya yaitu buah,
sayur, ikan, daging, gula, beras, serta makanan dan minuman lain. Untuk menjamin
kesegarannya, buah dan sayur didatangkan setiap hari. Sedangkan bahan yang
seharusnya datang hari minggu didatangkan sekaligus pada hari sabtu.
Alur barang datang melalui PR (Purchasing Request) dari departemen store dan
departemen kitchen yang diajukan ke departemen Purchasing. Dari departemen
purchasing timbul PO (Purchasing Order) untuk distributor, kemudian barang datang
melalui penerimaan sesuai PO yang telah ditntukan baik jumlah maupun tanggal
kedatangannya. Staf penerimaan barang terdiri dari Cost Control (CC), Quality Control
(QC) dan Store. Staf CC bertugas mencatat jumlah bahan yang diterima, memeriksa
kesesuaian bahan dengan PO dan mencatat tanggal kedatangan pada nota serta
menandatanganinya. Staf QC bertugas memeriksa kualitas bahan yang datang
disesuaikan dengan standard spesifikasi PT. Aerofood ACS. Selain itu, bahan yang
diterima harus sesuai dengan batas kritis CCP I supaya keamanan produk terjamin. Jika
keadaan tidak sesuai, maka dilakukan tindakan koreksi. Sedangkan store bertugas
untuk menyimpan barang yang akan digunakan untuk proses produksi.
Bahan yang telah diterima kemudian diberi label yang berisi keterangan tanggal
kedatangan dan tanggal kadaluarsa. Tujuannya yaitu untuk mempermudah penerapan
FIFO (First In First Out). Selain itu, nama penyalur/ pemasok, jumlah dan merk juga
dicatat. Setelah itu, bahan diserahkan ke departemen terkait. Sayur diserahkan ke
bagian vegetable department kitchen, makanan beku diletakkan di freezing, sedangkan
makanan atau minuman kering disimpan di gudang.
Jadwal penerimaan bahan baku pada Aerofood ACS Bali berupa sayur dan buah
segar diterima pada pukul 08.00-10.00 pagi, sedangkan bahan dingin diterima pada
pukul 11.00-14.00 siang. Sedangkan barang ready to eat diterima pada pukul 14.00-
16.00. Kesepakatan baik berupa ukuran, warna, tingkat kemanisan, dan harga tercapai
maka dapat dilakukan kerjasama. Persyaratan seperti spesifikasi bahan baku sudah
diatur oleh ACS, bila sdh sesuai maka akan ada kontrak dengan vendor. Audit vendor
dilakukan oleh ACS setahun sekali, pengawasannya berupa higine supplyer, bgmanan
kondisi storage dsna, bgaiaman pasca panennya, apakah ada usaha dlm menjaga
kesegaran produk diawasi sebelum dilakukan kerjasama.
3.1.2 Penyimpanan (Storing)
Bahan yang sudah sesuai dengan spesifikasi dibawa ke store. Store merupakan
tempat penyimpanan sementara barang produksi dan barang untuk kebutuhan
karyawan perusahaan. Secara umum department store dibagi atas beberapa bagian
yaitu main store, airlines store and mini store.
Main store sendiri dibagi menjadi 3 ruangan, yaitu freezer, chiller dan bahan
kering. Ruangan freezer bersuhu (-34) – (-18)°C, digunakan untuk penyimpanan
sementara bahan makanan beku terutama daging, ikan, udang, dan juga frozen dough
(bakery). Chiller bersuhu 0-5°C digunakan untuk penyimpanan sementara jus, yoghurt,
cokelat, telur, mentega dan margarine. Bahan kering disimpan pada suhu sekitar 25°C.
Airlines store dibagi menjadi dua bagian yaitu airlines store dan bonded store.
Airlines store digunakan untuk penyimpanan sementara bahan-bahan milik maskapai
yaitu makanan instan dan minuman, peralatan dan alcohol. Alkohol digunakan untuk
penumpang pesawat luar negeri kelas bisnis. Bonded store merupakan tempat
penyimpanan sementara barang-barang milik maskapai yang masih dalam pengawasan
pabean atau bea cukai, jika barang-barang tersebut telah mendapat ijin dari bea cukai
maka dapat dipindahkan ke store.
Butcher room and fish room digunakan untuk proses pencairan daging dan ikan
yang beku, pencucian dan pemotongan daging dan ikan sebelum diolah di bagian hot
kitchen. Proses pencairan dilakukan dengan cara memasukkan daging beku atau ikan
yang beku ke dalam ruang thawing suhu 5-10°C dan didiamkan minimal 1 jam. Setelah
daging dicairkan dan dipotong maka dapat langsung diolah di bagian hot kitchen. Jika
belum diolah maka harus disimpan dalam chiller suhu 0-5°C maksimal 3 hari.
Setelah diolah, maka makanan siap dikemas di bagian hot dishing. Makanan
dikemas sesuai dengan spesifikasi menu yang telah ditentukan dan disesuaikan dengan
pergantian menu penerbangan yang berlaku (tata letak bagian makanan pada kemasan
dan berat). Penataan makanan yang akan dikemas harus sesuai dengan permintaan
maskapai dimana ada contoh gambar menu yang telah ditentukan. Makanan dikemas
sesuai dengan peralatan penerbangan yang bersangkutan kemudian ditutup dengan
aluminium foil dan diberi label jenis makanan serta hari pembuatan. Penataan makanan
tidak boleh lebih dari 45 menit dan suhu makanan ≤ 15°C (CCP-5).
Proses utama bagian cold kitchen adalah penataan buah dan salad. Pemotongan
buah disesuaikan dengan spesifikasi menu dari pihak penerbangan. Pengemasan buah
dan salad menggunakan plastik PP (polypropylene) yang telah disediakan oleh pihak
penerbangan, setelah itu dimasukkan dalam chiller suhu 0-5°C.
Bagian bakery dan pastry adalah tempat untuk membuat makanan tertutup
untuk semua maskapai penerbangan. Bakery dikhususkan untuk produksi kue kering,
roti isi, roti manis dan sebagainya. Pada bagian bakery terdapat chiller room untuk
menyimpan adonan roti dan terdapat freezer room untuk menyimpan keperluan
terutama daging untuk isi roti. Roti-roti tersebut akan dikemas dalam plastik, kemudian
disajikan di bagian MTSU. Sedangkan macam-macam olahan Pastry diantaranya roll
cake, pudding, dan clapertart. Pada bagian pastry terdapat standart cabinet untuk
menyimpan adonan dan olahan pastry yang belum digunakan. Produk kue tersebut
akan dikemas dalam plastik PP, tetapi untuk kue yang diberi fla dikemas dalam
mangkuk plastik yang telah disediakan pihak penerbangan kemudian disajikan di
MTSU.
MTSU (Meal Tray Set Up) merupakan tempat penyajian makanan untuk
maskapai penerbangan. Makanan ditata sesuai dengan gambar menu. Perlengkapan
yang digunakan milik penerbangan. Setelah ditata, wadah dimasukkan ke troli dan
disimpan dalam Final Holding Room sesuai Food Temperature at Dispatch dan sesuai
dengan batas kritis CCP-2 untuk menjamin produk tetap segar dan aman dikonsumsi.
Setelah itu ditangani oleh bagian handling untuk persiapan dibawa ke bandara.
Bagian ini bertugas untuk menangani makanan dari MTSU sampai masuk ke
transportasi. Handling dibagi 2, yaitu handling foreign Airlines dan Handling Domestic
Airlines. Pada proses handling ini dilakkukan pengecekan ulang pada troli dan baki
yang telah diset. Jika sudah sesuai dilakukan serah terima dari MTSU ke handling. Jika
tidak sesuai maka dikembalikan ke MTSU untuk dilengkapi, jika sudah sesuai diberi
label dan siap dibawa ke bagian transportasi untuk dikirim ke bandara.
3.1.5 Pendistribusian (Distribution)
3.2.1 CCP 1
CCP1 merupakan batas kritis yang terdapat pada bagian penerimaan bahan baku
(receiving). Pada CCP 1 dilakukan pengecekan terhadap bentuk, ukuran, tekstur, berat,
aroma, warna, rasa, dan suhu suhu dari bahan baku yang datang. Untuk bahan baku
yang kering dan terdapat pada kemasan akan dilakukan pengecekan secara fisik yang
meliputi kelayakan kemasan, label tanggal kadaluarsa, isi produk tersebur, serta label
Hala dari LPPOM MUI. Untuk bahan baku dingin, suhu produk yang menjadi syarat
adalah < 5˚C, jika saat bahan baku datang dengan keadaan suhu 5˚C sampai 8˚C harus
segera dimasukkan ke dalam chiller, dan jika suhu bahan baku > 8˚C maka bahan baku
ditolak.
3.2.2 CCP 2
CCP 2 merupakan batas kritis yang terdapat pada bagian penyimpanan (storage).
Penyimpanan produk dilakukan berdasarkan jenis bahan baku. Untuk bahan baku
dingin seperti ikan, sayur, keju, susu, yoghurt, dan jus memiliki syarat menggunakan
suhu sekitar 5˚C sampai 8˚C yang akan disimpan di chiller. Sedangkan bahan baku
beku seperti daging sapi dan ayam memiliki syarat menggunakan suhu sekitar -34˚C
sampai -18˚C. Tahapan ini sangat penting dilakukan karena dapat mepengaruhi dan
menentukan mutu dari tahapan produk selanjutnya.
3.2.3 CCP 3
CCP 3 merupakan batas kritis yang terdapat pada bagian hot kitchen, bakery, dan
pastry. Dalam proses pemasakan harus dapat memenuhi suhu minimum yang telah
ditentukan. Pada produk yang mengandung bahan dari daging sapi dan ayam
menggunakan suhu minimum sekitar 74˚C. Pada produk yang mengandung bahan dari
ikan, udang, dan hasil laut lainnya menggunakan suhu minimum sekitar 65˚C. Pada
produk yang berbahan telur menggunakan suhu tidak diperbolehkan kurang dari 70˚C.
Jika suhu yang digunakan belum memenuhi standar, maka akan dilakukan pemasakan
ulang. Pada tahapan ini merupakan hal kecil yang juga perlu dilakukan karena dapat
memengaruhi dan menentukan keamanan tahapan proses produk selanjutnya.
3.2.4 CCP4
CCP 4 merupakan batas kritis yang masuk pada rangkaian proses pemasakan di
bagian hot kitchen, dimana pada CCP ini mengatur proses blast chilling yang dilakukan
pada makanan yang baru selesai dimasak. Tujuan dari tahapan ini adalah untuk
meminimalisir terjadinya kemungkinan pertumbuhan mikroorganisme pada produk
yang telah dimasak dengan dilakukan penurunan suhu. Terdapat 2 proses blast chilling
yang dapat dilakukan pada CCP 4 ini, diantaranya :
a. Suhu inti dari makanan yang baru selesai dimasak diturunkan dari suhu 60˚C
menjadi 10˚C selama maksimal 4 jam.
b. Suhu inti dari makanan yang baru selesai dimasak diturunkan dari 60 ˚C menjadi
21 ˚C selama maksimal 2 jam, kemudian diturunkan lagi menjadi 5˚C pada 4 jam
selanjutnya.
Jika dalam perlakuan blast chilling, suhu dan waktu yang telah ditetapkan tidak
tercapai maka produk makanan tersebut harus dilakukan pemanasan ulang.
3.2.5 CCP 5
CCP 5 merupakan batas kritis yang berada pada bagian hot dishing. Pada CCP
ini bertujuan untuk mengatur suhu ruangan dan waktu papar pada tahapan preparation,
pre-portion, dan meal try set up. Pada CCP ini akan memungkinkan terjadinya 4 kasus,
antar lain:
a. Jika suhu ruangan < 5˚C, maka waktu papar makanan dapat disesuaikan dengan
kebutuhan.
b. Jika suhu ruangan 5˚C sampai 15˚C, maka waktu papar makanan dilakukan
maksimal 90 menit.
c. Jika suhu ruangan 15˚C sampai 21˚C, maka waktu papar makanan dilakukan
maksimal 45 menit atau suhu permukaan pada makanan maksimal 15˚C.
d. Jika suhu ruangan > 21˚C, maka waktu papar makanan dilakukan maksimal 45
menit atau suhu permukaan pada makanan maksimal 15˚C. Apabila dalam
prosesnya melampaui kedua syarat diatas, amka makanan harus dibuang.
Suhu merupakan salah satu parameter batas kritis pada suatu proses produksi
makanan. Temperature gun adalah salah satu alat yang digunakan ACS dalam
mengukur suatu suhu guna menunjang penerapan CCP. Cara kerja dari temperature
gun adalah dengan menambahkan cahaya dari alat tersebut ke suatu bahan untuk
mengetahui suhu dari bahan makanan.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
1. PT. Aerofood ACS merupakan inflight catering yang melayani jasa katering
untuk maskapai penerbangan. PT. Aerofood ACS memasok makanan bagi
beberapa maskapai penerbangan lokal maupun internasional dengan kualitas
tinggi.
2. PT. Aerofood ACS senatiasa memberikan kualitas terbaik dan kesempurnaan
demi kepuasan pelanggan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai budaya kerja I-
FRESH: Integrity, Fast, Reliable, Effective & Efficient, Service Excellent,
Hygiene.
3. Proses produksi yang diterapkan oleh PT. Aerofood ACS dilakukan melalui
beberapa tahapan, dari proses penerimaan bahan baku (receiving),
penyimpanan bahan baku (storage), persiapan produksi, cold kitchen, hot
kitchen, bakery dan pastry, hold dishing, penyusunan menu pada tempat
perbekalan (meal try set up), penyimpanan akhir (final holding), hingga
transportasi atau distribusi produk
4. PT. Aerofood ACS dalam menjaga kualitasnya telah memiliki berbagai
sertifikat, antara lain Quality Management System ISO 9001:2008 sejak tahun
1997, Food Safety Management ISO 22000:2005 sejak tahun 2008 yang
mengedepankan unsur HSE (Health, Safety, & Environment), Food Safety
HACCP, dan bersertifikasi halal dari MUI.
5. Proses produksi di PT.Aerofood ACS selalu mengedepankan prinsip-prinsip
penambahan nilai (value added) terhadap bahan-bahan baku produknya dengan
sistem rantai pendingin yang baik, pengaturan jadwal pengiriman bahan baku,
FIFO (first in first out).
DAFTAR PUSTAKA
Yudhari, Sri. 2016. Manajemen Pengendalian Mutu Bahan Baku Semangka dan
Selada Di PT. Aerowisata Chatering Service (ACS) Denpasar-Bali,
Universitas Udayana