Dalam beberapa pelaporan kasus kekerasan seksual terhadap anak, keterangan yang disampaikan anak
menjadi satu–satunya alat bukti awal yang tersedia. Oleh karena itu penyidik perlu mengumpulkan
informasi atau keterangan dari anak dengan sebaik mungkin melalui wawancara.
Model-model wawancara forensik membantu pewawancara melalui berbagai tahap wawancara yang
sah secara hukum; wawancara ini bervariasi dari yang sangat terstruktur / scripted hingga semi
terstruktur agar fleksibel. Semua model wawancara meliputi fase berikut:1
2. Fase substantif paling sering mencakup deskripsi cerita kejadian, strategi pencarian detail
kejadian, klarifikasi, dan pengujian hipotesis alternatif.1
3. Fase penutupan membantu memberikan akhir yang sopan dan penuh hormat ke percakapan
yang mungkin sangat menantang bagi anak. Pewawancara dapat menggunakan berbagai
strategi selama fase ini:1
- Tanyakan kepada anak apakah ada hal lain yang perlu diwawancarai oleh pewawancara
- Tanyakan kepada anak apakah ada sesuatu yang ingin dia sampaikan atau tanyakan kepada
pewawancara.
- Berterimakasih pada anak atas usahanya dalam wawancara.
- Memberikan rasa keamanan, keselamatan dan memberikan nomor kontak untuk bantuan
tambahan.
DAFPUS
1. Newlin C, Steele LC, Chamberlin A, Anderson J, Kenniston J, Russell A, et al. Child forensic
interviewing: best practices. Office of Juvenile Justice and Delinquency Prevention. U.S
Department of Justice. USA; 2015.
2. The Foundation of Childfirst. Childfirst Forensic Interview Protocol. Gundersen National Child
Protection Training Center. 2016.
3.