Jurnal (Prinsip Pengeringan PDF
Jurnal (Prinsip Pengeringan PDF
75
terutama untuk daerah-daerah yang tahap pengeringan masih dilakukan
miskin akan unsurhara. Ubi kayu cepat dengan penjemuran yang hanya
mengalami kerusakan yakni 48 - 72 jam mengandalkan sinar matahari. Hal ini
setelah pemanenan. Oleh masyarakat menjadi kendala kelancaran produksi
selain dikonsumsi segar, untuk memper- pada saat musim penghujan, sehingga
panjang daya simpannya biasanya di- UKM ini tidak mampu berproduksi dengan
manfaatkan sebagai gaplek. Namun lancar. Produksi menjadi tidak kontinyu
demikian, produk tersebut belum membe- dan tidak menentu, padahal pasarnya
rikan nilai jual yang menjanjikan, sehing- sangat bagus. Bahkan tidak jarang UKM
ga kurang dapat meningkatkan pendapat- ini mengalami kerugian, dikarenakan
an masyarakat. Industri pangan berbahan produk yang dijemur tidak bisa kering,
baku ubi kayu banyak berkembang di sehingga rusak. Sebagai akibatnya UKM
Indonesia, bahkan di setiap kota hamper ini tidak mampu mengatasi permintaan
dapat dijumpai adanya industry berbahan dan sering mendapat complain dari
baku singkong walaupun hanya berupa pelanggan. Bahkan permintaan ekspor ke
industry rumahtangga. Taiwan maupun Cina tidak dapat
Di desa Mojorejo, daerah Kecamatan dipenuhi. Hal ini sangat disayangkan
Junrejo, Kota Batu, Jawa Timur, terdapat karena hilangnya peluang yang amat
sentra usaha kecil pengolahan ubi kayu berharga tersebut.
yang berjumlah sekitar 25 UKM, yang Memperhatikan kondisi, potensi dan
oleh masyarakat setempat merupakan permasalahan yang dihadapi oleh UKM
mata pencaharian pokok. Oleh masyara- kerupuk kentang “Dua Merpati” maka
kat setempat dinamakan “Kerupuk kendala yang dihadapi UKM ini perlu
Kentang” karena kenampakannya mirip adanya solusi yang kongkrit dan tepat.
dengan keripik kentang, walaupun Tindak lanjut kegiatan Iptekda LIPI
sebenarnya tidak mengandung kentang. diharapkan dapat mengatasi kendala
Harga “kerupuk kentang” mentah ini tersebut dengan jalan memberikan
antara Rp. 10.000,- sampai Rp. 20.000,- bantuan fasilitas pendukung teknologi
/kg tergantung dari kualitas dan komposisi yang berupa penerapan mesin pengering
bumbu. Oleh karena itu, daya saing mekanis untuk mengantisipasi musim
produk ini cukup tinggi dibandingkan penghujan serta sekaligus meningkatkan
dengan produk-produk sejenisnya, misal- kapasitas dan kontinyuitas produksi,
nya kerupuk tapioka, keripik kentang, sehingga upaya ini dapat meningkatkan
dlsb, sehingga sangat prospektif untuk kinerja UKM tersebut agar dapat
dikembangkan karena dapat meningkat- mencapai efisiensi serta produktivitas
kan pendapatan masyarakat dan meng- yang maksimal. Selain itu, diharapkan
gairahkan perekonomian daerah, serta keberadannya dapat meningkatkan peran
penciptaan lapangan kerja. yang signifikan dalam penyediaan
Salah satu UKM yang memproduksi lapangan kerja dan meningkatkan daya
“kerupuk kentang” adalah UD saing ubi kayu.
“DuaMerpati”, dimana pemasarannya
men-jangkau seluruh Jawa dan beberapa METODE PELAKSANAAN KEGIATAN
pulau di luar Jawa, bahkan sampai ekspor
ke Taiwan dan Cina. Hasil dari kegiatan Pengeringan
IPTEKDA-LIPI tahun 2009 program Proses pengeringan adalah proses
bottom up beberapa tahapan teknologi pemindahan panas dan uap air secara
pengolahannya sudah dilakukan secara simultan, yang memerlukan energi panas
mekanis, antara lain pengepresan untuk menguapkan kandungan air yang
hancuran singkong, pengadukan adonan, dipindahan dari permukaan bahan yang
pencacahan, serta pembentukan lembar- dikeringkan oleh media pengering yang
an telah menunjukkan peningkatan efisi- berupa panas udara yang dihasilkan oleh
ensi dan performansi produksi yang kolektor. Prinsip pengeringan biasanya
signifikan. Namun sampai saat ini, pada akan melibatkan dua kejadian yaitu : (1)
76
panas harus diberikan pada bahan yang sampai homogen, kemudian dikemas
akan dikeringkan, dan (2) air harus dalam plastik dengan ukuran kira-kira 40
dikeluarkan dari dalam bahan. Dua x 50 x 10 cm dan dikukus (proses
fenomena ini menyangkut pindah panas gelatinisasi) menjadi berbentuk semacam
ke dalam dan pindah massa keluar. cake. Setelah pengukusan, cake didiam-
Pindah massa adalah pemindahan air kan 2 – 3 hari sehingga teksturnya sangat
keluar dari bahan komoditi. Menurut liat dan keras. Kemudian dilakukan pen-
Brooker et al. (1957) peristiwa yang cacahan kasar yang selanjutnya dibentuk
terjadi selama proses pengerigan adalah: lembaran-lembaran tipis untuk dicetak
a. Proses pemindaham panas, yaitu bulat-bulat. Setelah itu dikeringkan.
proses yang terjadi karena perbedaan Ubi Kayu
temperatur, panas yang dialirkan akan
meningkatkan suhu bahan yang lebih
rendah, menyebabkan tekanan uap air Pengupasan
didalam bahan lebih tinggi dari
tekanan uap air di udara.
b. Proses pemindahan massa, yaitu Pencucian
suatu proses yang terjadi karena
kelembaban relatif udara pengering
lebih rendah dari kelembaban relatif Penghancuran
bahan, panas yang dialirkan diatas
permukaan bahan akan meningkatkan
uap air bahan sehingga tekanan uap Air Pengepresan
air akan lebih tinggi dari tekanan uap
udara ke pengering.
Pencampuran
Menurut Brooker et al. (1992),
beberapa parameter yang mempengaruhi Air +
Tapioka Pengukusan
waktu yang dibutuhkan dalam proses Bumbu
pengeringan, antara lain suhu udara
pengeirng, kelembaban relatif udara Didiamkan 2-3 hari
pengeirng, kecepatan udara pengering,
dan kadar air bahan.
Pencacahan
Teknologi Produksi “Kerupuk
Kentang”
Pada proses pengeringan kerupuk Pencacahan
terjadi perpindahan panas dari udara
panas ke kerupuk basah. Pengeringan
kerupuk adalah pengurangan sejumlah air Pembentukan
lembaran-lembaran
dari irisan kerupuk, yang diambil sebagian
atau seluruhnya sehingga air di dalam
kerupuk basah mencapai jumlah tertentu
Pencetakan
yang diinginkan. Teknologi pembuatan
“Kerupuk Kentang” sama dengan pembu-
atan semua jenis kerupuk (Astawan, Pengeringan /Penjemuran
1998), yaitu diawali dengan penghan-
curan ubi kayu (singkong) kemudian
dilanjutkan dengan pengepresan untuk “Kerupuk Kentang”
diambil ampasnya saja, sedangkan
patinya dibuang. Tahap selanjutnya yaitu Gambar 1. Teknologi pengolahan “keru-puk kentang”
pencampuran ampas dengan tepung
tapioka, bumbu-bumbu, dan air, diaduk
77
Mesin Pengering yang Diintroduksikan sesuai adalah menggunakan sistem
Pada proses pengeringan, dapat pengering tipe rak dimana suhu udara
dilakukan dengan penjemuran ataupun pengering dapat dikontrol dengan baik.
menggunakan alat pengering. Tujuan dari Sistem ini mudah diterapkan karena
pengeringan adalah untuk mendapatkan proses pemanasan udara menggunakan
produk yang berkualitas baik dengan kompor gas LPG dimana besarnya nyala
tingkat kenampakan tekstur maupun pembakaran api dapat dikontrol secara
warna yang baik dan tingkat kerusakan otomatis, sehingga besarnya temperatur
yang rendah. Bila parameter-parameter udara pengering dapat dipertahankan
tersebut dapat dicapai maka produk yang pada kisaran yang telah ditentukan
dihasilkan akan mempunyai daya tarik (Rakhmadiono, 1995).
pasar yang tinggi (Rahkmadiono, 1995).
Berbagai macam alat pengering
yang ada bentuk dan mekanisme
kerjanya tergantung dari sifat bahan yang
dikeringkan, sehingga untuk mendapat-
kan produk yang berkualitas diperlukan
perlakuan panas yang tepat dan sistem
yang sesuai. Ditinjau dari sistem
pengumpanan bahan, maka ada 2 jenis
pengering, yaitu a) mesin pengering
statis, dan b) mesin pengering kontinyu.
Berdasarkan pengambilan sumber panas
atau energinya maka mesin pengering Spesifikasi :
juga dapat dibedakan dalam 2 kategori, Dimensi ruang Pengering : 3 x 3 meter
yakni a) sistem pemanasan langsung, Dimensi rak : 70 x 130 cm
dan b) sistem pemanasan tidak langsung Jumlah rak : 126 buah
Bahan bakar : LPG
(Leniger, 1975). Sirkulasi : Ekshaust fan
Pengeringan merupakan proses Pemanasan : Tidak langsung
pengurangan hingga mencapai kadar air Bahan : Plat dalam : stainlessstell
tertentu sehingga menghambat laju
Gambar 2. Mesin pengering tipe rak
kerusakan bahan akibat aktifitas biologis
dan kimia. Dasar proses pengeringan Teknis Kegiatan
adalah terjadinya penguapan air bahan ke
Penerapan mesin pengering pada
udara karena perbedaan kandungan uap
produksi kerupuk kentang mempunyai
air antara udara dengan bahan yang
keunggulan, antara lain :
dikeringkan.Penguapan terjadi apabila air
• Proses pengeringan tidak bergantung
yang dikandung oleh suatu bahan teruap,
pada cuaca, sehingga menjamin
yaitu apabila panas diberikan kepada
kelancaran dan kontinyuitas produksi.
bahan tersebut. Panas ini dapat diberikan
• Waktu produksi dapat diestimasi,
melalui berbagai sumber, seperti kayu
api, minyak atau gas, arang ataupun sehingga UKM dapat membuat
perencanaan produksi dengan tepat
tenaga surya.
Pada proses pengeringan makanan, • Waktu pengeringan lebih hemat dan
maka proses pengeringan yang paling hemat bahan bakar
sesuai atau aman adalah dengan • Mutu dan hiegines produk terkontrol
menggunakan sistem pemanasan tidak
langsung. Dengan menggunakan sistem Kegiatan pokok yang dilaksanakan
tersebut, produk yang dihasilkan akan adalah perancangan mesin pengering
mempunyai berkualitas baik karena mekanis sistem rak untuk melancarkan
selama proses pemanasan akan terjadi dan meningkatkan produksi. Rincian
perubahan phisik maupun khemis yang kegiatan yang telah dilakukan adalah
tepat. Sedangkan sistem yang paling sebagai berikut :
78
1. Rancang bangun mesin pengering cacah (copper), dan screw untuk
mekanis serta diskusi dengan UKM pembentukan lembaran. Melalui kegiatan
untuk mendapatkan masukan balik. Iptekda LIPI-2009, UKM ini telah mampu
2. Pembuatan mesin pengering mekanis meningkatkan performansi dan efisiensi
yang dilaksanakan di Work Shop. produksi. Akan tetapi, pada proses
3. Instalasi mesin pengering di UKM pengeringan masih sepenuhnya meng-
Mitra dan uji coba yang pelaksanaanya andalkan sinar matahari (penjemuran).
dilakukan oleh tim pelaksana kegiatan, Jangkauan pemasaran “kerupuk ken-
Work Shop , dan UKM Mitra. tang” tidak hanya melayani pasar lokal,
4. Praktek pengoperasian mesin namun sampai ke seluruh Jawa,
pengering secara mandiri olah UKM Mataram, Irian Jaya dan bahkan ke
Mitradipandu oleh Tim Pelaksana Taiwan serta Cina yang dilakukan oleh
Kegiatan eksportir dari Surabaya. UKM ini awalnya
5. Penerapan mesin pengering mekanis hanya memproduksi 1 jenis rasa saja,
untuk kegiatan produksi yaitu asin gurih, namun importir dari Cina
6. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan menghendaki rasa balado (udang
7. Pendampingan berkelanjutan yang berbumbu). Permintaan kerupuk kentang
dilakukan oleh Tim Pelaksana . dari UKM ini sangat tinggi, yakni 1
ton/hari atau 25 ton/bulan. Namun UKM
HASIL DAN PEMBAHASAN ini hanya mampu berproduksi 300 kg/hari
atau 9 ton/bulan, sehingga tidak dapat
Profil UKM Kerupuk Kentang “Dua memenuhi permintaan. Bahkan perminta-
Merpati” an ekspor dari Taiwan juga tidak terpe-
nuhi. Pada musim penghujan, kontinyui-
UD Dua Merpati berdiri sejak sejak tas produksi menjadi tidak lancar dan
tahun 1991, pendirinya adalah Bapak tidak menentu. Bahkan UKM ini tidak
Hardi Martono dan telah mempunyai jarang mengalami kerugian, karena keru-
nomer Regristrasi, yakni Dep Kes RI SP: puk yang belum kering menjadi rusak.
319/26-27/1993. Menempati lahan seluas Kondisi ini mengakibatkan tersendatnya
250 m2. Saat ini jumlah tenaga kerja pemenuhan permintaan dan sering
meningkat menjadi 17 orang tenaga kerja, mendapat keluhan dari pelanggan.
yang terdiri dari 6 orang pria dan 11 orang Tindak lanjut kegiatan Iptekda LIPI
wanita, dimana sebelumnya berjumlah 13 pada tahun 2012, yaitu penerapan mesin
orang. Tenaga kerja pria menangani pengering mekanis telah dapat mengan-
pekerjaan permesinan sedangkan wanita tisipasi produksi pada musim penghujan,
pada bagian pencetakan, penjemuran, meningkatkan kelancaran produksi, serta
dan pengemasan. Peningkatan jumlah meningkatkan kapasitas produksi menjadi
tenaga kerja ini antara lain disebabkan 500 kg/hari. Walaupun tidak sepenuhnya
adanya intervensi kegiatan Iptekda LIPI- dapat memenuhi permintaan, kondisi ini
2009. Hal ini menunjukkan kegiatan mampu mengatasi kendala produksi ter-
Iptekda LIPI sangat bermanfaat untuk utama pada musim penghujan. Di
meningkatkan pendapatan dan penyedia- samping itu, harapan UKM ini dapat
an lapangan kerja. menyediakan lapangan kerja, dengan
Kapasitas produksi saat ini sebesar peningkatan dari 17 orang menjadi 20
300 kg/hari dengan menghabiskan bahan orang.
baku ubi kayu 800 kg/hari. Sebelum
adanya kegiatan Iptekda LIPI 2009, Pelaksanaan Usaha dan Pemasaran
kapasitas produksi hanya 200 kg/hari, Kerupuk disukai oleh semua orang
sehingga dapat meningkat 50 %. Dalam tanpa memandang usia. Demikian pula
kegiatan Iptekda LIPI tersebut telah halnya dengan “Kerupuk Kentang” ini.
diterapkan mesin-mesin produksi secara Oleh karena itu pasar produk ini masih
mekanis, antara lain mesin pengepres, terbuka luas, dengan demikian
mesin pencampur/pengaduk, mesin pen- pengembangan produk ini sangat
79
menjanjikan. Jangkauan pemasaran Pengering tipe rak terdiri dari unit
“kerupuk kentang” tidak hanya melayani pemanas, ruang pengering dan unit
pasar lokal (Kabupaten Malang), namun sirkulasi udara. Unit pemanas merupakan
sampai ke seluruh Indonesia, dan bahkan tempat terjadinya proses pembakaran
ekspor ke Taiwan dan Cina yang bahan bakar serta tempat terjadinya
dilakukan oleh eksportir dari Surabaya. pertukaran panas dari sumber panas
UKM ini sering kewalahan memenuhi menuju udara pengeringan. Udara kering
permintaan. Dengan penerapan mesin- dilewatkan melalui pipa-pipa penukar
mesin produksi secara mekanis pada panas (heat exchanger) dimana pipa-pipa
kegiatan Iptekda LIPI 2009 dan 2012, tersebut berada dalam tungku. Kipas
maka kapasitas produksi telah meningkat yang berada di depan tungku berfungsi
3 kali lipat. Lebih jelasnya sistem untuk mensirkulasikan udara pengering-
pemasarannya dapat dilihat pada Gambar an.
3. Ruang pengering berfungsi sebagai
tempat dimana produk (adonan kerupuk)
di keringkan. Energi/panas yang mele-
wati bahan akan membebaskan sejumlah
Perusahaan “Kerupuk Kentang” kandungan air dalam bahan adonan yang
UD. DUA MERPATI kemudian akan dibawa keluar ruang
pengering. Di dalam ruang pengering
terdapat rak-rak yang berfungsi sebagai
Konsumen Tengkulak-tengkulak
tempat bahan yang akan dikeringkan.
Performansi mesin pengering tipe rak
yang diintroduksikan adalah untuk
Toko / Pasar Toko / Pasar Eksportir mencapai kadar air kerupuk yang
diinginkan, yaitu 9 % maka dibutuhkan
waktu pengeringan 3 jam, dimana kondisi
Konsumen Konsumen Konsumen sebelumnya dengan penjemuran jika
Gambar 3. Strategi pemasaran produk
cuaca cerah memerlukan waktu 6 jam
untuk mencapai kadar air yang sama.
Selain itu, kebersihan produk juga
Kinerja Mesin Pengering yang meningkat.
Diintroduksikan
KESIMPULAN
Mesin pengering yang diaplikasikan
menggunakan sistem pemanasan tidak Secara ringkat kegiatan Iptekda LIPI
langsung, dimana pengambilan panas tahun 2009 dan 2012 pada UKM Kerupuk
dilakukan melalui pipa-pipa heat ex- Kentang “Dua Merpati” telah berhasil
changer. Pemanasan secara tidak lang- memberikan dampak positif bagi
sung membuat asap hasil pembakaran perkembangan UKM dan menjembatani
bahan bakar tidak kontak dengan produk, kesenjangan pendayagunaan teknologi
sehingga produk tidak terkontaminasi yang dibutuhkan oleh UKM untuk
oleh gas hasil pembakaran. Untuk meningkat performansi dan efisiensi
menekan kehilangan panas, maka pada produksi, serta mempunyai kontribusi
sekeliling ruang pengering dan tungku yang sangat berarti dalam penyediaan
terdapat lapisan isolator yaitu glass woll lapangan kerja dan menggerakkan
yang berfungsi untuk menekan kehilang- perekonomian daerah. Keberhasilan ini
an panas melalui dinding. Pelapisan dapat dilihat dari indikator berikut:
pengering dengan isolator glass woll akan • Teknologi yang diterapkan dapat
meningkatkan efisiensi penggunaan dimanfaatkan secara maksimal oleh
bahan bakar. UKM Mitra
• Peningkatan kualitas produk
80
• Pemberdayaan sumber daya manusia
yang optimal
• Efisiensi produksi meningkat sehingga
dapat meningkatkan daya saing.
• Peningkatan kemampuan manajemen
UKM Mitra
• Peningkatan pendapatan masyarakat
dan penyediaan lapangan kerja
• Meningkatkan sinergi kelembagaan
iptek perguruan tinggi dengan daerah
dan dunia usaha.
UCAPAN TERIMAKASIH
DAFTAR PUSTAKA
Brooker, D.B., F.W.B. Arena; C. Hall.
1992. Drying and Storage of Grain
and Oilseeds. An AVI Book.
81