Anda di halaman 1dari 4

UNSUR‐UNSUR KEPEMIMPINAN AGAR 

MENDAPATKAN LOYALITAS DARI BAWAHAN 
 

Seorang  pemimipin  (leader)  sangat  diperlukan  dalam  suatu  organisasi  atau  kelompok.  Bahkan 
kelompok  terkecil  sekalipun  (keluarga,  misalnya)  tetap  membutuhkan  adanya  figur  seorang 
pemimpin  (yaitu,  ayah/bapak  sebagai  kepala/pemimpin  rumah  tangga).  Pemimpin,  dalam 
menjalankan  peranannya,  tidak  hanya  sekedar  berusaha  memimpin  dengan  baik  saja.  Selain  baik, 
pemimpin haruslah ideal. Ideal dalam artian tidak hanya kinerjanya saja yang baik tetapi juga dapat 
menimbulkan loyalitas dari bawahannya. 

Mengapa  terdapat  bawahan  dapat  menjadi  begitu  loyal  terhadap  pemimpinnya?  Atau  barangkali 
mengapa  terdapat  bawahan  yang  kurang  atau  bahkan  sama  sekali  tidak  loyal  terhadap 
pemimpinnya? Loyalitas bawahan terhadap pemimpin disebabkan oleh karena orang yang menjadi 
pemimpinnya  mempunyai  suatu  kekuatan  (power).  Kekuatan  tersebut  bersumber  dari  beberapa 
unsur yang dapat menentukan loyal tidaknya bawahan  kepada pimpinannya.  

Sumber Kekuatan dan Unsur‐unsurnya: 

A. Jabatan 
1. Legitimate  
2. Reward and Coercive  
B. Diri Pribadi 
1. Expertise  
2. Reference 
3. Networking 
4. Charisma 
 
Sumber  kekuatan  pertama  adalah  jabatan.  Kebanyakan  bawahan  mau  bersikap  loyal  kepada 
pimpinannya  dikarenakan  oleh  kekuatan  tersebut.  Mereka  mau  tidak  mau  harus  loyal  terhadap 
pemimpinnya karena memang berada di bawah kepemimpinan seseorang. 
Kekuatan  ini  mempunyai  dua  unsur,  yaitu  legitimate  power  (kekuatan  legitimasi)  dan  reward  and 
coercive power (kekuatan untuk menghargai dan memaksa).  
 
Legitimate  power  merupakan  unsur  kekuatan  yang  dapat  diistilahkan  sebagai  “surat  pernyataan” 
yang menyatakan secara resmi  bahwa seseorang adalah pemimpin bagi suatu kelompok/bawahan 
tertentu.  Dengan  unsur  inilah,  pemimpin  dapat  “menundukkan”  bawahannya  karena  memang  ia 
telah ditunjuk secara resmi untuk menjadi pimpinan. Dengan begitu, bawahan mau tidak mau (dan 
harus mau) untuk loyal pada pemimpinnya karena memang itu harus dilakukan.  
Contohnya  dapat  dilihat  pada  kepemimpinan  seorang  kepala  sekolah.  Kepala  sekolah  (  di 
sekolah  manapun)  bertugas  berdasarkan  SK  (Surat  Keputusan).  Dengan  SK  tersebut,  para 
guru dan staf lainnya menduduki jabatan sebagai bawahan dari kepala sekolah. Oleh karena 
si  kepala  sekolah  mempunyai  SK  yang  semakin  mengukuhkan  jabatannya  tersebut,  maka 

Unsur‐unsur Kepemimpinan Agar Mendapatkan Loyalitas dari Bawahan | 1  
 
mau tidak mau bawahan (guru dan staf lainnya) harus menaati apa yang diperintahka n oleh 
kepala sekolah. 
 
Reward and coercive power merupakan unsur kekuatan yang cenderung mengarah pada pemberian 
suatu balas jasa secara timbal balik antara pimpinan dan bawahan.  Dalam bahasa praktisnya dapat 
dikatakan  bahwa  jika  pemimpin  berkata  “A”,  maka  bawahan  harus  melakukan  “A”.  Jika  mau 
melakukan,  akan mendapat balas jasa berupa penghargaan, insentif, atau semacamnya. Jika tidak, 
juga  akan  mendapatkan  balasan  yang  bersifat  hukuman  atau  paksaan.  Bawahan  tentu  saja  akan 
menghindari  yang  dinamakan  hukuman  dan  meraih  apa  yang  dinamakan  penghargaan.  Dengan 
begitu,  bawahan  akan  dengan  loyalnya  mengikuti  apa  yang  diperintahkan  pimpinannya  dalam 
rangka untuk mendapatkan penghargaan dan menghindari hukuman. Apabila bawahan nekat untuk 
tidak  mau  melaksanakan,  nantinya  akan  tetap  dipaksa  untuk  tetap  melakukan  perintah 
pimpinannya.    Dalam  praktik,  unsur  ini  tidak  terlepas  dari  unsur  sebelumnya  (legitimate  power).  
Karena  tanpa  adanya  legitimate  power,  pemimpin  tidak  mempunyai  kekuatan  penuh  untuk 
menjalankan  kebijakan‐kibijakannya  terkait  dengan  reward  and  coercive  power.  Dengan  adanya 
legitimate power, maka pemimpin akan dapat melakukan reward and coercive power untuk dapat 
membuat bawahannya menjadi loyal.  
Contohnya  seperti  pada  dunia  kerja.  Seorang  pimpinan  (katakanlah  seorang  bos) 
memerintahkan  bawahan‐bawahannya  untuk  menyelesaikan  suatu  proyek  dalam  tenggat 
waktu  tertentu.  Jika  selesai  tepat  waktu  atau  kurang  dari  waktu  yang  ditentukan  akan 
mendapat  insentif  berupa  2  kali  gaji.  Namun  jika  tidak,  bos  akan  marah  dan  insentif  tidak 
didapat.  Jika  Anda  sebagai  bawahan,  apa  yang  akan  dilakukan?  Mendapat  insentif  atau 
menerima  omelan  dari  bos?  Lebih  baik  besikap  loyal  daripada  harus  mendapat  hukuman, 
bukan? 
 
 
Selanjutnya,  loyalitas  bawahan  juga  tergantung  dari  unsur‐unsur  yang  ada  pada  diri  pribadi 
pemimpin itu sendiri. Jika ada sesuatu dari diri pemimpin yang dapat dikatakan menarik atau cocok 
dengan  yang  diinginkan  bawahannya,  maka  tentu  saja  bawahan akan  menjadi  sangat  loyal kepada 
pemimpinnya. Unsur‐unsur tersebut adalah expertise (keahlian), reference (referensi, dalam hal ini 
lebih dikaitkan pada kepribadian), network (jaringan, atau hubungan relasional dengan pihak lain), 
dan charisma (kharisma). 
 
Expertise  merupakan  keahlian  yang  dimiliki  oleh  pemimpin.  Jika  pemimpin  memiliki  keahlian  yang 
memadai  dalam  menjalankan  peran  kepemimpinannya,  maka  ia  akan  dipercaya  oleh  bawahan‐
bawahannya.  Keahlian  yang  diperlukan  tidak  hanya  berupa  keahlian  memimpin  saja,  tetapi  juga 
keahlian spesifik yang memang harus dikuasai sesuai dengan bidangnya. 
Contohnya  seperti  pada  kepala  bagian  kebersihan  di  suatu  organisasi  perusahaan.  Kepala 
bagian kebersihan, selain mempunyai kemampuan untuk memimpin bawahan‐bawahannya 
(orang‐orang  yang  bekerja  sebagai  cleaning  service),  harus  mempunyai  keahlian  yang 
dibutuhkan  oleh  seorang  cleaning  service.  Untuk  apa  kemampuan  tersebut  dibutuhkan? 
Agar  pemimpin  dipercaya  oleh  bawahannya.  Coba  Anda  bayangkan,  jika  seorang  kepala 
bagian kebersihan tidak mengetahui bagaimana caranya untuk membersihkan kamar mandi 
dan disuruh untuk menilai kinerja bawahannya. Tentu saja pemimpin tersebut hanya dapat 
menilai  tanpa  ada  dasarnya  (karena  ia  tidak  mempunyai  kemampuan  yang  detil  mengenai 

Unsur‐unsur Kepemimpinan Agar Mendapatkan Loyalitas dari Bawahan | 2  
 
cara membersihkan kamar mandi). Bawahannya akan berkurang loyalitasnya karena merasa 
bahwa  mereka  dipimpin  dan  diperintah  oleh  orang  bodoh.  Untuk  itu,  keahlian  spesifik 
tersebut sangatlah diperlukan selain keahlian memimpin.  
 
Reference  merupakan    referensi.  Dalam  hal  ini,  referensi  yang  dimaksud  adalah  referensi  dari  diri 
pribadi pemimpin terkait dengan kepribadiannya. Tidak hanya terbatas pada kepribadiannya di saat 
memimpin saja tetapi juga seluruh kepribadian yang ada pada dirinya. Kepribadian dalam memimpin 
jelas  merupakan  prioritas  utama.  Karena  bawahan  akan  menentukan  loyal  tidaknya  pada  seorang 
pemimpin  berdasarkan  kepribadian  yang  tampak  pada  saat  pemimpinnya  memimpin.  Jika  seorang 
pemimpin  memiliki  kepribadian  dalam  memimpin,  antara  lain  selalu  bersikap  baik  dan  selalu 
berkomunikasi dengan bawahannya secara baik, tentu saja bawahan akan loyal terhadapnya.  
Sebagai contoh, bos dan karyawan. Jika seorang bos selalu besikap baik, murah senyum, dan 
tidak  terlalu  banyak  menuntut  macam‐macam  dari  bawahannya,  maka  bos  tersebut  akan 
disukai  oleh  bawahannya.  Bawahan  merasa  bahwa  mereka  dipimpin  oleh  seseorang  yang 
memiliki kepribadian yang baik sehingga akan percaya pada kepemimpinan bos tersebut.   
 
Network  merupakan  jaringan  pertemanan  atau  hubungan  relasional  pemimpin  dengan  pihak  lain. 
Pihak  lain  di  sini  bisa  berarti  orang‐orang  yang  menjadi  temannya  atau  pemimpin‐pemimpin  yang 
lain.  Dengan  jaringan  pertemanan  yang  luas,  bawahan  merasa  bahwa  pemimpinnya  adalah 
seseorang yang dapat berkomunikasi dan menjalin hubungan baik dengan orang lain. Bawahan akan 
loyal pada pemimpin yang mempunyai hubungan baik dengan pihak lain.  
Contohnya,  kepala  sekolah  yang  memiliki  banyak  relasi  di  luar  sekolah  yang  dipimpinnya.  
Bawahan  (guru  dan  staf)  merasa  dipimpin  oleh  pemimpin  yang  senang  berteman  sehingga 
bawahan akan lebih merasa nyaman dengan kepemimpinan kepala sekolah tersebut. Coba 
Anda  bayangkan  jika  dipimpinoleh  seorang  pemimpin  yang  tidak  suka  menjalin  hubungan 
baik.  Tentu  saja  Anda  akan  memilih  untuk  menjaga  jarak  dengan  pemimpin  tersebut  dan 
menurunkan loyalitas Anda, bukan? 
 
Charisma  merupakan  karisma  seorang  pemimpin  yang  ada  pada  dirinya.  Karisma  ini  tidak  semua 
orang memiliki. Ada yang mendapatkannya secara lahiriah, ada pula yang mendapatkannya dengan 
sengaja mebuat agar karisma tersebut ada pada dirinya. Karisma adalah unsur  yang dapat dikatakan 
mempunyai  pengaruh  yang  dominan  terhadap  ketulusan  loyalitas  bawahan.  Dengan  karisma  yang 
dimiliki,  pemimpin  dapat  dengan  mudah  memimpin  bawahannya  dan  bawahan  dengan  tulus  dan 
senang  hati  akan  melakukan  apa  yang  diperintahkan.  Namun  sayangnya,  karisma  ini  tidak  semua 
pemimpin dapat memilikinya. Hanya saja, karisma dapat dicari dan ditumbuhkan dalam diri seorang 
pemimpin. Selain itu, karisma biasanya bersifat subjektif. Terkadang hanya beberapa orang saja yang 
dapat melihat karisma dari seseorang. Jika di mata seorang bawahan bahwa pemimpinnya memiliki 
suatu karisma dalam memimpin, belum tentu bawahan lain akan menilai sama. 
Sebagai  contoh,  coba  Anda  lihat  pemimpin‐pemimpin  yang  ada  di  sekitar  Anda. 
Perhatikanlah  bagaimana  cara  pemimpin  tersebut  memimpin.  Jika  ada  salah  satu  atau 
beberapa  pemimpin  yang  menarik  atau  sangat  menarik  bagi  Anda,  itu  berarti  pemimpin 
tersebut  memiliki  karisma  di  mata  Anda.  Namun  perlu  diingat  bahwa  karisma  ini  bersifat 
subjektif. Jadi, belum tentu orang lain akan menilai sama dengan penilaian Anda. 
 
 

Unsur‐unsur Kepemimpinan Agar Mendapatkan Loyalitas dari Bawahan | 3  
 
Pemimpin ideal merupakan pemimpin yang tidak hanya memiliki kinerja yang amat baik. Tetapi juga, 
mendapatkan  loyalitas  dari  bawahannya.  Tanpa  loyalitas,  pemimpin  masih  belum  dapat  dikatakan 
ideal.  Karena  pemimpin  yang  sebenarnya  adalah  pemimpin  yang  mampu  memimpin  bawahan‐
bawahannya secara baik dan juga ditaati. Jika pemimpin telah memiliki kemampuan tersebut, maka 
loyalitas bawahan akan mengikutinya. 

Unsur‐unsur Kepemimpinan Agar Mendapatkan Loyalitas dari Bawahan | 4  
 

Anda mungkin juga menyukai