Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemberdayaan sebagai proses mengembangkan, memandirikan, menswadayakan,
memperkuat posisi tawar menawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-
kekuatan penekan di segala bidang dan sector kehidupan (SutoroEko, 2002). Konsep
pemberdayaan dapat dipahami juga dengan dua cara pandang. Pertama, pemberdayaan
dimaknai dalam konteks menempatkan posisi berdiri masyarakat. Posisi masyarakat
bukanlah obyek penerima manfaat (beneficiaries) yang tergantung pada pemberian dari
pihak luar seperti pemerintah, melainkan dalam posisi sebagai subyek (agen atau
partisipan yang bertindak) yang berbuat secara mandiri. Berbuat secara aman diri bukan
berarti lepas dari tanggung jawab negara. Pemberian layanan publik
(kesehatan,pendidikan, perumahan, transportasi dan seterusnya) kepada masyarakat tentu
merupakan tugas (kewajiban) Negara secara given. Masyarakat yang mandiri sebagai
partisipan berarti terbukanya ruang dan kapasitas mengembangkan potensi-kreasi,
mengontrol lingkungan dan sumberdayanya sendiri, menyelesaikan masalah secara
mandiri, dan ikut menentukan proses politik di ranahnegara. Masyarakat ikut
berpartisipasi dalam proses pembangunan dan pemerintahan (SutoroEko, 2002).
Permendagri RI Nomor 7 Tahhun 2007 tentang Kader Pemberdayaan
Masyarakat, dinyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah suatus trategi yang
digunakan dalam pembangunan masyarakat sebagai upaya untuk mewujudkan
kemampuan dan keman dirian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
(Pasal 1 , ayat (8) ).

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Pemberdayaan Masyarakat?
2. Bagaimana Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat?
3. Apa Strategi Pemberdayaan Masyarakat?

1
C. Tujuan
1. Mengetahui Apa Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
2. Mengetahui Apa Pengertian Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat
3. Mengetahui Apa Strategi Pemberdayaan Masyarakat

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan adalah upaya pemberian daya atau peningkatan keberdayaan, sedangkan.
Pemberdayaan Masyarakat adalah upaya untuk memampukan dan memandirikan masyarakat
agar mampu berpartisipasi aktif dalam segala aspek pembangunan. Secara konseptual,
pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan
masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap
kemiskinan dan keterbelakangan.Secara lebih luas, pemberdayaan masyarakat adalah upaya
mengajak masyarakat untuk belajar dan berbuat bersama mencermati persoalan – persoalan
kehidupan dan penghidupannya dalam rangka proses pencerdasan masyarakat serta
menumbuh kembangkan kemampuan masyarakat untuk memahami dan memecahkan
berbagai persoalan kehidupannya secara kreatif.
Pemberdayaan masyarakat tidak hanya mengembangkan potensi ekonomi masyarakat,
tetapi juga harkat dan martabat, rasa percaya diri dan harga dirinya, terpeliharanya tatanan
nilai budaya setempat. Pemberdayaan sebagai konsep sosial budaya yang implementatif
dalam pembangunan yang berpusat pada masyarakat, tidak saja menumbuhkan dan
mengembangkan nilai tambah ekonomi tetapi juga nilai tambah sosial dan budaya.
Jika dilihat dari proses operasionalisasinya, maka ide pemberdayaan memiliki dua
kecenderungan, antara lain : pertama, kecenderungan primer, yaitu kecenderungan proses
yang memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan, atau kemampuan (power)
kepada masyarakat atau individu menjadi lebih berdaya. Proses ini dapat dilengkapi pula
dengan upaya membangun asset material guna mendukung pembangunan kemandirian
mereka melalui organisasi; dan kedua, kecenderungan sekunder, yaitu kecenderungan yang
menekankan pada proses memberikan stimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar
mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan
hidupnya melalui proses dialog.
Beberapa pandangan tentang pemberdayaan masyarakat, antara lain sebagai berikut :
(Ife, 1996:59)
1. Struktural, pemberdayaan merupakan upaya pembebasan, transformasi struktural secara
fundamental, dan eliminasi struktural atau sistem yang oppressive.

3
2. Pluralis, pemberdayaan sebagai upaya meningkatkan daya sesorang atau sekelompok
orang untuk dapat bersaing dengan kelompok lain dalam suatu ’rule of the game’ tertentu.
3. Elitis, pemberdayaan sebagai upaya mempengaruhi elit, membentuk aliniasi dengan elit-
elit tersebut, serta berusaha melakukan perubahan terhadap praktek-praktek dan struktur yang
elitis.
4. Post-Strukturalis, pemberdayaan merupakan upaya mengubah diskursus serta menghargai
subyektivitas dalam pemahaman realitas sosial.
Hakikat dari konseptualisasi empowerment berpusat pada manusia dan kemanusiaan,
dengan kata lain manusia dan kemanusiaan sebagai tolok ukur normatif, struktural, dan
substansial. Dengan demikian konsep pemberdayaan sebagai upaya membangun eksistensi
pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, pemerintah, negara, dan tata dunia di dalam kerangka
proses aktualisasi kemanusiaan yang adil dan beradab.
Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang
merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni
yang bersifat “people centred, participatory, empowering, and sustainable” (Chambers,
1995). Konsep ini lebih luas dari hanya semata-mata memenuhi kebutuhan dasar (basic
needs) atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut (safety
net), yang pemikirannya belakangan ini banyak dikembangkan sebagai upaya mencari
alternatif terhadap konsep-konsep pertumbuhan di masa yang lalu. Konsep ini berkembang
dari upaya banyak ahli dan praktisi untuk mencari apa yang antara lain oleh Friedman (1992)
disebut sebagai alternative development, yang menghendaki ‘inclusive democracy,
appropriate economic growth, gender equality and intergenerational equaty”.(Ginanjar K.,
“Pembangunan Sosial dan Pemberdayaan : Teori, Kebijaksanaan, dan Penerapan”, 1997:55)
Konsep pemberdayaan masyarakat ini muncul karena adanya kegagalan sekaligus
harapan. Kegagalan yang dimaksud adalah gagalnya model-model pembangunan ekonomi
dalam menanggulangi masalah kemiskinan dan lingkungan yang berkelanjutan. Sedangkan
harapan, muncul karena adanya alternatif pembangunan yang memasukkan nilai-nilai
demokrasi, persamaan gender, dan pertumbuhan ekonomi yang memadai.
Dalam upaya memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu ; pertama,
menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang
(enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat,
memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali
tanpa daya, karena jika demikian akan sudah punah. Pemberdayaan adalah upaya untuk

4
membangun daya itu, dengan mendorong, memotivasikan, dan membangkitkan kesadaran
akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.
Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering).
Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif, selain dari hanya menciptakan
iklim dan suasana. Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata, dan menyangkut
penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang
(opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi berdaya. Dalam rangka
pemberdayaan ini, upaya yang sangat substansial adalah peningkatan taraf pendidikan, dan
derajat kesehatan, serta akses ke dalam sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal,
teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar. Masukan berupa pemberdayaan ini
menyangkut pembangunan prasarana dan sarana dasar fisik, seperti irigasi, jalan, listrik,
maupun sosial seperti sekolah dan fasilitas pelayanan kesehatan, yang dapat dijangkau oleh
masyarakat pada lapisan paling bawah, serta ketersediaan lembaga-lembaga pendanaan,
pelatihan, dan pemasaran di perdesaan, dimana terkonsentrasi pada penduduk yang
keberdayaannya amat kurang. Untuk itu, perlu ada program khusus bagi masyarakat yang
kurang berdaya, karena program-program umum yang berlaku tidak selalu dapat menyentuh
lapisan masyarakat ini.
Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota masyarakat, tetapi
juga pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-nilai budaya modern, seperti kerja keras, hemat,
keterbukaan, dan kebertanggungjawaban adalah bagian pokok dari upaya pemberdayaan ini.
Demikian pula pembaharuan institusi-institusi sosial dan pengintegrasiannya ke dalam
kegiatan pembangunan serta peranan masyarakat di dalamnya. Yang terpenting disini adalah
peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut
diri dan masyarakatnya. Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya
dengan pemantapan, pembudayaan, pengamalan demokrasi. Friedman (1992) menyatakan
“The empowerment approach, which is fundamental to an alternative development, places
the emphasis an autonomy in the decision marking of territorially organized communities,
local self-reliance (but not autarchy), direct (participatory) democracy, and experiential
social learning”.
Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses
pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurang-
berdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan
kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat.
Melindungi tidak berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena hal itu justru akan

5
mengerdilkan yang kecil dan melunglaikan yang lemah. Melindungi harus dilihat sebagai
upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang
kuat atas yang lemah. Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin
tergantung pada berbagai program pemberian (charity). Karena, pada dasarnya setiap apa
yang dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri (yang hasilnya dapat dipertukarkan dengan
pihak lain). Dengan demikian tujuan akhirnya adalah memandirikan masyarakat,
memampukan, dan membangun kemampuan untuk memajukan diri ke
arah kehidupan yang lebih baik secara berkesinambungan.

B. Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat


Kekurangtepatan pemilihan strategi pembangunan terhadap negara dan
masyarakatnya telah menghasilkan paradoks dan tragedi pembangunan seperti yang terjadi
pada negara sedang berkembang sebagai berikut :
1. Pembangunan tidak menghasilkan kemajuan, melainkan justru semakin meningkatkan
keterbelakangan (the development of underdevelopment).
2. Melahirkan ketergantungan (dependency) negara sedang berkembang terhadap negara
maju.
3. Melahirkan ketergantungan (dependency) pheriphery terhadap center.
4. Melahirkan ketergantungan (dependency) masyarakat terhadap negara/pemerintah.
5. Melahirkan ketergantungan (dependency) masyarakat kecil (buruh, usaha kecil, tani,
nelayan dll) terhadap pemilik modal.
Pada pokoknya, strategi pembangunan secara konvensional ini ditandai oleh
transplantatif planning, top down, inductive, capital intensive, west-biased technological
transfer, dan sejenisnya. Beberapa paradigma pendekatan pembangunan mulai mengalami
pergeseran dari yang konvensional menuju pembangunan alternatif, yaitu :
1. Pembangunan wilayah (regional development)
2. Pembangunan berwawasan lingkungan (environmental development).
3. Pembangunan berbasis komunitas (community-based development).
4. Pembangunan berpusat pada masyarakat (people-centered development).
5. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development).
6. Pembangunan berbasis kelembagaan (institution-based development).
Ciri mendasar yang membedakan pendekatan alternatif ini adalah penekanannya
terhadap lokalitas, baik dalam pengertian kelembagaan, komunitas, lingkungan, maupun
kultur. Implikasi kebijakan pendekatan ini adalah penekanan pada transformative and

6
transactive planning, bottom up, community empowerment, dan participative, semuanya ini
terkenal dengan Pembangunan Komunitas (Community Development).
Strategi pembangunan yang bertumpu pada pemihakan dan pemberdayaan dipahami
sebagai suatu proses transformasi dalam hubungan sosial, ekonomi, budaya, dan politik
masyarakat. Perubahan struktural yang diharapkan adalah proses yang berlangsung secara
alamiah, yaitu yang menghasilkan harus menikmati. Begitu pula sebaliknya, yang menikmati
haruslah yang menghasilkan.
Pemberdayaan masyarakat dapat dipandang sebagai jembatan bagi konsep-konsep
pembangunan makro dan mikro. Dalam kerangka pemikiran itu berbagai input seperti dana,
prasarana dan sarana yang dialokasikan kepada masyarakat melalui berbagai program
pembangunan harus ditempatkan sebagai rangsangan untuk memacu percepatan kegiatan
sosial ekonomi masyarakat. Proses ini diarahkan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat
(capacity building) melalui pemupukan modal yang bersumber dari surplus yang dihasilkan
dan pada gilirannya dapat menciptakan pendapatan yang dinikmati oleh masyarakat. Dengan
demikian, proses transformasi itu harus digerakkan oleh masyarakat sendiri.
Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan adalah bahwa masyarakat tidak
dijadikan objek dari berbagai proyek pembangunan, tetapi merupakan subjek dari upaya
pembangunannya sendiri. Berdasarkan konsep demikian, maka strategi pemberdayaan
masyarakat harus mengikuti pendekatan sebagai berikut ; pertama, upaya itu harus terarah.
Ini yang secara populer disebut pemihakan.Upaya ini ditujukan langsung kepada yang
memerlukan, dengan program yang dirancang untuk mengatasi masalahnya dan sesuai
kebutuhannya. Kedua, program ini harus langsung mengikutsertakan atau bahkan
dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi sasaran. Mengikutsertakan masyarakat yang
akan dibantu mempunyai beberapa tujuan, yakni agar bantuan tersebut efektif karena sesuai
dengan apa yang dikehendaki dan mengenali kemampuan serta kebutuhan mereka. Selain itu,
pendekatan ini berupaya meningkatkan kemampuan masyarakat dengan pengalaman dalam
merancang, melaksanakan, mengelola, dan mempertanggungjawabkan upaya peningkatan
diri dan ekonominya. Ketiga, menggunakan pendekatan kelompok, karena secara sendiri-
sendiri masyarakat miskin sulit dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Juga
lingkup bantuan menjadi terlalu luas jika penanganannya dilakukan secara individu.
Pendekatan kelompok ini paling efektif dan dilihat dari penggunaan sumber daya juga lebih
efisien.
Implementasi program pembangunan yang menerapkan strategi pemberdayaan
masyarakat tersebut merupakan suatu konsukensi dari pergeseran paradigma pembangunan

7
nasional yang mengarah pada tercapainya upaya pembangunan yang berpusat pada manusia
(people centered development).

C. Strategi Pemberdayaan Masyarakat


Terdapat lima kegiatan penting yang dapat dilakukan dalam upaya pemberdayaan
masyarakat:
1. Motivasi. Anggota masyarakat dapat memahami nilai kebersamaan, interaksi sosial dan
kekuasaan melalui pemahaman akan haknya sebagai warga negara dan anggota masyarakat.
Masyarakat perlu didorong untuk membentuk kelompok yang merupakan mekanisme
kelembagaan penting untuk mengorganisir dan melaksanakan kegiatan pengembangan
masyarakat di desa atau kelurahannya. Kelompok ini kemudian dimotivasi untuk terlibat
dalam kegiatan peningkatan pendapatan dengan menggunakan sumber-sumber dan
kemampuan-kemampuan mereka sendiri.
2. Peningkatan kesadaran dan pelatihan kemampuan. Peningkatan kesadaran
masyarakat dapat dicapai melalui pendidikan dasar, pemasyarakatan imunisasi dan sanitasi.
Sedangkan keterampilan-keterampilan vokasional bisa dikembangkan melalui cara-cara
partsipatif. Pengetahuan lokal yang biasanya diperoleh melalui pengalaman dapat
dikombinasikan dengan pengetahuan dari luar. Pelatihan semacam ini dapat membantu
masyarakat untuk menciptakan matapencaharian sendiri atau membantu meningkatkan
keahlian mereka untuk mencari pekerjaan di luar wilayahnya.
3. Manajemen diri. Kelompok harus mampu memilih pemimpin mereka sendiri dan
mengatur kegiatan mereka sendiri, seperti melaksanakan pertemuan-pertemuan, melakukan
pencatatan dan pelaporan, mengoperasikan tabungan dan kredit, resolusi konflik dan
manajemen kepemilikan masyarakat. Pada tahap awal, pendamping dari luar dapat membantu
mereka dalam mengembangkan sebuah sistem. Kelompok kemudian dapat diberi wewenang
penuh untuk melaksanakan dan mengatur sistem tersebut.
4. Mobilisasi sumber. Merupakan sebuah metode untuk menghimpun sumber-sumber
individual melalui tabungan reguler dan sumbangan sukarela dengan tujuan menciptakan
modal sosial. Ide ini didasari pandangan bahwa setiap orang memiliki sumbernya sendiri
yang, jika dihimpun, dapat meningkatkan kehidupan sosial ekonomi secara substansial.
Pengembangan sistem penghimpunan, pengalokasian dan penggunaan sumber perlu
dilakukan secara cermat sehingga semua anggota memiliki kesempatan yang sama. Hal ini
dapat menjamin kepemilikan dan pengelolaan secara berkelanjutan.

8
5. Pembangunan dan pengembangan jaringan. Pengorganisasian kelompok-kelompok
swadaya masyarakat perlu disertai dengan peningkatan kemampuan para anggotanya
membangun dan mempertahankan jaringan dengan berbagai sistem sosial di sekitarnya.
Jaringan ini sangat penting dalam menyediakan dan mengembangkan berbagai akses terhadap
sumber dan kesempatan bagi peningkatan keberdayaan masyarakat miskin.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang
merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni
yang bersifat “people centred, participatory, empowering, and sustainable” (Chambers,
1995). Konsep ini lebih luas dari hanya semata-mata memenuhi kebutuhan dasar (basic
needs) atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut (safety
net), yang pemikirannya belakangan ini banyak dikembangkan sebagai upaya mencari
alternatif terhadap konsep-konsep pertumbuhan di masa yang lalu.
Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota masyarakat, tetapi
juga pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-nilai budaya modern, seperti kerja keras, hemat,
keterbukaan, dan kebertanggungjawaban adalah bagian pokok dari upaya pemberdayaan ini.
Demikian pula pembaharuan institusi-institusi sosial dan pengintegrasiannya ke dalam
kegiatan pembangunan serta peranan masyarakat di dalamnya. Yang terpenting disini adalah
peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut
diri dan masyarakatnya. Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya
dengan pemantapan, pembudayaan, pengamalan demokrasi.

B. Saran
Memberdayakan masyarakat bukan hanya tugas pemerintah atau pemimpin, namun
juga tugas seluruh lapisan masyarakat termasuk seorang tenaga kesehatan. Diharapkan
kepada seluruh tenaga kesehatan dan masyarakat untuk dapat menumbuhkan kesadaran akan
pentingnya memberdayakan kemampuan dan potensi yang ada pada diri masyarakat yang
kemudian bisa dijadikan kekuatan untuk memajukan ekonomi dan kualitas hidup masyarakat.

10
DAFTAR PUSTAKA

Kutut Suwondo, 2005, Civil Society Di Aras Lokal: Perkembangan Hubungan Antara Rakyat
dan Negara di Pedesaan Jawa, Yogyakarta : Pustaka Pelajar & Percik.
Permendagri RI Nomor 7 Tahhun 2007 tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat, Bandung :
Fokus Media.
Sunyoto Usman,2004, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Sutoro Eko, 2002, Pemberdayaan Masyarakat Desa, Materi Diklat Pemberdayaan Masyarakat
Desa, yang diselenggarakan Badan Diklat Provinsi Kaltim, Samarinda,
Desember 2002.
http://suniscome.50webs.com/data/download/005%20Konsepsi%20Pemberdayaan.pdf
diakses: 16 september 2015
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/PEMBERDAYAAN%20MASYARAKAT.pdf
diakses: 16 september 2015

11

Anda mungkin juga menyukai