PARADIGMA
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dapat ditelusuri dari Perubahan Paradigma (Khun) “ Cara pandang
terhadap nilai-nilai, metode, prinsip dasar dan atau cara memecahkan masalah yang dianut oleh
suatu kelompok masyarakat ilmiah pada suatu periode tertentu “
Konsep
KONSEP
ILMU
PARADIGMA
PARADIGMA
Riset
1. Menekankan kepentingan Menekankan hasil yang berguna bagi masyarakat, kualitas dan
public, efisiensi administrasi nilai, produk serta keterkaitan dengan norma.
dan system control.
2. Mengutamakan fungsi, Mengutamakan misi, pelayanan serta hasil akhir
otoritas dan control
3. Menilai biaya, menekankan Menekankan pemberian nilai bagi masyarakat, membangun
tanggungjawab akuntabilitas dan memperkuat hubungan kerja.
KESIMPULAN :
Paradigma dipahami sebagai suatu fase yang menerapkan usaha untuk menetapkan kembali hubungan
konseptual antara administrasi dengan politik yang menuntut perubahan dan pembaharuan dibidang
birokrasi pemerintahan. Usaha tersebut harus dirumuskan secara esensial sehingga mendorong
pembangunan administrasi sebagai bagian dari ilmu administrasi Negara.
Catatan :
Konsep Mutahir dalam Administrasi Negara adalah munculnya Konsep Good Gvernance yang
memberikan banyak hal yang harus hadir dalam penyelenggaraan pemerintahan dan dalam pelayanan
masyarakat. Good Governance lahir ditengah masyarakat yang kompleks, kritis dan turunnya sumber
daya yang dimiliki pemerintah jika dibandingkan dengan permasalahan yang dihadapi. Konsep Good
Governance menjadi relevan untuk diadopsi sebagai upaya meningkatkan Kinerja Pemerintahan
karena system yang dibangun akan melibatkan keseluruhan steakholden dan sesuai dengan apa yang
dibutuhkan oleh steakholder tersebut.
Keseluruhan Pembahasan Paradigma Administrasi Negara, bermuara pada perannya dalam
menjalankan fungsi, dengan ciri :
Orientasi Pelayanan Publik;
Netralitas;
Katalisator;
Orientasi Kerja;
Modernisator;
Loyalitas;
Kepeloporan;
Kejujuran;
Keteladanan;
Stabilisator;
Adil;
Dinamisator;
Antisipatif;
Proaktif;
Manajemen Normatif
Pendekatan manajemen normatif melihat sebagai suatu proses penyelesaian tugas atau pencapaian
tujuan. Efektifitas diukur dari apakah kegiatan-kegiatan organisasi direncanakan, diorganisir, dan
dikontrol secara lebih efisien (Stoner,1978).
R. Miles (1975) mencoba meletakkan fungsi-fungsi Manajemen Normatif tersebut dalam tiga model
teori manajemen, yaitu:
Model Tradisional
Berasumsi bahwa pekerjaan itu tidak menyenangkan bagi manusia, upah lebih penting dari kerja itu
sendiri, dan bahwa hanya sedikit sekali orang yang memiliki pengendalian dan pengarahan diri, maka
jalan keluar yang dilakukan manajer adalah melakukan pengawasan yang ketat, merumuskan berbagai
cara dan prosedur kerja sesederhana mungkin, dan memaksakan apa yang diinstruksikannya kepada
bawahan. Dengan demikian diharapkan agar bawahan akan patuh dan menghasilkan apa yang telah
ditetapkan.
Model Human Relations (Hubungan Manusia)
Manager berasumsi bahwa bawahannya ingin merasa berguna dan penting, dikenal sebagai seorang
individu yang berarti, dan bahwa keinginan tersebut mungkin lebih penting dari pada uang, maka jalan
keluarnya adaiah memuji individu atau bawahannya agar mereka merasa penting atau berguna, selalu
mendengarkan keluhan dan saran bawahannya, dan membiarkan bawahannya melakukan
pengendalian dan pengarahan diri dalam hal-hal rutin. Dengan demikian, diharapkan agar bawahan
menjadi kerasan atau termotivasikan, dan bersedia bekerja sama secara sukarela.
Manajemen Deskriptif
Menurut Mintzberg, fungsi manajemen yang benar dijalankan terdiri atas kegiatan-kegiatan personal,
interaktif, administrative dan teknis.
Menurut Mintzberg, fungsi manajemen normatif yang benar-benar dijalankan terdiri atas kegiatan :
Personal : Atur Waktu, Komunikasi, Hiburan, Rekreasi, dsbnya
Interaktif, : Berinteraksi dengan Pelanggan, Bawahan, dsbnya
Administratif : Persuratan, Monev, Anggaran, SDM dsbnya.
Teknis. : Menentukan Kebijakan, Memechkan Masalah dsb-nya
Manajemen Publik
Menggambarkan apa yang sebaiknya dan yang sesungguhnya dilakukan oleh para manajer publik di
instansi pemerintah.
Wilson : 4 prinsip dasar studi administrasi publik yang mewarnai Manajemen Publik yaitu : (1)
pemerintah sebagai setting utama organisasi; (2) fungsi eksekutif sebagai fokus utama; (3)
pencarian prinsip teknik manajemen yang lebih efektif sebagai kunci pengembangan kompetensi
administrasi, dan (4) metode perbandingan sebagai suatu metode studi dan pengembangan bidang
administrasi publik.
Warna Manajemen Publik dapat dilihat pada masing2 paradigma. Yakni : pertama, pemerintah
diajak mengembangkan sistim rekrutmen pegawai, ujian pegawai negeri, klasifikasi jabatan,
promosi, disiplin dan pensiun secara lebih baik. kedua, dikembangkan prinsip manajemen yang
dikiaim sebagai prinsip universal dan dikenal sebagai POSDCoRB Luther Gullick dan Lyndall
Urwick di tahun 1937. ketiga. fungsi-fungsi manajemen tidak perlu diajarkan secara normatif,
atau tidak perlu lagi melihat fungsi manajemen tersebut sebagai sesuatu yang universal.
keempat, dengan memperkenalkan fungsi manajemen, terutama human relations, komunikasi,
perilaku organisasi, riset operasi, penerapan statisik, dsb.
Denhardt (2003) menyarankan Paradigma NPS (New Public Service) bagi pada Birokrat/
Administrator Pemerintahan :
1. Serve rather than steer;
2. Public Interest;
3. Value citizenship over entrepreneurship;
4. Think strategic act democracy;
5. Serve citizen not customer;
6. Recognize that accountability is not simple;
7. Value people not just productivity.
Manajemen merupakan bagian yang sangat penting dalam sistem Administrasi Publik. Manajemen
adalah penggerak administrasi publik, dan dapat diartikan sebagai integrasi dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan/evaluasi. Manajemen adalah suatu sistem, karena
itulah jika satu subsistemnya kurang berperan akan terjadi mis-manajemen.
Pekerjaan pimpinan adalah kompleks dan multidimensi dan membutuhkan berbagai keterampilan.
Managerial skills yang diperlukan untuk mengelola sebuah departemen atau organisasi dapat diringkas
dalam tiga kategori yaitu Conceptual, Human, dan Technical.
Conceptual Skills adalah kemampuan kognitif untuk melihat organisasi secara keseluruhan sistem dan
hubungan di antara bagian-bagiannya. Human Skills adalah kemampuan manajer untuk bekerja dengan
dan melalui orang lain dan bekerja effektif sebagai anggota kelompok. Technical Skills adalah
pemahaman dan dan kecakapan dalam kinerja tugas-tugas tertentu.
Kegagalan pembangunan di Indonesia erat kaitannya dengan pola kepemimpinan di Indonesia.
Pemimpin dengan leadership yang tinggi akan mampu untuk menentukan arah pertumbuhan yang
tepat, membawa timnya mencapai sasaran dan produktif, mampu membangkitkan spirit kerja dan
sinergi yang kuat, menciptakan budaya dan suasana kerja yang harmoni, menstimulasi timbulnya
kreatifitas dan inovasi, dan sebagainya.
Dinamika dalam administrasi publik :
• Manajemen Eksternal dan Internal;
• Pengaturan struktur organisasi;
• Respons secara benar terhadap kebutuhan, kepentingan dan aspirasi masyarakat;
• Pengaturan moral dan etika melalui kode etik agar seluruh penggunaan kemampuan,
kompetensi maupun profesi;
• Pengenalan karakteristik lingkungan strategis;
• Akuntabilitas Kinerja
KINERJA
Proses
Tujuan yang
ditetapkan
Efektifitas dan
efisiensi
Dimensi Strategis :
• Dimensi Kebijakan
• Dimensi Struktur Organisasi
• Dimensi Manajemen
• Dimensi Etika
• Dimensi Lingkungan
• Dimensi Akuntabilitas
Dimensi
Moral/Etika
Dimensi
Kebijakan Manajemen KINERJA
Lingkungan
Dimensi
Organisasi
Manajemen :
>Pengelolaan Daya upaya untuk menggunakan sumber daya secara efektif, efisien dan produktif untuk
mencapai tujuan organisasi melalui proses perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian.
Manajemen kinerja :
adalah suatu proses untuk menetapkan pemahaman bersama tentang apa yang hendak dicapai serta
bagaimana cara mencapainya, dan merupakan suatu pendekatan untuk memanajemeni karyawan
dengan suatu cara agar dapat meningkatkan kemungkinan pencapaian kesuksesan dalam pekerjaan.
Daya upaya untuk meningkatkan kemampuan dan mendorong karyawan melalui berbagai cara agar
bekerja dengan penuh semangat, efektif, efisien dan produktif, sesuai dengan proses kerja yang benar
agar mencapai hasil kerja yang optimal.
Hakekatnya bahwa :
Bagaimana mengelola kegiatan organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Bukan hanya memberi manfaat bagi Organisasi tetapi juga bagi Manajer dan Individu.
Alat melakukan monitoring dan evaluasi hasil kegiatan
Bagi Organisasi : Sinkronisasi tujuan antara Individu, organisasi dan Tim, memperbaiki
kinerja, memotivasi pekerja, meningkatkan komitmen serta nilai-nilai inti, memperbaiki proses
pelatihan dan pengembangan, perbaikan perencanaan karier, mendukung kualitas dan pelayanan,
mendukung proses perubahan budaya.
Manajer : Klarifikasi kinerja dan harapan prilaku, penggunaan waktu yang baik,
memperbaiki kinerja tim dan individu, penghargaan non-finansial dan staf, membantu karyawan
yang kinerjanya rendah, mendukung kepemimpinan, proses motivasi dan pengembangan tim,
mengusahakan kerangka kerja untuk meninjau ulang kinerja dan tingkat kompensasi.
Individu : Memperjelas peran dan tujuan, mendorong dan mendukung untuk tampil baik,
membantu pengembangan kemampuan dan kinerja, peluang menggunakan waktu sebaik
mungkin, objective, jujur dalam mengukur kinerja, memformulasi tujuan dan perbaikan cara kerja
(castello (1994)
PENILAIAN Pembaharuan
PERENCANA PELAKSANA DAN
ORGANISASI Kinerja dan
AN AN REVIEW Kontrak Ulang
Variabel
Terkait dengan
menggunakan
strategi Organisasi
ukuran non financial
Sistem
Manajemen
Kinerja
Fleksibel dan Sederhana dan
Dapat Bervariasi Mudah
Dioperasionalk
an
Tujuan
Implementasi Kriterialebih
system organisasi
lanjut dikemukakan sebagai berikut :
Dalam system Manajemen Kinerja Dinamis dan
Menuju Kelas Dunia Selalu diperbaharui
Proses yang sistemik Sebuah kerangka kerja
Untuk memperbaiki kinerja Sebuah Proses
Melalui proses berkelanjutan dan Sebuah kesepahaman
berjangka panjang (saling pengertian)
Meliputi sasaran kinerja stratejik Suatu Pendekatan baru
Mengukur kinerja dalam pengembangan SDM
Mengumpulkan, mmenganalisis, Suatu Upaya Pencapaian
menelaah, melaporkan data kinerja (Armstrong)
Menggunakannya untuk perbaikan
kinerja berkelanjutan
(Performance Management Handbook USA )
Berkembang dengan proses kerja, manajemen, Pengembangan, imbalan dan saling terintegrasi Dapat
menjadi penggabung yang kuat serta memastikan bahwa proses yang berlangsung tersebut
dihubungkan Dengan tepat dengan pendekatan SDM yang harus dilakukan oleh manajer Sebagaimana
digambarkan oleh Armstrong, 1994 yang merupakan proses terintegrasi
MANAJEMEN
KINERJA
PENINGKATAN
KINERJA INDIVIDU PENGELOLAAN
DAN ORGANISASI IMBALAN
PENGEMBANGAN MENINGKATKAN
KEMAMPUAN EFEKTIVITAS
KOMPETENSI MANAJERIAL
Kepemim
pinan Organisasi
Manajemen
Kinerja
Komitmen
Individu Nilai
Syarat memilih kerangka Manajemen Kinerja Agar lebih efektif , kiranya memenuhi syarat :
• Relevan, Dapat diukur, terkait dengan pekerjaan baik output maupun input
• Sensitifity, Sistem dibangun dengan membedakan prestasi dan tidak berprestasi
• Reability, Sistem yang dipilih, dipercaya, diandalkan, obyektif, akurat, konsisten dan stabil.
• Acceptability, Sistem yang dipilih, diterima sebagai komitmen nilai oleh seluruh karyawan.
• Practicality, Seluruh instrument dapat dipahami dengan mudah dan tidak berbelit-belit
Penampilan
Disiplin Manaj. Operasinl MBO
Motivasi diri Manaj. R n D MBS
Pengetahuan Kualitas Barang dan ROM
Keterampilan Jasa RBM
Komunikasi Kualitas Pelayanan OBPM
Loyalitas
Model Manajemen Kinerja (dikemukakan oleh Ken Blanchard dan Garry Ridge, 2009) :
Model Sederhana dengan mengukur tiga system kinerja efektif yakni :
1. Performance Planning ( Perencanaan Kinerja )
2. Day to Day Coaching atau Execution
3. Performance Evaluation atau Review Learning
Review Tindakan
Monitor
Menentukan Harapan
Kinerja
Model Torrington dan Hall
Mendukun
g Kinerja
Mengelola
Standar Kinerja
BUDAYA KINERJA
1. Kepemimpinan yang Proaktif, selalu tampil didepan untuk mengarahkan organisasi
2. Akses secara terus menerus dan tepat waktu terhadap berbagai informasi terkait lingkungan,
pasar, pelanggan maupun saingan
3. Proses yang efisien untuk menganalisis informasi dan menjadikan keputusan stratejik tepat
waktu;
4. Proses identifikasi isu dan berbagai kelemahan internal
5. Komunikasi yang efektif dan tepat waktu;
6. Proses alokasi sumber daya
7. Rencana kompensasi untuk mendorong dan menghargai kinerja;
8. Sistem untuk menjadikan sesuatu dilaksanakan, bahkan dalam lingkungan yang tidak
menentu.