1.1. Pengertian
Kepemimpinan merupakan elemen penting dalam organisasi. Kegagalan atau
keberhasilan suatu organisasi terletak pada kepemimpinan dari organisasi itu. Dalam
kehidupan sehari-hari banyak contoh yang dapat dilihat. Ketika suatu perusahaan
atau organisasi bisnis mengalami keberhasilan, dimana perkembangan usahanya
menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi, maka yang pertama-tama
mendapatkan sanjungan adalah para pemegang kendali dari perusahaan itu, yaitu
para manajer yang menjalankan fungsi kepemimpinan. Contoh yang lain misalnya
dalam suatu universitas, jika pelaksanaan tugas perguruan tinggi itu dalam hal
penduidikan, penelitian maupun pengabdian pada masyarakat mengalami
perkembangan yang pesat, sehingga tidak saja kegiatan belajar mengajar berjalan
lancar dan mengfhasilkan keluaran yang handal, kualitas penelitian dari tenaga
akademiknya cukup menonjol dan inovatif, sedangkan pada sisi pengambdian
masyarakat berkembang pula sehingga masyarakat mendapatkan manfaat yang
besar dari kegiatan itu, maka sanjungan yang pertama diberikan adalah kepada para
pimpinan universitas tersebut. Contoh yang lain lagi, seorang manajer tim sepak bola
nasional akan mendapat sanjungan karena tim sepak bola yang dipimpinnya mampu
berprestasi dan menjuarai suatu kejuaraan yang bergengsi.
Sebaliknya, jika suatu usaha bisnis mengalami kebangkrutan, misalnya salah
urus dalam manajemen sehingga mengalami kerugian besar dan terjadi kebocoran
anggaran serta penyimpangan lainnya yang menyebabkan kekacauan dalam
keuangan dan macetnya kegiatan usaha itu maka yang pertama akan dituding dan
bahkan akan diganti adalah para pengambil keputusan dalam usaha itu, yaitu para
manajer yang menjalankan kepemimpinan dalam organisasi bisnis itu. Demikian juga
jika suatu tim nasional sepakbola mengalami kekalahan yang menyakitkan karena
salah urus, maka yang pertama mendapatkan sasaran kegagalan itu adalah manajer
tim yang memimpin kesebelasan itu.
Adalah tidak mudah menjelaskan batasan pengertian tentang kepemimpinan.
Sharma (1982) misalnya, menyatakan bahwa pernah ada penelitian tentang definisi
dari kepemimpinan ini. Hingga pada tahun 1949 saja, telah dapat diinvertarisasikan
dimana
K adalah kepemimpinan,
Pi adalah pemimpin, Pe
adalah pengikut dan Si
adalah situasi.
Dari formulasi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah fungsi
dari pemimpin, pengikut dan variabel situasi yang lain. Dari formulasi diatas dapat
dikatakan bahwa seseorang yang memiliki pengaruh, dikatakan seorang manajer
karena berada dalam situasi dimana organisasi dimana ia menjalankan
kepemimpinan itu adalah suatu organisasi formal, dikatakan seorang pemimpin
informal, karena ia berada dalam organisasi informal, misalnya sebagai kepala
keluarga.
2.1. Kekuasaan
Konsep kekuasaan atau power merupakan konsep yang banyak dipunakan
dalam membahas masalah kepemimpinan dan organisasi. Selain kekuasaan, juga
terdapat konsep lain yang juga banyak diperhunakan dalam membicarakan
masalah kepemimpinan dan organisasi, yaitu wewenang atau authority. Antara
kekuasaan dan wewenang dalam bahasa sehari-hari seringkali dianggap sama,
padahal sesungguhnya secara konseptual, antara kekuasaan dan wewenang ini
memiliki perbedaan yang jelas.
Banyak ahli mencoba menjelaskan apa yang dimaksud dengan kekuasaan
ini, namun sejauh ini belum terdapat adanya satu batasan tungga! yang memadai
mengenai konsep kekuasaan ini. Akan tetapi, diantara para ahli itu terdapat
kesepakatan bahwa kekuasaan berkaitan dengan hubungan antar dua atau lebih
aktor dimana perilaku dari salah satu atau lebih aktor,
dipengaruhi oleh aktor yang lain. Jadi kekuasaan pada dasarnya menggambarkan
kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain. Masalah kekuasaan
berkaitan dengan pertanyaan "siapa mendapatkan apa, kapan dan bagaimana".
Seorang ahli politik Dahl (Hall, 1991:109) membuat ilustrasi tentang pengertian
kekuasaan dengan membuat contoh bahwa A memiliki kekuasaan terhadap B jika A
dapat menyuruh B melakukan sesuatu yang B tidak dapat berbuat lain kecuali
melakukannya. Ini merupakan inti dari pengertian kekuasaan.
Hal yang penting tetapi seringkali diabaikan adalah bahwa kekuasaan itu
senantiasa berada dalam konteks suatu hubungan antar aktor (orang, kelompok
orang atau masyarakat). Aktor (orang atau kelompok) tidak dapat memiliki
kekuasaan ketika berada dalam suatu situasi yang terisolasi. Kekuasaan baru dapat
dimiliki atau dirasakan keberadaannya ketika aktor itu berhubungan dengan pihak
lain (orang atau kolektifitas lainnya).
Kekuasaan itu tidak memiliki arti apapun kecuali kekuasaan itu diterapkan.
Kekuasaan dengan demikian, baru memiliki makna atau arti ketika kekuasaan itu
dipergunakan. Kekuasaan dapat berada pada tempat atau posisi yang tidak dapat
diperkirakan. Oleh sebab itu, sangat tidak mudah untuk menentukan letak dari pusat
kekuasaan. Namun yang pasti, kekuasaan itu ada meskipun keberadaannya justru
tersembunyi di dalam ketergantungan salah satu pihak kepada pihak lain.