Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH FISIOLOGI DAN ANATOMI TERNAK

”SISTEM PENCERNAAN PADA HEWAN


RUMINANSIA”

Dosen Pembimbing:

Dr.Ir.Dzarnisa, M.Si
196909111994032002

Disusun Oleh:
Nama : Khalid Ardha
NIM : 1605104010066

Prodi Peternakan Fakultas Pertanian


Universitas Syiah Kuala
Darussalam – Banda Aceh
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “ Sistem Respirasi Ternak” ini. Shalawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang
telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang
sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.

Saya sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah
pengetahuan juga wawasan menyangkut dengan sistem respirasi yang ada pada hewan
ternak.Saya pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya mengharapkan adanya kritik dan saran
demi perbaikan makalah yang akan saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca.

Banda Aceh,20 Mei 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................ i

Daftar Isi ................................................................................................................... ii

BAB I.Pendahuluan ................................................................................................. 1

1.1.Latar Belakang ................................................................................................... 1

1.2.Rumusan Masalah ............................................................................................. 2

1.3.Tujuan ................................................................................................................. 2

BAB II.Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 3

2.1.Sistem Pencernaan Ruminansia ...................................................................... 3

2.2.Organ Penyusun Sistem Pencernaan Ruminansia.......................................... 3

2.3.Proses Pencernaan Pada Ruminansia .............................................................. 10

BAB III.Penutup ...................................................................................................... 13

3.1.Kesimpulan ......................................................................................................... 13

3.2.Saran ................................................................................................................... 13

Daftar Pustaka ......................................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Ruminansia merupakan binatang berkuku genap subordo dari ordo Artiodactyla
disebut juga mammalia berkuku. Nama ruminan berasal dari bahasa Latin "ruminare" yang
artinya mengunyah kembali atau memamah biak, sehingga dalam bahasa Indonesia dikenal
dengan hewan memamah biak. Hewan ruminansia umumnya herbivora atau pemakan
tanaman, sehingga sebagian besar makanannya adalah selulose, hemiselulose dan bahkan
lignin yang semuanya dikategorikan sebagai serat kasar. Hewan ini disebut juga hewan
berlambung jamak atau polygastric animal, karena lambungnya terdiri atas rumen, retikulum,
omasum dan abomasum. Rumen merupakan bagian terbesar dan terpenting dalam mencerna
serat kasar, sehingga karena pentingnya rumen dalam proses pencernaan ruminansia, maka
timbul pelajaran khusus yang disebut ruminologi. Pencernaan pada ruminansia terjadi secara
mekanik, fermentatif dan enzimatik. Pada pencernaan mekanik melibatkan organ seperti gigi
(dentis). Pencernaan fermentatif terjadi dengan bantuan mikroba (bakteri, ptotozoa, dan
fungi). Pencernaan enzimatik melibatkan enzim pencernaan untuk mencerna pakan yang
masuk.
Sistem pencernaan (tractus digestivus) terdiri atas suatu saluran muskulo membranosa
yang terentang dari mulut sampai ke anus. Fungsinya adalah memasukan makanan,
menggiling, mencerna dan menyerap makanan serta mengeluarkan buangannya yang
berbentuk padat. Sistem pencernaan mengubah zat-zat hara yang terdapat dalam makanan
menjadi senyawa yang lebih sederhana hingga dapat diserap dan digunakan sebagai energi,
membangun senyawa-senyawa lain untuk kepentingan metabolisme. Pencernaan merupakan
rangkaian proses yang terjadi dalam saluran pencernaan sampai memungkinkan terjadinya
penyerapan.
Perut sejati pada sistem pencernaan ruminansia diawali oleh tiga bagian perut atau
divertikula (diselaputi oleh epitel-epitel squamous berstrata), dimana makanan dicerna oleh
mikroorganisme sebelum bergerak ke saluran pencernaan berikutnya. Rumen, retikulum, dan
omasum pada ruminansia, secara bersama-sama disebut perut depan (forestomach atau
proventrikulus). Bagian-bagian sistem pencernaan adalah mulut, oesophagus, forestomach
(rumen, retikulum, omasum, abomasum), usus halus, usus besar, anus, serta glandula
aksesori, yang terdiri dari glandula saliva, hati dan pankreas.

1
1.2. Rumusan masalah
1. Bagaimana sistem pencernaan ruminansia
2. Bagaimana organ penyusun sistem pencernaan ruminansia
3. Bagaimana proses pencernaan pada ruminansia

1.3. Tujuan
1. Memberikan gambaran mengenai proses pencernaan pada ruminansia.
2. Memahami fungsi dan bagian berbagai sistem pencernaan ruminansia.
3. Mengenal anatomi sistem pencernaan ruminansia

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Sistem Pencernaan Ruminansia


Alat pencernaan (Apparatus digestorius) terdiri atas saluran pencernaan
(Tractus alimentarius) dan organ pembantu (Organa accesoria). Dilihat dari anatomi alat
pencernaan, terdapat tiga kelompok hewan yakni kelompok hewan berlambung jamak
(polygastric animals) antara lain sapi, kerbau, rusa, domba, kambing dan kijang, kelompok
hewan berlambung tunggal (monogastric animals) antara lain manusia, anjing, kucing, babi,
kuda dan kelinci, dan hewan yang berlambung jamak semu (pseudo polygastric animals)
antara lain ayam, bebek, angsa, dan burung. Hewan yang berlambung jamak dikelompokkan
sebagai ruminansia dan yang berlambung tunggal dikelompokkan ke dalam non ruminansia.
Unggas yang merupakan hewan berlambung jamak semu (pseudo ruminants) dikelompokkan
ke dalam non-ruminansia.
Agar supaya memperoleh gambaran yang jelas bagaimana dan di mana proses
pencernaan baik kimiawi maupun mekanis dan bagaimana ternak memanfaatkan bahan
makanan berserat kasar tinggi, perlu diketahui dahulu sistem pencernaan serta fungsi bagian-
bagian dari alat pencernaan tersebut, khususnya rumen, retikulum, omasum dan abomasum.
Saluran Pencernaan:
1. Mulut
2. Esofagus
3. Lambung: Rumen, Retikulum, Omasum, Abomasum
4. Usus halus
5. Usus Besar (Kolon)
6. Rektum

2.2.Organ Penyusun Sistem Pencernaan Ruminansia


A.Mulut

Pencernaan di mulut pertama kali di lakukan oleh gigi molar dilanjutkan oleh
mastikasi dan di teruskan ke pencernaan mekanis. Di dalam mulut terdapat saliva. Saliva
adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar khusus dan disebarkan ke dalam
cavitas oral.

3
Komposisi saliva:
Komposisi dari saliva meliputi komponen organik dan anorganik. Namun demikian,
kadar tersebut masih terhitung rendah dibandingkan dengan serum karena pada saliva
penyusun utamanya adalah air. Komponen anorganik terbanyak adalah sodium, potassium
(sebagai kation), khlorida, dan bikarbonat (sebagai anion-nya). Sedangkan komponen organik
pada saliva meliputi protein yang berupa enzim amilase, maltase, serum albumin, asam urat,
kretinin, mucin, vitamin C, beberapa asam amino, lisosim, laktat, dan beberapa hormon
seperti testosteron dan kortisol. Selain itu, saliva juga mengandung gas CO2, O2, dan N2.
Saliva juga mengandung immunoglobin, seperti IgA dan IgG dengan konsentrasi rata-rata 9,4
dan 0,32 mg%.
Fungsi saliva:
a. membantu penelanan
b. buffer (ph 8,4 – 8,5)
c. suplai nutrien mikroba (70% urea)

Mekanisme sekresi saliva


Kelenjar saliva mensekresikan granula sekretorik (zymogen) yang mengandung
enzim-enzim saliva kemudian dikeluarkan dari sel-sel asinar ke dalam duktus. Jumlah sekresi
salisa berbeda-beda, sekresi saliva pada sapi ±150 liter/hari, domba ±10 liter/hari. Organ
yang berfungsi mencerna makanan secara mekanik pada ruminansia adalah gigi (dentis).

B.Esophagus
Merupakan saluran yang menghubungkan antara rongga mulut dengan lambung. Pada
ujung saluran esophagus setelah mulut terdapat daerah yang disebut faring. Pada faring
terdapat klep, yaitu epiglotis yang mengatur makanan agar tidak masuk ke trakea
(tenggorokan). Fungsi esophagus adalah menyalurkan makanan ke lambung. Agar makanan
dapat berjalan sepanjang esophagus, terdapat gerakan peristaltik sehingga makanan dapat
berjalan menuju lambung.

C.Rumen
Bagian sistem pancernaan ruminansia yang paling berperan besar adalah rumen.
Rumen berupa suatu kantung muskular yang besar yang terentang dari diafragma menuju
pelvis dan hampir menempati sisi kiri dari rongga abdominal. Di dalam rumen terdapat
populasi mikroba yang cukup banyak jumlahnya. Mikroba rumen dapat dibagi dalam tiga

4
grup utama yaitu bakteri, protozoa dan fungi. Kehadiran fungi di dalam rumen diakui sangat
bermanfaat bagi pencernaan pakan serat, karena dia membentuk koloni pada jaringan selulosa
pakan. Rizoid fungi tumbuh jauh menembus dinding sel tanaman sehingga pakan lebih
terbuka untuk dicerna oleh enzim bakteri rumen.
Bakteri rumen dapat diklasifikasikan berdasarkan substrat utama yang digunakan,
karena sulit mengklasifikasikan berdasarkan morfologinya. Kebalikannya protozoa
diklasifikasikan berdasarkan morfologinya sebab mudah dilihat berdasarkan penyebaran
silianya. Beberapa jenis bakteri adalah:
a. bakteri pencerna selulosa (Bakteroidessuccinogenes, Ruminococcus flavafaciens,
Ruminococcus albus, Butyrifibriofibrisolvens)
b. bakteri pencerna hemiselulosa (Butyrivibrio fibrisolvens, Bakteroides ruminocola,
Ruminococcus sp)
c. bakteri pencerna pati (Bakteroides ammylophilus, Streptococcus bovis, Succinnimonas
amylolytica
d. bakteri pencerna gula (Triponema bryantii, Lactobasilus ruminus)
e. bakteri pencerna protein (Clostridium sporogenus, Bacillus licheniformis).
Protozoa rumen diklasifikasikan menurut morfologinya yaitu: Holotrichs yang
mempunyai silia hampir diseluruh tubuhnya dan mencerna karbohidrat yang fermentabel,
sedangkan Oligotrichs yang mempunyai silia sekitar mulutumumnya merombak karbohidrat
yang lebih sulit dicerna.
Jumlah bakteri rumen mencapai 1010-11. Jumlah protozoa mencapai 105-6. Fungi
berjumlah 102-3. Di rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida, dan fermentasi selulosa
oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa tertentu. Isi rumen dan
retikulum cenderung membentuk tiga lapisan. Lapisan yang paling bawah (paling ventral)
terdiri terutama dari cairan yang berisi bahan-bahan yang setengah tercerna, termasuk biji-
bijian. Lapis tengah adalah partikel - partikel makanan paling akhir masuk ke dalam rumen
dan belum tercelup sepenuhnya. Lapis yang paling dorsal terutama terdiri dari gas
karbondioksida dan metan, yang diproduksi terus menerus oleh mikroba.
Kapasitas rumen pada ternak ruminansia dewasa mencapai 80% dari total kapasitas
perut ruminansia, sedangkan pada ternak ruminansia baru lahir perkembangan rumen belum
sempurna kapasitasnya sekitar 30%. Oleh sebab itu pada anak ternak ruminansia yang baru
lahir belum diberikan pakan yang berserat karena masih belum ada pencernaan fermentatif
dan mikroba rumen belum tumbuh. Pencernaan pada ternak ruminansia yang baru lahir hanya
berupa pencernaan enzimatik. Namun setelah ternak tersebut berumur dua bulan ukuran

5
rumen sudah baik dan mikroba rumen sudah dalam jumlah yang cukup untuk mencerna
bahan berserat. Mikroba pada rumen merupakan mikroba yang berasal dari susu yang
diberikan induk saat masa menyusui maupun mikroba yang berasal dari bahan lain.
Jumlah mikroba rumen terbesar adalah bakteri. Faktor utama yang mempengaruhi
pertumbuhan dan aktifitas populasi mikroba rumen adalah temperatur, pH, kapasitas buffer,
tekanan osmotik, kandungan bahan kering dan potensial oksidasi reduksi cairan rumen.
Adanya bakteri dan protozoa yang hidup dalam rumen menyebabkan ruminansia dapat
mencerna bahan pakan yang mengandung serat kasar tinggi.
 Letak: sebelah kiri rongga perut
 Anatomi:
a. Permukaan dilapisi papila (papila lidah) → memperluas
b. permukaan untuk absorbsi
c. Terdiri 4 kantong (saccus)
d. Terbagi menjadi 4 zona
 Kondisi:
a. BK isi rumen : 10 -15%
b. Temperatur : 39-40ºC
c. pH = 6,7 – 7,0
d. BJ = 1,022 – 1,055
e. Gas: CO2, CH4, N2, O2, H2, H2S
f. mikroba: bakteri, protozoa, jamur
g. Anaerob
 Fungsi:
a. Tempat fermentasi oleh mikroba rumen
b. Absorbsi : VFA, amonia
c. Lokasi mixing
d. Menyimpan bahan makanan→ fermentasi

D.Retikulum
Retikulum sering disebut sebagai perut jalang atau hardware stomach. Fungsi
retikulum adalah sebagai penahan partikel pakan pada saat regurgitasi rumen. Retikulum
berbatasan langsung dengan rumen, akan tetapi diantara keduanya tidak ada dinding

6
penyekat. Pembatas diantara retikulum dan rumen yaitu hanya berupa lipatan, sehingga
partikel pakan menjadi tercampur.
a) Secara fisik tidak terpisahkan dari rumen
b) Terdapat lipatan-lipatan esofagus yang merupakan lipatan jaringan yg langsung dari
esofagus ke omasum
c) Permukaan dalam : papila → sarang laba-laba (honey comb) perut jala
Fungsi:
a) tempat fermentasi
b) membantu proses ruminasi
c) mengatur arus ingesta ke omasum
d) Absorpsi hasil fermentasi
e) tempat berkumpulnya benda-benda asing

E.Omasum
Omasum sering juga disebut dengan perut buku, karena permukaannya berbuku-buku.
Ph omasum berkisar antara 5,2 sampai 6,5. Omasum merupaka suatu organ seferis yang terisi
oleh lamina muskuler yang turun dari bagian dorsum atau bagian atap. Membrana mukosa
yang menutupi lamina, ditebari dengan papile yang pendek dan tumpul yang akan menggiling
hijauan atau serat - serat sebelum masuk ke abomasum (perut sejati). Omasum letaknya
disebelah kanan rumen dan retikulum persis pada posisi kaudal hati. Omasum domba dan
kambing jauh lebih kecil dibandingkan omasum sapi dalam keadaan normal tidak menyentuh
dinding abdominal ruminansia kecil itu.
Omasum hampir terisi penuh oleh lamina dengan papila yang meruncing yang
tersusun sedemikian rupa sehingga makanan digerakkan dari orifisium retikulo-omosal, di
antara laminae, dan menuju ke orifisium omaso-abdomosal. Setiap laminae mengandung tiga
lapis otot, termasuk suatu lapis sentral yang berhubungan dengan dinding otot dari omasum,
serta suatu lapis mukosa muskularis yang terletak pada tiap sisi dari otot sentral.
Dasar omasum seperti juga halnya lembaran - lembaran (lipatan - lipatan) ditutupi
oleh epitel squamosa berstrata. Pada pertautan antara omasum dan abomasum terdapat suatu
susunan lipatan membrana mukosa ‘vela terminalia’ yang barang kali berperan sebagai katup
untuk mencegah kembalinya bahan-bahan dari abomasum menuju ke omasum, sedangkan
pada domba merupakan bagian dari abomasum.

7
F.Abomasum
Abomasum sering juga disebut dengan perut sejati. Fungsi omaso abomasal orifice
adalah untuk mencegah digesta yang ada di abomasum kembali ke omasum. Ph pada
abomasum asam yaitu berkisar antara 2 sampai 4,1. Abomasum terletak dibagian kanan
bawah dan jika kondisi tiba-tiba menjadi sangat asam, maka abomasum dapat berpindah
kesebelah kiri. Permukaan abomasum dilapisi oleh mukosa dan mukosa ini berfungsi untuk
melindungi dinding sel tercerna oleh enzim yang dihasilkan oleh abomasum. Sel-sel mukosa
menghasilkan pepsinogen dan sel parietal menghasilkan HCl. Pepsinogen bereaksi dengan
HCl membentuk pepsin. Pada saat terbentuk pepsin reaksi terus berjalan secara otokatalitik.
 Letak :
a. Dasar perut (kanan bawah)
b. Bentuk : memanjang
c. Bagian dalam terdapat tonjolan : fold → absorpsi
 Terdiri 3 bagian:
a. Kardia : sekresi mukus
b. Fundika : pepsinogen, renin, HCl, mukus
c. Pilorika : sekresi mukus
 Fungsi: Tempat awal pencernaan enzimatis (perut sejati) → Pencernaan protein dan
mengatur arus digesta dari abomasum ke duodenum.

G.Usus Halus
Fungsi : pencernaan enzimatis dan absorpsi
Kedalam usus halus masuk 4 sekresi:
a. Cairan duodenum : alkalis, fosfor, buffer
b. Cairan empedu : dihasilkan hati, K dan Na (mengemulsikan lemak), mengaktifkan
lipase pankreas, zat warna
c. Cairan pancreas : ion bikarbinat untuk menetralisir asam lambung
d. Cairan usus

Pankreas
Letak : lengkungan duodenum
Mensekresikan enzim:
1. Amilase : alfa amilase, maltase, sukrase

8
2. Protease : tripsinogen, kemotripsinogen,prokarboksi, peptidase
3. Lipase : lipase, lesitinase, fosfolapase, kolesterol, esterase
4. Nuklease : ribonuklease, deoksi ribonuklease
Usus halus terbagi atas 3 bagian, yaitu: deudenum, jejenum, dan ileum, berdasarkan
pada perbedaan - perbedaan struktural histologis/mikroskopis. Deudenum merupakan bagian
yang pertama dari usus halus. Ini amat dekat dengan dinding tubuh dan terikat pada mesenteri
yang pendek, yaitu mesoduodenum. Duktus yang berasal dari pankreas dan hati masuk ke
bagian pertama dari duodenum. Duodenum meninggalkan pilorus dari perut dan ke arah
kaudal pada sisi kanan menuju ke ‘pelvic inlet’. Duodenum kemudian menjulang ke sisi kiri
di belakang akar dari mesenteri besar dan membelok ke depan untuk bergabung dengan
jejunum. Saluran yang berasal dari hati dan saluran pankreas, menyatu ke dalam duodenum,
pada jarak yang pendek di belakang pilorus.
Jejenum dengan jelas dapat dipisahkan dengan duodenum. Jejenum bermula dari kira-
kira pada posisi dimana mesenteri mulai kelihatan memanjang (pada duodenum mesenterinya
pendek). Jejenum dan ileum itu bersambung dan tidak ada batas yang jelas di antaranya.
Bagian terakhir dari usus halus adalah ileum. Persambungannya dengan usus besar adalah
pada osteum iliale (bukaan ileal).

H.Usus Besar
Usus besar terdiri atas sekum, yang merupakan suatu kantung buntu dan kolon yang
terdiri atas bagian-bagian yang naik, mendatar dan turun. Bagian yang turun akan berakhir
direktum dan anus. Variasi pada usus besar (terutama pada bagian kolon yang naik) dari satu
spesies ke spesies yang lain, jauh lebih menonjol dibandingkan dengan pada usus halus.
Kolon yang menurun, bergerak ke depan di antara dua lapis mesenteri yang menyangga usus
halus. Lop proksimal (ansa proksimalis) terletak di antara sekum dan kolon spiral (ansa
spiralis). Ansa spiralis itu tersusun dalam bentuk spiral. Bagian yang pertama membentuk
spiral ke arah pusat lilitan (bersifat sentripetal) sedangkan bagian berikutnya membentuk
spiral yang menjauhi pusat lilitan (sentrifugal). Bagian terakhir dari kolon yang naik yaitu
ansa distalis, menghubungkan ansa spiralis dengan kolon transversal. Kolon transversal
menyilang dari kanan ke kiri dan berlanjut terus ke arah kaudal menuju ke rektum dan anus,
bagian terminal dari saluran pencernaan.
 Bentuk : tabung berstruktur sederhana, kondisi = rumen
 Fungsi : fermentasi oleh mikroba

9
 Absorpsi VFA dan air → kolon
 Konsentrasi VFA : sekum : 7 mM, kolon : 60 mM (rumen = 100 – 150 mM)

I.Rektum
Merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh. Sebelum dibuang lewat
anus, feses ditampung terlebih dahulu pada bagian rectum. Apabila feses sudah siap dibuang
maka otot spinkter rectum mengatur pembukaan dan penutupan anus. Otot spinkter yang
menyusun rektum ada 2, yaitu otot polos dan otot lurik.

2.3.Proses Pencernaan pada Ruminansia


Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai gudang
sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida,
dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa
tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini makanan akan
dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar (disebut bolus). Bolus akan
dimuntahkan kembali ke mulut untuk dimamah kedua kali. Dari mulut makanan akan ditelan
kembali untuk diteruskan ke ornasum. Pada omasum terdapat kelenjar yang memproduksi
enzim yang akan bercampur dengan bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke abomasum,
yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara
kimiawi oleh enzim.
Selulase yang dihasilkan oleh mikroba (bakteri dan protozoa) akan merombak selulosa
menjadi asam lemak. Akan tetapi, bakteri tidak tahan hidup di abomasum karena Ph yang
sangat rendah, akibatnya bakteri ini akan mati, namun dapat dicernakan untuk menjadi
sumber protein bagi hewan pemamah biak. Dengan demikian, hewan ini tidak memerlukan
asam amino esensial seperti pada manusia.
Sedangkan pada sapi proses pencernaan terjadi dua kali, yakni pada lambung dan
sekum yang kedua-duanya dilakukan oleh bakteri dan protozoa tertentu. Pada kelinci dan
marmut, kotoran yang telah keluar tubuh seringkali dimakan kembali. Kotoran yang belum
tercerna tadi masih mengandung banyak zat makanan, yang akan dicernakan lagi oleh kelinci.
Sekum pada pemakan tumbuh-tumbuhan lebih besar dibandingkan dengan sekum karnivora.
Hal itu disebabkan karena makanan herbivora bervolume besar dan proses
pencernaannya berat, sedangkan pada karnivora volume makanan kecil dan pencernaan

10
berlangsung dengan cepat. Usus pada sapi sangat panjang, usus halusnya bisa mencapai 40
meter. Hal itu dipengaruhi oleh makanannya yang sebagian besar terdiri dari serat (selulosa).
Pencernaan karbohidrat dimulai di mulut, dimana bahan makanan bercampur dengan
ptialin, yaitu enzim yang dihasilkan oleh kelenjar saliva (saliva hewan ruminansia sama
sekali tidak mengandung ptyalin). Ptialin mencerna pati menjadi maltosa dan
dekstrin.Pencernaan tersebut sebagian besar terjadi di mulut dan lambung. Mucin dalam
saliva tidak mencerna pati, tetapi melumasi bahan makanan sehingga dengan demikian bahan
makanan mudah untuk ditelan.Mikroorganisme dalam rumen merombak selulosa untuk
membentuk asam-asam lemak terbang.
Mikroorganisme tersebut mencerna pula pati, gula, lemak, protein dan nitrogen bukan
protein untuk membentuk protein mikrobial dan vitamin B. Tidak ada enzim dari sekresi
lambung ruminansia tersangkut dalam sintesis mikrobial. Amilase dari pankreas dikeluarkan
ke dalam bagian pertama usus halus (duodenum) yang kemudian terus mencerna pati dan
dekstrin menjadi dekstrin sederhana dan maltosa.
Enzim-enzim lain dalam usus halus yang berasal dari getah usus mencerna pula karbohidrat.
Enzim-enzim tersebut adalah
1. Sukrase (invertase) yang merombak sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.
2. Maltase yang merombak maltosa menjadi glukosa
3.Laktase yang merombak laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.
Dari data diatas dapat dirangkum bahwa , Pada hewan memamah biak, lambungnya terbagi
menjadi 4 bagian, yaitu:
1. Rumen: bagian lambung tempat penghancuran makanan secara mekanis
2. Retikulum: bagian lambung tempat pencernaan selulosa oleh bakteri
3. Omasum: bagian lambung tempat pencernaan secara mekanik
4. Abomasum: bagian lambung tempat terjadinya pencernaan secara kimiawi dengan
bantuan enzim dan HCl yang dihasilkan oleh dinding abomasum
Makanan ruminansia banyak mengandung selulosa, hemiselulosa, pati, dan
karbohidrat yang larut dalam air dan fruktan-fruktan. Proses degradasi dan fermentasi
karbohidrat dalam rumen dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu (1) pemecahan pertikel
makanan yang menghasilkan polimer karbohidrat, (2) hidrolisa polimer menjadi sakarida
sederhana (glukosa), dan (3) fermentasi sakarida sederhana menghasilkan VFA berupa asetat,
propionate, dan butirat, serta gas CO2 dan CH4.
Fermentasi makanan oleh mikroba rumen akan berlangsung dengan baik jika
didukung oleh kondisi yang sesuai untuk kehidupan mikroba. Faktor-faktor yang perlu

11
diperhatikan adalah kondisi rumen mendekati anaerob, pH diusahakan 6,6-7,0 dengan saliva
sebagai larutan penyangga (buffer), kontraksi rumen menambah kontak antara enzim dengan
makanan, laju pengosongan rumen diatur selalu terisi walaupun ternak menderita lapar dalam
waktu yang lama, serta suhu rumen konstan, faktor tersebut diperlukan untuk kelangsungan
proses fermentasi.
Keuntungan ruminansia
Keuntungan ruminansia yang mempunyai organ fermentatif sebelum usus halus
adalah: (1) dapat mencerna bahan makanan berkadar serat kasar tinggi sehingga bahan
makanannya sebagian tidak bersaing dengan manusia, (2) mampu mengubah sembarang N
termasuk Non Protein Nitrogen (NPN) seperti urea menjadi protein bermutu tinggi, (3)
keperluan asam amino untuk memenuhi nutrisi proteinnya tidak bergantung kepada kualitas
protein makanannya, (4) produk fermentatif dalam rumen dapat disajikan ke dalam usus
halus dalam bentuk yang mudah dicerna, dan (5) kapasitas rumen yang sangat besar, mampu
menampung banyak sekali makanan sehingga proses makannya dapat berjalan dengan cepat.

12
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpun
Dari pemahasan di atas dapat disimpulkan:
1. Saluran pencernaan ruminansia, pencernaannya secara sistematis terdiri atas mulut,
esophagus, rumen, reticulum, omasum, abomasums, duodenum, JeJenum, ileum, secum,
colon, dan rectum.
2. Yang membedakannya dengan system pencernaan non-ruminansia adalah pada jumlah
lambungnya, non-ruminansia hanya mempunyai 1 lambung, sedangkan ruminansia
mempunyai lambung yang terdiri dari 4 bagian yang masing-masing mempunyai fungsi
spesifiik masing-masing.
3. Proses pencernaan pada ruminansia terjadi secara mekanis, fermentatif, dan enzimatis.

3.2.Saran
Saya berharap para pembaca dapat memahami tentang sistem pencernaan pada hewan

ternak terutama pada ternak ruminansia.Saya berharap dengan adanya penulisan ini para

pembaca dapat banyak belajar dan mendapat tambahan pengetahuan tentang sistem

penceraan ternak ruminansia.

13
DAFTAR PUSTAKA

G. L. O. 2001. Pengaruh Natrium Bikarbonat dan Natrium Karbonat Terhadap Konsentrasi


Volatile Fatti Acid dan Amonia Rumen Kerbau. Majalah Ilmiah Peternakan. 4(1): 17-20.

Dehority, B. A. 2004. Rumen Mikrobiology. Nottingham: Nottingham University Press.

Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta: UGM Press.

Kosnoto, M. 1999. Teknologi Limbah Rumen untuk Pakan dan Pupuk Organik. Surabaya:
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.

Prakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Jakarta: UI Press.

Sutardi. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi I. Bogor: Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

14

Anda mungkin juga menyukai