Anda di halaman 1dari 10

Catatan Notulen

Deseminasi Hasil Penelitian


“Literatur Keislaman Generasi Millennial”

*Mursalin

08.00 – 08.45
Peserta registrasi

09.00
Pembukaan Acara

09.03
Kalam Illahi

09.08
Menyanyikan Lagu Indonesia Raya

09.09
Sambutan Puspidep Jakarta
 Ucapan terimakasih kepada pihak terkait.
 Literasi keislaman diharapkan bisa diakses siswa sekolah.

09.15
Sambutan dan Pembukaan Rektor UIN Antasari
 Ucapan selamat datang dan terimakasih kepada pemateri, pembahas dan para
undangan
 Dalam mengembangkan dan menyebarkan kajian keilmuan UIN Antasari
sangat berperan aktif. Satu diantara peran aktif tersebut adalah kerjasama
yang dilakukan antara UIN Antasari dengan UIN Sunan Kalijaga.
 Diharapkan diskusi hari ini memicu dorongan akan kepekaan terhadap
permasalahan yang ada dimasyarakat. Perguruan tinggi harus merespon dan
peka terhadap hal-hal tersebut.

09.24
Acara diambil alih moderator
Dr. Phil. Munirul Ikhwan
 Memperkenalkan para pemateri dan pembahas

09.31
Presentasi dari Najib Kaylani, MA., Ph.D
 Tujuan dari riset ini adalah memetakan literatur yang dibaca dan beredar
dikalangan generasi milenial.
 Literatur keislaman tidak hanya literatur dalam kelas, melainkan majalah,
surat kabar dan lain-lain, tidak termasuk sosmed, hanya terfokus pada yang
tercetak.
 Penelitian ini termasuk kualititaf research
 Konteks besar penelitian ini adalah generasi milenial adalah generasi rentan
terhadap radikalisme, hal ini adalah efek dari pasca ordebaru; pendidikan
tinggi tapi banyak pengangguran; adanya kemalasan membaca literasi yang
panjang, cenderung suka membaca status sosmed yang pendek.
 3 kota yang paling banyak memproduksi literatur keislaman; Solo(literasi
jihadiyah), Yogyakarta (literatur tarbawi) dan Bogor (literatur tahririyah).
 Bagaimana sirkulasi literatur ini?. Tersebar diberbagai toko buku, pasar buku
dan berbagai chanel.
 Literatur standar sekolah dan PT cenderung tokoh-tokohnya dari interlokal
padahal tokoh dari Nusantara banyak; cenderung memojookan perempuan;
ambiguitas literatur; dosen lebih memakai literatur sendiri dibanding literatur
resmi dai pemerintah.
 Piramida literatur keislaman
1. Jihadiyah : tebal dan harganya murah, Dr. Azzam (ideolog Al Qaeda)
isinya berbentuk narasi, terjemahan bagus. Laku di pameran buku Solo
dan Bogor.
2. Literatur Tahriri: diluar dari karya Taqiyuddin An Nabhani, contoh Felix
Siauw. Khilafah dipropogandakan lewat budaya pop layaknya superhero,
contoh Al Fatih
3. Literatur Salafi (berorientasi pada keshalehan): banyak dibaca oleh siswa
rohis di sekolah. Berisi tentang bid’ah, syirik dan lain-lain, layaknya
literasi wahabi di Arab Saudi.
4. Literatur Tarbawi: Berisi ceramah-ceramah dan illustrasi populer.
Contoh Nikmatnya Pernikahan Setelah Meikah – Salim Afillah
5. Literatur Islamisme Pupuler (tidak berbahaya): novel-novel Islami
semisal Ayat-Ayat Cinta, Jilbab Traveller. Topik Cinta dan Keislaman.

09.56
Presentasi Dr. Sunarwoto, MA (Lokasi Penelitian di Pontianak)
 Dilakukan di 5 perguruan tinggi dan 5 SLTA
 Dominasi oleh NU dan Muhammadiyah
 Di Pontianak mengidolakan Habib Rizieq pasca kasus Ahok.
 Ada kontestasi dalam hal literasi di Pontianak, yaitu antara Kitab kuning
dengan kitab-kitab tarbawi dan Islam populer
 Akses literasi; pengajian, forum diskusi, guru/mentor dan keluarga.
 Piramida literatur bacaan anak muda (semua kalangan gerakan keagamaan)
1. Tahriri
2. Salafi
3. Tarbiyah/Haraki
4. Islamisme Populer
 Pembaca muda adalah pembaca hybrid, tidak terpaku pada literasi gerakan
mereka
 Ideologi tidak begitu menarik bagi generasi milenial di Pontianak

10.12
Dr. Ibnu Burdah, MA dan Roma Ulinuha
Surabaya: Less Radical City
 Menanggapi tulisan tentang wahabisme
 Jaringan wahabi masuk kampung padahal tidak ada tokoh yang masuk
 Hal tersebut masuk karena media massa semacam Rodja TV
 Islamisme lebih kearah aktifitas politisisasi semacam penegakan negara Islam,
syariah dan khilafah, bukan keislaman.
 Penelitian ini berdasar dua argumen yaitu literasi dan derajat Islamisme yang
berkembang
 Piramida literasi yang berkembang di Surabaya:
1. Salafiyah
2. Tarbiyah/Tahriri
3. Tasawwuf Islam
4. Islam Tradisional
5. Islam Popular
 Derajat Islamisme paling tinggi yang ditemukan di mading Masjid JMMI
tentang Mulkam Jabariyah.
 Adanya ketersedian buku tulisan Taqiyuddin di perpustakaan Masjid ITS dan
dipinjam berulang kali, peminjaman terakhir tahun 2010 menurut catatan
kartu perpustakaan.
 Kesimpulannya Surabaya adalah kota yang rendah radikalisme dibanding
kota-kota lainnya.
 Tidak ditemukan level ekstrim/ jihadis bahkan teroris. Level tertinggi adalah
tahriri.
 Kesadaran tinggi pada guru dan siswa terhadap literasi radikal dan kuatnya
kegiatan kultural semacam al banjari.

10.30
A. Rafiq, MA
Kelisanan dan Keaksaraan dalam Literatur Generasi Milineal di Banjarmasin
 Wacana keislaman di dominasi ulama-ulama majlis ta’lim
 Pengajian-pengajian di Banjarmasin diistilahkan dengan Oral Literatur;
Makna teks dipengaruhi oleh subjek penyampai teks.
 Piramida ketersedian teks di Banjarmasin:
1. Ideologi Trans-Nasional (Tahriri-Salafi-Tarbawi)
2. Teks penulis nasional (Tahiri-Tarbawi-Islamisme Populer)
3. Penulis Lokal (Tahriri-Tarbawi-Islamismen Popular)
 Kontestasi terjadi antara LDK (tarbawi) dan BKLDK (tahriri)
 Piramida keberterimaan teks keislaman di sekolah-PT Banjarmasin
1. Tahriri
2. Salafi
3. Tarbawi
4. Islamisme Populer
 Tafsir Ibnu Katsir di UIN Antasari terdistorsi oleh salafi
 Toko buku segmented
1. Al Bayan
2. Al Azhar
3. Usaha Jaya
 Toko buku non segmented
1. Gramedia
2. Al Baba
 Piramida pola penerimaan
1. Rejected
2. Fully Accepted (Islami Popular)
3. Accepted with appropration (Buku Felix Siauw, approprpration karena
ada bagian buku yang mencoba menarik pembaca untuk ikut HTI)
 Pola Resilensi
1. Abondened
2. Organic Resilience
3. Mechanic Resilience

10.51
Dr. Suhadi MA, Ph.D
Dari Activisme Generasi X ke Popularisme Generasi Y Studi Persebaran dan Pola
Konsumsi Literatur Keislaman di Bandung-Jawa Barat
 Konteks: Ada ambiguitas yang tinggi di Bandung. Disatu sisi kosmopolitanisme
dan disisi lain adanya puritanisme serta politik Islam/wahabi lama.
 Buku kelompok mainstream tidak hadir di kampus-kampus
 Piramida peneybaran litratur keislaman
1. Jihadi
2. Tahriri
3. Salafi
4. Tarbawi
 Masjid Salman ITB tidak seradikal dulu. Diskusi dan solat tetap ramai. Kajian-
kajian lain (NU, Muhammadiyah, tahlilan, hadrah, kitab kuning dll) sudah bisa
masuk.
 Literasi keislaman di Bandung sangan millennial. Pengungkapannya dengan
sangat santai.
 Buku Hasan Al-Bana tidak banyak dibaca oleh kader-kader, hanya dibaca oleh
mentor LDK tingkat atas.
 Pola konsumsi literasi paling banyak dibaca adalah
1. Felix Siauw (Tahriri)
2. Tere Liye (salafi)
3. Kang Abik (Islamisme popular)
4. Salim Fillah
5. Gus Dur
6. Quraisy Shihab
7. Asma Nadia
8. Gusmus
9. Kang Abay
10. Oki Setiana Dewi
 Topik
1. Ta’aruf
2. Hijab
3. Jihad
4. Khilafah
 Penjelasan dan Diskussi
1. Adanya alternafir medernitas
2. Kebebasan dari Islam yang ketat (rigid)
3. Ambiguitas
4. Islam Populis

11.18
Sesi pembahas
Prof. Dr. H. Mujiburrahman, MA
Literatur Keislaman dari Generasi ke Generasi
 Orang Belanda sangat concern dengan literatur keislaman, contoh Karel
Streinbrink
 Literasi keislaman/kitab yang ditulis oleh ulama banyak diproduksi pada abad
pertengahan akhir.
 Kitab-kitab yang ditulis oleh Syaikh Muhammad Arsyad Al Banjari masih
menjadi pegangan masyarakat banjar
 Adanya penerjemahan kitab-kitab beraksara arab ke aksara-bahasa melayu
dan ini banyak di konsumsi oleh para tuan guru dan jamaah majelis ta’lim di
tanah banjar (oleh Mujahid).
 Kitab Ad Durunnafis menurut MUI HSU banyak mengandung kesesatan.
 Watson mengatakan dalam rentang akhir orla – orba penerbitan literasi
keislaman sangat kurang karena tekanan krisis. Kemudian tahun 70 – 90an
muncul penerbit indie semacam penerbit salman, LKIS dll. Ketika jatuhnya
orba penerbitan literasi keislaman bertambah banyah banyak.
 Ada 4 perkembangan (fase) literasi keislaman menurut Watson di awal abad 21
1. Semakin banyaknya buku terjemahan (keislaman) timur tengah/barat
yang diterbitkan;
2. Semakin banyaknya buku-buku beraroma keshalehan pribadi;
3. Literasi pertentangan antara Islam-Kristen;
4. Terjadinya kontinuitas pertentangan antar gerakan Islam itu sendiri.
 Hasil penelitian teks pengajian di Kalsel
1. Teks ketauhidan sifat 20/Asy’ariah
2. Teks tauhid yang terbuka/tidak ketat.
3. Teks tauhid salafi
4. Teks tauhid berbahasa Indonesia yang ditulis penulis lokal dan
bernuansa modern. Penambahan dari teks lama
5. Teks tasawwuf yang mayoritas memakai kitab-kitab yang berorientasi
pada metafisik.
6. Catatan pribadi guru yang mendapat ilmu laduni
7. Manakib para ulama banjar yang terbit pada medio 2000-2005. Manakib
yang populer dikalangan ibu-ibu adalah manakib Siti Khadijah.
 Penelitian ini sangat berguna untuk memahami dimensi keislaman di
Indonesia terlebih untuk memahami generasi millennial perkotaan.
 Disarankan membaca white and blacknya terkait dalam teks keagamaan.
 Komunikasi yang efektif bagi tuan guru ke jamaahnya adalah bahasa lokal.

11.43
Dr. Alimun Hanif
Meluasnya Literatur Islamisme Populer bagi Generasi Millennial
 Mengapa penelitian ini dilakukan? Awal reformasi merupakan era perang
perang kebudayaan. Ketika situasi agama masuk keruang publik disaat yang
sama muncul berbagai visi aspek-aspek keagamaan dengan cara yang sangat
keras. Jika pemerintah dan akademisi kampus tidak memiliki strategi yang
bagus untuk mengarahkan tata kelola masyarakat, maka ini benar-benar
perang kebudayaan. Efek dari hal ini adalah munculnya literasi keislaman
yang bersifat ekslusif dan mencuci otak masyarakat bahwasanya ada gerakan
konspirasi untuk menghancurkan Islam (gerakan khilafah).
 Generasi millennial adalah generasi baru yang dihasilkan dalam kebudayaan
yang baru sekaligus cacat kultural karena tidak bisa menyerap konteks
dibanding generasi lama yang tumbuh dalam keadaan yang penuh konflik.
 Tugas Islam bukan membangun negara tapi membangun peradaban.
 Generasi millenial merupakan generasi yang bagus. Tapi yang patut
dikhawatirkan adalah konteks keshalehan pribadi, cenderung segala masalah
solusinya adalah agama.
 Ide-ide transnasional dimasukkan dalam kemasan yang kekinian sehingga
banyak menarik minat generasi millenial.
 Kesadaran beragama juga harus diimbangi dengan kesadaran berbangsa,
bernegara.
 Harus ada yang mengimbangi literasi transnasional.
 Ada sebuah strategi yang mengedit sebuah literatur yang melepaskan konteks
aslinya (pada masa literatur tersebut itu ditulis) untuk kepentingan gerakan
tertentu.
 Untuk mengimbangi Islamisme populer adalah membangun peradaban

12.09
Sesi dialog

Pertanyaan 1
Fatrawati Kumari
 Penelitian ini tidak memaparkan jumlah buku yang diakses/dibaca
 Sebarapa bahaya teks-teks tersebut kalau merambah ke daerah Kalsel
 Apa kesimpulan penelitian di kalsel
 Jika memang benar Islam kalsel moderat, disekolah SLTA dan PT Umum
mengapa menjadi kantong-kantong kegiatan keagamaan yang radikal.
 Mentor rohis yang menyenangkan dibanding guru PNS disekolah.
 Begitu sentralnya peran tuan guru dari masa ke masa. Tetapi tidak
digambarkan Islam lokal dan tuan guru dengan Islam transnasional dan
generasi millenial/islamisme popular.

Pertanyaan 2
Alfisyah
 Apakah konsep jelasnya generasi millenial yang dimaksud peneliti? Apa hanya
dari sekolah PT/sekolah umum? Bagaimana dengan generasi millenial di
pesantren tradisional.
 Kenapa di Surabaya less radical? Karena di sana ada pasarnya. Mohon
klarifikasi.

Pertanyaan 3
Nasrullah
 Apakah ada kecenderungan generasi millenial itu membaca buku tebal,
padahal sering baca status sosmed
 Apakah bacaan generasi millenial counter literatur
 Apakah riset yang dilakukan tidak menyentuh manakib
 Generasi sekarang itu gamang. Padahal Generasi Amaliyah banyak dipakai
generasi millenial

Pertanyaan 4
Drs. Wahyuddin
 Tertarik karena menyajikan peta literasi generasi millenial.
 Kenapa tidak ada tinggi rendahnya peta literasi, padahal ini kualitatif
 Kena tidak ada pemetaan pada santri pondok pesantren
 Kurang bisa menangkap tipologi yang dipaparkan
 Harus ada kajian yang multisitus
 Belum ditemukan pisau analisis yang mendasar. Psikologi atau sosiologi?
 Salah satu temuan PPIM Jakarta, siswa/mahasiswa termasuk kategori
moderat.
 Pada penelitian di Kalsel apakah terbatas pada Banjarmasin-Banjarbaru
sajakah? Kenapa tidak di Hulu Sungai? Tipologi berbeda
 Apakah ada pengaruh literasi agama dengan sikap keberagamaan
 Buku-buku sufistik sebenarnya dikalangan remaja cukup digemari, tapi
dibungkus dengan kemasan baru.
 Bagaimana elemen teologi generasi millenial?
 Tugas UIN adalah mengambil satu bilik kajian akademis yang memberikan
kajian penting untuk membangun diskursus buku teks keagamaan.

12.35
Jawaban Pemateri
Najib Kaylani, MA., Ph.D
 Berdasarkan temuan dilapangan banyak ditemukan buku yang bertema
pertentangan intra religius.
 Alasan pesantren tidak dimasukan adalah pesantren mewakili Islam
tradisional yang tidak kontras dengan genrasi millenial perkotaan.
 Buku yang tersedia diperkotaan tersedia buku sufi tapi tidak accesable
 Pada perkembangan terakhir ada banyak perubahan pada buku-buku PAI.
 Buku Islamisme populer lebih beraroma radikalisme dan kesalehan pribadi;
buku ini cenderung banyak dikonsumsi oleh anak muda.

Dr. Ibnu Burdah, MA


 Dari sisi identitas Islam sudah diatas angin
 Abangan sendiri tidak lagi menchalenge kaum Islam puritan
 Memang ada literatur anti kristenisasi, tapi sekarang ada fenomena buku
Zakyr Naik.
 Teks Islam populis tidak bisa dihindari termasuk santri. Artinya Islamisme
populer adalah sebuah keniscayaan.
 Manakib memang masih kuat. Tetapi ada manakib model baru yang sangat
digemari misalnya Perempuan Penghuni Surga yang ditulis secara populis.

A. Rafiq, MA.
 Buku sufistik lebih menonjol dibanding buku kesalehan pribadi
 Adanya pengajian Bulughul Maram di SMA
 Hal ini merupakan bagian dari kontinuitas
 Kami hanya melakukan survey awal
 Hanya dibatasi pada ruang SLTA dan PT
 Data kualitatif hanya pengantar
 Dari sisi literatur membantah streotif rohis sarang radikalisme
 Manakib adalah heroisme sama halnya dengan kisah Al Fatih yang banyak
ditulis orang tahriri
 Teks Islamisme Populis sebenarnya sudah masuk ke Pesantren
 Teks yang paling dominan adalah oral teks yang minitik beratkan pada
penjelasan tuan guru. Lebih penting mengingat perkataan tuan guru
dibanding mengingat dari halaman mana teks tersebut.
 Adanya pergeseran antara konflik antara teks pertentangan Islam-Kristen
menjadi konflik teks intrareligius semisal NU-HTI.
 Buku-buku teologis masuk kesekolah masuk dengan kemasan/konteks baru.

Dr. Sunarwoto., MA, Ph.D


 Adanya deklasi Rohis yang cinta NKRI mengikuti aturan pemerintah
 Di Pontianak rohisnya lebih mengedepankan nasionalisme
 Fiqh Sunnah masih dibaca di Pontianak
 Santri juga membaca Tere Liye

Prof. Dr. H.Mujibburahman., MA


 Kita harus memproduksi tulisan keislaman yang sesuai dengan zaman.

Dr. Ali Munhanif


 Ada kecenderungan baru dari generasi millenial untuk mencari jati dirinya.
 Boleh moderat tapi tetap jangan kehilangan jati diri keislaman
 UIN harus menjadi pusat keagamaan yang bisa mengakomodasi Islam dengan
perkembangan zaman modern.

13.08
Kalimat penutup moderator

13.09
Do’a
Tamjidnoor, S.Ag., M.Pd.I

13. 15
Foto bersama

13.20
Makan siang

Anda mungkin juga menyukai