Refrensi Nutrisi CKD Neila 2 PDF
Refrensi Nutrisi CKD Neila 2 PDF
Penatalaksanaan Nutrisi
pada Pasien PGK Pradialisis dan Dialisis
Pendahuluan
Prevalensi penyakit ginjal kronik (PGK) semakin meningkat, demikian juga
pasien PGK yang menjalani dialisis. Bebagai usaha dilakukan untuk menghambat
progresi dari PGK. Salah satu faktor yang dapat menghambat progresi PGK adalah
pendekatan terapi diet pada stadium pradialisis.1 Direkomendasikan pada pasien PGK
perlu melakukan modifikasi asupan nutrisinya. Penatalaksanaannya mencakup pada
pengaturan asupan protein, garam, kalium, kalsium, fosfor, oksalat, sitrat, asam urat dan
air.1,2
Dilain pihak pada pasien PGK sering terjadi gangguan nutrisi. Masalah nutrisi
merupakan komorbiditas penting pada penyakit ginjal. Dari beberapa faktor risiko yang
terdapat pada PGK gangguan metabolik dan nutrisi yang dikenal dengan malnutrisi
energi protein (MEP) memegang peranan penting dalam perjalanan pasien PGK.
Patogenesis MEP pada PGK bersifat multifaktorial. Prevalensi MEP ditemukan lebih
rendah pada LFG yang lebih tinggi, 10-70% pada pasien hemodialisis rutin dan
sebanyak 18-51% pada pasien dengan peritoneal dialisis.3
Penilaian status nutrisi, monitoring dan intervensi nutrisi merupakan komponen
yang memegang peranan penting dalam penatalaksanaan pasien penyakit ginjal kronik
(PGK). Adanya perubahan metabolism menyebabkan PGK stadium 1 sampai 5
memerlukan penatalaksanaan nutrisi yang berbeda-beda sehingga memerlukan evaluasi
dan terapi yang spesifik. Disamping itu setiap individu pasien mempunyai masalah
nutrisi yang spesifik karena perbedaan metabolisme, etiologi dari PGK, stadium PGK
genetik dan lingkungan.3
Penatalaksanaan nutrisi pada PGK bertujuan untuk memperlambat progresivitas
penyakit ginjal, memperbaiki kualitas hidup, serta menurunkan morbiditas dan
mortalitas kardiovaskular pada PGK.
Kapan kita memulai diit rendah protein pada PGK sampai saat ini masih
diperdebatkan. Batasan laju filtrasi glomerulus (LFG) untuk memulai diet rendah
protein belum ditetapkan. Sebagian besar nefrologist menganjurkan agar diet rendah
protein sudah dimulai pada saat LFG <60 ml/mnt/1.73 m (PGK stadium 3). Penurunan
tersebut harus dilakukan secara progresif berdasarkan stadium PGK dan banyaknya
intake protein dari setiap pasien. Modifikasi diet protein pada pasien PGK dapat dibagi
menjadi : 1) protein sangat rendah, kurang dari 0,3 g/kg BB; 2) diet protein rendah, 0,6-
0,8 g/kg BB, dan 3) diet protein normal, 1-1,2 g/kg BB.7
Sudah banyak penelitian dilakukan untuk meneliti pengaruh dari retriksi protein
terhadap progresi dari PGK, tetapi banyak penelitian ini mempunyai masalah dalam
design, tipe dari diet, dan derajat dari kepatuhan terhadap diet.4 Pada berbagai studi
prospektif diet protein sangat rendah secara nyata dapat menurunkan progresifitas
penyakit ginjal kronik, namun risiko malnutrisi meningkat pada pasien.7,8
Dengan penerapan diet rendah protein, terutama diet sangat rendah protein,
disarankan untuk menambahkan penderita dengan α-ketoacid atau asam amino esensial
untuk menghindari malnutrisi. Suplemen α-ketoacid lebih efektif daripada asam amino
esensial dalam memperlambat perjalanan gangguan ginjal. Manfaat diet rendah protein
dengan terapi α-ketoacid : memperbaiki azotemia dan asidosis metabolik, menyediakan
asam amino esensial dan memperbaiki metabolisme protein, mengurangi resistensi
insulin dan memperbaiki metabolisme karbohidrat, meningkatkan aktivitas lipase dan
memperbaiki metabolisme lemak, menurunkan kadar fosfor serta meningkatkan kadar
kalsium, mengurangi gejala hiperparatiroid sekunder, dan menurunkan ekskresi protein
urine dan menghambat perjalanan PGK.2,9
Kebutuhan Energi
Intake energi sangat penting sekali diperhatikan, sebab bila diet hanya mengandung
sedikit kalori akan menganggu keseimbangan nitrogen dan menyebabkan pasien
kehilangan massa otot. Diet dengan 35 kcal/kg/hari diperlukan untuk mempertahankan
keseimbangan nitrogen pada pasien CKD. Kebutuhan energi pada pasien CKD yang
sehat tidak berbeda dengan orang dewasa sehat. Sayang sekali tidak ada metode yang
praktis untuk memperkirakan asupan kalori, sehingga klinisi harus melakukan
pengukuran berulang pada berat badan dan massa otot dan masukan dari ahli gizi.4,10
Kalium
Dengan menurunnya LFG kemampuan tubulus untuk mensekresikan kalium berkurang.
sehingga perlu dilakukan restriksi kalium untuk mempertahankan kadar kalium pada
kadar normal yaitu 3,5-5,0 mEq/L. Obat-obat juga dapat meningkatkan kadar kalium
yaitu: ACE inhibitor, ARB, aldosterone receptor blokers. Rekomendasi untuk kalium
pada pasien hemodialisis adalah 2000-3000 mg/hari (50-80 mmol/hari). Pada pasien
dengan CAPD bisa mengkonsumsi kalium lebih banyak yaitu 3000-4000 mg/hari (80-
105 mmol/hari).3,11
Pada pasien yang menjalani hemodialisis produksi urine akan semakin menurun sampai
menjadi anuria, sehingga asupan cairan harus dikontrol dan disesuaikan pada kondisi
masing-masing pasien. Pada pasien yang menjalani HD asupan cairan adalah 500-1000
mL/hari ditambah jumlah urin perhari, sedangkan pada pasien yang menjalani CAPD
dan APD, kira-kira 2000-3000 mL/hari berdasarkan status klinis.3,4,11
Resume dari kebutuhan nutrisi harian pada pasien PGK, baik pada stadium pradialisis
maupun dialisis dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.
Potassium Biasanya tidak dilarang sampai LFG 40 mg/kg atau Tidak dilarang pada
<10 mL/min/1.73 m2 kira-kira 2000- CAPD and APD: kira-
3000 mg/hari kira 3000-4000 mg/hari
(50-80 (80-105 mmol/hari)
mmol/hari) kecuali serum level
meningkat atau
menurun
4
Kesimpulan
Penilaian status nutrisi, monitoring dan intervensi nutrisi merupakan komponen
yang memegang peranan penting dalam penatalaksanaan pasien penyakit ginjal kronik
(PGK). Adanya perubahan metabolism menyebabkan PGK stadium 1 sampai 5
memerlukan penatalaksanaan nutrisi yang berbeda-beda sehingga memerlukan evaluasi
dan terapi yang spesifik. Disamping itu setiap individu pasien mempunyai masalah
nutrisi yang spesifik karena perbedaan metabolism, etiologi dari PGK, stadium PGK
genetic dan lingkungan.3 Penatalaksanaan nutrisi pada PGK bertujuan untuk
memperlambat progresivitas penyakit ginjal, memperbaiki kualitas hidup, serta
menurunkan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular pada PGK.
Daftar Pustaka
1. Garneata L; Mircescu G. Effect of Low Protein Diet Supplemented With Keto Acids
on Progression of Chronic Kidney Disease. J Renal Nutr, 2013; 23: 210-213
2. Fouque D. Low Protein, Amino Acid and Ketoacid Diets to Slow the Progression of
Chronic Kidney Disease and Improved Metabolic Control of Uremia. NutrManag
Renal Dis. 2013; 209-231.
3. Goldstein-Fuchs, D, LaPierre AM. 2014. Nutrition and Kidney Disease. In: Gilbert
GJ, Weiner ME. Editors. National Kidney Foundation’s Primer on Kidney Diseases.
Philadelphia; Elseiver Saunderz. P:467-474.
4. Fouque D and Mitch WE, 2012. Dietary Approaches to Kidney Disease. In: Taal
MW, Chertow GM, Mars PA, Skorecki K, Yu AS and Brenner BM. Editors.
Brenner & Rector’s The Kidney. 9th ed. USA; Elsiver Saunders. 2170-2204.
7
8. Rasyid H, 2014. Manfaat Diet Rendah Protein pada Penyakit Ginjal Kronik. In:
Siregar P, Dharmeizar, Nainggolan G, Lydia A, Marbun MB, Hustrini M, Umami
V, editors. Naskah Lengkap The 14th Jakarta Nephrology and Hypertension Course
and Symposium on Hypertension. PERNEFRI; Jakarta: 35-40.
10. K/DOQI Clinical Practice Guidelines for Chronic Kidney Disease: Evaluation,
Classification, and Stratification, 2007.