Kebakaran Hutan PDF
Kebakaran Hutan PDF
KEANEKARAGAMAN HAYATI
OLEH:
PEMBIMBING:
Dr.Ir. Ervizal A.M Zuhud, MS
Dr.Ir. Yeni A. Mulyani, MSc
Mengetahui:
Rizki Kurnia Tohir Rizki Amalia Adinda Putri Rizki Ayu Lestari
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan kekuatan dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Kebakaran Hutan Sebagai Ancaman Terhadap Keanekaragaman Hayati “
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Konservasi
Sumberdaya Alam Hayati. Shalawat dan salam semoga tercurah pula kepada
Rasulullah Muhammad SAW, dan para sahabat. Teriring doa dan harap semoga
Allah meridhoi upaya yang kami lakukan.
Dalam makalah ini dikemukakan bagaimana kebakaran hutan terjadi,
penyebab yang ditimbulkan setelah terjadinya kebakaran hutan, dan beberapa
antisipasi bagaimana cara penanggulangan kebakaran hutan.
Penulis mengucapkan terima kasih Dr.Ir. Ervizal A.M Zuhud, MS dan
Dr.Ir. Yeni A. Mulyani, MSc sebagai dosen pembimbing yang telah memberi
bimbingan dan arahan dalam menyusun makalah ini.
Penulis berharap makalah ini bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi
pembaca pada umumnya bagi masyarakat sehingga dapat menjadi solusi dalam
menanggulangi kebakaran hutan.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Penulis
DAFTAR ISI
2. Cuaca
Faktor cuaca turut andil menyebabkan kebakaran hutan terjadi seperti
angin, suhu, curah hujan, dan keadaan air tanah. Angin merupakan faktor pemacu
dalam tingkah laku api. Adanya angin akan mempercepat pengeringan bahan
bakar, sehingga api dapat berkobar dan merambat cepat, serta adanya angin akan
mengarahkan api ke bahan bakar yang belum terbakar. Suhu udara tergantung dari
intensitas panas matahari. Areal dengan intensitas penyinaran matahari yang
tinggi akan menyebabkan lebih cepat bahan bakar di lantai hutan mengering,
sehingga lebih mudah untuk terbakar..
Curah hujan memiliki pengaruh terhadap kondisi basah atau kering
material yang ada. Bahan bakar yang mengandung kadar air tinggi dan
kelembaban udara tinggi akan sulit terjadinya kebakaran hutan. maka kita harus
memperhatikan pada bulan-bulan mana saja yang termasuk curah hujan tinggi
atau rendah untuk mengantisipasi kebakaran hutan. Keadaan air pada tanah
penting karena apabila suatu tanah kadar airnya menurun akan menyebabkan
lapisan permukaan atas tanah akan mengering dan mudah terbakar.
3. Waktu
Siang hari adalah waktu yang rentan terjadinya kebakaran hutan, karena
pada waktu siang tersebut keadaan kelembaban udara rendah, suhu udara tinggi
dan angin bertiup kencang, sehingga berpotensi besar untuk terjadinya kebakaran
hutan. Pada malam hari kondisi cuaca umumnya justru sebaliknya yaitu
kelembaban udara tinggi,suhu udara rendah dan angin bertiup lebih tenang. Oleh
karena itu waktu termasuk kedalam faktor yang mempengaruhi kebakaran hutan.
4. Topografi
Topografi adalah gambaran permukaan bumi yang meliputi relief dan
posisi alamnya serta ciri-ciri yang merupakan hasil dari bentukan manusia. Tiga
faktor yang biasanya berperanan penting yaitu kemiringan,arah lereng dan medan.
Kemiringan yang curam memungkinkan terjadinya perambatan api yang cepat.
Pada lereng curam api akan cepat naik kearah puncak dan lambat kearah bawah.
Semakin curam, maka semakin cepat pula api menjalar.
Wilayah dengan arah lereng menghadap matahari akan lebih cepat
terjadinya pengeringan bahan bakar dibandingkan dengan wilyah yang memiliki
arah kemiringan yang tidak menghadap matahari. Lereng yang langsung
menghadap matahari akan terjadi hal-hal seperti kondisi suhu tinggi,angin yang
bertiup kencang,rendahnya kelembaban udara dan kandungan air bahan bakar.
3.1 Simpulan
Kebakaran hutan sangat berpotensi mengancam keanekaragaman hayati.
Kebakaran hutan dapat mempengaruhi ekosistem hutan dan keanekaragaman
hayati. Semua proses ekologis di hutan akan mengalami gangguan dikarenakan
kebakaran hutan. Keanekaragaman hayati yang melimpah mulai dari
keanekaragaman hayati tingkat gen, spesies, dan ekositem dapat hancur oleh
kebakaran hutan. Kondisi lingkungan turut mempengaruhi potensi terjadinya
kebakaran hutan, termasuk di dalamnya cuaca, waktu, bahan bakar, dan topografi.
Keadaan lingkungan yang kering menyebabkan api mudah terpancing dan
berkobar.
Kebakaran hutan yang bersifat eksplosif yaitu merusak semua dan dengan
waktu yang singkat dijadikan alat oleh manusia untuk peoses pembukaan lahan.
Pembukaan lahan dengan cara pembakaran hutan memiliki keuntungan yang
besar. Mulai dari waku yang digunakan untuk pembukaan lahan yang relatif
singkat dan biaya yang terjangkau, menjadikan manusia tergiur untuk melakukan
hal itu tanpa memperdulikan bagaimana keanekaragaman hayati yang ada di
dalamnya akan terganggu bahkan mati.
3.2 Rekomendasi
Solusi yang telah diuraikan di atas diharapkan dijalankan dengan baik dan
membuat sistem pengelolaan pencegahan kebakaran yang tertata rapi, dan
memperkuat koordinasi antara pihak-pihak yang terkait. Pemantauan potensi
kebakaran hutan hendaknya dipegang oleh orang yang memiliki kompetensi di
bidang itu dan memiliki dedikasi yang tinggi terhadap lingkungan. Perlu adaya
penyuluhan secara besar-besaran bahwa keanekaragaman hayati itu sangat perlu
dilindungi untuk menopang kehidupan manusia di bumi.
DAFTAR PUSTAKA
Bryant, D., Nielsen, D. Dan L.Tangley.1997. The Last Frontier Forest: Ecosystem
and Econimies on the Edge. World resource institute. Washington DC
Darwo. 2009. Perilaku Api Dan Sebab Akibat Kebakaran Hutan .Dalam :Teknik
Pencegahan Kebakaran Hutan Melalui Partisipasi Masyarakat.
Prosiding.Workshop, Kabanjahe, 11-12 maret.Kabanjahe : Puslitbang
Hutan dan Konservasi Alam dan Dinas Kehutanan Kabupaten Karo, hlm.
71-72.
Erizon. 1985. Studi Dampak Kebakaran Hutan Terhadap Tanah, Tumbuhan
Bawah, dan Tegakan Hutan pada Kelompok Hutan Sungai Pesab dan
Sungai Seleg di Muara Wahau, Kalimantan Timur. Skripsi. Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
IBSAP Dokumen Nasional. 2004. Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman
Hayati Indonesia 2003-2020. Jakarta : Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional.
Indrawan M, Richard BP, Jatna S. 2007. Biologi Konservasi. Jakarta : Yayasan
Obor Indonesia.
Kahfi E.1986. Pengaruh Kebakaran Hutan Dan Organisme Tanah di Jampang
Tengah , Sukabumi, Jawa Barat.Skripsi. Fakultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor.
Kementerian lingkungan hidup dan UNDP. 1998. Ringkasan Eksekutif –
Kebakaran Hutan dan Lahan Di Indonesia.
Manan S. 1994. Forest Fire Protection, Alternative and Reality. Dalam :Forest
Rehabilitation and Forest Protection from Fire.Prosiding.Workshop,
Samarinda, 31 januari-2 februari. Samarinda : Departemen Kehutanan
dan ITTO, hlm. 14-16.
Purbowaseso B. 2004. Pengendalian Kebakaran Hutan. Jakarta : Rineka Cipta.
Purvis, A. & A. Hector. 2000. Getting The Measure Of Boidiversity. Nature 405:
212-219
Sagala.1994. Aspek Pengendalian Api Pada Reboisasi di Alang-alang. Banjarbaru
: Balai Teknologi Reboisasi Banjarbaru.
Soemarsono. 1997. Kebakaran Lahan, Semak Belukar dan Hutan di Indonesia
(Penyebab, Upaya dan Perspektif Upaya di Masa Depan). Dalam
:Dampak Kebakaran Hutan Terhadap Sumberdaya Alam dan
Lingkungan. Prosiding.Workshop, Yogyakarta, 16 Desember.Yogyakarta
: Departemen kehutanan, hlm. 1-14.
Zuhud, E.AM. dan Putro, H.R. 2000. Penyelamatan Keanekaragaman Hayati
dalam Ekosistem Hutan Alam yang Masih Tersisa. Dalam Prosiding
Simposium Nasional Pengelolaan Pemuliaan dan Plasma Nutfah. Bogor,
22-23 Agustus 2000. Kerjasama Perimpi, Balitbangtan, Ditjen
Perkebunan, Komnas Plasma Nutfah.