Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL SKRIPSI

PROGRAM SARJANA KEDOKTERAN FK UKRIDA


UNTUK KEPERLUAN SEKRETARIAT

1 Mahasiswa/i

Nama Cindi Erica NIM 102015041

2 Pembimbing Tim pembimbing skripsi tidak boleh melebihi dua orang

Nama dr.Margrette Paliyama Gelar Sp.M M.Sc

Nama dr.Ritsia Anindita Wastitiamurti Gelar Sp.M

3 Judul Skripsi Harus informatif dan singkat jangan. melebihi 20 kata

Prevalensi Posterior Capsular Opacity paska operasi fakoemulsifikasi pada pengguna foldable Intra
Okular Lensa di RS PGI Cikini dan RS FMC

4 Kata Kunci 3-5 kata kunci (key words)

Posterior Capsular Opacity Katarak

Foldable Intra Okular Lensa (IOL)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


5 Persetujuan Pembimbing

Nama Tanda Tangan Tanggal

dr.Margrette Paliyama Sp.M M.Sc

Nama Tanda Tangan Tanggal

dr.Ritsia Anindita Wastitiamurti Sp.M

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


6 Persetujuan Penilai Proposal

Nama Penilai & Gelar Institusi

Tanggal dan Tanda tangan Penilaian (mohon diberi tanda  )

 Diterima tanpa perbaikan


 Diterima dengan perbaikan
( mohon diberikan komentar)

 Tidak diterima
(mohon diberikan komentar)

7 Komentar Penilai (apabila tidak mencukupi dapat dituliskan di lembar tambahan)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


)
8 Latar Belakang Jangan melebihi 2 halaman yang disediakan. Gunakan spasi tunggal (12 pts Font

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


Katarak sekunder atau dapat disebut juga Posterior Capsular Opacity (PCO) merupakan katarak yang
terjadi karena terbentuknya jaringan fibrosis sisa lensa yang tertinggal. Pada katarak jenis ini akan
terbentuk gambaran cincin, dan pada cincin tersebut akan tertimbun serabut epitel lensa yang
berproliferasi.1 PCO adalah komplikasi tersering yang terjadi paska operasi katarak, yang dapat
menyebabkan penurunan ketajaman pengelihatan. Departement of Ophthalmology, RS Cipto
Mangunkusumo Jakarta telah melakukan penelitian yang di lakukan oleh Anggraini dan Hutauruk,
mengatakan bahwa angka kejadian PCO adalah 9.2% (47 dari 513 mata) pada tahun 2003.2,3

Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa operasi katarak yang sudah modern, dengan desain intra okular
lensa (IOL) yang lebih baik, dapat menurunkan angka kejadin PCO, dari 9,2% pada 2003 sampai 8,82%
pada tahun 2010. Berdasarkan penelitian, teknik fakoemulsifikasi menjadi pilihan utama untuk operasi
katarak. World Health Organization (WHO) menganalisa 11,408 pasien yang telah menjalankan operasi
katarak dari 50 negara pada tahun 2008, mengatakan bahwa rata-rata pasiennya berusia 65 tahun, yang
berarti berhubungan dengan katarak senilis degeneratif.4

Faktor-faktor yang terkait dengan terjadinya PCO antara lain, desain Intra Okular Lensa (IOL), jenis
operasi katarak, dan pasien dengan penyakit sistemik. Dengan menggunakan teknik fakoemulsifikasi,
akan meningkatkan hasil oprasi yang lebih baik, seperti pada tingkat ketajaman visual, insisi pada kornea
yang lebih kecil, dan penyembuhan luka lebih cepat dan juga berkurangnya komplikasi. Selain itu,
penggunaan IOL dengan material yang lebih baik juga menurunkan angka kejadian PCO. Penelitian
mengatakan bahwa IOL dengan bahan hydrophilic paling banyak digunakan, desain yang dapat dilipat
pada lensa ini sesuai dengan lebar sayatan pada teknik fakoemulsifikasi.2,3

Oleh karena itu, pentingnya penelitian ini dikarenakan untuk mengetahui mengenai angka kejadian dan
faktor-faktor terjadinya PCO. Dengan diketahuinya hal tersebut, diharapkan angka kejadian Posterior
Capsular Opacity dapat menurun dan dapat membantu meningkatkan kualitas pengelihatan pasien.

9 Permasalahan Cantumkan juga hipotesis (bila ada) atau pertanyaan penelitian.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


Masalah:
1. Angka kejadian dan faktor yang mempengaruhi terjadinya Posterior Capsular Opacity antara
pemasangan foldable lensa intra okuler dengan material Hydrophobic Acrylic dan foldable lensa
foldable intra okuler dengan material Hydrophilic Acrylic.
2. Angka kejadian dan faktor yang mempengaruhi terjadinya Posterior Capsular Opacity antara
pemasangan foldable lensa intra okuler dengan bentuk round optic edge dan square optic edge.

Hipotesis:
1. Angka kejadian Posterior Capsular Opacity terjadi lebih tinggi pada pemasangan foldable lensa
intra okuler dengan material Hydrophilic Acrylic dibandingkan dengan foldable lensa intra okuler
dengan material Hydrophobic Acrylic.
3. Angka kejadian Posterior Capsular Opacity terjadi lebih tinggi pada pemasangan foldable lensa
intra okuler dengan bentuk round optic edge dibandingkan dengan square optic edge.

10 Tujuan Penelitian Uraikan tujuan khusus dan makna penelitian harus diuraikan dengan jelas.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


Tujuan Umum:
Untuk mengetahui angka kejadian dan faktor yang mempengaruhi terjadinya Posterior Capsular Opacity
paska operasi fakoemulsifikasi.

Tujuan Khusus:
1. Untuk mengetahui biokompatibilitas material lensa intra okuler yang lebih baik, yaitu antara
foldable lensa intra okuler dengan material Hydrophobic Acrylic dengan foldable lensa intra
okuler dengan material Hydrophilic Acrylic.
2. Untuk mengetahui biokompatibilitas bentuk lensa intra okuler yang lebih baik, yaitu antara
foldable lensa intra okuler dengan bentuk round optic edge dan square optic edge.

Manfaat Penelitian :
1. Manfaat bagi mahasiswa :
Manfaat bagi mahasiswa adalah untuk memperluas wawasan mahasiswa mengenai teori tersebut untuk
diterapkan dalam praktek klinis. Kemudian, bermanfaat untuk menyelesaikan tugas akhir dalam jenjang
perkuliahan sebagai persyaratan untuk kelulusan Sarjana Kedokteran di Universitas Kristen Krida
Wacana.

2. Manfaat bagi masyarakat :


Manfaat dari penelitian ini adalah, dengan diketahuinya lensa intra okuler yang lebih baik dan sesuai
untuk digunakan oleh pasien-pasien pederita katarak, diharapkan angka kejadian Posterior Capsular
Opacity dapat menurun dan dapat membantu meningkatkan kualitas pengelihatan pasien.

11 Landasan Teori

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


Anatomi Lensa pada Mata
Lensa berbentuk bikonveks, avascular, tak berwarna dan transparan. Lensa terletak di dalam bilik mata
belakang. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di dalam kapsul lensa.
Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus-menerus sehingga mengakibatkan memadatnya serat lensa
di bagian sentral lensa sehingga membentuk nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa
yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa yang tertua dalam kapsul lensa. Di dalam lensa dapat
dibedakan nukleus embrional, fetal, dan dewasa. Di bagian luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih
muda dan disebut sebagai korteks anterior, sedang di belakangnya korteks posterior. Nukleus lensa
mempunyai konsistensi lebih keras disbanding korteks lensa yang lebih muda.5,6

Di bagian perifer kapsul lensa terdapat zonula zinn yang menggantungkan lensa di seluruh ekuatornya
pada badan siliar. Di sebelah anterior lensa terdapat humor aquoeus dan disebelah posterior terdapat
vitreus. Lensa terdiri dari 65% air, 35% protein, dan sedikit sekali mineral yang biasa ada di jaringan
tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam
askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri,
pembuluh darah ataupun saraf di lensa.5,6

Secara fisiologi lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu kenyal atau lentur karena memegang peranan
terpenting dalam akomodasi untuk menjadi cembung, lensa bersifat jernih atau transparan karena
diperlukan sebagai media pengelihatan, dan lensa harus terletak di tempatnya. Lensa berfungsi sebagai
media refraksi, bersamaan dengan kornea, badan kaca, humor aqueous, dsb. Lensa mata normal memiliki
indeks refraksi sebesar 1,4 di bagian sentral dan 1,36 di bagian tepi, kekuatan bias lensa kira-kira +20D.5,6

Posterior Capsular Opacity


PCO atau katarak sekunder adalah komplikasi tersering yang terjadi pasca operasi katarak, yang dapat
menyebabkan penurunan ketajaman pengelihatan (Gambar 1). Departement of Ophthalmology, RS Cipto
Mangunkusumo Jakarta telah melakukan penelitian yang dilakukan oleh Anggraini dan Hutauruk, dan
mengatakan bahwa angka kejadian PCO adalah 9.2% (47 dari 513 mata) pada tahun 2003 . Faktor-faktor
yang terkait dengan terjadinya PCO antara lain, desain IOL, jenis operasi katarak, dan hasil operasi yang
lebih baik, seperti pada tingkat ketajaman visual, insisi pada kornea yang lebih kecil, dan penyembuhan
luka lebih cepat dan juga berkurangnya komplikasi. Selain itu, penggunaan IOL dengan material yang
lebih baik juga menurunkan angka kejadian PCO.3,4

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa operasi katarak yang sudah modern, dengan desain IOL yang
lebih baik, dapat menurunkan angka kejadin PCO, dari 9,2% pada 2003 sampai 8,82% pada tahun 2010.
Berdasarkan penelitian, teknik fakoemulsifikasi menjadi pilihan utama untuk operasi katarak. World
Health Organization (WHO) menganalisa 11,408 pasien yang telah menjalankan operasi katarak dari 50
negara pada tahun 2008, mengatakan bahwa rata-rata pasiennya berusia 65 tahun, yang berarti
berhubungan dengan katarak senilis degeneratif.4

Gambar 1 : A. Posterior Capsular Opacity ; B. Setelah dilakukan Nd YAG Posterior.7

Patofisiologi
PCO dapat dikatakan sebagai katarak sekunder, berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan
patogenesis dari PCO, yaitu terjadinya proliferasi, migrasi, dan diferensiasi yang tidak normal pada sel
epitel lensa dan jaringan pada kapsul. Proliferasi dari sisa sel epitel lensa terjadi paling tinggi dalam 3
sampai 4 hari setelah operasi katarak. Pengangkatan dari jaringan otot lensa pada saat operasi katarak
akan memicu terjadinya proliferasi sel epitel lensa. Selain itu, proliferasi dapat juga dipicu oleh benda
asing yang dipasangkan ke mata, yaitu IOL.4

Bentuk lain yang merupakan proliferasi epitel lensa pada PCO berupa mutiara Elsching dan cincin
Soemmering. Cincin Soemmering akan bertambah besar karena daya regenerasi epitel yang terdapat
didalamnya. Cincin Soemmering ini terjadi oleh karena kapsul anterior yang pecah ke arah pinggir-
pinggir dan melekat pada kapsula posterior dan meninggalkan daerah yang jernih di tengah sehingga
membentuk gambaran cincin. Pada cincin ini akan tertimbun oleh serabut epitel lensa yang berproliferasi.
Mutiara Elsching adalah epitel subkapsular yang berproliferasi dan membesar sehingga tampak seperti
busa sabun atau telur kodok.8

Migrasi sel epitel lensa ke kapsul posterior difasilitasi oleh berbagai molekul pelekatan sel yang ada pada
sel epitel lensa. Salah satu contohnya adalah Matriks metalloproteinase (MMPs), yang merupakan

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


kelompok enzim proteolitik, enzim tersebut sangat penting untuk migrasi sel dalam penyembuhan luka.
Kemudian, diferensiasi yang tidak normal pada sel epitel lensa dan jaringan pada kapsul juga merupakan
salah satu faktor terjadinya PCO.4

Faktor resiko terjadiya PCO :

1. Material Foldable Intra Okuler Lensa


Beberapa cara telah dilakukan untuk meminimalisasikan angka kejadian PCO. Jenis dan bahan foldable
IOL juga dapat berhubungan dengan angka kejadian PCO. IOL pertama kali ditanam ke dalam mata oleh
Dr Ridley dari Inggris pada tahun 1949. IOL merupakan salah satu koreksi pengelihatan paska operasi
yang sering digunakan. Kelebihan dari IOL adalah, penderita tidak perlu menggunakan lensa kotak, serta
mencegah distorsi dan perubahan lapang pandang. Kelemahannya, terutama berkaitan dengan
pemasangan yang tidak tepat, atau terjadi dislokasi lensa. Terdapat beberapa indikasi pemasangan IOL,
diantaranya adalah pada penderita katarak monokuler, gangguan fisik (hemiplegi), dan memerlukan visus
baik (contohnya pilot), dan manula. Terdapat juga kontraindikasi pemasangan IOL, yaitu tidak dapat
dipasang pada kelainan endotel kornea, uveitis, glaucoma yang tidak terkontrol, penderita yang senang
lensa kotak atau kacamata.9

Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai dua jenis material foldable IOL yang akan digunakan, yaitu
hydrophobic acrylic dan hydrophilic acrylic (gambar 2). Bahan acrylic tersebut mempunyai kemampuan
adeshi atau daya lekat yang lebih kuat dibandingkan dengan silikon dan juga polymethylmethacrylate
(PMMA) IOL. Oleh karena itu, adhesi antara IOL dengan kapsula posterior akan lebih kuat, sehingga
dapat mencegah sel epitel lensa bermigrasi dan berproliferasi. Berdasarkan penelitian tersebut,
hydrophobic acrylic memiliki biokompatibilitas kapsul yang lebih baik daripada hydrophilic acrylic.3

Pada penelitian yang dilakukan di RS Cipto Mangunkusumo mengatakan bahwa insiden PCO lebih tinggi
ditemukan pada pemasangan lensa hydrophilic acrylic daripada lensa hydrophobic acrylic. Beberapa
penelitian juga mengungkapkan bahwa insiden PCO lebih tinggi pada pemasangan lensa hydrophilic
acrylic (42.0% - 64,4%) dibandingkan dengan pemasangan lensa hydrophobic acrylic (8.9%- 34.4%).12-3
Insiden PCO di RS Cipto Mangunkusumo dalam waktu 3 tahun adalah 8,82% dengan waktu kejadian
PCO rata-rata 21 bulan (1.75 tahun). Dimana insiden yang lebih tinggi terjadi pada pemasangan lensa
hydrophilic acrylic daripada lensa hydrophobic acrylic.3

10

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


Gambar 2 : Mata yang telah di pasang oleh IOL (Follow-up 4 tahun).10

2. Bentuk Foldable Intra Okuler Lensa


Bentuk lipatan kapsuler pada lensa juga ternyata memiliki faktor yang penting dalam pencegahan
terjadinya PCO. Square optic edge IOL akan menghasilkan lipatan kapsular yang lebih baik pada lensa,
karena dapat mencegah epitel lensa bermigrasi ke kapsul posterior. Insiden PCO yang lebih tinggi
ditemukan pada pemasangan lensa yang berbentuk round optic edge IOL, walaupun perbedaanya hanya
sedikit, yaitu round optic edge (13.0%-38.7%) sedangkan square optic edge (1.4%-3.4%).3

3. Penyakit Sistemik
Berdasarkan penelitian yang tertera di dalam jurnal mengenai hubungan antara diabetes mellitus (DM)
dengan terjadinya PCO, dimana dari hasil follow up 12 bulan setelah operasi katarak tidak terdapat hasil
yang signifikan dengan terjadinya PCO. Tetapi, dari hasil follow up 18 bulan, angka kejadian PCO
meningkat secara signifikan. Sehingga dapat disimpulkan, pasien penderita DM yang telah menjalani
operasi katarak, kemungkinan terjadinya PCO akan lebih besar daripada pasien yang tidak menderita
DM.11

4. Usia
Berdasarkan data yang didapatkan, PCO paling banyak ditemukan pada pasien yang lebih muda dari
seluruh pseudoafakia pasien. Dari penelitian yang didapatkan, usia adalah faktor yang penting pada
kejadian PCO, penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pada pasien yang lebih muda mempunyai potensi
pertumbuhan sel epitel lensa yang lebih cepat. Sel epitel lensa yang bermigrasi dan berploriferasi dari
bagian ekuator ke tengah dapat menutupi media refraksi dan menyebabkan penurunan pengelihatan, dan
biasanya pengelihatan pasien menjadi buram.4,12

11

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


Operasi Katarak dengan Teknik Fakoemulsifikasi
Penanganan kebutaan akibat katarak adalah dengan cara operasi, terdapat berbagai macam teknik operasi,
salah satunya adalah teknik fakoemulsifikasi. Fekoemulsifikasi merupakan teknik ekstraksi katarak
ekstrakapsuler yang berbeda dengan ekstraksi katarak ekstrakapsular standar (dengan ekpresi dan
pengangkatan nukleus dengan insisi yang lebar) (Gambar 3). Teknik fakoemulsifikasi menggunakan insisi
kecil, fragmentasi nukleus secara ultrasonic dan aspirasi kortek lensa dengan menggunakan alat
fakoemulsifikasi, dan juga lensa yang digunakan pada operasi ini adalah lensa yang dapat dilipat. Operasi
katarak dengan teknik fakoemulsifikasi mengalami perkembangan yang cepat dan telah mencapai taraf
bedah refraktif, karena mempunyai beberapa kelebihan yaitu, rehabilitasi visus yang cepat, komplikasi
yang ringan pasca operasi, dan penyembuhan luka yang cepat.13

Gambar 3 : Operasi katarak dengan teknik fakoemulsifikasi.14

Patofisiologi

Posterior Capsular
Epidemiologi Opacity Definisi

Kerangka Teori

Bentuk IOL Teknik Operasi


Fakoemulsifikasi
Faktor Resiko

Material IOL
Penyakit Sistemik 12

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


Usia
Kerangka Konsep

Material foldable IOL :


Hydrophobic Acrylic IOL
Hydrophilic Acrylic IOL

Posterior Capsular
Opacity

Bentuk foldable IOL :


Squere optic edge
Round optic edge

12 Rencana Penelitian Uraikan dengan jelas tetapi ringkas strategi umum dari penelitian yang diusulkan serta
pendekatan khusus dan metode yang akan digunakan. Apabila diperlukan fasilitas di institusi lain, tunjukan bahwa
lembaga yang bersangkutan telah dihubungi dan memberikan persetujuan. Jangan melebihi 3 halaman spasi tunggal
(12 pts Font)

Penelitian ini dilakukan di RS Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Cikini dan RS Family
Medical Center (FMC) Sentul. Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai biokompatibilitas
13

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


lensa yang akan digunakan, yaitu hydrophilic acrylic intra okular lensa dengan hydrophobic
acrylic intra okular lensa, dan juga bentuk dari intra okular lensa, yaitu round optic edge dan
square optic edge pada kejadian posterior capsular opacity setelah operasi katarak dengan teknik
fakoemulsifikasi. Sebelum melakukan penelitian, peneliti mencari beberapa referensi berupa
jurnal dan buku teks untuk mendukung penelitian. Setelah itu, peneliti akan mengambil data
rekam medis pasien pasca operasi katarak dengan teknik fakoemulsifikasi sebagai sampel kontrol
di RS Cikini dan FMC Sentul dalam periode waktu Januari 2016 – November 2018. Untuk
mengambil data rekam medis tersebut, peneliti akan membuat permohonan izin terlebih dahulu
melalui surat. Kemudian peneliti akan mencatat identitas pasien dan menetapkan kriteria inklusi
dan eksklusi, serta mencatat hasil dari penelitian.

14

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


12.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional, dimana data diambil dari rekam medis pada
Januari 2016 – November 2018. Desain cross-sectional merupakan studi epidemiologi yang
mempelajari prevalensi, distribusi, maupun hubungan penyakit dan paparan dengan mengamati status
paparan, penyakit atau outcome lain secara serentak pada individu - individu dari suatu populasi pada
suatu saat.15

12.2 Tempat dan Waktu penelitian


Tempat : RS Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Cikini dan RS Family Medical Center
(FMC) Sentul.
Waktu : Juni 2018.

12.3 Subjek Penelitian


12.3.1 Populasi terjangkau
Pasien yang telah menjalani operasi katarak dengan teknik fakoemulsifikasi dan berobat ke RS PGI
Cikini dan RS FMC Sentul pada Januari 2016 – November 2018.

12.3.2 Sample
Pasien yang telah menjalani operasi katarak dengan teknik fakoemulsifikasi dan berobat ke RS PGI
Cikini dan RS FMC Sentul pada Januari 2016 – November 2018, dan memenuhi kriteria inklusi.
Kriteria yang mendukung penelitian ini adalah :
 Kriteria Inklusi :
Semua pasien yang telah menjalani operasi katarak dengan teknik fakoemulsifikasi yang dilakukan
oleh dr.Margrette Paliyama Sp.M M.Sc dan sudah menggunakan lensa intra okuler di RS PGI Cikini
dan RS FMC Sentul.

 Kriteria Eksklusi :
1. Pasien dengan riwayat katarak kongenital.
2. Pasien yang memiliki riwayat penyakit sistemik lainnya.

12.4 Sampling
Pemilihan sampel secara consecutive sampling, yaitu pemilihan sampel dengan menggunakan subjek
15

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


yang telah memenuhi kriteria penelitian dimasukan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu,

sehingga jumlah klien yang diperlukan terpenuhi. Pada penelitian ini sampel di ambil dari rekam medis
dalam periode waktu Januari 2016 – November 2018 di RS PGI Cikini dan RS FMC Sentul.
Jumlah sampel minimum didapatkan melalui perhitungan rumus sebagai berikut:

n=

Keterangan:
n = jumlah sampel minimum
Z = nilai Z pada tabel sesuai dengan nilai  dimana untuk  = 0.05 (5%) didapatkan Z=1.96
P = proporsi atau prevalensi masalah yang diteliti oleh Departement of Ophthalmology di RS
Cipto Mangunkusumo Jakarta yang di lakukan oleh Anggraini dan Hutauruk, mengatakan bahwa angka
kejadian PCO adalah 9.2% (47 dari 513 mata) pada tahun 2003. Sehingga di dapatkan proporsinya
adalah :

= 0,09

Q = 1-P (1– 0,09 = 0,91)


d = presisi (5% = 0,05)
Dengan demikian maka besar sampel minimum yang digunakan yaitu:

n= = = 125,85 ≈ 126

Jadi jumlah sampel minimum yang dibutuhkan ialah 126 sampel.

12.5 Bahan, alat dan cara pengambilan data

12.6.1 Bahan Penelitian


1. Rekam medis pasien setelah operasi katarak dengan teknik fakoemulsifikasi dan sudah
menggunakan foldable lensa intra okuler dengan material hydrophilic acrylic atau
foldable lensa intra okuler dengan material hydrophobic acrylic.
2. Rekam medis pasien setelah operasi katarak dengan teknik fakoemulsifikasi dan sudah
menggunakan foldable lensa intra okuler dengan bentuk round optic edge atau dengan
square optic edge.

16

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


12.6.2 Alat Penelitian
                   Rekam medis dalam periode waktu Januari 2016 – November 2018 di RS PGI Cikini dan
RS FMC Sentul.

12.6.3 Cara
Sampel yang telah memenuhi kriteria inklusi akan dicatat identitasnya. Setelah itu, akan
dibandingkan angka kejadian antara pasien yang terdiagnosis PCO setelah operasi katarak
dengan teknik fakoemulsifikasi dan sudah menggunakan foldable lensa intra okuler dengan
material hydrophilic acrylic atau foldable lensa intra okuler dengan material hydrophobic
acrylic, dan juga pasien yang sudah menggunakan foldable lensa intra okuler dengan
bentuk round optic edge atau dengan square optic edge.

12.6 Parameter yang diperiksa


1. Angka kejadian Posterior Capsular Opacity pada pemasangan foldable lensa intra okuler
dengan material Hydrophilic Acrylic dibandingkan dengan foldable lensa intra okuler dengan
material Hydrophobic Acrylic.
2. Angka kejadian Posterior Capsular Opacity pada pemasangan foldable lensa intra okuler
dengan bentuk round optic edge dibandingkan dengan square optic edge.

12.7 Variabel penelitian


 Variabel terikat: Posterior Capsular Opacity.
 Variabel bebas: Bentuk Foldable Intra Okuler Lensa, Material Foldable Intra Okuler Lensa.

12.8 Dana Penelitian


Perkiraan dana penelitian :
1. Alat tulis (kertas, print) : Rp.500.000,00
2. Transportasi : Rp. 500.000,00

12.9 Analisis Data


Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis bivariat. Pertama dilakukan
pemeriksaan uji distribusi pada data yang telah didapatkan. Jika distribusi normal (p-value ≥ 0,05) maka

17

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


menggunakan analisis chi-square. Apabila distribusi tidak normal (p-value < 0,05), maka dapat
menggunakan analisis fisher.

PCO Tidak PCO


Variabel n % n %
Material Foldable IOL
Hydrophobic Acrylic
Hydrophilic Acrylic
Bentuk Foldable IOL
Square optic edge
Round optic edge

12.10 Definisi Operasional:

Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Skala


Gender Gender merupakan aspek Rekam 0. Laki – laki Ordinal
hubungan sosial yang Medis 1. Perempuan
dikaitkan dengan diferensiasi
seksual pada manusia.
Usia Usia yang paling menonjol Rekam 0. 20 s/d 39 Ordinal
pada prevalensi PCO. Medis 1. 40 s/d 59
2. 60 s/d 79
3. 80 s/d 99
Posterior Capsular Komplikasi setelah operasi Rekam 0. Tidak Nominal
Opacity katarak, dimana terjadi Medis 1. Ya
kekeruhan lensa posterior
akibat terbentuknya jaringan
fibrosis pada lensa setelah
operasi katarak.

Material Foldable Bahan atau material foldable Rekam 0. Hydrophobic Nominal


Intra Okuler Lensa Intra Okuler Lensa (IOL) Medis Acrylic IOL
(IOL) yang digunakan.
1. Hydrophilic
Acrylic IOL
18

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


Bentuk Foldable Bentuk foldable Intra Okuler Rekam 0. Square Optic Nominal
Intra Okuler Lensa Lensa (IOL) yang digunakan. Medis Edge
(IOL)
1. Round Optic
Edge

19

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


13 Jadwal Penelitian Cantumkan lama penelitian dan rincian jadwal secara skematis.

Bulan (Tahun 2018)


No Kegiatan Jan Feb Maret Aprl Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des
1 Studi pustaka
Persiapan
alat dan
bahan
2 penelitian
3 Penelitian
4 Penulisan

20

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


14 Persyaratan Etik Bagian dibawah ini harus diisi apabila penelitian yang diusulkan berkaitan dengan
eksperimentasi pada manusia dan hewan. Metode yang digunakan harus memenuhi ketentuan etik penelitian pada
manusia dan hewan (Human and Animal Ethics). Persyaratan ini dianut oleh semua jurnal ilmiah berbobot.

Implikasi Etik Eksperimental pada Manusia Berikan pernyataan singkat mengenai permasalahn etik
yang dapat timbul dari eksprimentasi, dan jelaskan bagaimana permasalahan tersebut dapat diatasi. Permasalahan etik
termasuk (a) bahaya dan komplikasi perlakuan, (b) kerahasiaan data (confidentiality), (c) Informed consent, dan sebagainya.

Tidak menggunakan etik eksperimental pada manusia.

Implikasi Etik Eksperimental pada Hewan


Tidak menggunakan etik eksperimental pada hewan.

21

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


15 Daftar Pustaka Harus relevan dengan usulan.

1. Suhardjo SU, Hartono. Ilmu Kesehatan Mata. Yogyakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada; 2012 .h.66-9.
2. Wifaaq T. Hubungan antara resiko terjadinya katarak sekunder dengan berbagai teknik
operasi katarak di RSUD dr. Saiful Anwar Malang periode Januari-Desember 2008. Malang:
Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah; 2008.
3. Sita P. Ayuningtyas, Tjahjono D. Gondhowiardjo. Incidence and associated factors of
posterior capsule opacification in pseudophakic patients at Cipto Mangunkusumo Hospital.
Department of Ophthalmology, Faculty of Medicine Universitas Indonesia, Cipto
Mangunkusumo Hospital. 2015.
4. Raj SM, Vasavada AR, Johar SRK, Vasadava VA, Vasavada VA. Post-operative capsular
opacification: a review. Int J Biomed Sci. 2007;3(4):237-50.
5. J Suhardjo SU, Hartono. Ilmu Kesehatan Mata. Yogyakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada; 2012.h.1-2.
6. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2011.h.9.
7. Posterior Capsular Opacity. Diunduh dari https://www.researchgate.net/figure/An-eye-with-
posterior-capsule-opacification-before-A-and-after-Nd-YAG-posterior_fig4_236909811, 21
Maret 2018.
8. Erman I, Elviani Y, Soewito B. Hubungan umur dan jenis kelamin dengan kejadian katarak di
instalasi rawat jalan (poli mata) RS Dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas Tahun 2014. Dosen
Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik Kesehatan Palembang. 2014.
9. Kristiani Sri Dr. Th. Kekuatan rata-rata lensa intra okuler pada penderita katarak senilis yang
menjalani oprasi ekstraksi katarak ekstrakapsular di RSPUD Dr. Kariadi Semarang. Bagian
Mata Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. 2002.
10. Mata yang telah di pasang oleh IOL (Follow-up 4 tahun). Diunduh dari
https://www.researchgate.net/figure/An-eye-at-the-4-years-follow-up-with-AcyrSof-IOL-
implanted-in-the-bag-There-is-no_fig3_236909811, 21 Maret 2018.
11. Hayashi K1, Hayashi H, Nakao F, Hayashi F. Posterior capsule opacification after cataract
surgery in patients with diabetes mellitus. Am J Ophthalmol. 2002 Jul;134(1):10-6.
12. Wormstone IM, Wang L, Liu C. Posterior capsule opacification. Experimental Eye Research.
22

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


2009;88:257-69.
13. Moulick CP, Rodrigues CFEA, Shyamsundar LCK. Evaluation of posterior capsular
opacification following phacoemulsification, extracapsular and small incision cataract
surgery. MJAFI. 2009;65:225-8.
14. Operasi katarak dengan tenik fakoemulsifikasi. Diunduh dari
http://katakatamanfaat.blogspot.co.id/2017/07/informasi-tentang-katarak-bladeless-laser.html,
21 Maret 2018.
15. Rangkuti F. Riset pemasaran. Jakarta: Percetakan PT Gramedia; 2015.h.20.

23

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

Anda mungkin juga menyukai