Anda di halaman 1dari 6

POLITIK ETIS Oleh : Tomi Hidayat ( 1306101020053 ) Roni Hasan Basri ( 1306101020037 ) Dosen

Pembimbing : Saiful Mahdi S.Pd, M.Hum PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM BANDA ACEH 2015 KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga dengan izin dan ridha-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “POLITIK ETIS―. Shalawat dan salam kepada baginda
Rasulullah SAW yang telah memberikan kenangan terindah ketika membayangkan akhlaqul karimahnya
serta beliau pula lah yang dengan penuh pengorbanan mempertahankan agama yang hak yakni Islam
beserta sahabat dan keluarganya. Dengan keterbatasan yang penulis miliki sebagai mahasiswa, penulis
menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih sangat membutuhkan kritik dan saran sebagai
perbaikan dimasa yang akan datang. Penulis mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua, khususnya bagi penulis sendiri, Amin. Banda Aceh, 10 Oktober 2015 Penulis DAFTAR ISI KATA
PENGANTAR …………………………………………………… i DAFTAR ISI ii
ABSTRAK iii BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah 1 C. Tujuan Penulisan 1
BAB II PEMBAHASAN 2 A. Hakikat Politik Etis 2 B. Isi Politik Etis 3 C. Implikasi Pelaksaan Politik
Etis……………………………………… 5 D. Dampak Politik Etis Dalam Bidang
Pendidikan…………………….. 6 E. Pendidikan dan Pengajaran Pada Saat Politik
Etis…………………… 7 BAB III PENUTUP 11 DAFTAR PUSTAKA 12 ABSTRAK Politik Etis atau
Politik Balas Budi adalah suatu pemikiran yang menyatakan bahwa pemerintah kolonial memegang
tanggung jawab moral bagi kesejahteraan pribumi. Pemikiran ini merupakan kritik terhadap politik
tanam paksa. Munculnya kaum Etis yang di pelopori oleh Pieter Brooshooft (wartawan Koran De
Locomotief) dan C.Th. van Deventer (politikus) ternyata membuka mata pemerintah kolonial untuk lebih
memperhatikan nasib para pribumi yang terbelakang. Pada 17 September 1901, Ratu Wilhelmina yang
baru naik tahta menegaskan dalam pidato pembukaan Parlemen Belanda, bahwa pemerintah Belanda
mempunyai panggilan moral dan hutang budi (een eerschuld) terhadap bangsa pribumi di Hindia
Belanda. Ratu Wilhelmina menuangkan panggilan moral tadi ke dalam kebijakan politik etis, yang
terangkum dalam program Trias Van deventer yang meliputi: 1. Irigasi (pengairan), membangun dan
memperbaiki pengairan-pengairan dan bendungan untuk keperluan pertanian 1. Emigrasi yakni
mengajak penduduk untuk bertransmigrasi 1. Edukasi yakni memperluas dalam bidang pengajaran dan
pendidikan Banyak pihak menghubungkan kebijakan baru politik Belanda ini dengan pemikiran dan
tulisan-tulsian Van Deventer yang diterbitkan beberapa waktu sebelumnya, sehingga Van Deventer
kemudian dikenal sebagai pencetus politik etis ini. Kebijakan pertama dan kedua disalahgunakan oleh
Pemerintah Belanda dengan membangun irigasi untuk perkebunan-perkebunan Belanda dan emigrasi
dilakukan dengan memindahkan penduduk ke daerah perkebunan Belanda untuk dijadikan pekerja rodi.
Hanya pendidikan yang berarti bagi bangsa Indonesia. Pengaruh politik etis dalam bidang pengajaran
dan pendidikan sangat berperan sekali dalam pengembangan dan perluasan dunia pendidikan dan
pengajaran di Hindia Belanda. Salah seorang dari kelompok etis yang sangat berjasa dalam bidang ini
adalah Mr. J.H. Abendanon (1852-1925) yang Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan selama lima
tahun (1900-1905). Sejak tahun 1900 inilah berdiri sekolah-sekolah, baik untuk kaum priyayi maupun
rakyat biasa yang hampir merata di daerah-daerah. Sementara itu, dalam masyarakat telah terjadi
semacam pertukaran mental antara orang-orang Belanda dan orang-orang pribumi. Kalangan
pendukung politik etis merasa prihatin terhadap pribumi yang mendapatkan diskriminasi sosial-budaya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, mereka berusaha menyadarkan kaum pribumi agar melepaskan diri
dari belenggu feodal dan mengembangkan diri menurut model Barat, yang mencakup proses emansipasi
dan menuntut pendidikan ke arah swadaya. ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Politik
etis sebagai suatu kebijakan baru yang diperjuangakan oleh golongan liberal dan sosiol demokrat yang
menginginkan adanya suatau keadilan yang di peruntukan bagi Hindia-Belanda yang telah begitu banyak
membantu dan meningkatkan defisa dan kemakmuran bagi pemerintahan Belanda. Awal politik etis di
mulai ketika Ratu Wilhemina I diangkat sebagai ratu baru di Negeri Belanda pada tahun 1898, di mana
dalam pernyataannya ia mengungkapkan bahwa pemerintahan Belanda berhutang moril kepada Hindia-
Belanda dan akan segera dilakukan policy mengenai kesejahteraan di Hindia-Belanda, yang kemudian di
buat tim penelitian untuk keadaan di Hindia-Belanda. Pernyataan itulah yang kemudian di kenal dengan
istilah politik etis. B. Rumusan Masalah (1) Apakah yang di maksud dengan Politik Etis ? (2) Bagaimana isi
dari Politik Etis di Indonesia? (3) Bagaimana pelaksanaan Politik Etis di Indonesia? C. Tujuan (1)
Mengetahui hakikat Politik Etis di Indonesia (2) Mengetahui perkembangan Politik Etis di Indonesia (3)
Mengetahui dampak dari Politik Etis di Indonesia BAB II PEMBAHASAN A. Hakikat Politik Etis Suatu istilah
dan konsep yang dipakai untuk mensejahterakan Bangsa jajahan adalah Politik Etis. Ini adalah suatu
gerakan perbaikan yang dilancarkan oleh apa yang disebut kaum ethis, nama yang dipakai untuk
menyebut politik kolonial yang baru, yaitu politik ethis. Salah seorang juru bicaranya yang terkemuka
ialah Van Deventer, penulis artikel yang berjudul “Hutang Budi―. Ia menuntut restitusi berjuta-juta
uang yang diperoleh Negeri Belanda sejak berlakunya undang-undang Comptabiliteit pada tahun 1867 (
ia mengecam politik keuangan Belanda yang tidak memisahkan keuangan negeri induk dari negara
jajahan. Pemisahan itu dapat dilakukan sejak tahun 1867 dan dinyatakan bahwa selama periode antara
1867-1878 telah diambil 187 juta gulden dinamakannya politik ini politik batig slot – yang tidak
menambah tetapi mengeksploitasinya. Uang sejak 1867 – 1878 perlu dikembalikan sebab itu
merupakan Hutang Kehormatan). Daya tarik dari ide restitusi ini diperkuat oleh tumbuhnya kesadaran
akan makin berkurangnya kesejahteraan penduduk pribumi. Panggilan orang-orang Barat yang
berorientasi humanistis untuk melanjutkan perkembangan Hindia Belanda demi keuntungan penduduk
pribumi sendiri dan untuk mengejar politik kesejahteraan, menjadi makin kuat. Lagi pula, ideologi ethis
ini dapat berkembang kedalam, menjadi suatu kekuatan sosial yang penting, karena ini bergerak
bersama-sama dengan kepentingan-kepentingan yang konkret dari suatu golongan ekonomi yang mulai
tumbuh menjadi besar. (Sartono Kartodiro, “Sejarah Pergerakan Nasional jilid 2―, 1990:32) Politik
etis semakin gencar dilakukan yaitu perubahan politik di Belanda yaitu dengan berkuasanya kalangan
liberal yang menginginkan dilakukannya sistem ekonomi bebas dan kapitalisme dan mengusahakan agar
pendidikan mulai ditingkatkan di Indonesia. Adanya doktrin dari dua golongan yang berbeda semakin
membuat kebijakan politik ethis ini agar segera dilakukan adalah: *Golongan Misionaris : 3 partai kristen
yang mulai mengadakan pembangunan dalam bidang pendidikan yaitu partai katolik, Partai Anti-
Revolusioner, Partai Kristen yang programnya adalah kewajiban bagi Belanda untuk mengangkat derajat
pribumi yang didasarkan oleh agama. *Golongan konservatif : menjadi kewajiban kita sebagai bangsa
yang lebih tinggi derajatnya untuk memberadabkan orang-orang yang terbelakang. Itulah dua doktrin
yang berkembang pada saat itu karena bagi mereka tujuan terakhir politik kolonial seharusnya ialah
meningkatkan kesejahteraan dan perkembangan moral penduduk pribumi, evolusi ekonomi bukan
eksploitasi kolonial melainkan pertanggungjawaban moral.
(Http://nurdayat.wordpress.com/2008/02/2012politik-etis-dan-ik kondisi-umum-indonesia-pada-awal-
abad-ke-20/ , diunduh pada tanggal 20 September 2013) B. Isi Politik Etis D. Fock berpendapat bahwa
pendidikan yang lebih baik akan memperkuat kaum pribumi dalam administrasi; ia juga menyarankan
agar diusahakan irigrasi, pembangunan jalan kereta api, pembeliaan kembali tanah-tanah partikelir ;
untuk memajukan kesejahteraan rakyat disarankan agar diperbanyak bangunan irigasi, pemberian kredit
untuk pertanian, dan mendorong industri. Politik etis mengubah pandangan dalam politik kolonial yang
beranggapan Indonesia tidak lagi sebagai wingewest ( daerah yang menguntungkan ) menjadi daerah
yang perlu dikembangkan sehingga dapt dipenuhi keperluannya, dan ditingkatkan budaya rakyat
pribumi. ( Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, “Sejarah Nasional Indonesia
V―,1994:37) Sudah terkenal, bahwa politik ethis menggunakan tiga sila sebagai slogannya, yaitu
“Irigasi, Edukasi,dan Emigrasi―. Perkebunan tebu menghendaki irigasi yang intensif. Pabrik-pabrik
yang banyak jumlahnya, kantor-kantor dagang, dan cabang-cabang perubahan lainnya menyebabkan
timbulnya kebutuhan manusia dan tenaga kerja yang murah dibutuhkan dipropinsi-propinsi luar jawa,
sebagai daerah-daerah baru yang dibuka untuk perkebunan modern. Pandangan, bahwa kesejahteraan
penduduk pribumi makin merosot berasal dari kalangan perdagangan. Selama tahun-tahun depresi yang
terjadi sejak kira-kira tahun 1895, upah buruh sangat menguntungkan pengusaha-pengusaha
perkebunan, tetapi sebaliknya sangat merugikan perdagangan kain Belanda. Orang membenarkan,
bahwa pemasaran hasil-hasil industri dari Negeri Belanda terutama adalah kain Twente. (dikutip oleh
Sartono kartodirdjo dari buku J.A. Hobson, Imperialism: A Study, (London, 1902), hlm.127) (Sartono
Kartodirdjo, “Sejarah Pergerakan Nasional jilid 2―, 1990:32) Haruslah diingat , bahwa paham politik
liberal membolehkan usaha swasta, sebab orang yakin , bahwa hal itu akan menguntungkan penduduk
pribumi. Tetapi penghargaan yang optimis ini menipis ketika ternyata bahwa politik liberal itu justru
menuju kearah kemunduran kesejahteraan penduduk pribumi. Dimulai politik kesejahteraan secara
resmi tercantum pada Pidato Ratu yang sekaligus merupakan pertanda dimulainya zaman baru dalam
pemerintahan kolonial. (Sartono Kartodirdjo, “Sejarah Pergerakan Nasional jilid 2―, 1990:32-33) 1.
Irigate (pengairan dan infrastruktur) : Merupakan program pembangunan dan penyempurnaan sarana
dan prasarana untuk kesejahteraan rakyat, terutama dalam bidang pertanian dan perkebunan. Hal ini
dilakukan dengan membuat waduk-waduk besar penampung air hujan untuk pertanian, dan melakukan
perbaikan sanitasi untuk mengurangi penyakit kolera dan pes. Selain juga perbaikan sarana infrastruktur
terutama adalah jalan raya dan kereta api sebagai media untuk pegangkutan komoditi hasil pertanian
dan perkebunan. 2. Educate (pendidikan) : Merupakan program peningkatan mutu SDM dan
pengurangan jumlah buta huruf yang implikasi baiknya untuk pemerintah Belanda juga yaitu
mendapatkan tenaga kerja terdidik untuk birokrasinya namun dengan gaji yang murah, karena apabila
mendatangkan pekerja dari Eropa tentunya akan sangat mahal biayanya dengan gaji yang mahal dan
pemberian saran dan prasarana, yang kemudian akan dibuat sekolah dengan dua tingkatan yaitu
sekolah kelas I untuk golongan bangsawan dan tuan tanah dan sekolah II untuk pribumi kelas menengah
dan biasa dengan mata pelajaran membaca, ` menulis, ilmu bumi, berhitung, sejarah dan menggambar.
3. Emigrate (Transmigrasi) : Merupakan program pemerataan penduduk Jawa dan Madura yang telah
padat dengan jumlah sekitar 14 juta jiwa tahun 1900, jumlah perkebunan pun sudah begitu luas maka
kawasan untuk pemukiman di Sumatera Utara dan Selatan dimana dibuka perkebunan-perkebunan baru
yang membutuhkan banyak sekali pengelola dan pegawainya. Untuk pemukiman Lampung adalah salah
satu daerah yang ditetapkan sebagai pusat transmigrasi dari Jawa dan Madura. ( Djoened
Poesponegoro, Marwati & Notosusanto, Nugroho. “Sejarah Nasional Indonesia V― 1994:42 ) Itulah
program utama yang dilakukan dalam politik etis terlepas dari berhasilnya atau tidak dan ada
kepentingan lain atau tidak, namun dari ketiga program pendidikan itu merupakan program prioritas
karena kedua program lain nya akan berhasil dan ditunjang oleh pendidikan. C. Implikasi Pelaksaan
Politik Etis Dampak yang di timbulkan oleh politik etis tentunyaa ada yang negatif dan positif namun
yang perlu kita ketahui adalah bahwa hampir semua program dan tujuan awal dari politik etis banyak
yang tak terlaksana dan mendapat hambatan. Namun satu program yang berdampak positif dengan sifat
jangka panjang bagi bangsa Indonesia adalah bidang pendidikan yang akan mendatangkan golongan
terpelajar dan terdidik yang dikemudian hari akan membuat pemerintahan Belanda menjadi terancam
dengan munculnya Budi Utomu, Sarikat Islam dan berdirinya Volksraad.Adapun dampak-dampak
yang terlihat nyata adalah dalam tiga bidang : - Politik : Desentralisasi kekuasaan atau otonomi bagi
bangsa Indonesia, namun tetap saja terdapat masalah yaitu golongan penguasa tetap kuat dalam arti
intervensi, karena perusahaan-perusahaan Belanda kalah saing dengan Jepang dan Amerika menjadikan
sentralisasi berusaha diterapkan kembali. - Sosial : lahirya golongan terpelajar, peningkatan jumlah
melek huruf , perkembangan bidang p endidikan adalah dampak positifnya namun dampak negatifnya
adalah kesenjangan antara golongan bangsawan dan bawah semakin terlihat jelas karena bangsawan
kelas atas dapat berseolah dengan baik dan langsung di pekerjakan di perusahaan-perusahaan Belanda.
-Â Ekonomi :Â lahirnya sistem Kapitalisme modern, politkk liberal dan pasar bebas yang menjadikan
persaingan dan modal menjadi indikator utama dalam perdagangan. Sehingga yang lemah akan kalah
dan tersingkirkan. Selain itu juga muculnya dan berkembangnya perusahaan-perusahaan swasta dan
asing di Indonesia seperti Shell. (Http://nurdayat.wordpress.com/2008/02/2012politik-etis-dan-kondisi-
umum-indonesia-pada-awal-abad-ke-20, di unduh tanggal 20 september 2013) D. Dampak Politik Etis
Dalam Bidang Pendidikan Seperti yang telah di paparkan sebelumnya politik etis yang dijalankan oleh
pemerintah Belanda yang oleh Van Deventer dikonsepsikan dalam wujud irigasi, edukasi dan emigrasi ini
berdampak pada perubahan pola pikir masyarakat pribumi. Salah satu yang terpenting adalah pada
bidang pendidikan yang didirikan oleh pemerintah Belanda, dimana dalam bidang ini yang awalnya
pemerintah Belanda bertujuan untuk membentuk masyarakat pribumi sebagai pegawai pemerintah
rendah yang memiliki loyalitas tinggi terhadap pemerintah ternyata semakin lama malah bisa dibilang
menjadi bumerang terhadap pemerintahan belanda itu sendiri. Pendidikan yang dibangun oleh
pemerintah Belanda di bawah Van Deventer diawali dengan pembentukan sekolah-sekolah untuk
masyarakat pribumi, tujuannya seperti yang sudah di paparkan sebelumnya, yakni memberikan
pendidikan kepada masyarakat pribumi tentang tradisi yang paling baik dari Barat yang nantinya
diharapkan bagi yang bersekolah di sekolah yang didirikan pemerintah itu, mereka menjadi tokoh
penting yang berpengaruh luas dalam masyarakat Indonesia. Meskipun demikian, sekolah-sekolah yang
didirikan oleh pemerintah Belanda ternyata dibatasi. Batasannya adalah pada pemberian kesempatan
sekolah kepada masyarakat elit pribumi. Sebelum politk etis di bentuk, yakni pada masa VOC memegang
kendali atas pemerintahan di Indonesia ternyata telah dikenal sistem pendidikan. Namun, ternyata jauh
sebelumnya yakni pada masa sebelum politik, di Indonesia telah mengenal sistem pendidikan. Untuk itu
sebelum kita masuk pada pembahasan mengenai pendidikan masa penjajahan Belanda, kita perlu
mengetahui pendidikan sebelum masuknya penjajahan Belanda, yakni pada masa pemerintahan VOC E.
Pendidikan dan Pengajaran Pada Saat Politik Etis Diseluruh dunia terdapat perkembangan dan
pembaruan di bidang politk, ekonomi, dan ide – ide. Hal ini mendorong pemerintah Belanda untuk
memberikan lebih banyak lagi kesempatan anak bumi putera untuk menerima pendidikan. Atas dasar
itulah, timbul suatu aliran di kalangan bangsa Belanda yang terkenal sebagai politik etis (etiche politiek).
Aliran ini dicetuskan oleh Van Deventer dengan semboyan “Hutang Kehormatan―. Akhirnya, aliran
ini terkenal dengan slogan edukasi, irigasi, dan emigrsi. Selain Van Deventer, ada pula Snouck Hourgroje,
tokoh Belanda yang mendukung pemberian pendidikan kepada aristrokat Bumiputera. Menurut balai
pustaka jenis sekolah yang ada, antara lain : · Pendidikan Rendah (lager Onderwijs) Pada hakikatnya
pendidikan dasar untuk tingkat sekolah dasar menggunakan dua sistem pokok, yaitu : a. Sekolah Rendah
dengan bahasa pengantar bahasa Belanda. b. Sekolah Rendah dengan bahasa pengantar bahasa daerah.
· Pendidikan lanjutan / Pendidikan menengah (Midleboar Onderwijs) Sebenarnya terdapat satu jenis
sekolah lanjutan menurut sistem persekolahan Belanda di golongan sekolah dasar, yaitu sekoilah dasar
yang lebih luas (Meer Vitgebreld lagere Onderwijs) atu MULO yang berbahasa pengantar bahasa
Belanda, denag lama sekolah antara tiga sampai empat tahun. · Sekolah menengah Umum (Algemeene
Middlebares School atau AMS) Merupakan kelanjutan dari MULO yang berbahasa Belanda dan
diperuntukkan untuk golongan Bumiputera dan Timur Asing dengan lama belajar tiga tahun. AMS terdiri
dari 2 jurusan yaitu : 1. Bagian A, Pengetahuan Kebudayaan. 2. Bagian B, Pengetahuan Alam. · Sekolah
Warga Negara Tinggi (Hooger Burger School atau HBS). Sekolah ini disediakan untuk golongan Eropa,
bangsawan Bumiputera, atau tokoh – tokoh terkemuka.bahasa pengantar yabg dipakai yaitu bahasa
Belanda dan berorientasi ke Eropa barat, khususnya Belanda. Lama sekolah antara tiga dan lima tahun.
Selain sekolah lanjutan Belanda juga mendirikan sekolah kejuruan sebagai bagian dari pelaksanaan
politik etis. Adapun jenis – jenis sekolah kejuruan yang ada sebagai berikut : · Sekolah Pertukangan (
Ambachts Leergang) Sekolah ini berasal dari sekolah Pekerjaan Tangan (Hondwerk School) dan Sekolah
Kerajinan Tangan (Njverheid School) yang pertama didirikan pada tahun 1881. sekolah ini berbahasa
pengantar Belanda, sedangkan lama sekolah tiga tahun dan bertujuan untuk mendidik dan mencetak
mandor (werkbaas). · Sekolah Teknik (Technish Onderwijs) Sekolah ini merupakan kelanjutan dari
Ambachts School, berbahasa pengantar Belanda dan lama sekolah tiga tahun. Yang mula – mula
didirikan adalah Koningin Wihelmina School pada tahun 1906 di Jakarta. · Pendidikan Dagang (Handels
Onderwijs) Tujuan dari pendirian Sekolah Dagang Indonesia untuk memenuhi kebutuhan perusahaan
– perusahaan Eropa yang berkembang dengan pesat. · Pendidikan Pertanian (Landbauw Oderwijs)
Tahun 1911 mulai didirikan Sekolah Pertanian (Cultuur School yang tediri dari dua jurusan yaitu
pertanian dan kehutanan. Sekolah ini menerima lulusan Sekolah Dasar yang berbahasa pengantar
Belanda. Lama belajar adalah tiga sampai empat tahun dan bertujuan untuk menghasilkan pengawas
– pengawas pertanian & kehutanan. · Pendidikan kejuruan Kewanitaan (Meisjes Vokonderwijs)
Pendidikan ini dipengaruhi oleh gagasan – gagasan R.A. Kartini maka pemerintah mulai memberikan
perhatian kepada bidang ini. Pada tahun 1918 didirikan Sekolah Kepandaian Putri (Lagere
Nijverheidschool voor Meisjes). Sekolah sejenis yang didirikan oleh swasta dinamakan Huishoudschool
(Sekolah Rumah Tangga) lama belajar tiga tahun. Disamping itu, ada sekolah Van Deventer yang
memberiokan pendidikan keputrian yang berorientasi Eropa (Belanda). Sekolah Van Deventer
memberikan juga pendidikan untuk menjadi guru Sekolah Taman Kanak – Kanak (Frobel Onderwijs).
· Pendidikan Keguruan (Kweekschool). Lembaga keguruan ini merupakan lembaga tertua dan sudah
ada sejak permulaan abad kesembilan belas. Sekolah Guru Negeri yang pertama didirikan pad tahun
1851 di Surakarta. Sebelum itu, pemerintah telah menyelenggarakan kursus – kursus guru yang diberi
nama Normal Cursus yang dipersiapkan untuk menghasilkan guru – guru Sekolah Desa. Pada abad ke
dua puluh para kalangan penganjur politik etis mengemukakan gagasan mereka untuk segera
membentuk Pendidikan Tinggi(Hooger Onderwijs). Dan pada trahun 1910 didirikan Perkumpulan
Universitas Indonesia (Indische Universiteits Veriniging) yang bertujuan untuk mendirikan pendidikan
tinggi, baik melalui pemerintah maupun swasta.Adapun pendidikan tinggi ini meliputi tiga bidang
keahlian sebagai berikut. · Pendidikan Tinggi Kedokteran Lembaga pendidikan ini di Indonesia dimulai
dari Sekolah Dokter Djawa yang didirikan pada tahun 1851. lama belajar dua tahun, setelah tamat dari
sekolah dasar lima tahun. Bahasa pengantar bahasa melayu dan pada tahun 1913 Sekolah Dokter Djawa
diubah namanya menjadi STOVIA. Pada tahun 1913 disamping STOVIA di Jakarta didirikan pula
Nederlandsch Indische Artsenschool (NIAS) di Surabaya yang syarat dan lama belajarnya sama ·
Pendidikan Tinggi Hukum. Pendidikan Tinggi Hukum dimuli dari Sekolah Hukum (Rechtsschool) yang
didirikan pada tahun 1909. sekolah ini menerima lulusan ELS dan lama pendidikan tiga tahun serta
berbahasa pengantar bahasa Belanda. · Pendidikan Tinggi Teknik Pada tahun 1920 pemerintah benarr
– benar mendirikan pendidikan tinggi pertama yang betul – betul memenuhi syarat sebagai
perguruan tinggi . tetapi pada periode ini masih terdapat masalah pendidikan , antara laihn : a. Masalah
semua rakyat Indonesia belum memiliki kesempatan yang sama untuk memasuki pendidikan. b. Mata
pelajaran yang diperuntukkan untuk Pribadi di sekoilah rendah Bumiputera bertendensi untuk
menjadikan bangsa Indonesia mempunyai rasa harga diri kurang dan tida mendidik supaya menjadi anak
yang cerdas. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Politik etis sebagai politik balas budi atau hutang
kehormatan yang di buat oleh pmerintah kolonial Belanda ternyata menimbulkan suatu kemajuan dan
abad pencerahan bagi Bangsa Indonesia yang mendapat pendidikan, selain itu pula sebagai suatu politik
boomerang bagi Bangsa Belanda karena tealh menelurkan para golongan terpejar yang kemudian
menjadi suatu bola salju yang menghantam pemerintahan Belanda. Hal itu bisa kita lihat dalam
dinamika dan perkembangan sekolah yang semakin tahun semakin banyak bidang dan kuantitas
jumlahnya bagi penduduk pribumi. DAFTAR PUSTAKA - Djoened Poesponegoro, Marwati & Notosusanto,
Nugroho. 1994. Sejarah Nasional Indonesia V. Jakarta: Balai Pustaka - Kartodirdjo,Sartono. 1990
.Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah Pergerakan Nasional dari Kolonialisme Sampai
Nasionalisme. Jakarta: Gramedia -Â http://nurdayat.wordpress.com/2008/02/12/politik-etis-dan-
kondisi-umum-indonesia-pada-awal-abad-ke-20/ 1

Anda mungkin juga menyukai