Anda di halaman 1dari 12

Sistem Saraf Tepi / Perifer

A. Sistem Saraf Tepi / Perifer


Sistem saraf tepi merupakan sistem saraf yang menghubungkan semua bagian tubuh
dengan sistem saraf pusat. Sistem saraf tepi terdiri atas reseptor sensorik dan efektor
motorik. Reseptor sensorik terletak pada organ, bertugas mendeteksi perubahan
lingkungan luar atau dalam tubuh, serta mengkomunikasikannya pada sistem saraf pusat
melalui saraf sensorik aferen.
Sistem ini terdiri dari jaringan saraf yang berada di bagian luar otak dan medulla
spinalis (sumsum tulang belakang). Sistem ini juga mencakup saraf kranial yang berasal
dari otak, saraf spinal yang berasal dari medulla spinalis, ganglia, reseptor sensorik yang
berhubungan, dan sistem saraf otonom yang mempunyai dua divisi utama: sistem saraf
simpatis (torakolumbar) dan sistem saraf parasimpatis (kraniosakral) (Sloane, 2003).
Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadar (sistem saraf somatik) dan sistem
saraf tak sadar (sistem saraf otonom). Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang
kerjanya diatur oleh otak, sedangkan saraf otonom mengontrol aktivitas yang tidak
dapat diatur otak, antara lain denyut jantung, gerak saluran pencernaan, dan sekresi
keringat (Putrz & Pabst, 2000).

1. Tipe- tipe sistem saraf


Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf somatik (sadar) dan sistem saraf otonom (tak
sadar).
a. Sistem Saraf Sadar (Somatik)
Sistem saraf sadar disusun oleh serabut saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf
yang keluar dari otak dan serabut saraf sumsum tulang belakang (saraf spinal), yaitu
saraf-saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang (Sloane, 2003).
Saraf otak dikhususkan untuk daerah kepala dan leher, kecuali nervus vagus yang
melewati leher ke bawah sampai daerah toraks dan rongga perut. Nervus vagus
membentuk bagian saraf otonom. Oleh karena daerah jangkauannya sangat luas maka
nervus vagus disebut saraf pengembara dan sekaligus merupakan saraf otak yang paling
penting.
Serabut saraf otak (saraf kranial) ada 12 pasang yang terdiri dari (Sloane, 2003):
1) Saraf Kranial I (Olfactorius)
Saraf Kranial I (olfactorius) merupakan saraf sensorik.
Berfungsi untuk penciuman, sensori menerima rangsang dari hidung, dan
menghantarkannya ke otak untuk diproses sebagai sensasi bau II.
Mekanisme:sistem olfaktorius dimulai dengan sisi yang menerima rangsangan
olfaktorius. Saraf ini merupakan saraf sensorik murni yang serabut-serabutnya berasal
dari membran mukosa hidung dan menembus area kribriformis dari tulang etmoidal
untuk bersinaps di bulbus olfaktorius, dan dari sinilah traktus olfaktorius berjalan
dibawah lobus frontal dan berakhir di lobus temporal bagian medial sisi yang sama.
2) Saraf Kranial II (Opticus)
Saraf Kranial II (Opticus) adalah saraf sensorik.
Berfungsi untuk penglihatan, input refleks focusing, dan konstriksi pupil di
limbic, sensori menerima rangsang dari mata, serta menghantarkannya ke otak untuk
diproses sebagai persepsi visual III.
Mekanisme :saraf optikus merupakan saraf sensorik murni yang dimulai di retina.
Serabut-serabut saraf ini, ini melewati foramen optikum di dekat arteri optalmika dan
bergabung dengan saraf dari sisi lainnya pada dasar otak untuk membentuk kiasma
optikum, Serabut-serabut dari lapangan visual temporal (separuh bagian nasal retina)
menyilang kiasma, sedangkan yang berasal dari lapangan visual nasal tidak menyilang.
Serabut-serabut untuk indeks cahaya yang berasal dari kiasma optikum berakhir di
kolikulus superior, dimana terjadi hubungan dengan kedua nuklei saraf okulomotorius.
Sisa serabut yang meninggalkan kiasma berhubungan dengan penglihatan dan berjalan
di dalam traktus optikus menuju korpus genikulatum lateralis. Dari sini serabut-serabut
yang berasal dari radiasio optika melewati bagian posterior kapsula interna dan berakhir
di korteks visual lobus oksipital.Dalam perjalanannya serabut-serabut tersebut
memisahkan diri sehingga serabut-serabut untuk kuadran bawah melalui lobus parietal
sedangkan untuk kuadaran atas melalui lobus temporal. Akibat dari dekusasio serabut-
serabut tersebut pada kiasma optikum serabut-serabut yang berasal dari lapangan
penglihatan kiri berakhir di lobus oksipital kanan dan sebaliknya.
3) Saraf Kranial III (Okulomotorius)
Saraf Kranial III (Okulomotorius) adalah saraf motorik.
Berfungsi: pergerakan bola mata elevasi alis, konstriksi pupil, dan memfokuskan lensa.
Saraf ini mengontrol sebagian besar gerakan mata, konstriksi pupil, dan
mempertahankan terbukanya kelopak mata (saraf kranial IV dan VI juga membantu
pengontrolan gerakan mata.)
4) Saraf Kranial IV (Trochearis)
SK IV (Trochlearis) adalah saraf motorik.
Berfungsi sebagai pergerakan bola mata ke bawah.
5) Saraf Kranial V (Trigeminus)
Saraf Kranial V (Trigeminus) adalah saraf motorik dan saraf sensorik.
Terbagi atas:
a) Syaraf optalmik adalah saraf sensorik. Berfungsi: input dari kornea, rongga hidung
bagian atas, kulit kepala bagian frontal, dahi, bagian atas alis, konjungtiva kelenjar air
mata.
b) Syaraf maksilaris adalah saraf sensorik. Berfungsi: input dari dagu, bibir atas, gigi atas,
mukosa rongga hidung, palatum, faring.
c) Syaraf mandibularis adalah saraf motorik dan sensorik. Berfungsi:sensorik untuk input
dari lidah (bukan pengecapan), gigi bawah, kulit di bawah dagu; motorik untuk
mengunyah.
6) Saraf Kranial VI (Abdusen)
Saraf Kranial VI (Abdusen) adalah saraf motorik. Berfungsi : pergerakan mata ke
lateral.
7) Saraf Kranial VII (Fasialis)
Saraf Kranial VII (Fasialis) adalah saraf motorik dan sensorik.
Berfungsi: sensorik untuk menerima rangsang dari bagian anterior lidah untuk diproses
di otak sebagai sensasi rasa; motoric untuk mengendalikan otot wajah untuk
menciptakan ekspresi wajah.
Mekanisme:saraf fasialis mempunyai fungsi motorik dan fungsi sensorik fungsi motorik
berasal dari nukleus motorik yang terletak pada bagian ventrolateral dari tegmentum
pontin bawah dekat medulla oblongata. Fungsi sensorik berasal dari nukleus sensorik
yang muncul bersama nukleus motorik dan saraf vestibulokoklearis yang berjalan ke
lateral ke dalam kanalis akustikus interna.Serabut motorik saraf fasialis mempersarafi
otot-otot ekspresi wajah yang terdiri dari otot orbikularis okuli, otot buksinator, otot
oksipital, otot frontal, otot stapedius, otot stilohioideus, otot digastriktus posterior, dan
otot platisma. Serabut sensorik menghantar persepsi pengecapan bagian anterior lidah.
8) Saraf Kranial VIII(Vestibulocochlearis)
Saraf Kranial VIII(Vestibulocochlearis) adalah saraf sensorik.
Berfungsi:vestibular untuk keseimbangan, sedangkan cochlearis untuk pendengaran.
Mekanisme: saraf vestibulokoklearis terdiri dari dua komponen, yaitu serabut-serabut
sensorik (aferen) yang mengurusi pendengaran dan vestibuler yang mengandung
serabut-serabut sensorik (aferen) yang mengurusi keseimbangan. Serabut-serabut untuk
pendengaran berasal dari organ corti dan berjalan menuju inti koklea di pons, dari sini
terdapat transmisi bilateral ke korpus genikulatum medial, dan kemudian menuju girus
superior lobus temporalis. Serabut-serabut untuk keseimbangan mulai dari utrikulus dan
kanalis semisirkularis dan bergabung dengan serabut-serabut auditorik di dalam kanalis
fasialis. Serabut-serabut ini kemudian memasuki pons, serabut vestibutor berjalan
menyebar melewati batang dan serebelum.
9) Saraf Kranial IX(Glossofaringeus)
Saraf Kranial IX(Glossofaringeus) adalah saraf motorik dan sensorik.
Berfungsi: motorik untuk membantu menelan; sensorikuntuk menerima rangsang dari
bagian posterior lidah untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa.
Mekanisme: saraf glosofaringeus menerima gabungan dari saraf vagus dan asesorius
pada waktu meninggalkan kranium melalui foramen tersebut, saraf glosofaringeus
mempunyai dua ganglion, yaitu ganglion intrakranialis superior dan ekstrakranialis
inferior. Setelah melewati foramen, saraf berlanjut antara arteri karotis interna dan vena
jugularis interna ke otot stilofaringeus. Di antara otot ini dan otot stiloglosal, saraf
berlanjut ke basis lidah dan mempersarafi mukosa faring, tonsil dan sepertiga posterior
lidah.

10) Saraf Kranial X (Vagus)


Saraf Kranial X (vagus) adalah saraf motorik dan sensorik.
Berfungsi: sensori untuk menerima rangsang dari organ dalam; motorik untuk
mengendalikan organ-organ dalam XI.
Mekanisme: nervus vagus meninggalkan anterolateral bagian atas medula oblongata
sebagai rangkaian dalam jalur oliva dan pedunculus serebelaris inferior. Serabut saraf
meninggalkan tengkorak melalui foramen jugulare. Nervus vagus memiliki dua ganglia
sensorik, yaitu ganglia superior dan ganglio inferior. Nervus vagus kanan dan kiri akan
masuk rongaa toraks dan berjalan di posterior radix paru kanan untuk ikut membentuk
plexus pulmonalis. Selanjutnya, nervus fagus berjalan ke permukaan posterior esofagus
dan ikut membentuk plexus esogafus. Nervus fagus kanan kemudian akan
didistrubusikan ke permukaan posterior gaster melalui cabang celiaca yang besar ke
duodenum, hepar, ginjal, dan usus halus serta usus besar sampai sepertiga kolon
transversum.
11) Saraf Kranial XI(Aksesorius)
Saraf Kranial XI(Aksesorius) adalah saraf motorik.
Berfungsi: motorik untuk mengendalikan pergerakan kepal. Saraf ini dilengkapi saraf
asesoris, yaitu saraf motorik yang mempersarafi otot sternokleidomastoideus dan bagian
atas otot trapezius. Otot sternokleidomastoideus yang berfungsi memutar kepala ke
samping dan otot trapezius memutar skapula bila lengan diangkat ke atas.
Mekanisme: nervus asesoris merupakan saraf motorik yang dibentuk oleh gabungan
radix cranialis dan radix spinalis. Radix spinalis berasal dari C1-C5 dan masuk ke dalam
tengkorak melalui foramen magnum, bersatu dengan saraf kranial membentuk nervus
asesoris. Nervus asesoris ini kemudian keluar dari tengkorak melalui foramen jugulare
dan kembali terpisah, saraf spinalnya akan menuju otot sternocleidomastoid dan
trapezius di leher yang berfungsi untuk menggerakkan leher dan kepala, sedangkan
saraf kranialnya akan bersatu dengan vagus melakukan fungsi motorik brakial di faring,
laring, dan palate.
12) Saraf Kranial XII(Hipoglosus)
Saraf Kranial XII(Hipoglosus) adalah saraf motorik. Berfungsi: pergerakan lidah saat
bicara dan mengunyah.
Pasangan saraf-saraf ini diberi nomor sesuai urutan dari depan hingga belakang,
Saraf-saraf ini terhubung utamanya dengan struktur yang ada
di kepala dan leher manusia seperti mata,hidung, telinga, mulut, dan lidah. Pasangan I
dan II mencuat dari otak besar, sementara yang lainnya mencuat dari batang otak.
Tabel 1.1. Serabut Saraf Otak (Saraf Kranial)

Saraf Kranial Tempat keluar-masuk pada Otak

I : Fila olfaktoria Bulbus olfaktorius


II : N. Opticus Chiasma optikum
III : N. Oculomotorius Pedunculus Cerebri, sulcus oculomotorius
IV : N.Trochlearis Dorsal dari tectum mesencephali
V : N. Trigeminus Tepi samping pons.
-N. opthalmicus [V/1] Ketiga cabang neuron Trigeminus di ganglion
-N. Maxillaris [V/2] trigeminale (Gasseri)
-N. Mandibularis [V/3]
N. VI : N. Abducens Antara pons dan pyramis
N. VII : N. Facialis Sudut jembatan otak kecil (Angulus pontocerebellaris)
N. VIII : N.
Vestibulocochlearis
N. IX : N. Medula oblongata, Sulcus posterolateralis
Glossopharyngeus (retroolivaris)
N. X : N. Vagus
N. XI : N. Accessorius
N. XII : N. Hypoglossus Medula oblongata, Sulcus anterolateralis
(sumber: Putrz & Pabst, 2000)
Tabel 1.2. Fungsi-Fungsi Serabut Saraf Otak (Saraf Kranial)

ASE Somato-Efferent Persarafan rangka-jaringan otot pada batang tubuh dan


Umum ekstremitas (III, IV, VI, XII)
AVE Viscero-Efferent Persarafan jaringan otot pada organ-organ dalam perut
Umum dan jaringan otot pembuluh darah
SVE Viscero-Efferent Persarafan jaringan otot mimic, jaringan otot
Khusus pengunyah, pharyng, bagian-bagian oesophagus,
m.sternocleidomastoideus, m. trapezius (V, VII, IX, X,
XI)
ASA Somato-Afferent Informasi dari reseptor-reseptor mekanik pada kulit dan
Umum alat pergerakan (V, VII, IX, X)
SSA Somato-Afferent Melihat, mendengar, perasaan, keseimbangan (II, VIII)
Khusus
AVA Viscero-Afferent Informasi dari organ-organ dalam perut, pembuluh
Umum darah, dll (IX, X)
SVA Viscero-Afferent Penciuman, pengecap (I, VII, IX, X)
Khusus
Sedangkan, serabut saraf sumsum tulang belakang (saraf spinal) berjumlah 31
pasang saraf gabungan (sensorik-motorik). Sistem saraf spinal (tulang belakang) berasal
dari arah dorsal, sehingga sifatnya sensorik.
Berdasarkan asalnya, saraf sumsum tulang belakang dibedakan atas 8 pasang saraf
leher(saraf cervical C1-C8), 12 pasang saraf punggung(saraf thorax T1-T12), 5 pasang
saraf pinggang(saraf lumbar L1-L5), 5 pasang saraf pinggul(saraf sacral S1-S5), dan
satu pasang saraf ekor (saraf coccyigeal). Saraf spinal diberi nama dan angka sesuai
dengan regia kolumna vertebra tempat munculnya saraf tersebut.
Tabel 1.3. Sistem Saraf Sumsum Tulang Belakang (Spinal)
Jumlah Medula spinalis daerah Menuju
7 pasang Serviks Kulit kepala, leher dan otot
tangan
12 pasang Punggung Organ-organ dalam
5 pasang Lumbal/pinggang Paha
5 pasang Sakral/kelangkang Otot betis, kaki dan jari kaki
1 pasang Koksigeal Sekitar tulang ekor
(sumber: systembiosaraf.wordpress.com, 2010)
Otot – otot representatif dan segmen-segmen spinal yang bersangkutan serta
persarafannya:
a) Otot bisep lengan C5 – C6
b) Otot trisep C6 – C8
c) Ototbrakial C6 – C7
d) Otot intrinsic tangan C8 – T1
e) Susunan otot dada T1 – T8
f) Otot abdomen T6 – T12
g) Otot quadrisep paha L2 – L4
h) Otot gastrok nemius reflek untuk ektensi kaki L5 – S2
Kemudian diantara beberapa saraf, ada yang menjadi satu ikatan atau
gabungan(pleksus)membentuk jaringan urat saraf.Pleksusterbagi menjadi 3
macam,yaitu:
a) Plexus cervicalis (gabungan urat saraf leher )
b) Plexus branchialis (gabungan urat saraf lengan)
c) Plexus lumbo sakralis (gabungan urat saraf punggung dan pinggang)
Setiap saraf spinal keluar dari sumsum tulang belakang dengan dua buah akar, yaitu
akar depan (anterior) dan akar belakang (posterior). Setiap akar anterior dibentuk oleh
beberapa benang akar yang meninggalkan sumsum tulang belakang pada satu alur
membujur dan teratur dalam satu baris. Tempat alaur tersebut sesuai dengan tempat
tanduk depan terletak paling dekat di bawah permukaan sumsum tulang belakang.
Benang-benang akar dari satu segmen berhimpun untuk membentuk satu akar depan.
Akar posterior pun terdiri atas benang-benang akar serupa, yang mencapai sumsum
tulang belakang pada satu alur di permukaan belakang sumsum tulang belakang. Setiap
akar belakang mempunyai sebuah kumpulan sel saraf yang dinamakan simpul saraf
spinal. Akar anterior dan posterior bertaut satu sama lain membentuk saraf spinal yang
meninggalkan terusan tulang belakang melalui sebuah lubang antar ruas tulang belakang
dan kemudian segera bercabang menjadi sebuah cabang belakang, cabang depan, dan
cabang penghubung.
Cabang-cabang belakang saraf spinal mempersarafi otot-otot punggung sejati dan
sebagian kecil kulit punggung. Cabang-cabang depan mempersarafi semua otot
kerangka batang badan dan anggota-anggota gerak serta kulit tubuh kecuali kulit
punggung. Cabang-cabang depan untuk persarafan lengan membentuk suatu anyaman
(plexus), yaitu anyaman lengan (plexus brachialis). Dari anyaman inilah dilepaskan
beberapa cabang pendek ke arah bahu dan ketiak, dan beberapa cabang panjang untuk
lengan dan tangan. Demikian pula dibentuk oleh cabang-cabang depan untuk anggota-
anggota gerak bawah dan untuk panggul sebuah anyaman yang disebut plexus
lumbosakralis, yang juga mengirimkan beberapa cabang pendek ke arah pangkal paha
dan bokong, serta beberapa cabang panjang untuk tungkai atas dan tungkai bawah.
Yang terbesar adalah saraf tulang duduk. Saraf ini terletak di bidang posterior tulang
paha.

b. Sistem Saraf Tidak Sadar (Otonom)


Sistem saraf otonom mengatur kerja jaringan dan organ tubuh yang tidak disadari
atau yang tidak dipengaruhi oleh kehendak kita. Jaringan dan organ tubuh diatur oleh
sistem saraf otonom adalah pembuluh darah dan jantung. Sistem saraf otonom terdiri
atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik (Wilson, 2005).
Sistem saraf simpatik disebut juga sistem saraf torakolumbar, karena saraf
preganglion keluar dari tulang belakang toraks ke-1 sampai dengan ke-12. Sistem saraf
ini berupa 25 pasang ganglion atau simpul saraf yang terdapat di sumsum tulang
belakang yang mempunyai aktivitas perangsangan. Fungsi dari sistem saraf simpatik
adalah untuk mempercepat denyut jantung, memperlebar pembuluh darah, memperlebar
bronkus, mempertinggi tekanan darah, memperlambat gerak peristaltis, memperlebar
pupil, menghambat sekresi empedu, menurunkan sekresi ludah, dan meningkatkan
sekresi adrenalin (Wilson, 2005).

Sistem saraf parasimpatik disebut juga dengan sistem saraf kraniosakral, karena saraf
preganglion keluar dari daerah otak dan daerah sakral. Susunan saraf parasimpatik
berupa jaring-jaring yang berhubung-hubungan dengan ganglion yang tersebar di
seluruh tubuh. Urat sarafnya menuju ke organ tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf
simpatik. Sistem saraf parasimpatik berkaitan dengan pertahanan tubuh dan perbaikan
sumber-sumber tubuhdan memiliki fungsi yang berkebalikan dengan fungsi sistem saraf
simpatik. Misalnya pada sistem saraf simpatik berfungsi mempercepat denyut jantung,
sedangkan pada sistem saraf parasimpatik akan memperlambat denyut jantung(Wilson,
2005).
Gambar 1.4. Sistem Saraf Spinal

Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan (antagonis). Sistem
saraf parasimpatik terdiri dari keseluruhan "nervus vagus" bersama cabang-cabangnya
ditambah dengan beberapa saraf otak lain dan saraf sumsum sambung.
Tabel 1.4. Fungsi Saraf Otonom

Parasimpatik Simpatik

a. mengecilkan pupil a. memperbesar pupil


b. menstimulasi aliran ludah b. menghambat aliran ludah
c. memperlambat denyut jantung c. mempercepat denyut jantung
d. membesarkan bronkus d. mengecilkan bronkus
e. menstimulasi sekresi kelenjare. menghambat sekresi kelenjar
pencernaan pencernaan
f. mengerutkan kantung kemih f. menghambat kontraksi kandung kemih

SKEMA

Sel saraf berdasarkan bentuk dan fungsinya (Gibson, 2002) adalah:


1) Sel saraf sensorik (neuron aferen)
Merupakan jalur saraf yang menyalurkan rangsang dari ujung-ujung saraf diseluruh otak
atau sel saraf yang menghantarkan informasi dari reseptor sensorik pada tubuh menuju
sistem saraf pusat.
Bentuknya berbeda dari neuron aferen dan interneuron, di ujung perifernya terdapat
reseptor sensorik yang menghasilkan potensial aksi sebagai respon terhadap rangsangan
spesifik.
Sel saraf ini menghantarkan impuls(pesan) dari reseptor ke sistem saraf
pusat,dendritnya berhubungan dengan reseptor(penerima rangsangan ) dan ujung
aksonnya berhubungan dengan sel saraf asosiasi.
Klasifikasi reseptor sensoris menurut jenis stimulusnya, yaitu :
a) Mekanoreseptor mendeteksi stimulus mekanis seperti nyeri,suara, dan raba
b) Termoreseptor mendeteksi perubahan temperatur seperti panas dan dingin
c) Nosiseptor mendeteksi kerusakan jaringan baik fisik maupun mekanik seperi nyeri
d) Elektromaknetik reseptor mendeteksi cahaya yang masuk ke mata seperti warna dan
cahaya
e) Khemoreseptor mendeteksi pengecapan,penciuman,kadar O2 dan CO2
2) Sel saraf motorik
Merupakan jalur saraf yang menyalurkan rangsang dari otak menuju ujung-ujung
saraf atau sel saraf yang menghantarkan informasi dari sistem saraf pusat menuju
otot/kelenjar.
Sel saraf ini mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke otot/skelet yang hasilnya
berupa tanggapan terhadap rangsangan. Badan sel saraf berada di sistem saraf pusat dan
dendritnya berhubungan dengan akson sel saraf asosiasi dan aksonnya berhubungan
dengan efektor(bagian motoris yang menghantarkan sinyal ke otot/skelet).
Aktivitas sistem motoris tergantung dari aktivitas neuron motoris pada medula
spinalis. Input yang masuk ke neuron motorik menyebabkan 3 kegiatan dasar motorik
yaitu :
a) Aktivitas volunter (di bawah kemauan)
b) Penyesuaian posisi untuk suatu gerakan tubuh yang stabil
c) Koordinasi kerja dari berbagai otot untuk membuat gerakan yang tepat dan mulus
3) Sel saraf penghubung / intermedit / asosiasi (interneuron)
Merupakan penghubung sel saraf yang satu dengan sel saraf yang lain.Neuron ini
menghubungkan neuron sensorik dan motorik atau menyampaikan informasi ke
interneuron lainnya. Beberapa interneuron dalam otak terkait dengan fungsi berfikir,
belajar, dan mengingat.
Sel saraf ini terbagi 2, yaitu :
a) Sel saraf ajustor yaitu menghubungkan sel saraf sensoris dan motoris
b) Sel saraf konektor yaitu untuk menghubungkan neuron yang satu dengan neuron yang
lainnya

REFERENSI :
Kozier, B., Erb, G., Berman A., Snyder S. 2004. Buku Ajar Keperawatan Klinis Eds 5. Jakarta :
EGC.

Potter perry. 2006. Fundamental keperawatan ed 2. Jakarta: EGC.


Sloane et all. (2004). Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta : EGC.
Smeltzer, C.S., Bare, G.B., (2001). Buku ajar keperawatan medical bedah Brunner& Suddarth,
Edisi 8, Volume 3, Penerbit EGC, Jakarta.

Syarifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 3. Jakarta:


EGC

Anda mungkin juga menyukai