Anda di halaman 1dari 14

LISTENING

Fungsi mendengarkan:
 to learn (belajar)
 to relate (memahami)
 to influence (mempengaruhi)
 to play (hiburan)
 to help (menolong)

Proses mendengarkan:
1. Menerima (receiving): mendengarkan pesan.
2. Memahami (understanding): menafsirkan pesan yang didengar.
3. Mengingat (remembering): memasukkan pesan yang didengar kedalam memori.
4. Evaluasi (evaluation): menilai isi pesan yang telah ditafsirkan; menebak motif dan tujuan dari
pemberi pesan
5. Merespon (respond): memberikan tanggapan kembali; bisa dalam bentuk respon langsung ketika
pembicara sedang berbicara (immediate feedback) atau setelah pembicara selesai berbicara (delayed
feedback).

Gangguan (noise) dalam proses mendengarkan:


1. Physical and Mental Distractions (contoh: suara pesawat, rasa lapar)
2. Biases and Prejudices (bias dan prasangka terhadap suatu kelompok membuat informasi yang kita
interpretasikan menjadi berbeda dengan apa yang sebenarnya ingin disampaikan)
3. Lack of Appropriate Focus (memperhatikan detil-detil yang kurang penting dan kurang
memperhatikan inti pembicaraan)
4. Premature Judgment (anggapan bahwa kita sudah mengetahui apa yang akan dikatakan lawan
bicara kita)

Lima dimensi mendengarkan:


1. Empathic and Objective Listening
2. Nonjudgemental and critical listening (menerima informasi yang diberikan tanpa melakukan
penilaian apapun, lalu mendengarkan secara kritis agar dapat menganalisis pesan dan
memberikan tanggapan yang baik).
3. Surface and Depth Listening (mengenali arti tersirat dari pesan yang disampaikan)
4. Polite and Impolite Listening
5. Active and Inactive listening

Active listening adalah proses menyampaikan kembali apa yang kita pikirkan sebagai maksud dari
orang yang berbicara dengan kita. Fungsi active listening:
- membantu memahami seberapa jauh kita mengerti apa yang disampaikan pembicara.
- membuat pembicara tahu bahwa kita mendengarkan dan memahami perasaan mereka.
- menstimulasi pembicara untuk mengeksplorasi perasaan dan pemikirannya.
Hal yang perlu diperhatikan dalam active listening adalah menghindari “solution messages”, yaitu
pesan yang mencoba untuk memberi tahu apa yang harus dilakukan atau dirasakan pembicara.
Solution messages terdapat dalam beberapa bentuk, yaitu ordering messages, warning and
threatening messages, preaching and moralizing messages, dan advising messages.

Culture, Gender and Listening


Culture and Listening
Beberapa faktor yang memengaruhi antara kebudayaan dengan kegiatan mendengarkan yaitu :
 Language and speech
 Nonverbal behaviors  setiap orang memiliki display rules (peraturan mengenai perilaku
nonverbal yang pantas dan yang tidak pantas dalam konteks publik) yang berbeda-beda.
 Feedback  setiap kebudayaan mengharapkan jenis umpan balik yang berbeda-beda.

Gender and listening


Rapport and Report Talk > wanita cenderung membangun dan mengembangkan hubungan melalui
listening, sementara pria lebih menekankan listening untuk mendominasi hubungan.
Listening Cues > Wanita cenderung lebih banyak memberikan listening cues, sementara pria
cenderung mendengarkan dengan diam tanpa memberikan feedback berupa listening cues yang
signifikan, dan cenderung tidak melakukan kontak mata.
Amount and Purposes of Listening > wanita lebih banyak mendengarkan daripada laki-laki.

CONVERSATIONAL MESSAGES
Conversation can be defined as “relatively informal social interaction in which the roles of speaker and
hearer are exchanged in a non-automatic fashion under the collaborative management of all parties”
(McLaughlin, 1984).

Prinsip-prinsip percakapan:
1. Prinsip Proses: Percakapan merupakan suatu proses yang berkembang.

 Opening
Phatic communication: pesan yang menetapkan hubungan antara dua orang dan
membuka kesempatan untuk interaksi yang lebih bermakna.
Opening references:
- Self
- Others
- Relational
- Context
Opening lines:
- Cute-flippant
- Innocuous
- Direct
 Feedforward: memberi tahu pihak lain mengenai arah percakapan.
Fungsi:
- Membuka saluran komunikasi
- Meninjau ulang pesan
- Disclaim
- Altercast (persuasi)
 Business: menekankan bahwa setiap percakapan diarahkan pada sebuah tujuan (goal
directed), salah satunya untuk memenuhi tujuan KAP.
 Feedback
4 dimensi feedback:
- Positive–Negative (/)
- Person Focused–Message Focused
- Immediate–Delayed
- Low-Monitoring–High-Monitoring Feedback (spontan/direncanakan)
- Supportive–Critical (setuju/tidak setuju)
 Closing

2. Prinsip Kerjasama (Cooperation): saling mencoba untuk memahami apa yang disampaikan satu
sama lain.
Terdapat 4 conversational maxims:
o Quantity (berusaha menjadi lawan bicara seinformatif mungkin)
o Quality (mengatakan apa yang kita ketahui secara pasti)
o Relation (membicarakan apa yang relevan dalam percakapan)
o Manner (menggunakan istilah yang dimengerti pendengar dan memperjelas istilah yang
tidak mereka ketahui)
3. Prinsip Kesopanan: bertujuan agar kita lebih menghargai lawan bicara kita.
Terdapat 6 maxims of politeness:
o Tact (tidak memaksakan keinginan pada lawan bicara)
o Generosity (memahami kepentingan lawan bicara kita)
o Approbation (memberikan apresiasi dan meminimalisasi kritik)
o Modesty (meminimalisasi pujian yang kita dapatkan dan sebaliknya memuji orang lain)
o Agreement (mencari kesepakatan dan menghindari ketidaksepakatan)
o Sympathy (mengungkapkan pemahaman, simpati, empati, dukungan, dan kesukaan
terhadap lawan bicara)

4. Prinsip Dialog
Terdapat 2 jenis komunikasi:
o Monolog (interaksi satu arah, tidak memperhatikan kondisi orang lain, pembicara hana
fokus pada tujuannya dan apa yang menguntungkan baginya)
o Dialog (interaksi dua arah, memperhatikan satu sama lain dan keadaan hubungan,
tujuannya adalah tercapainya pemahaman dan empati yang setara, menghargai orang
lain)

5. Prinsip Mengambil Giliran (Turn Taking): percakapan merupakan proses berbicara dan
mendengarkan secara bergiliran dengan menunjukkan kode verbal dan nonverbal.
Terdapat conversational turns, yaitu mengganti atau mempertahankan peran pembicara dan
pendengar, yang dapat dilihat dari isyarat-isyarat berikut:
o Speaker cues
- Turn-maintaining cues (mempertahankan peran pembicara)
- Turn-yielding cues (mengisyaratkan pendengar untuk mengambil alih peran
pembicara)
o Listener cues
- Turn-requesting cues (mengisyaratkan pada pembicara jika kita ingin berbicara)
- Turn-denying cues (menunjukkan keberatan untuk menjadi pembicara)
o Back-channeling cues (mengungkapkan pesan tanpa mengambil peran sebagai
pembicara –menunjukkan persetujuan, keterlibatan, meminta penjelasan, dan
mengisyaratkan kecepatan pembicara)
o Interruptions (usaha mengambil alih peran sebagai pembicara)

Keterbukaan dalam Percakapan (Conversational Disclosure)

Percakapan Sehari-hari
1. Basa-basi (small talk)
Digunakan sebagai awalan sebuah percakapan besar; sebagai bentuk kesopanan; dan kadang
sebuah hubungan hanya sebatas basa-basi.
2. Dalih dan permintaan maaf (excuses and apologies)
Dalih adalah penjelasan yang digunakan untuk mengurangi efek negatif perbuatan kita dan
menjaga kesan positif tentang diri kita. Permintaan maaf adalah ungkapan penyesalan atau
kesedihan atas apa yang telah kita lakukan atau yang telah terjadi. Seseorang meminta maaf
untuk memperbaiki hubungan dan memperbaiki reputasinya.
3. Pujian
Merupakan salah satu cara menjalin hubungan dengan sesuatu yang baik dan kadang menjadi
pemicu percakapan. Terdapat backhanded-compliment, yaitu sindiran atau ejekan yang
seolah-olah terlihat sebagai pujian.
4. Memberikan saran
Orang-orang meminta saran ketika mereka dalam kebimbangan; mencoba menghindari
tanggung jawab; dan sebagai strategi “menjilat”. Terdapat dua cara memberikan saran:
o Direct advice
o Meta-advice (saran tidak langsung. Contoh: karena gue ga ngerti penyakit, kalo ada
temen yang ngeluh badannya sakit, gue saranin dia ke dokter dan nanya dia sakit apa)

INTERPERSONAL RELATINSHIP TYPES


1. Friendship  hubungan interpersonal antara dua orang yang saling produktif dan ditandai
dengan melakukan hal positif bersama.

 Friendship is an interpersonal relationship (terdapat ‘personalistic focus’ dimana kita melihat


keunikan dari teman kita yang tidak ada pada orang lain)
 Friendship must be mutually productive (meningkatkan potensi masing-masing. Persahabatan
yang merusak disebut "pseudo-friendship”)
 Friendship are characterized as mutual positive regards (Tiga karakteristik utama dari
persahabatan : kepercayaan, dukungan emosional, dan berbagi kepentingan)

Tipe-Tipe Persahabatan
 The friendship of reciprocity (individu sama-sama memberikan dan menerima manfaat dan
imbalan yang setara dalam hubungan)
 The friendship of receptivity (ketidakseimbangan positif, dimana satu orang adalah pemberi
utama dan satu penerima utama, tetapi keduanya sama-sama memperoleh imbalan dari
hubungan; hanya saja kebutuhan mereka berbeda. Cth: dokter-pasien)
 The friendship of association (hubungan persahabatan yang ramah tetapi tidak intens. Cth:
tetangga, teman sekelas)

Kebutuhan dalam Persahabatan


 Utility (Seseorang mungkin memiliki bakat khusus, keterampilan, atau sumber daya yang
berguna bagi Anda)
 Affirmation (Seseorang yang akan menegaskan nilai pribadi Anda dan membantu Anda untuk
mengenali atribut anda)
 Ego support (Seseorang yang mendukung, mendorong, dan membantu)
 Stimulation (Seseorang yang memperkenalkan Anda untuk ide-ide dan cara-cara baru melihat
dunia)
 Security (Seseorang yang tidak melakukan apapun untuk menyakiti Anda)

Persahabatan dan Komunikasi


 Contact (Anda lebih berhati-hati daripada terbuka atau ekspresif. Seringkali terdapat rasa
canggung)
 Involvement (Anda mulai melihat kualitas interpersonal yang efektif interaksi yang lebih jelas.
Self-disclosure Anda meningkat dan lebih bisa berempati terhadap teman Anda)
 Close and intimate friendship (Anda dan Anda teman melihat diri sendiri lebih sebagai unit
eksklusif dan diperoleh manfaat yang besar)

FRIENDSHIP, CULTURE, GENDER, and, TECHNOLOGY


 Culture and friendship (individualis x kolektivis)
 Gender and friendship (self-disclosure wanita lebih tinggi dari pria)
 Technology and friendship (terjadi Network convergent, yaitu hubungan antara dua orang
yang berkembang dengan saling membagi jaringan komunikasi)

2. Love Relationship
Cinta merupakan sebuah hubungan yang ditandai dengan adanya kedekatan, kepedulian, keintiman,
hasrat, dan komitmen.

Tipe-tipe Cinta (Lee’s, 1976, 1988):


 Eros (Beauty and Sexuality) > kecantikan dan daya tarik fisik
 Ludus (Entertainment and Excitement) > cinta sebagai permainan menyenangkan
 Storge (Peaceful and Slow) > bertujuan untuk membangun hubungan dengan seseorang
yang mereka anggap bisa berbagi ketertarikan dan aktivitas. Perubahan cinta dalam tipe ini
berlangsung lambat dan bertahap.
 Pragma (Practical and Traditional) > cinta yang praktis dan mencari hubungan yang akan
berjalan baik dengan melihat kualifikasi sosial pasangan sebagai faktor yang lebih penting
daripada kualitas pribadinya.
 Mania (Elation and Depression) > memiliki ekstrim tertinggi dan terendah. Maksudnya adalah
Mania Lover mencintai dengan sangat intens namun juga disertai kekhawatiran akan hilangnya
cinta tersebut, sehingga cenderung posesif.
 Agape (Compassionate and Selfless) > cinta yang penuh kasih, tanpa ego, dan self-giving;
cinta spritiual dan tidak mengharapkan balasan.

Salah satu pendekatan dalam melihat proses perkembangan tipe-tipe ini yaitu (Duck, 1986):
- Tahap pertama: Eros, mania, dan ludus (initial attraction)
- Tahap kedua: Storge (hubungan berkembang)
- Tahap ketiga: Pragma (ikatan hubungan berkembang)

Love and Communication


Menggunakan komunikasi pribadi dengan pasangan, seperti idiom pribadi (mis: panggilan sayang),
norverbal (kontak mata), isyarat afiliatif (tubuh condong ke pasangan, merangkul).

LOVE, CULTURE, GENDER, and TECHNOLOGY


 Culture and Love (Budaya kolektivis cenderung menunjukkan cinta lewat jaringan besar
kerabat, sedangkan budaya individualis cenderung lebih romantis secara personal (sebagai
pemenuhan emosional individu))
 Gender and Love (Perempuan lebih emosional dan laki-lagi lebih logis).
 Technology and Love (hubungan online yang menekankan pada kata-kata dan self-
description, dibanding isyarat nonverbal)

3. Family Relationships
Karakteristik keluarga diantaranya adalah:
1. Peran yang terdefinisikan (anggota memahami peran masing-masing berfungsi),
2. Pengakuan tanggung jawab (anggota menyadari bahwa setiap orang memiliki tanggung
jawab tertentu untuk hubungan),
3. Berbagi sejarah dan masa depan (anggota memiliki masa lalu interaksional dan diantisipasi
masa depan bersama-sama), dan
4. Ruang hidup bersama (umumnya, anggota hidup bersama).

Couple Types
o Traditionals, yang melihat diri mereka sebagai campuran dari dua orang menjadi satu
pasangan;
o Independen, yang melihat diri mereka sebagai terutama individu yang terpisah dan melihat
individualitas mereka sebagai lebih penting daripada hubungan atau koneksi antara individu;
dan
o Separate, yang melihat hubungan mereka sebagai masalah kenyamanan daripada saling cinta
atau koneksi.

Family Types
o Keluarga konsensual: tinggi dalam percakapan dan tinggi sesuai;
o Keluarga pelindung: tinggi sesuai dan rendah dalam percakapan;
o Keluarga pluralistik: rendah sesuai dan tinggi dalam percakapan; dan
o Keluarga laissez-faire: rendah konfirmasi dan rendah dalam percakapan.

Pola Komunikasi Keluarga


1. Kesetaraan (semua anggota memiliki paham dan persetujuan yang sama)
2. Perpecahan seimbang (tiap orang memiliki otoritasnya sendiri, tetapi semua sederajat)
3. Perpecahan tidak seimbang (ada yang dominan dalam pengambilan keputusan hal-hal besar)
4. Monopoli (ada satu yang menguasai dalam pengambilan semua keputusan)

4. Workplace Relationships
Komunikasi efektif antar karyawan atau anggota perlu dipelihara dalam rangka mencapai tujuan
organisasi.

5. The Dark Side of Interpersonal Relationships


 Jealousy : merupakan reaksi terhadap ancaman hubungan. terdiri atas:
a. Cognitive jealousy: melibatkan rasa curiga, khawatir dan membayangkan skenario yang
berbeda di mana pasangan Anda mungkin tertarik pada orang lain.
b. Emotional jealousy: kecemburuan emosional melibatkan perasaan Anda ketika Anda
melihat pasangan Anda berinteraksi akrab dengan orang lain.
c. Behavioral jealousy: kecemburuan perilaku yang mengacu pada apa yang sebenarnya
Anda lakukan dalam menanggapi perasaan cemburu dan emosi, misalnya, membaca e-
mail pasangan Anda, mencari di Facebook, dll. Kadang-kadang kita merasa cemburu
karena beberapa kecurigaan bahwa saingan mencari untuk mencuri mitra hubungan
kami. Dalam hal ini, kita dapat melakukan berbagai hal untuk menjaga hubungan kita.
Proses penjagaan tersebut disebut dengan guard mate.
 Bullying
 Violence

INTERPERSONAL POWER AND INFLUENCE


Power adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi pikiran dan tindakan orang lain. Dalam
power terdapat aspek penting yang disebut power asymmetrical, yaitu keadaan dimana dalam suatu
hubungan dan komunikasi terdapat salah satu pihak yang memiliki power lebih besar daripada yang
lainnya. Contohnya seseorang yang kuat akan lebih mendominasi seseorang yang lemah. Dalam
power terdapat beberapa prinsip yang dapat membantu kita memahami bagaimana power bekerja
dan bagaimana kita mengendalikan power yang kita miliki.

Principles of Power and Influence


1. Some People Are More Powerful Than Others
2. Power Can Be Shared
Beberapa strategi dalam menyebarkan power:
a. Raise the personal’s self-esteem. Ketika kita berhubungan dengan orang lain hindari saling
tuduh-menuduh. Kritik boleh diberikan namun harus membangun.
b. Be open, positive, emphatic, and supportive. Memberikan perhatian pada orang lain
sehingga ia merasa dihargai.
c. Share skills and decision making. Memberikan orang lain kebebasan dalma mengambil
keputusan.
3. Power Can Be Increased or Decreased
4. Power Follows the Principle of Less Interest (orang yang memiliki power cenderung kurang
tertarik dan kurang bergantung pada penghargaan dan hukuman dari orang lain. Mis: gue
ngerasa lebih powerful, jadi gue nggak takut meskipun pacar gue mengancam mau putus)
5. Power Generates Privilege (Seseorang yang memiliki power umumnya memiliki hak istimewa)
6. Power Has a Cultural Dimension (mis: di Asia, kalo dimarahin guru kita nunduk dan diem aja
supaya sopan. Kalo di Amerika, guru malah mengharapkan argumen dari siswanya)

Relationship, Person, and Message Power


1. Power in the Relationship
- Referent Power (Rujukan) (power timbul ketika orang lain ingin menjadi seperti anda. Mis:
adik mengagumi kakaknya, sehingga kakak memiliki power untuk mempengaruhi adiknya
lewat apa yang dia lakukan)
- Legimate Power (Sah) (Power yang didapat jika orang lain percaya bahwa posisi anda
memiliki hak untuk mempengaruhi dan mengendalikan perilaku mereka. Mis: orang tua ke
anak).
- Expert Power (Ahli) (Power yang didapat ketika orang lain melihat anda memiliki keahlian
atau pengetahuan)
- Information and Persuasion Power (Power yang dimiliki ketika orang melihat anda
memiliki kemampuan berkomunikasi secara logis dan persuasif, yang ditandai dengan
kemampuan menggunakan informasi serta mengajukan argumen yang tepat dan dapat
diterima)
- Reward and Coercive Power (Penghargaan dan Hukuman) (Mis: guru mendapat imbalan
yaitu dengan dihargai oleh muridnya. Sebaliknya, guru memiliki kekuasaan koersif ketika
muridnya mendapat nilai jelek dengan memberi hukuman kepada murid tersebut. Jadi
ketika anda memiliki kekuasaan penghargaan anda juga memiliki kekuasaan koersif.
Perbedaan keduanya:
o Attractiveness : ketika menerima kekuatan penghargaan anda lebih menarik, sedangkan
ketika meggunakan kekuatan menghukum anda menjadi kurang menarik di mata orang
lain.
o Costs : kekuatan penghargaan anda membuat orang lain bahagia, sedangkan
kekuataan koersif anda harus menimbulkan kemarahan dan permusuhan.
o Effectiveness : Kekuatan penghargaan lebih efektif daripada koersif
o Effect on other power bases : ketika menggunakan kekuatan penghargaan, kekuatan
anda di bidang lain meningkat.

2. Power in the Person


Personal power (kredibilitas) mengacu pada bagaimana orang lain memandang anda sehingga
mempengaruhi tingkat kepercayaan orang lain terhadap pesan yang anda sampaikan.
- Kompetensi : seseorang memiliki power karena pengetahuan dan keahlian khusus di
bidangnya. Mis: dokter, peneliti
- Karakter: seseorang memiliki power karena sifat-sifat yang baiknya yang berlaku di lingkungan
sosial. Mis: jujur, sopan, ramah
- Karisma : power yang didapat atas gabungan kepribadian dan kompetensi yang baik dengan
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan orang lain ketika menyampaikan pesannya.

3. Power in the Message


- General Verbal Strategies, fokus pada bagaimana kita menyusun pesan yang kuat dan
persuasif sehingga dapat mencapai tujuan.
o Direct request, menyampaikan keinginan secara jelas dan pasti.
o Bargaining or promising, negosiasi dengan menjanjikan sesuatu kepada orang lain.
o Ingratiation, memuji orang lain sebagai bentuk bujukan.
o Manipulation, membuat orang lain merasa bersalah.
o Threatening, mengancam hal buruk akan terjadi jika tidak melakukan apa yang diminta.
- Specific Language Choices, hal-hal kecil yang harus diperhatikan ketika menyusun dan
menyampaikan pesan. Speaker harus yakin atas isi pesannya:
o Jangan sering mengatakan “er”, “umm”, “eh”, “ah”, dsb di sela-sela kalimat.
o Jangan terlalu banyak menggunakan intensifiers seperti “sangat”, “sekali”, dsb agar
tidak kehilangan makna sebenarnya ketika memang diperlukan.
o Hindari mengungkapkan hal-hal yang menunjukkan inkompetensi
o Jangan terlalu banyak menanyakan pendapat orang lain
o Jangan terlalu banyak menggunakan frasa-frasa ‘gaul’
- Non-verbal (cara berpakaian, gestur, ekspresi, dll)
- Listening (active listening, fokus pada apa yang dibicarakan dan merespon seperlunya dengan
non-verbal yang tepat)

Penyalahgunaan Power dan Influence


- Pelecehan seksual. Terbagi atas:
o quid pro quo (mis: pegawai diminta untuk tidur dengan bosnya dengan ancaman gaji
dan pangkatnya akan diturunkan)
o Hostile environment harassment (suasana lingkungan kerja yang membuat tidak
nyaman. Mis: teman melempar candaan berbau seksual kepada kita yang membuat kita
tidak nyaman)
- Power Plays : pola perilaku dimana seseorang mengambil keuntungan dari orang lain. Tipe-
tipe power play:
o “nobody upstairs” : seseorang mengabaikan permintaan orang yang less powerful.
o “you owe me” : seseorang mengingatkan orang lain akan ‘hutang budi’ mereka
kepadanya.
o “yougottabekidding” : menyerang orang lain dengan meremehkannya.

INTERPERSONAL CONFLICT & CONFLICT MANAGEMENT

Konflik = perselisihan, pertegangan, percekcokan antara dua kekuatan, diri sendiri, atau dua tokoh
atau lebih.

Interpersonal conflict = ketidaksepakatan antara individu yang terhubung yang memandang tujuan
mereka masing-masing tidak sejalan

Penyebab Konflik Interpersonal

 Ketergantungan antara satu dengan yang lainnya, apa yang satu orang lakukan akan
berdampak pada orang lain.

 Adanya kesadaran bahwa tujuan mereka tidak sejalan, jika tujuan yang satu tercapai, tujuan
orang lain tidak akan tercapai.

 Adanya pandangan bahwa pihak lain akan menghambat tujuan yang akan mereka capai.

Mitos tentang konflik:

 Konflik adalah tanda hubungan yang bermasalah

 Konflik merusak hubungan antarpribadi.


 Konflik dapat merusak hubungan karena konflik menyingkap sisi-sisi negatif dari individu
tersebut.

 Dalam setiap konflik pasti ada yang menang dan kalah, karena ada pihak yang tujuannya
tercapai dan ada pihak lain yang tujuannya tidak tercapai.

 Konflik sebaiknya didiamkan begitu saja,karena sesulit apapun konflik tersebut dengan
berjalannya waktu, pasti akan terselesaikan dengan sendirinya.

Konflik dan Interdependensi : Semakin rendah ketergantungan, keluasan dan kedalaman semakin
rendah juga.

Isu-isu dalam Konflik Interpersonal:

- Keintiman (kasih sayang dan seks). Ex: Pasangan ga romantis. Akhirnya kita nuntut agar dia
romantis.
- Power issues. Ex: Pasangan posesif. Kita lama-lama gerah dan nggak suka diatur-atur atau
dikekang.
- Personal flaws (perbedaan kebiasaan). Ex: merokok di depan teman yang gasuka asap rokok.
- Personal distance issues. Ex: suami sibuk kerja, jadi gaada hari buat keluarga
- Social issues. ex: perbedaan pandangan politik
- Ketidakpercayaan. Ex: curiga terus kalau pacarnya selingkuh

Principles of interpersonal conflict

1. Conflict is inevitable
2. Konflik bisa mengandung efek positif dan negative, tergantung bagaimana kita menyikapi
konflik tersebut. Efek positif: setelah dapat masalah, kita sadar dan merenungkan kembali,
menemukan solusi potensial, lalu hubungan menguat karena jadi lebih saling mengenal dan
pengertian. Efek negatif: meningkatkan perasaan negative, fokus untuk menyakiti orang lain,
cenderung menutup diri, menyemubnyikan perasaan sendiri, menciptakan hambatan dalam
keintiman.
3. Conflict can focus on content and/or relationship issues
 Dimensi konten: fokus pada faktor-faktor eksternal dan objek permasalahan. Ex: konflik
mau liburan kemana. Mau ke Bali/Manado?
 Dimensi Relationship: melihat kesetaraan individu dalam hubungan. Ex: konflik mau
nonton AADC atau civil war. Karena cowoknya yang bayarin, jadi dia lebih berhak milih.
4. Conflict styles:
- Competing (pelaku utama harus menang dan lawan harus kalah. Biasanya dalam hubungan
yang butuh strata. Menang-kalah tergantung power seseorang dalam hubungan, bukan
status)
- Acommodating (tokoh utama kalah dan membiarkan lawan menang. Pelaku menyadari
kesalahannya atau takut hubungan rusak)
- Avoiding (sama-sama kalah. Ex: mau liburan ke Bali dan Manado. Karena beda terus, jadi
nggak liburan sekalian)
- Collaborating (menang-menang. Individu kerjasama untuk mencapai tujuan. Ex: liburan ke Bali
dulu, baru ke Manado)
- Compromising (sama-sama win-lose. Ada yang harus dikorbankan. Ex: mau liburan, tapi papa
sibuk di kantor dan mama ngurusin catering. Akhirnya, papa ambil cuti dan mama ninggalin
catering dulu biar bisa liburan)
5. Konflik dipengaruhi budaya
- Topik (yang diperdebatkan. Mis: tentang pasangan yang tinggal serumah tapi belom nikah.
Klo ngomongin di Indonesia jadi masalah, kalo di Amerika biasa aja)
- Budaya konflik (Budaya mempengaruhi hal-hal apa saja yg jd masalah dan apa saja yg
enggak. Mis: SARA jadi topik sensitif kalo di Indonesia, mungkin di negara lain engga)
- Strategi konflik( Tiap budaya mengajarkan strategi berbeda-beda dalam menangani konflik)
- Norma organisasi (mempengaruhi jenis konflik dan cara menanganinya. Mis: kantor gue
nyuruh karyawannya pake seragam formal. Kalo gapake akan dipermasalahkan. Mungkin di
kantor lain nggak masalah)

Conflict Management Stages

1. Set the stage (persiapan)


- Try t o fight in private.
- Be sure you are ready to fight (Mis: pilih waktu ketika kepala kita udah dingin. Jangan pas
masih emosi)
- Know what you are fighting about (fokus pada inti masalah, jangan melebar ke lain-lain)
- Fight about problems that can be solved. (Mis: membahas masa lalu. Kan waktu gabisa
diulang, gabisa diperbaiki, jadi percuma diomongin)
2. Define the conflict
- Define both content and relationship issues
- Define the problems in specific terms. (Mis: jangan Cuma bilang “kamu jahat, kamu bikin aku
kecewa,” kasih tau juga alasannnya kenapa)
- Focus on the present
- Emphatize (pahami kondisi orang lain)
- Avoid mind reading (Mis: berasumsi dia marah karena gue telat, tanpa konfirmasi ke
orangnya)
3. Examine possible solutions
- Brainstorm
- Win-win solution
- Usahakan cost dan rewards setara.
4. Test the solution
- Test the solution mentally (Bikin kita bahagia atau engga, bikin orang lain puas apa engga)
- Test the solution in practice (Mis: break dulu/putus sementara. Hasilnya gimana? Mau balikan
apa engga?)
5. Evaluate the solution
6 thinking hats (pengelompokan cara orang berpikir dalam pengambilan keputusan)
- Topi putih: mengandalkan fakta
- Topi hitam: judging, berpikir negatif
- Topi merah: bagaimana perasaan kita setelah mengambil solusi itu
- Topi kuning: hal-hal positif dari solusi
- Topi hijau: kreativitas, pikirkan solusi yang out of the box
- Topi biru. Kontrol (apakah solusi itu tepat? Gimana pas dijalanin?)

6a. Menerima solusi (keluar dari masalah)

6b. Menolak solusi (balik ke tahap-tahap sebelumnya)

- Belajar dr konflik
- Keep the conflict in perspective. Jgn lebay ngeliatnya.
- Jgn bepikiran negatif terus
- Berdamai dg org lain itu.

Conflict Management Strategies

Hal-hal yang mempengaruhi pilihan strategi:

- Tujuan (mis: untuk jangka pendek/panjang?)


- Keadaan emosional (mis: kalo lagi marah cenderung ingin balas dendam)
- Penilaian kognitif (nila-nilai yang dibawa individu. Mis: definisi keadilan di mata masing-
masing)
- Kepribadian dan kemampuan komunikasi (mis: kalo introvert cenderung disimpen sendiri. Kl
ekstrovert cenderung berani berargumen)
- Sejarah dlm keluarga (mis: ngeliat bagaimana anggota keluarga menyeleaikan masalah –
teriak-teriak lempar piring atau duduk diskusi baik-baik)

Strategi-strategi:

1. Win-lose, win-win, dan lose-lose


2. Avoidance and active fighting. Strategi menghindar dibagi menjadi:
a. Non-negotiation, sikap penolakan seseorang untuk memberikan perhatian dan mendengar
argumen lawan.
b. Silencers, seseorang menggunakan reaksi-reaksi yang ‘mendiamkan’ lawan. Mis: menangis,
membentak, pura-pura sesak napas, dll.
3. Force and Talk Strategies
Memaksa lawan, baik secara fisik ataupun emosional dengan melibatkan kekerasan (violence) atau
dengan berbicara (talk). Tips-tips untuk strategi ini;
1. Berperan sebagai pendengar
2. Ekspresikan dukungan dan simpati
3. Ungkapkan pikiran dan perasaan kita

4. Face-Attacking and Face-Enhancing Strategies (Kesopanan dalam Konflik)


 Face Attacking Strategies : menyerang dengan memberi komentar terhadap positive face atau
negative face
a. Beltlining (menyerang kelemahan pribadi lawan)
b. Blaming (menyalahkan lawan)
 Face Enhancing Strategies, memberikan dukungan terhadap positive face atau negative face.
Startegi ini lebih efektif karena tidak menimbulkan masalah baru

5. Verbal Aggressiveness and Argumentativeness Strategies


 Verbal Aggresiveness, memenangkan konflik dengan menyerang sisi psikologis lawan
(character, background, abilities, atau physical appearance attack)
 Argumentativeness Strategies, mengungkapkan argumen kita untuk menyelesaikan masalah.
Strategi untuk mengolah argumen:
1. Perlakukan ketidaksetujuan se-objektif mungkin
2. Fokus menyerang argumen lawan, bukan menyerang lawan secara personal
3. Menegaskan kompetensi yang dimiliki sang lawan
4. Hindari interupsi
5. Tekankan kesetaraan kita dengan lawan
6. Ekspresikan ketertarikan
7. Hindari menyatakan argumen secara emosional
8. Izinkan lawan untuk mengamankan diri, jangan menghina, dan berargumentasilah dengan
sopan.

Anda mungkin juga menyukai