MENINGOENSEFALITIS TB
Disusun Oleh :
Nimas Feliani Robot
00000007287
Pembimbing :
dr. Vonny Goenawan, Sp.S
II. Anamnesis
Dilakukan secara alloanamnesis dengan suami dan saudara pasien.
Keluhan utama
Penurunan kesadaran 1 hari SMRS.
Riwayat Pengobatan
Pasien tidak mengonsumsi obat apapun untuk mengatasi sakit kepala yang
dideritanya
Sebelumnya pasien hanya meminum obat dari klinik tempat dia berobat dan
rumah sakit tempat dia dirawat, namun setelah keluar dari rumah sakit pasien
tidak mengonsumsi obat apapun
Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan tertentu.
Riwayat Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan sama.
Tidak ada riwayat penyakit jantung ataupun stroke
Pemeriksaan Neurologis
GCS : 7 (E1 M4 V2)
Tanda rangsang meningeal
Kaku kuduk :+
Tanda laseq : -/-
Tanda kerniq : -/-
Brudzinski I : -/-
Brudzinski II : -/-
Syaraf Kranial – Tidak dilakukan
Refleks Batang Otak
Kanan Kiri
Refleks Cahaya
Pupil Anisokor, 5 mm Anisokor, 2mm
RCL Menurun Menurun
RCTL Menurun Menurun
Refleks Kornea - -
Doll’s eye - -
Gag reflex +
Atrofi + +
Fasikulasi + +
Tonus Hipertonus Hipertonus
Kekuatan otot Tidak dapat dinilai
Gerakan - +
involunter
Refleks Fisiologis
Kanan Kiri
Biceps ++ ++
Triceps ++ ++
KPR ++ ++
APR ++ ++
Refleks Patologis
Kanan Kiri
Babinski + +
Chaddock - -
Oppenheim + +
Gordon - -
Schaffer - +
Rossolimo - -
Mendel-Bechtrew - -
Hoffman Trommer - -
IV. Resume
Pasien datang dengan keluhan penurunan kesadaran 1 hari SMRS. Sebelumnya
pasien mengeluhkan sakit kepala seperti ditekan pada seluruh bagian kepala sejak
1 bulan yang lalu yang mengalami perburukan. Sejak 2 minggu yang lalu pasien
juga mengalami demam yang hilang timbul disertai dengan batuk berdahak. Pasien
memiliki keluhan tambahan yaitu mual, muntah, penglihatan buram, perubahan
perilaku, dan penurunan nafsu makan.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan tingkat kesadaran koma, tekanan darah tinggi
yaitu 141/98 mmHg, nadi 130 kali per menit, regular, pernapasan yang cepat dan
dalam yaitu 34 kali per menit, suhu yang tinggi yaitu 38,6oC. Kemudian pada
pemeriksaan neurologis didapati GCS 7 (E1, M4, V2), kaku kuduk positif, pupil
bulat anisokor 5mm / 2mm. Kemudian pada pemeriksaan refleks batang otak
didapati refleks cahaya langsung dan refleks cahaya tidak langsung menurun,
refleks kornea negatif, doll’s eye positif, refleks muntah positif. Refleks patologis
babinski, chaddok dan oppenheim positif pada kedua kaki.
V. Diagnosis
Diagnosis klinis : Penurunan kesadaran, febris, cephalgia
Diagnosis topikal : Meninges
Diagnosis etiologi : Infeksi
Diagnosis patologi: Inflamasi
VIII. Prognosis
Ad vitam : Malam
Ad functionam: Malam
Ad sanationam: Malam
X. Saran Terapi
Non medikamentosa
Posisi head up 30o untuk mengurangi tekanan intracranial
O2 Nasal canule
Pemasangan NGT
Pemasangan Urinary Catheter
Medikamentosa
Antibiotik empiris
Ceftriaxone IV 2 gram OD V
Levofloxacin IV 750 mg OD V
OAT
Rifampicin PO 450mg OD V
INH PO 300mg OD V
Pirazinamid PO 1000mg OD V
Etambutol PO 1000mg OD V
Dexametasone IV 5 mg QDS XII
Omeprazole IV 40mg BD VI
Paracetamol IV 500mg TDS X
Basophil 0% 0-1
Eosinophil 0% 1-3
Lymphocyte 5% 25-40
Monocyte 5% 2-8
ESR 35 0-15
Biochemistry
SGOT (AST) 31 U/L 0-32
eGFR 110.1
ml/mnt/1.73m2
Foto Thorax
CT Head Without Contrast
EKG 12 Lead
Sinus Tachicardia
BAB II
FOLLOW UP
Follow Up 19.00 WIB (16-2-2018)
S : Penurunan kesadaran, febris
O : Coma
GCS 4 (E1M3V1)
Tekanan darah : 150/112 mmHg
Denyut nadi : 143x/menit
Laju nafas : 41x/menit
Suhu : 39,3 oC
Kaku kuduk (+)
Refleks Batang Otak
Refleks Cahaya:
Pupil bulat anisokor 5/3
RCL: menurun / menurun
RCTL: menurun / menurun
Refleks Kornea: -
Doll’s eye: +
Gag reflex: +
Pada kasus ini, pasien memiliki gejala meningitis dimana pada anamnesis didapati
keluhan sakit kepala baru yang progresif dimana sakit kepala dirasakan seperti ditekan pada
seluruh bagian kepala. Sakit kepala tersebut semakin parah khususnya selama 1 minggu
terakhir SMRS yang disertai mual, muntah, penglihatan buram dan perubahan perilaku serta
demam dan batuk berdahak. Sampai akhirnya pasien mengalami penurunan kesadaran
mendadak 1 hari SMRS. Selain itu pasien memiliki tetangga dengan riwayat batuk kronik
sehingga terdapat kemungkinan bahwa tetangga pasien terkena TB paru dikarenakan
Indonesia merupakan negara endemis sehingga kemungkinan terkena TB sangat besar. Hal
tersebut merupakan gejala yang sering didapati pada meningitis TB.
Kemudian pada pemeriksaan fisik didapati tingkat kesadaran coma dengan GCS 7
serta kenaikan pada tanda-tanda vital yaitu kenaikan tekanan darah, nadi, pernapasan dan
suhu. Kemudian pada pemeriksaan refleks batang otak didapati pupil anisokor, refleks cahaya
menurun, doll’s eye positif dan gag refleks positif. Hal ini menandakan adanya kenaikan
tekanan intrakranial yang menekan batang otak dengan kemungkinan terjadinya herniasi
otak. Pada pemeriksaan neurologis juga didapati kaku kuduk positif yang menandakan
adanya iritasi pada menginges dan juga refleks patologis babinski, chaddok dan oppenheim
positif pada kedua kaki dimana hal tersebut merupakan gejala dari menigitis.
Secara garis besar meningitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, TB dan kriptokokus.
Hal ini dapat dibedakan dari gejala klinis yang dialami pasien. Meningitis viral paling sering
disebabkan oleh HSV tipe 1 dan 2 serta Enterovirus. Gejala yang ditimbulkan sama seperti
meningitis pada umumnya, namun memiliki onset yang akut dengan gejala yang lebih ringan
dan tidak menyebabkan penurunan kesadaran ataupun kejang. Kemudian untuk meningitis
bakterial paling sering disebabkan oleh Streptokokus pneumonia. Meningitis bakterial sering
menyebabkan hidrosefalus non-obstruktif maupun obstruktif sehingga menyebabkan
peningkatan tekanan intrakranial yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran. Onset untuk
meningitis bakterial biasanya kronik. Sementara meningitis tuberkulosis memiliki onset
subakut dan biasanya didapati riwayat TB ataupun kontak dengan pasien TB atau batuk kronik.
Pada meningitis kirptokokus, infeksi Criptococcus sp diawali dengan pneumonitis lokal yang
diikuti dengan diseminasi dan penyebaran ke sistem saraf pusat, sehingga biasanya ada tanda-
tanda infeksi pernapasan akibat pneumonitis tersebut selain itu meningitis kriptokokus juga
biasanya disertai dengan penyakit HIV/AIDS. Pada pasien ini, onset yang dialaminya termasuk
subakut sehingga diduga disebabkan oleh TB.
Pada hasil lab didapati WBC meningkat tinggi yaitu 20.67 x 103 / μL. Hal ini
menandakan adanya infeksi pada pasien. Kemudian, pada pemeriksaan penunjang CT
kepala tanpa kontras dapat dilihat adanya hidrosefalus non-obstruktif. Hal ini menjelaskan
penyebab penurunan kesadaran pada pasien dan hasil pemeriksaan fisik yang didapat di atas.
Selain itu hidrosefalus merupakan salah satu komplikasi akibat meningitis. Manajemen yang
perlu dilakukan pada pasien ini adalah ventriculo-peritoneal shunt dengan segera untuk
menurunkan kenaikan tekanan intrakranial akibat hidrosefalus. Untuk menegakan diagnosis
menignitis perlu dilakukan lumbal pungsi. Namun belum sempat dilakukan pada kasus ini.
Pemeriksaan menggunakan CT Scan Non Kontras sendiri tidak dapat meneggakan
diagnosis mengiti, namun dilakukan bila terdapat kecurigaan adanya massa sebelum dilakukan
lumbal pungsi. Untuk menegakkan diagnosa pasti meningitis, dibutuhkan pemeriksaan
penunjang yang merupakan gold standard diagnosa meningitis yaitu lumbal pungsi untuk
menilai LCS (Liquor Cerebro Spinal). Dari lumbal pungsi dapat dibedakan ciri khas LCS dari
setiap etiologi meningitis, seperti pada tabel berikut:
Paramater Normal Viral Bakterial Tuberkulosis Kriptokokus
Opening <20 Naik/ Naik 20-50 Naik Sangat tinggi
pressure Normal
(cmH20)
Warna Tidak Tidak Purulen Kekuningan Tidak bewarna
berwarna berwarna (xantokrom)
Kejernihan Jernih Jernih Keruh Sedikit keruh Sedikit keruh
Jumlah sel <6 20-300 >1000 Meningkat 20-200
WBC/ mm3 sel/µL (10-500)
Predominasi - Limfosit Polimorfonuklear Limfosit Limfosit (MN)
mononuclear (PMN) (MN)
(MN)
Protein g/dL 0.2-0.4 Normal atau Sangat Meningkat Normal atau
sedikit meningkat sedikit
meningkat meningkta
Gula CSS: 60% Normal <45% <45% Normal atau
Serum sedikit
menurun
Pemeriksaan Polymerase Pewarnaan PCR TB, Tinta India,
Lain Chain Gram, kultur Ziehl- Antigen
Reaction aerob/anaerob, Nielsen, Cyptococcus
(PCR) Virus PCR bakteri Kultur BTA
Untuk pemberian Dexametasone tidak boleh untuk jangka panjang dan butuh penurunan
dosis secara bertahap sebelum diberhentikan sepenuhnya. Berikut adalah tatalaksana pemberian
Dexametasone dan dosis tapering off :
Dosis
0,4 mg/kg/day IV Minggu ke 1
0,3 mg/kg/day IV Minggu ke 2
0,2 mg/kg/day IV Minggu ke 3
0,1 mg/kg/ day IV Minggu ke 4
Dexametahosne oral 4 mg Minggu ke 5
Dexametahosne oral 3 mg Minggu ke 6
Dexamethason oral 2 mg Minggu ke 7
Dexamethasone oral 1 mg MInggu ke 8
Prognosis pada pasien ini tidak baik dikarenakan pasien datang dengan penurunan
kesadaran sejak 1 hari SMRS dan tidak menrima manajemen yang baik sebelumnya sehingga
saat sampai di pasien sudah berada dalam kondisi yang buruk akibat peningkatan tekanan
intrakranial dengan adanya kemungkinan herniasi otak pada pemeriksaan fisik. Selain itu
didapati perburukan kondisi pada follow up beberapa jam kemudian.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Marx G, Chan E. Tuberculous Meningitis: Diagnosis and Treatment Overview. NCBI.
2011.
2. Marx G, Chan E. Tuberculous Meningitis Treatment. Tuberculosis Research and
Treatment. 2011.
3. Duus P. Diagnosis Topik Neurologi DUUS Anatomi, Fisiologi, Tanda, Gejala Ed.4.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2010
4. Dewanto, George. Diagnosis & Tata Laksana Penyakit Saraf. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2002
5. Rock R, Olin M, Baker C., et al. Central Nervous System Tuberculosis: Pathogenesis
and Clinical Aspects. Clin. Microbiol. Rev. April 2008 vol. 21 no. 2 243-261
6. Ramachandran, T. Tuberculous Meningitis [Internet]. Medscape. 2014 [sitasi 21 Juli
2017]. Tersedia di: http://emedicine.medscape.com/article/1166190-overview#a2
7. WHO Tuberculosis Fact Sheet no. 104. Available at: http//www.who.Tuberculosis.htm.
Accesed on March 3, 2004.
8. Rasjid R. Patofisiologi dan diagnostik tuberkulosis paru. Dalam: Yusuf A,
Tjokronegoro A. Tuberkulosis paru pedoman penataan diagnostik dan terapi. Jakarta,
Balai Penerbit FKUI, 1985:1-11.