terhadap
Disusun oleh :
Kelompok 3
Deodatus (1402017)
Yeftinariza (1202154)
Definta Sri Raharjo (1602010)
Erlisa De Castro (1602016)
Gabriela Febrianti Christine (1602018)
I Putu Oka S (1602024 )
Jurnal Utama :
Jurnal Pembanding :
Problem :
Skabies ini sering dikaitkan sebagai penyakitnya anak pesantren alasannya karena anak
pesantren suka/gemar bertukar, pinjam meminjam pakaian, handuk, sarung, bahkan bantal,
guling dan kasurnya kepada sesamanya, sehingga disinilah kunci akrabnya penyakit ini
dengan dunia pesantren10. Insiden dan prevalensi Skabies masih sangat tinggi di Indonesia
terutama pada lingkungan masyarakat pesantren.
Population :
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MTs kelas VII dan VIII di Ponpes Darul
Mukhlisin tahun ajaran 2015-2016 sebanyak 32 orang. Jumlah sampel dalam penelitian ini
sebanyak 21 orang hal ini mengacu pada jumlah populasi yang memenuhi kreteria inklusi
dan eksklusi yang dibuat peneliti sebelumnya.
Jurnal Pembanding
Problem :
Skabies di Indonesia menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering. Insiden
dan prevalensi skabies masih sangat tinggi di Indonesia terutama pada lingkungan
masyarakat pesantren. Hal ini tercermin dari penelitian Ma’rufi et al. , bahwa prevalensi
skabies pada pondok pesantren di Kabupaten Lamongan 64,2%, senada dengan hasil
penelitian Kuspiantoro di Pasuruan prevalensi skabies di pondok pesantren adalah 70%4.
Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia, terdapat
14.798 pondok pesantren dengan prevalensi skabies cukup tinggi.
Dari hasil wawancara singkat yang peneliti lakukan terhadap beberapa santri Pondok
Pesantren Al Wahdah Kendari, mereka mengatakan bahwa sehabis mandi handuk yang
sudah mereka pakai jarang dijemur dibawah sinar matahari, mereka juga mengatakan biasa
meminjam handuk dengan teman yang lain, begitu juga dengan alas tidur dan selimut
mereka yang jarang dibersihkan. Selain itu, mereka juga mengatakan bahwa santri yang
terkena gejala skabies ditangani dengan pemberian salep, jika luka gudik pada santri sudah
parah atau jika sudah timbul nanah baru diperiksa ke Puskesmas. Di samping itu peneliti
juga mendapatkan beberapa santri yang tidak mengetahui tentang penyakit skabies,
penyebab timbulnya penyakit skabies, cara pencegahan penularan dan cara perawatan luka
akibat penyakit ini.
Population :
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa/siswi kelas VII, VIII, IX Pondok Pesantren Al
Wahdah Kendari Tahun 2016. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total
sampling dimana jumlah sampel sama dengan populasi dengan jumlah sampel 64 responden
berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi dan dalam pelaksanaannya 16 responden tidak
memenuhi kriteria, sehingga jumlah sampel adalah 48 responden.
Critical Thinking :
Dari dua jurnal terdapat problem yang sama yaitu masih tingginya prevalensi Skabies di
lingkungan pondok pesantren, kurangnya pengetahuan dan PHBS santriwan dan santriwati
yang tinggal di pondok pesantren yang menjadikan rentan terhadap kejadian skabies.
INTERVENSION
Jurnal Utama
Desain penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode permainan
mencocokan tulisan dengan gambar beserta video terhadap peningkatan pengetahuan, sikap,
dan perilaku siswa tentang penyakit Skabies di Pondok Pesantren Darul Mukhlisin. Pada
desain ini pengukuran dilakukan sebanyak dua kali, pengukuran pertama dilakukan didepan
(pre test) sebelum adanya perlakuan (treatment) dan pengukuran yang kedua (post test)
dilakukan setelah.
Critical Thinking: Teknik permainan ini dapat meningkatkan penguasaan kosakata siswa karena
permainan ini selain dapat menimbulkan suasana yang menyenangkan juga dapat mempermudah siswa
dalaam mengingat arti kosakata baru yang diajarkan kepada mereka, seperti dengan pernyataan :
“biasanya benda-benda atau gambar-gambar diperlihatkan dengan tujuan menerangkan arti kata-kata
baru berupa terjemahan agar siswa lebih lamamengingat artinya, karena apa yang ditangkatdengan
indera visual disertai dengan indra auralmenyebabkan retensi yang leebih kuat daripadahanya
diterangkan dengan terjemahan saja.
Jurnal Pembanding
Dalam rancangan ini tidak ada kelompok pembanding (kontrol) tetapi penelitian ini
dilakukan dengan melakukan observasi pertama (pretest) sebelum diberikan intervensi,
setelah itu dilakukan observasi kembali melalui posttest untuk melihat hasil atau pengaruh
dari intervensi yang diberikan. Intervensi berupa diskusi kelompok tentang penyakit Skabies
selama 21 hari.
COMPARATION
Jurnal Utama Jurnal Pembanding
Sampel : 21 Sampel : 48
OUTCOME
Jurnal Utama
Jurnal Pembanding
Critical Thinking:
Rerata prosentase kenaikan keseluruhan variabel lebih tinggi pada jurnal utama yaitu
sebesar 47,63333% sedangkan jurnal pembanding hanya sebesar 29,86666% hal ini dapat
dipengaruhi oleh faktor perbedaan jumlah responden yang lebih banyak pada jurnal
pembanding yaitu sebanyak 48 responden sedangkan pada jurnal utama sebanyak 21
responden.
KESIMPULAN KELOMPOK
Menurut kelompok kami, jurnal utama lebih efektif daripada jurnal pembanding. Dilihat
dari besar rerata prosentase kenaikan seluruh variabel (pengetahuan, sikap, perilaku) lebih
besar pada jurnal utama yaitu sebesar 47,63333% sedangkan jurnal pembanding hanya
29,86666% meskipun dengan jumlah responden yang lebih sedikit daripada jumlah
responden pada jurnal pembanding karena apabila mempertimbangkan intervensi dari kedua
jurnal, intervensi pada jurnal utama yaitu metode permainan mencocokkan tulisan dengan
gambar serta video lebih menyenangkan bila dilakukan oleh usia atau kelompok remaja dan
lebih mampu menarik ketertarikan remaja untuk terlibat dalam kegiatan.
Kelompok juga lebih menyarankan intervensi pada jurnal utama yaitu permainan dengan
mencocokkan tulisan dengan gambar beserta video untuk pemberian edukasi kesehatan
lainnya karena selain lebih menarik juga dapat mengembangkan kognitif remaja/responden
melalui permainan mencocokkan tulisan dengan gambar beserta video.
DAFTAR PUSTAKA