Anda di halaman 1dari 17

Laporan Praktikum

“ Sifat Mekanik Material ”


MODUL 2 LBM 4

1. Adam Reza Pahlevi (31101700001)


2. Adinda Nur Atiqah (31101700006)
3. Ainan Salsabila Rosyada (31101700008)
4. Anfasa Isnurhakim (31101700009)
5. Ardiyan Cakra Patrilia I (31101700012)
6. Farah Amara Digrayusa (31101700029)
7. Nabella Devyanna Putri (31101700059)
8. Hasna Salsabiel (31101700040)
9. Regilia shinta Mayangsari (31101700069)
10. Suprayogi Yoga Prakasa (31101700082)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2017
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN PRAKTIKUM

SIFAT FISIK DAN SIFAT MEKANIK BAHAN

Telah Disetujui oleh

Tutor Semarang, 2 Juni 2018

Drg. Fabia Astiawati, M.HKes


BAB I
Dasar Teori
Dasar Teori
A. Sifat Fisik Dental Material
Sifat fisik adalah sifat yang didasarkan pada mekanika, akustik, optik,
termodinamika, kelistrikan, magnet, radiasi, struktur atom, atau gejala nuklir.

Contoh sifat Fisik, yaitu :


 Berdasarkan Optik adalah yang berhubungan dengan fenomena cahaya, seperti
: corak, translusensi (kebeningan), warna.
 Berdasarkan dalil termodinamika : konduktifitas termal, koefisien termal
 Berdasarkan ilmu materi dan mekanika : kekentalan

# Abrasi dan Ketahanan Abrasi

Kekerasan adalah sifat yang digunakan untuk memperkirakan ketahanan aus


suatu bahan dan kemampuannya untuk mengikis struktur gigi lawan. Kekerasan
salah satu faktor penyebab pengikisan pada email gigi dan permukaan gigi tiruan.

Faktor yang mempengaruhi keausan :

 Tekanan gigitan.
 Frekuensi pengunyahan.
 Sifat abrasif makanan.
 Komposisi cairan.
 Perubahan temperatur.
 Kekerasan tiap permukaan.
 Ketidakteraturan permukaan gigi.

Kekentalan / viskositas
 Ketahanan untuk bergerak
 Dipengaruhi oleh gaya friksi internal di dalam cairan
 Bahan kedokteran gigi kebanyakan dalam bentuk padat tapi tahap tertentu
berupa cairan.
 Contoh : malam dan resin adalah cairan yang didinginkan di bawah titik
normal.
 Kekentalan cairan meningkat dengan meningkatnya temperatur
 Kekentalan tergantung pada perubahan wujud sebelumnya dari cairan. Cairan
jenis ini menjadi kurang kental dan lebih cair di bawah tekanan disebut
tiksotropik.
 Contohnya : pasta profilaksisi gigi, plaster, semen resin, bahan cetak.
 Kekentalan bahan kedokteran gigi menentukan ketepatan aplikasi.
Struktur dan Relaksasi Tekanan
 Perubahan bentuk senyawa secara permanen akan menyebabkan tekanan
internal sehingga atom-atom dalam ruang geometrik akan berubah tempat.
 Akibatnya beberapa molekul menjadi terlalu berdekatan atau terlalu berjauhan.
 Atom-atom berada pada posisi tidak seimbang
 Energi thermal pada proses difusi wujud padat menyebabkan atom-atom
kembali ke posisi seimbang.
 Perubahan kontur merupakan manifestasi pengaturan kembali posisi atom dan
molekul.
 Pelepasan tekanan dikenal sebagai relaksasi.
 Kecepatan relaksasi dipercepat dengan meningkatnya temperatur.
Creep dan Aliran
 Creep adalah deseran plastik yang bergantung waktu dari suatu bahan dibawah
muatan statis atau tekanan konstan.
 Massa yang lebih tinggi mengalami tekanan fleksural yang lebih besar,
fleksural creep lebih besar.
 Aliran logam terjadi begitu temperatur mendekati beberapa ratus derajat
temperatur lebur.

Warna dan Persepsi Warna


 Tujuan perawatan gigi adalah merestorasi warna dan penampilan gigi asli
 Dentistry estetika mementingkan kemampuan artistik dokter gigi dan teknisi
 Mata sensitif terhadap panjang gelombang 400 nm (ungu) sampai 700 nm
(merah gelap).
 Diruang praktek dan laboratorium gigi, penyesuaian warnamenggunakan
petunjuk warna.

Sifat termofisika, yaitu :


1. Konduktivitas termal
Konduktivitas termal adalah pengukuran termofisika mengenai seberapa
baik panas disalurkan melalui suatu bahan dengan aliran konduksi.
Bahan yang mempunyai konduktivitas tinggi disebut konduktor. Bahan
yang mempunyai konduktivitas rendah disebut isolator.
Komposit berbasis resin mempunyai konduktivitas termal rendah
dibanding logam. Konduktivitas email dan dentin yang rendah membantu
mencegah syok termal dan sakit pulpa apabila makanan dingin atau panas
masuk ke dalam mulut.

2. Difusi termal
Difusi termal adalah pengendalian perubahan temperatur begitu panas
melewati suatu bahan (kemampuan isolator). Oksida Seng-Eugenol
mempunyai difusi termal dua kali dentin.

3. Koefesien ekspansi termal


Koefisien ekspansi termal adalah perubahan panjang per unit panjang asal
dari suatu benda apabila temperatur dinaikkan 10C.
Koefisien ekspansi yang tinggi dari malam inlay rentan terhadap
perubahan temperatur. Pola malam yang akurat cocok dengan gigi yang telah
direparasi, akan berkontraksi apabila diagkat dari gigi pada suasana panas dan
kemudian disimpan pada suasana yang lebih dingin.

B. Sifat Mekanik Dental Material


Sifat mekanik adalah ilmu fisika yang berhubungan dengan gaya dan energi
serta perubahan pada benda yang disebabkan oleh gaya tersebut. Gaya dasar
meliputi gaya tarik, gaya tekan dan gaya menggunting. Adapun sifat mekanik dari
dental material, meliputi :

1. Gaya Tarik
Gaya tarik (tensile) adalah dua gaya yang bekerja saling menjauhi satu
sama lain pada satu garis lurus yang sama sehingga terjadi pemanjangan.

2. Gaya Tekan
Gaya tekan (compressive) adalah dua gaya bekerja mendekati satu sama
lain pada satu garis lurus yang sama sehingga terjadi pemendekan.

3. Gaya Menggunting
Gaya menggunting (shear) adalah dua gaya yang bekerja sejajar satu sama
lain tetapi berlawanan arah

4. Tekanan (Stress)
Tekanan (Stress) adalah daya dari dalam benda yang sama besarnya
tetapi berlawanan arah dengan gaya yang diberikan (gaya dari luar). Gaya per
luas permukaan suatu benda.
S = F /A
F : gaya yang diberiakan (N)
A : luas permukaan benda (m2)
Satuannya : 1 Pa = 1 N / m2 = 1 MN / mm2

Macam-macam Stress, yaitu :


 Tekanan Tarik (Tensile Stress)
Tekanan tarik (Tensile Stress) adalah daya dari dalam benda yang
sama besarnya tetapi berlawanan arah dengan gaya tensile yang diberikan
dari luar
 Tekanan Tekan (Compressive Stress)
Tekanan tekan (Compressive Stress) adalah daya dari dalam benda
yang sama besarnya tetapi berlawanan arah dengan gaya compressive
yang diberikan dari luar.
 Tekanan Gunting (Shear Stress)
Tekanan gunting (Shear Stress) adalah daya dari dalam yang sama
besarnya tetapi berlawanan arah dengan gaya shear yang diberiakan dari
luar.

5. Ketegangan (Strain)

Ketengangan (Strain) adalah perubahan dimensi benda karena ada suatu


gaya dari luar. Diukur sebagai perubahan dalam panjang per satuan panjang.
Strain : € = ∆ | / | O

∆│ : Perubahan ukuran panjang

│O : Panjang semula bahan

 Elongasi : Persentasi perubahan panjang


Elongasi = Strain X 100%

 Elastis : Perubahan bentuk benda yang dapat kembali ke bentuk semula


bila beban dilepaskan (Reversible).
 Plastis : Perubahan bentuk benda yang tidak dapat kembai ke bentuk
semula walaupun beban dilepaskan (Irreversible).

Macam-macam Strain , yaitu :


 Tensile Strain (Tegangan tarik)
Perubahan dimensi benda berupa pemanjangan (yang selalu diikuti
dengan pengecilan diameter) disebabkan bekerjanya gaya tensile dari luar.
 Compressive Strain (Tegangan tekan)
Perubahan dimensi benda berupa pemendekan (yang selalu diikuti
dengan pembesaran diameter) disebabkan bekerjanya gaya compressive
dari luar.
 Shear Strain (Tegangan gunting)
Perubahan dimensi yang berupa sliding (tergelincirnya) bidang
pertama terhadap bidang kedua sesuai dengan arah gaya shear dari luar.

2. Modulus Elastisitas
Modulus Elastisitas adalah ukuran keelatisan suatu bahan

Stress
𝑀𝑜𝑑𝑢𝑙𝑢𝑠 𝐸𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝑆𝑡𝑟𝑎𝑖𝑛

Satuannya = Stress = Mpa atau Gpa

1 GPa = 1000 MPa

3. Resilience

Ketahanan suatu bahan terhadap perubahan bentuk secara permanen.


Pengukurannya sama dengan dengan luas daerah elastis pada kurva stress dan
strain. Dan satuannya adalah mMN/m3

4. Toughness
Ketahanan suatu bahan terhadap patah. Daerah dibawah kurva stress dan
strain. Satuannya adalah mMN/m3

5. Malleability
Kemampuan sebuah benda untuk berubah bentuk tanpa patah dibawah
gaya tekan.

6. Ductility
Kemampuan sebuah benda untuk berubah bentuk tanpa patah dibawah
gaya tarik.

BAB II
Tahapan Pekerjaan

A. Uji Tarik (Tesile Test)


1. Siapka klamer dengan beberapa macam diameter sepanjang kurang lebih 15 cm
2. Pasangkan kedua ujung klamer pada alat uji tensile. Putar tuas pada alat uji hingga
klamer kencang
3. Putar tuas alat uji hingga klamer tersebut terputus
4. Catat berapa putaran yang diperlukan hingga klamer tersebut putus
5. Catat pula tegangan yang dirasakan selama proses pengujian
6. Tiap diameter klamer dilakukan pengujian sebanyak 3 kali
7. Lakukan langkah 1-6 pada klamer dengan diameter yang berbeda
8. Bandingkan hasil percobaan pada tiap diameter klamer
9. Apabila memungkinkan, amati permukaan ujung klamer yang terputus dibawah
mikroskop

B. Uji Fleksural (Uji Bengkok)


1. Siapkan 2 buah penggaris dan alat uji flexural
2. Sisipkan penggaris pada alat uji, bagian tengah penggaris berada pada penunjuk o
derajat alat uji
3. Bengkokkan penggaris tersebut secara perlahan dengan memperhatikan sudut
pembengkokan
4. Semakin besar sudut pembengkokan menunjukkan gaya yang diberikan juga
semakin besar
5. Amati perubahan-perubahan yang terjadi pada penggaris yang diuji tersebut
(munculnya tekanan), catat sudutnya
6. Apabila memungkinkan, pada saat penggaris tersebut muncul retakan, amati
retakan tersebut dibawah mikroskop
7. Bengkokkan terus penggaris tersebut sampai fraktur. Catat besar sudutnya
8. Lakukan hal sama untuk penggari yang kedua
C. Fatigue Test
1. Kalmer ditahan dengan menggunakan tang
2. Bengkokkan klamer dengan sudut kurang lebih 30 derajat
3. Bengkokkan kembali sejauh 30 derajat kearah berlawanan
4. Lakukan tahapan nomor 2 dan 3 hingga klamer putus
5. Rasakan perubahan tekanan saat membengkokkan klamer
6. Ulangi lagi dengan menggunakan diameter yang sama sebanyak 3 kali percobaan
7. Lakukan tahapan tersebut menggunakan klamer diameter lain

D. Hardness test (Uji Kekerasan Permukaan)


1. Siapkan spesimen yang akan diuji, bersihkan permukaannya
2. Uji kekerasan hanya dapat dilakukan pada permukaan yang datar
3. Nyalakan Durometer Shore D hardness tester dengan menekan tombol on
4. Letakkan Durometer Shore D hardness tester tegak lurus dengan spesimen yang
akan diuji
5. Tekan secara perlahan hingga ujung dan angka pengukuran stabil. Tekan tombol
hold
6. Catat hasil pengukura
7. Setelah selesai melakukan pengukuran, Durometer Shore D hardness tester
dikembalikan ke angka nol dengan menekan tombol zero
8. Lakukan engukuran sebanyak 3 kali untuk tiap spesimen
9. Lakukan tahapan tersebut terhadap spesimen lain
10. Gores permukaan sampe menggunakan sonde dengan tekanan ringan, bandingkan
hasil goresan sonde pada semua spesimen, kaitkan dengan angka kekerasan
permukaannya
BAB III
Hasil Pengamatan
Uji Tensile

Diameter No Spesimen Banyak Tegangan


Klamer yang
Putaran
dirasakan
1 33 Cenderung
lebih mudah
0,3 mm 2 31
patah karena
3 30 lebih tipis
Rata Rata 32
1 34 Cenderung
lebih sulit
0,4 mm 2 34
patah
3 33 dibanding
dengan
Rata - Rata 33,5
ketebalan 0,3
Hasil pengamatan mikroskop
Uji Fleksural

Spesimen Sudut Hasil Pengamatan


10o Membengkok
20o Membengkok
30o Membengkok
Tebal 40o Membengkok
50o Membengkok
60o Membengkok
70o Sangat Membengkok
80o Patah
Hasil pengamatan dengan mikroskop

Uji Fatigue

Diameter No Spesimen Banyaknya Keterangan


Klamer Pergerakan
1 12 Putus
0,4 mm 2 14 Putus
3
1 4 Putus
0,5 mm 2 5 Putus
3
1 3 Putus
0,6 mm 2 3.5 Putus
3
Hasil Pengamatan Mikroskop
Uji Kekerasan

Spesimen Pengukuran Shore D Goresan


Ke Hardness Sonde
Value
1 44 Goresan
cenderung
Blok Dental 2 58
lebih dalam
Plaster
3 54 karena
kekerasan
Rata – Rata
permukaan <
52 dari Blok
Dental Stone
1 50 Goresan
cenderung
Blok Dental 2 56
lebih dangkal
Stone 3 72 karena
kekerasan
Rata - Rata
permukaan >
59,3 dari Blok
Dental Plaster
BAB IV
Pembahasan

Uji tensile

1. Percobaan klamer 0,33mm

Percobaan 1 32 putaran
Percobaan 2 36 putaran
Percobaan 3 35 putaran

Pada uji tensile dengan diameter klamer 0,3 mm rata-rata putarannya adalah 34.39 putaran.
Pada awal putaran tegangan yang dirasakan pada luas alat uji ringan kmudian semakin
bertambahnya putaran makin berat dan akhirnya klamer terputus. Jadi tegangan makasimun
yang dapat ditahan oleh klamer dengan diameter 0,3 mm rata-ratanya 34,33 putaran.

2. Percobaan 0,4 mm

Percobaan 1 34 putaran
Percobaan 2 38 putaran
Percobaan 3 36 putaran

Pada uji tensil dengan dengan diamter klamer 0,4mm rata-rata putarannya adalah 36 putaran.
Pada awwwal putaran tegangan yag dirasakan pada tuas alat uji ringan kemudian semakin
bertambahnya putaran makin berat san akhirnya klamer teroutus. Rata- rata tegangan
maksimun yang dapat ditahan oleh klamer diameter 0,4mm lebih besar dibanding diameter
0,3mm. Alasanya karena klamer 0,44 mm lebih tebal dibandingkan 0,3mm shingga tegangan
yang dibutuhkan untuk memutus klamer lebih besar.

Uji flexural

Pada uji flexural penggaris dibengkokkan mulai dari sudut 10° pada sudut 10°-30° tidak ada
perubahan. Pada sudut 40° penggaris mulai membengkok dan terus membengkok hingga sudut
70°. Dan akhirnya patah disudut 80°. Jadi pada sudut 80° penggaris tidak mampu menahan
gaya yang diberikan sehingga penggaris tersebut patah.

1 12
0,4 mm 2 14
3 10
1 4
0,6 mm 2 5
3 4

1 3
0,8 mm 2 3,5
3 3

Klamer denan diameter 0,4 mm membutuhkan rata rata 12 gerakan untuk membuat klamer
terputus. Pada klamer dengan diameter 0,6 mm membutuhkan rata rata 4,33 gerakan untuk
membuat klamer terputus. Pada klamer dengan diamter 0,8 mm membutuhkan rata rata 3,17
gerakan untuk membuat klamer terputus. Jadi semakin tebal diameter klamer maka ketika
dibengkokkan sejauh 30° akan semakin muduh terputus

BAB V
Kesimpulan
Kesimpulan

 Pada uji tensile, semakin besar diameter klamer maka semakin besar tegangan
maksimum yang dapat ditahan klamer.
 Pada uji fleksural, penggaris akan patah ketika dibengkokkan paa sudut 80°
 Pada uji fatigue, semakin besar diameter mak semakin mudah klamer tersebut terputus
 Pada uji kekerasan, semakin tinggi nilai hardness suatu spesimen maka spesimen
tersebut makin keras. Selain itu jika dibuat goresan dengan kekuatan yang sama
semakin dangkal bekas goresan maka semakin kuat spesimen tersebut.
Daftar Pustaka
1. Surdia, Tata dan Shinroku, Saitou. 2008. Pengetahuan Bahan.
Departemen Metalurgi dan Material FTUI: Jakarta
2. Van Noort, Richard. 2007. Introduction to Dental Materials.
London: Elsevier
3. Anusavice, K.J. 2003. Phillips Science of Dental Materials. 11th
ed. W.B. Saunders Company. Philadelphia

Anda mungkin juga menyukai