1
GROUP
KNOWLEDGE + SKILL
2
PENYUSUNAN METODE KERJA
Umum
3
PENYUSUNAN METODE KERJA
4
PENYUSUNAN METODE KERJA
6
PENYUSUNAN METODE KERJA
8
PENYUSUNAN METODE KERJA
Perhitungan kebutuhan peralatan konstruksi
dan jadwal kebutuhan peralatan konstruksi dan
jadwal kebutuhan peralatan
Perhitungan kebutuhan tenaga kerja dan jadwal
kebutuhan tenaga kerja (tukang dan pekerja).
perhitungan kebutuhan material dan jadwal
kebutuhan material
dokumen lainnya sebagai penjelasan dan
pendukung perhitungan dan kelengkapan yang
diperlukan.
9
METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI
(CONSTRUCTION METHODE)
Kontrak Kerja
(Surat Perintah Kerja)
Syarat Gambar Rencana Daftar Volume Jadwal Waktu Keadaan Non Teknis dan
(Umum/Khusus) Dan Spesifikasi Pekerjaan (BoQ) (Induk) Ekonomis Lapangan
Metode
Pelaksanaan Sumberdaya
Konstruksi Kontraktor
13
GROUP
KNOWLEDGE + SKILL
PEKERJAAN PERSIAPAN
14
SITE PLAN (RENCANA TATA LETAK LAPANGAN)
15
GROUP
KNOWLEDGE + SKILL
SUB STRUKTUR
16
GROUP
KNOWLEDGE + SKILL
17
METODE PELAKSANAAN
GALIAN BASEMENT
18
1. PEKERJAAN PERSIAPAN
Sebelum proses penggalian dilaksanakan hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Kedalaman galian
- Cek stabilitas lereng, apakah dapat digali secara open cut dengan
membentuk slope (cek tinggi kritis & kemiringan slope)
- Untuk lahan yang sempit apakah diperlukan dinding penahan tanah ~
Temporary (sheet pile, sheet pile+Anchor, dll) ~
Permanent (soldier pile, diafragma wall, dll)
2. Pengaturan arah manuver alat berat dan dump truck yang baik dengan
memperhatikan site installation yang ada.
3. Pemilihan, jumlah dan komposisi alat gali yang digunakan berdasarkan
waktu pelaksanaan dan lokasi proyek.
4. Jalan kerja yang memenuhi syarat.
5. Pemeliharaan lingkungan sekitar proyek (debu, lumpur bekas material
galian, dll)
19
CONTOH ARAH DAN MANUVER ALAT BERAT
DAN DUMP TRUCK
Ramp
naik
Lokasi Galian
Loading
Tempat
cuci
DT
Ramp
turun
21
2. METODE PEKERJAAN GALIAN
1. Galian tahap-1, penggalian dilakukan Backhoe dan material langsung di dumping
ke Dump Truck (posisi dump truck yang optimal dimana sudut swing bucket
backhoe 45o ~ 90o), tinggi galian sesuai perhitungan tinggi kritis
Galian Tahap - 1
2. Galian tahap-2, lereng hasil penggalian tahap-1 harus diproteksi dari gerusan air
hujan dgn menggunakan terpal plastik (plastik sheet) dan galian tahap kedua dapat
dilaksanakan dengan metode yang sama pada tahap-1
Galian Tahap - 1
. Galian Tahap - 2
Buat ramp masuk dan ramp keluar untuk alat berat dan DT dengan kemiringan maximim
22 15
%
3. Penggalian dilanjutkan sampai elevasi rencana, untuk penggalian di
bawah muka air tanah dilakukan pekerjaan dewatering.
4. Hasil galian tanah dibuang ke lokasi disposal area, diusahakan jarak
disposal dicari jarak terdekat dan yang perlu diperhatikan diusahakan
tanah galian tidak berjatuhan di jalan dengan cara menutup bak dump
truck dengan terpal.
Loading ke dump truck
Excavation
Dumping dilokasi
disposal area
23
Foto-Foto Dokumentasi
24
GROUP
KNOWLEDGE + SKILL
SODIER PILE
25
METODE PELAKSANAAN
DINDING PENAHAN TANAH
DENGAN SISTEM SOLDIER PILE
ALAT :
BAHAN :
27
URUTAN PELAKSANAAN BENTONITE PILE
TREMIE
CASING
CASING
STEEL PILE
32
TEMPORARY STEEL SHEET PILE
ALAT :
BAHAN :
- Sheet Pile
- Kawat Las
- Material Bantu, dll
33
METODE PELAKSANAAN
area galian
Pintu Pintu
Masuk Keluar
34
3. Lakukan penumpukkan sheet pile sedekat mungkin dengan lokasi
pemancangan sehingga dapat dijangkau langsung oleh Crawler Crane,
sehingga penggunaan Crane service dapat diminimalkan.
UNP
35
5. Lakukan pemancangan sheet pile sesuai urutan yang telah ditentukan
dengan menggunakan Crawler Crane 35/45 Ton + Vibro Hammer 60 KVa
dan Genset 250 KVa.
36
5. Lakukan pemancangan sheet pile sesuai urutan yang telah ditentukan
dengan menggunakan Crawler Crane 35/45 Ton + Vibro Hammer 60 KVa
dan Genset 250 KVa.
37
1m
38
1m
Setelah 10~15 sheet pile pemancangan dapat dilanjutkan sampai elevasi rencana
dan pemancangan dapat dilanjutkan sesuai urutan yang sama.
Hal yang harus mendapat perhatian :
- Kecenderungan sheet pile selalu miring ke arah pemancangan (membentuk
kipas) akibat getaran vibro & pemancangan tidak tegak lurus, hal ini dapat diatasi
dengan alat bantu katrol untuk menarik sheet pile menjadi lurus setelah selesai
pemancangan.
- Jika berdasarkan perhitungan konstruksi sheet pile free standing tidak mampu
menahan geser dan guling akibat tekanan tanah aktif dapat ditambah dengan
walling beam + anchor. 39
GROUP
KNOWLEDGE + SKILL
DIAPHRAGM WALL
40
METODE PELAKSANAAN
DIAPHRAGM WALL
ALAT :
Dia. 16
1200
Dia. 12
@300ctc
Galian pertama
Primary Panel
43
1 2
44
1 2 3
45
1 2 3 4
Pump
46
1 2 3 4 5
Pump
Galian pertama Galian pertama Galian ketiga Pengeluaran bentonite Pemasangan CWS
Primary Panel Primary Panel Primary Panel galian & pembersihan dgn Joint & Pembesian
bentonite baru
47
1 2 3 4 5
Pump
Galian pertama Galian pertama Galian ketiga Pengeluaran bentonite Pemasangan CWS
Primary Panel Primary Panel Primary Panel galian & pembersihan dgn Joint & Pembesian
bentonite baru
48
1 2 3 4 5 6
Pump
Galian pertama Galian pertama Galian ketiga Pengeluaran bentonite Pemasangan CWS Pengecoran beton
Primary Panel Primary Panel Primary Panel galian & pembersihan dgn Joint & Pembesian Primary Panel
bentonite baru
49
1 2 3 4 5 6 7
Pump
Galian pertama Galian pertama Galian ketiga Pengeluaran bentonite Pemasangan CWS Pengecoran beton Pengecoran beton
Primary Panel Primary Panel Primary Panel galian & pembersihan dgn Joint & Pembesian Primary Panel Primary Panel
bentonite baru selesai
50
1 2 3 4 5 6 7
Pump
Galian pertama Galian pertama Galian ketiga Pengeluaran bentonite Pemasangan CWS Pengecoran beton Pengecoran beton
Primary Panel Primary Panel Primary Panel galian & pembersihan dgn Joint & Pembesian Primary Panel Primary Panel
bentonite baru selesai
Galian pertama
Adjoining
Successive Panel
(sebelum beton
mengeras)
51
1 2 3 4 5 6 7
Pump
Galian pertama Pengeluaran bentonite Pemasangan CWS Pengecoran beton Pengecoran beton
Galian pertama Galian ketiga Primary Panel Primary Panel
Primary Panel Primary Panel Primary Panel galian & pembersihan dgn Joint & Pembesian
bentonite baru selesai
8 9
Pump
Galian pertama Pengeluaran bentonite Pemasangan CWS Pengecoran beton Pengecoran beton
Galian pertama Galian ketiga Primary Panel Primary Panel
Primary Panel Primary Panel Primary Panel galian & pembersihan dgn Joint & Pembesian
bentonite baru selesai
8 9 10
Pump
Galian pertama Pengeluaran bentonite Pemasangan CWS Pengecoran beton Pengecoran beton
Galian pertama Galian ketiga Primary Panel Primary Panel
Primary Panel Primary Panel Primary Panel galian & pembersihan dgn Joint & Pembesian
bentonite baru selesai
8 9 10 11
Pump
Galian pertama Galian pertama Galian ketiga Pengeluaran bentonite Pemasangan CWS Pengecoran beton Pengecoran beton
Primary Panel Primary Panel Primary Panel galian & pembersihan dgn Joint & Pembesian Primary Panel Primary Panel
bentonite baru selesai
8 9 10 11 12
Galian pertama Galian kedua Adjoining Pembongkaran Pemasangan CWS Form Pengecoran successive
Adjoining Successive Panel CWS Joint Form pembesian dan panel selesai dilanjutkan
Successive Panel pengecoran, setelah galian sisi sebelahnya
(sebelum beton pembersihan bentonite
mengeras)
55
1 2 3 4 5 6 7
Pump
Galian pertama Pengeluaran bentonite Pemasangan CWS Pengecoran beton Pengecoran beton
Galian pertama Galian ketiga Primary Panel Primary Panel
Primary Panel Primary Panel Primary Panel galian & pembersihan dgn Joint & Pembesian
bentonite baru selesai
8 9 10 11 12
DEWATERING
61
METODE PELAKSANAAN
DEWATERING SISTEM WELL POINT
PENDAHULUAN
63
3. Buat bak penampung air sirkulasi pengeboran berupa galian tanah
yang dilapisi semen.
4. Laksanakan pengeboran tanah dengan mesin bor, jumlah lubang dan
diameter serta kedalaman galian harus sesuai dengan rencana.
5. Masukkan pipa PVC yang telah dilubangi kedalam lubang bor secara
bertahap.
6. Isi rongga antara lubang pengeboran dan casing PVC dengan koral
gundu.
7. Buat saluran pembuangan air dari hasil dewatering.
64
SELANG AIR
HIDROLIK
MESIN AIR
MESIN BOR
AIR
PENGEBORAN TANAH
UNTUK DEWATERING
PIPA BOR
65
8. Pasang dan operasikan pompa submersible secara otomatis
kedalam casing PVC, dengan mengatur :
66
MANOMETER PUMP
PANEL
KONSTRUKSI SUMUR
DEWATERING
PIPA GALVANIS
ELEKTRODA
MOTOR POMPA ( UTK MENDETEKSI TINGGI RENDAHNYA
AIR SUMURAN )
TERBUKA
67
GROUP
KNOWLEDGE + SKILL
68
METODE PELAKSANAAN
PONDASI TIANG PANCANG FRANKI
1. Pipa baja dengan ujung bawah terbuka, diletakkan di atas tanah tepat pada
titik (patok) tiang. Batu koral lalu dimasukkan ke alam pipa yang kosong itu
dengan menggunakan suatu alat yang dinamakan “skip” setinggi kurang
lebih 0,6 - 1,0 meter di dalam pipa. Koral dipadatkan dengan tumbukan palu
/ drop hammer di dalam pipa sehingga melekat menjadi suatu sumbat pada
ujung pipa. Palu penumbuk (drop hammer) berbobot lebih kurang 3,2 ton.
69
METODE PELAKSANAAN
PONDASI TIANG PANCANG FRANKI
3. Setelah mencapai kedalaman yang diharapkan, pipa ditahan dengan sling
dan sumbat koral yang terdapat di dalam pipa dipukul hingga lepas dan
keluar dari pipa. Beton kering lalu diisikan sedikit demi sedikit ke dalam pipa
untuk pembuatan pembesaran (bulb) atau enlarged base.
4. Volume beton yang digunakan dalam pembuatan bulb disesuaikan dengan
kekerasan tanah dan pada umumnya adalah antara 0,14 m3 (satu skip)
hingga 0,84 m3 (enam skip). Jumlah pukulan pada satu skip (0,14 m3)
beton terakhir harus tidak kurang dari 40 kali dengan tinggi jatuh palu
minimum 4,8 meter atau hingga energi yang sama tercapai.
5. Keranjang besi terdiri ari 6 dia. 22 mm besi utama yang dililit spiral dia. 8
mm jarak 20 cm untuk seluruh panjang tiang Franki.
Keranjang besi tersebut lalu dimasukkan ke dalam pipa dan merupakan
pembesian dari tiang pondasi. Keranjang besi dibuat sepanjang tiang sendiri
dengan tambahan ± 0,90 meter stek untuk masuk ke dalam poer.
untuk penyambungan, maka “over-lapping” besi utama adalah ± 90 cm.
Pada ujung keranjang besi dan pada sambungan d las titik agar lebih kuat.
70
METODE PELAKSANAAN
PONDASI TIANG PANCANG FRANKI
6. Tiang Franki lalu dibuat dengan mengecor beton ke dalam pipa sedikit demi
sedikit disertai dengan pemadatan sambil pipa sedikit demi sedikit dicabut.
Beton yang digunakan dalam pengecoran adalah dengan mutu K-225 dan
faktor air semen tidak lebih dari 0,40 dan slump berkisar antara 0 - 2,50 cm.
Pengecoran beton diakhiri dengan penambahan setinggi lebih kurang 30 cm -
50 cm agar beton pada ketinggian yang diinginkan terjamin baik dan keras.
7. Susunan campuran beton yang berdasarkan volume untuk tiang Franki adalah
1 : 2¼ : 3¼
Per meter kubik beton :
Semen = 345,00 Kg
Pasir = 0,62 m3
Split 2/3 = 0,90 m3
Air = 134,00 liter
Tiang Franki yang selesai dilaksanakan harus tahan memikul beban
kerja sebesar 130 ton
71
PERALATAN PEMANCANGAN
CASING 10 - 15 M
RING Æ 50 CM
BESI Æ 22 (POLOS)
MUKA TANAH
CASING 10 -15 M
TUMPAHAN SPEET
DARI SKIP
MUKA TANAH
CASING 10 -15 M
PENUMBUKAN SUMBAT
DENGAN HAMMER
CASING 10 - 15 M
MUKA TANAH
CASING 10 -15 M
RING Æ 50 CM
BESI Æ 22
(POLOS)
74
LANGKAH 3 :
PENUMBUKAN SUMBAT
SAMPAI TANAH KERAS
MUKA TANAH
SPLEET
MUKA TANAH
MUKA TANAH
HAMMER 3,2 TON
CASING 10 - 15 M
SPLEET
ELEVASI TANAH KERAS
BULB
77
LANGKAH 5 :
PEMASUKAN
KERANJANG BESI
KERANJANG BESI
BESI 6Æ22 (ULIR)
SENGKANG Æ8 - 15
MUKA TANAH
BULB
78
LANGKAH 6 :
PENGECORAN BETON
MUKA TANAH
KERANJANG BESI
BESI 6Æ22 (ULIR)
SENGKANG Æ8 - 15
ADUKAN BETON KERAS
79
PEKERJAAN TIANG FRANKI SELESAI
CASING 10 - 15 M
MUKA TANAH
80
POTONGAN
PONDASI FRANKI
BULB
81
PELAKSANAAN PENGEBORAAN
FRANKI PILE 82
PELAKSANAAN PENGEBORAAN
FRANKI PILE
83
PEMBESARAN UJUNG PONDASI
SETELAH DITUMBUK
84
GROUP
KNOWLEDGE + SKILL
85
METODE PELAKSANAAN
PONDASI TIANG
PRECAST
86
METODE :
A. PERSIAPAN
1. Penentuan alat pancang yang digunakan :
Peralatan pancang yang dipakai harus mempunyai efisiensi dan
energi yang memadai.
88
3. Rencanakan urutan pemancangan, dengan pertimbangan kemudahan
manuver alat. Lokasi stock material agar diletakkan dekat dengan lokasi
pemancangannya.
89
B. PROSES PEMANCANGAN
90
8. Pemancangan dapat dihentikan sementara untuk penyambungan batang
berikutnya bila level kepala tiang telah mencapai level muka tanah
sedangkan level tanah keras yang diharapkan belum tercapai.
Proses penyambungan tiang :
a. Tiang diangkat dan kepala tiang dipasang pada helmet seperti yang
dilakukan pada batang pertama.
b. Ujung bawah tiang didudukkan di atas kepala tiang yang pertama
sedemikian sehingga sisi-sisi pelat sambung kedua tiang telah berimpit
dan menempel menjadi satu.
c. Penyambungan dilakukan dengan pengelasan penuh di sekeliling
pertemuan kedua pelat ujung.
d. Tempat sambungan las dilapisi dengan anti karat.
10. Pemancangan tiang dapat dihentikan (selesai) bila ujung bawah tiang telah
mencapai lapisan tanah keras/final set yang ditentukan.
11. Pemotongan tiang pancang pada cut off level yang ditentukan sesuai shop
drawing ( lihat metode pemotongan kepala tiang).
91
C. QUALITY CONTROL
2. Toleransi :
Vertikalitas tiang diperiksa secara periodik selama prosespemancangan
berlangsung. Penyimpangan arah vertikal dibatasi tidak lebih dari 1 : 75 dan
penyimpangan arah horisontal dibatasi tidak lebih dari 75 mm
3. Penetrasi :
Tiang sebelum dipancang harus diberi tanda pada setiap setengah meter di
sepanjang tiang untuk mendeteksi penetrasi per setengah meter. Dicatat jumlah
pukulan untuk penetrasi setiap setengah meter.
4. Final set :
Pemancangan baru dapat dihentikan apabila telah dicapai final set sesuai
perhitungan.
92
LETAK TITIK ANGKAT TIANG :
Mmax = w L2/8
(a)
Mmax = w L2/32
(b)
Mmax = 0,021 w L2
(c)
93
Mmax = w L2 / 8
L
(d)
1/3 L
Mmax = w L2 / 18
2/3 L (e)
94
URUTAN PEMANCANGAN
Detail A
Tiang pancang
Kertas milimeter
Sambungan
Alat tulis
Las
A
Dudukan
96
97
TAHAPAN
PEKERJAAN
MULAI
PEKERJAAN PERSIAPAN
• Mobilisasi Peralatan
• Set up Mesin Bor
• Persiapan Keranjang
PEKERJAAN PONDASI
• Pembuatan Bored Pile
• Loading Test
PEKERJAAN DEMOBILISASI
98
SELESAI
PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero)
METODA PELAKSANAAN
I. PROSES PENGEBORAN
99
PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero)
II. PROSES PEMBERSIHAN LUBANG
101
PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero)
ALAT KERJA
Mesin Bor
Soilmec R412
Auger
Crane
102
PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero)
PROSES PENGEBORAN
103
PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero)
PROSES PEMBERSIHAN LUBANG
104
PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero)
PROSES PEMBERSIHAN LUBANG
105
PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero)
PROSES PEMBERSIHAN LUBANG
106
PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero)
PROSES PEMASUKAN KERANJANG BESI BETON
107
PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero)
PROSES PEMASANGAN TREMIE & PENGECORAN
108
PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero)
PROSES PENGANGKATAN TREMIE
109
PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero)
PROSES PENGECORAN
110
PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero)
PROSES PENGANGKATAN TREMIE
111
PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero)
MESIN BOR
112
MATA BOR
114
PENGUKURAN KEDALAMAN BORED PILE 115
PEMBERSIHAN SEBELUM DI COR 116
PENGECORAN
117
PEMBESIAN BORED PILE
118
GROUP
KNOWLEDGE + SKILL
LOADING TEST
119
LOADING TEST
KENTLEDGE SYSTEM
STANDARD : ASTM D 1143
WEIGHTS
CROSS BEAMS
TEST PLATE
DIAL GAGES
REFERENCE
BEAMS
120
LOADING TEST PROCEDURES
2. CYCLIC LOADING
Pembebanan dilakukan sampai dengan 200% beban rencana tiang.
Pembebanan diberikan bertahap dengan kenaikan 25% dari beban rencana
tiang sampai beban maksimum tertentu dan kemudian bebean dikurangi
bertahap sampai 0%, kemudian dilakukan pembebanan bertahap kembali
dengan beban maksimum yang lebih besar dan kemudian beban dikurangi
secara bertahap sampai 0%. Pembebanan tersebut dilakukan beberapa kali
sampai mencapai beban maksimum 200%.
121
Pembebanan tersebut dilakukan beberapa kali sampai mencapai beban
maksimum 200%.
122
CARA PEMBACAAN GRAFIK HASIL LOADING TEST
Dari pengamatan selama loading test, dibuat grafik-grafik untuk mendapatkan nilai
besarnya daya dukung tiang yang diijinkan. Grafik tersebut terdiri dari :
Untuk menentukan daya dukung tiang ijin ada beberapa metode yang dapat
digunakan. Sebagai contoh kami ambil Hasil Loading Test dari proyek Asrama
BPK Jakarta, yang dilaksanakan oleh PT JHS Piling System pada bulan Juli 2001
dan metode yang dipakai oleh Proyek Tambak Lorok Semarang thn 1995.
123
Analisis Kapasitas Ultimate Tiang Pancang
Proyek : Asrama BPK (pile 30x30)
1. Metode Chin (asumsi kurva Hiperbola)
Cycle Q max Penurunan Penurunan Penurunan
(ton) Total Sisa Elastik (D) mm
(mm) (mm)
I 25 0,46 0,13 0,33
II 50 5,40 2,60 2,80
III 65 27,20 22,41 4,79
D Q D/Q
(mm) (ton)
0 0 0
0,33 25 0,01
Dibuat grafik
2,80 50 0,06
4,79 65 0,07
124
Dari grafik D/Q vs D, diperoleh persamaan garis : y=0,0152 x + 0,0056
Q = D/(a + b D)
125
CARA PEMBACAAN GRAFIK LOADING TEST
(PROYEK TAMBAK LOROK)
CARA I : Metode Log P – Log S
400
300
P (ton)
200
100
80
60
40
20
2 4 6 8 10 20 30 40 50
s (mm)
Dibuat grafik P vs settlement pada skala logaritma. P ult diperoleh dari posisi
dimana terjadi perubahan kemiringan/gradien kurva. 126
CARA II : Metode s – log T
40
260
250
30 240
Pult = 240 ton
225
S (mm) 20
200
175
10 150
125
100
75
60
0 2 5 15 20
TIME (MINUTES)
Dibuat grafik waktu vs settlement untuk masing-masing beban dalam skala
logaritma. P ult diperoleh dari nilai dimana grafik mulai berubah tidak linier.
127
GROUP
KNOWLEDGE + SKILL
128
METODE PELAKSANAAN
PONDASI PLAT JALUR
131
132
Hasil Pengecoran Pondasi Plat Jalur 133
GROUP
KNOWLEDGE + SKILL
134
METODE PELAKSANAAN
PONDASI BATU KALI
PERSIAPAN
PEMBUATAN GALIAN
Bekas Galian
Papan Bouwplank
Bekas Galian
Tiang Bouwplank
Galian untuk Pondasi
136
URUGAN PASIR
Urugan Pasir
137
PASANGAN PONDASI
1/2b 1/2b t h
Muka Tanah
Profil
T H
Pasak penguat profil
Lot
1/2 B 1/2 B
b = lebar pasangan bagian atas
B = lebar pasangan bagian bawah B
t = Tinggi pasangan tegak muka (rollag)
T = Tinggi pasanga pondasi
h = Tinggi lantai dari muka tanah
H = Kedalaman galian tanah
2. Pasang benang pada sisi luar profil untuk setiap beda tinggi 25 cm
dari permukaan urugan pasir.
140
Profil Pondasi
Benang As - pasangan
Tebing Galian
Stek Kolom
142
PONDASI YANG TELAH SELESAI
PELAKSANAAN
PONDASI BATU KALI 143
PONDASI BATU KALI 144