Anda di halaman 1dari 144

GROUP

SKILL & ATITUTE

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

1
GROUP
KNOWLEDGE + SKILL

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

Maksud dan tujuan diberikan pelajaran ini agar para


peserta memiliki Kemampuan dan Atitute pada
waktu melaksanakan pekerjaan sebagai Inspector

2
PENYUSUNAN METODE KERJA

Umum

Metode pekerjaan atau yang biasa disebut “C-M”


(Construction Method) merupakan urutan
pelaksanaan pekerjaan yang logis dan praktis,
sehubungan dengan tersedianya sumber daya
yang dibutuhkan dalam kondisi lokasi kerja
tertentu guna memperoleh cara pelaksanaan yang
efektif dan efisien.

3
PENYUSUNAN METODE KERJA

Metode pelaksanaan pekerjaan tersebut telah


dibuat oleh kontraktor yang bersangkutan pada
waktu membuat ataupun mengajukan penawaran
pekerjaan. Dengan demikian “C-M” tersebut telah
diuji saat melakukan klarifikasi atas dokumen
tendernya terutama construction methodnya,
namun demikian tidak tertutup kemungkinan
bahwa pada waktu menjelang pelaksanaan atau
pada waktu pelaksanaan pekerjaan, “C-M” perlu
atau harus disempurnakan.

4
PENYUSUNAN METODE KERJA

Metode pelaksanaan yang ditampilkan dan


diterapkan merupakan cerminan dari
profesionalisme dari tim pelaksana proyek, yaitu
Manajer proyek dan perusahaan yang
bersangkutan. Karena itu dalam penilaian untuk
menentukan pemenang tender, penyajian metode
pelaksanaan mempunyai bobot penilaian yang
tinggi, yang diperhatikan bukan rendahnya nilai
penawaran harga, meskipun kita akui bahwa
rendahnya nilai penawaran merupakan jalan
untuk memperoleh peluang ditunjuk menjadi
pemenang tender /pelelangan.
5
PENYUSUNAN METODE KERJA

Dokumen metoda pelaksanaan pekerjaan terdiri


dari :
Project plan/ Site Plan
 Denah fasilitas proyek (jalan kerja, bangunan
fasilitas dan lain-lain)
 Lokasi pekerjaan
 Jarak angkut
 Komposisi alat (singkat / produktivitas alatnya)
 Kata-kata singkat (bukan kalimat panjang) dan
jelas mengenai urutan pelaksanaan

6
PENYUSUNAN METODE KERJA

Sketsa atau gambar bantu penjelasan


pelaksanaan pekerjaan
Uraian pelaksanaan pekerjaan
 Urutan pelaksanaan seluruh pekerjaan dalam
rangka penyelesaian proyek (urutan secara
global)
 Urutan pelaksanaan per pekerjaan atau per
kelompok pekerjaan yang perlu penjelasan lebih
detail. Biasanya yang ditampilkan adalah
kegiatan penting atau pekerjaan yang jarang
ada atau pekerjaan yang mempunyai nilai besar,
pekerjaan dominan (volume kerja besar).
7
PENYUSUNAN METODE KERJA

 Pekerjaan ringan atau umum dilaksanakan


biasanya cukup diberi uraian singkat mengenai
cara pelaksanaannya saja tanpa perhitungan
kebutuhan alat dan tanpa gambar / sket
penjelasan cara pelaksanaan pekerjaan

8
PENYUSUNAN METODE KERJA
 Perhitungan kebutuhan peralatan konstruksi
dan jadwal kebutuhan peralatan konstruksi dan
jadwal kebutuhan peralatan
 Perhitungan kebutuhan tenaga kerja dan jadwal
kebutuhan tenaga kerja (tukang dan pekerja).
 perhitungan kebutuhan material dan jadwal
kebutuhan material
 dokumen lainnya sebagai penjelasan dan
pendukung perhitungan dan kelengkapan yang
diperlukan.

9
METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI
(CONSTRUCTION METHODE)

Metode pelaksanaan konstruksi yang berbasis


mutu, K3 dan perlindungan lingkungan akan
menyakinkan bahwa pelaksanaan pekerjaan akan
terselesaikan dalam batas waktu dan dana yang
tersedia serta mutu maupun volume/dimensi
sesuai yang tercantum didalam dokumen kontrak.
Pemenuhan mutu, volume/ dimensi dalam proses
pelaksanaan konstruksi akan mengurangi
pekerjaan perbaikan atau pembongkaran dan
penqerjaan kembali penyelesaiannya, berarti
dapat mencapai tingkat efisiensi yang tinggi untuk
selanjutnya dapat meningkatkan daya saing.
10
METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI
(CONSTRUCTION METHODE)

Metode pelaksanaan konstruksi pada hakekatnya


adalah penjabaran tata cara dan teknik pelaksanaan
pekerjaan, merupakan inti dari seluruh kegiatan
dalam sistem manajemen pelaksanaan konstruksi.

Metode pelaksanaan konstruksi merupakan kunci


untuk dapat mewujudkan seluruh perencanaan/
desain menjadi bentuk konstruksil bangunan fisiko
Pada dasarnya metoda pelaksanaan konstruksi
merupakan penerapan konsep rekayasa berpijak
pada keterkaitan antara persyaratan dalam
dokumen kontrak, keadaan non teknis dan ekonomis
yang ada dilapangan, serta seluruh sumber daya
termasuk pengalaman kontraktor. 11
METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI
(CONSTRUCTION METHODE)

Kombinasi dan keterkaitan ketiga elemen secara


interaktif membentuk kerangka gagasan dan konsep
metode optimal yang diterapkan dalam pelaksanaan
konstruksi. Biasanya dituangkan dalam bentuk
bagan. Konsep metoda pelaksanaan mencakup
pemilihan dan penetapan yang berkaitan dengan
keseluruhan segi pekerjaan termasuk SMM (Sistem
Manajemen Mutu), SMK3 (Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja) dan SML (Sistem
Manajemen Lingkungan), serta pemilihan dan
penetapan sarana dan prasarana yang bersifat
sementara sekalipun. Secara ringkas dapat
digambarkan seperti matrik dibawah ini :
12
METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI
(CONSTRUCTION METHODE) SESUAI KEMAMPUAN
KONTRAKTOR

Kontrak Kerja
(Surat Perintah Kerja)

Syarat Gambar Rencana Daftar Volume Jadwal Waktu Keadaan Non Teknis dan
(Umum/Khusus) Dan Spesifikasi Pekerjaan (BoQ) (Induk) Ekonomis Lapangan

Metode
Pelaksanaan Sumberdaya
Konstruksi Kontraktor

13
GROUP
KNOWLEDGE + SKILL

PEKERJAAN PERSIAPAN

14
SITE PLAN (RENCANA TATA LETAK LAPANGAN)

15
GROUP
KNOWLEDGE + SKILL

SUB STRUKTUR

16
GROUP
KNOWLEDGE + SKILL

GALIAN TANAH BASEMENT

17
METODE PELAKSANAAN
GALIAN BASEMENT

18
1. PEKERJAAN PERSIAPAN
Sebelum proses penggalian dilaksanakan hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Kedalaman galian
- Cek stabilitas lereng, apakah dapat digali secara open cut dengan
membentuk slope (cek tinggi kritis & kemiringan slope)
- Untuk lahan yang sempit apakah diperlukan dinding penahan tanah ~
Temporary (sheet pile, sheet pile+Anchor, dll) ~
Permanent (soldier pile, diafragma wall, dll)
2. Pengaturan arah manuver alat berat dan dump truck yang baik dengan
memperhatikan site installation yang ada.
3. Pemilihan, jumlah dan komposisi alat gali yang digunakan berdasarkan
waktu pelaksanaan dan lokasi proyek.
4. Jalan kerja yang memenuhi syarat.
5. Pemeliharaan lingkungan sekitar proyek (debu, lumpur bekas material
galian, dll)

19
CONTOH ARAH DAN MANUVER ALAT BERAT
DAN DUMP TRUCK

Ramp
naik
Lokasi Galian

Loading

Tempat
cuci
DT
Ramp
turun

Pintu Lokasi Direksi Keet


Masuk Pintu
Keluar20
POSISI ALAT BERAT & DT UNTUK MENGHASILKAN
PRODUKSI GALIAN YANG OPTIMAL

21
2. METODE PEKERJAAN GALIAN
1. Galian tahap-1, penggalian dilakukan Backhoe dan material langsung di dumping
ke Dump Truck (posisi dump truck yang optimal dimana sudut swing bucket
backhoe 45o ~ 90o), tinggi galian sesuai perhitungan tinggi kritis

Galian Tahap - 1

2. Galian tahap-2, lereng hasil penggalian tahap-1 harus diproteksi dari gerusan air
hujan dgn menggunakan terpal plastik (plastik sheet) dan galian tahap kedua dapat
dilaksanakan dengan metode yang sama pada tahap-1

Galian Tahap - 1
. Galian Tahap - 2

Buat ramp masuk dan ramp keluar untuk alat berat dan DT dengan kemiringan maximim
22 15
%
3. Penggalian dilanjutkan sampai elevasi rencana, untuk penggalian di
bawah muka air tanah dilakukan pekerjaan dewatering.
4. Hasil galian tanah dibuang ke lokasi disposal area, diusahakan jarak
disposal dicari jarak terdekat dan yang perlu diperhatikan diusahakan
tanah galian tidak berjatuhan di jalan dengan cara menutup bak dump
truck dengan terpal.
Loading ke dump truck

Excavation

Hauling ke disposal area

Dumping dilokasi
disposal area

23
Foto-Foto Dokumentasi

24
GROUP
KNOWLEDGE + SKILL

SODIER PILE

25
METODE PELAKSANAAN
DINDING PENAHAN TANAH
DENGAN SISTEM SOLDIER PILE

ALAT :

- Alat bor terdiri dari crawler crane, auger dan kelly


- Alat ukur theodolit dan waterpass
- Patok-patok untuk tanda pengukuran
- Pompa submersible untuk pengecoran bentonite
- Pipa tremie untuk pengecoran
- Casing
- Bucket untuk membersihkan lumpur dan kotoran dari lubang bor

BAHAN :

- Campuran bentonite, air dan semen (bentonite adalah tanah lempung


(clay)
dengan kadar montmorillonite yang tinggi).
- Besi beton
- Adukan beton 26
METODE PELAKSANAAN

URUTAN PEKERJAAN (tampak atas)


1. Pengeboran untuk Bentonite Pile

2. Pengecoran Bentonite. Bentonite

3. Pengeboran Concrete Pile. Dilaksanakan setelah pengecoran


bentonite di sebelahnya berumur lebih kurang 3 hari.
as concrete pile
10 cm
as bentonite pile

4. Pengecoran Concrete Bored Pile.


Bored pile

27
URUTAN PELAKSANAAN BENTONITE PILE

TREMIE

CASING

1. Bor tanah 2. Pasang casing 3. Bersihkan 4. Masukkan


5. Cabut casing. 6. Tiang bentonite
sampai & terus dibor lubang dengan campuran
selesai dicor.
kedalaman 3 m. sampai elevasi bucket dari bentonite & 28
rencana. kotoran & semen.
lumpur.
URUTAN PELAKSANAAN BORED PILE

CASING

1. Bor tanah 2. Pasang casing 3. Bersihkan 4. Masukkan 5. Pengecoran 6. Cabut 7. Concrete


sampai & terus dibor lubang dengan besi tulangan beton dengan casing. bored pile
kedalaman 3 m. sampai elevasi bucket dari yang telah tremie. selesai
29 dicor.
rencana. kotoran & dirakit.
lumpur.
30
31
GROUP
KNOWLEDGE + SKILL

STEEL PILE

32
TEMPORARY STEEL SHEET PILE

ALAT :

- Crawler Crane Kapasitas 35/45 Ton


- Vibro Hammer 60 KVa
- Genset 250 KVa
- Mesin Las
- Manual Katrol
- Theodolit
- Alat Bantu, dll

BAHAN :

- Sheet Pile
- Kawat Las
- Material Bantu, dll

33
METODE PELAKSANAAN

1. Lakukan perhitungan analisis untuk mengecek kedalaman sheet pile yang


tertanam berdasarkan type sheet pile yang dipakai dan data tanah hasil soil
investigation. (Cek Perhitungan).
2. Pengukuran area pemancangan sheet pile dengan menggunakan theodolite

area sheet pile

area galian

Lokasi Direksi Keet

Pintu Pintu
Masuk Keluar
34
3. Lakukan penumpukkan sheet pile sedekat mungkin dengan lokasi
pemancangan sehingga dapat dijangkau langsung oleh Crawler Crane,
sehingga penggunaan Crane service dapat diminimalkan.

4. Untuk mendapatkan hasil pemancangan yang lurus dapat dilakukan dengan


pemasangan Guide Wall terlebih dahulu
H-Beam

UNP

35
5. Lakukan pemancangan sheet pile sesuai urutan yang telah ditentukan
dengan menggunakan Crawler Crane 35/45 Ton + Vibro Hammer 60 KVa
dan Genset 250 KVa.

36
5. Lakukan pemancangan sheet pile sesuai urutan yang telah ditentukan
dengan menggunakan Crawler Crane 35/45 Ton + Vibro Hammer 60 KVa
dan Genset 250 KVa.

37
1m

Pastikan pemancangan pertama tegak lurus, karena akan berpengaruh


terhadap ketegakan sheet pile berikutnya. Pemancangan hanya sampai
elevasi + 1.00 m‟ di atas level rencana, karena connecting antar sheet pile
dapat mengakibatkan sheet pile yang telah terpancang amblas sewaktu
pemancangan sheet pile sebelahnya.

38
1m

Setelah 10~15 sheet pile pemancangan dapat dilanjutkan sampai elevasi rencana
dan pemancangan dapat dilanjutkan sesuai urutan yang sama.
Hal yang harus mendapat perhatian :
- Kecenderungan sheet pile selalu miring ke arah pemancangan (membentuk
kipas) akibat getaran vibro & pemancangan tidak tegak lurus, hal ini dapat diatasi
dengan alat bantu katrol untuk menarik sheet pile menjadi lurus setelah selesai
pemancangan.
- Jika berdasarkan perhitungan konstruksi sheet pile free standing tidak mampu
menahan geser dan guling akibat tekanan tanah aktif dapat ditambah dengan
walling beam + anchor. 39
GROUP
KNOWLEDGE + SKILL

DIAPHRAGM WALL

40
METODE PELAKSANAAN
DIAPHRAGM WALL

ALAT :

- Excavating Crane (Crawler Crane 100 Ton)


- Excavating Clampshell Grab 8 Ton
- Bentonite Mixing Unit
- Bentonite re-Cycling Unit 100 m3/hr
- Bentonite Storage 30~60 m3
- Service Crane (Crawler Crane 60 Ton)
- Various Pump and Tremie Pipes for re-Cycling (Submersible Pump 3”-
6”)
- Construction Joint Water Stop (CWS) Form
- Excavator PC 200
- Dump truck
- Generator Set 150 KVA
- Welding Machine
- Theodolite & Water pass
- Dan lain-lain
41
METODE PELAKSANAAN
1. Pekerjaan persiapan meliputi : mobilisasi alat, clearing & grubbing,
pengukuran, dll
2. Pembuatan guide wall sebagai panduan untuk kelurusan dan platform alat
pengeboran dinding diafragma, konstruksi seperti gambar dibawah.
CL
350 350

Slurry Level Ground Level

Dia. 16
1200

Dia. 12
@300ctc

300 Width of DW + 5 300


cm

3. Adapun urutan pelaksanaan Diafragma Wall adalah sebagai berikut :


42
1

Galian pertama
Primary Panel

43
1 2

Galian pertama Galian kedua


Primary Panel Primary Panel

44
1 2 3

Galian pertama Galian pertama Galian ketiga


Primary Panel Primary Panel Primary Panel

45
1 2 3 4

Exc. bentonite Clean bentonite

Pump

Galian pertama Galian pertama Galian ketiga Pengeluaran bentonite


Primary Panel Primary Panel Primary Panel galian & pembersihan dgn
bentonite baru

46
1 2 3 4 5

Exc. bentonite Clean bentonite CWS Joint Suspension bar


with Waterstop

Pump

Galian pertama Galian pertama Galian ketiga Pengeluaran bentonite Pemasangan CWS
Primary Panel Primary Panel Primary Panel galian & pembersihan dgn Joint & Pembesian
bentonite baru

47
1 2 3 4 5

Exc. bentonite Clean bentonite CWS Joint Suspension bar


with Waterstop

Pump

Galian pertama Galian pertama Galian ketiga Pengeluaran bentonite Pemasangan CWS
Primary Panel Primary Panel Primary Panel galian & pembersihan dgn Joint & Pembesian
bentonite baru

48
1 2 3 4 5 6

Exc. bentonite Clean bentonite CWS Joint Suspension bar


with Waterstop

Pump

Galian pertama Galian pertama Galian ketiga Pengeluaran bentonite Pemasangan CWS Pengecoran beton
Primary Panel Primary Panel Primary Panel galian & pembersihan dgn Joint & Pembesian Primary Panel
bentonite baru

49
1 2 3 4 5 6 7

Exc. bentonite Clean bentonite CWS Joint Suspension bar


with Waterstop

Pump

Galian pertama Galian pertama Galian ketiga Pengeluaran bentonite Pemasangan CWS Pengecoran beton Pengecoran beton
Primary Panel Primary Panel Primary Panel galian & pembersihan dgn Joint & Pembesian Primary Panel Primary Panel
bentonite baru selesai

50
1 2 3 4 5 6 7

Exc. bentonite Clean bentonite CWS Joint Suspension bar


with Waterstop

Pump

Galian pertama Galian pertama Galian ketiga Pengeluaran bentonite Pemasangan CWS Pengecoran beton Pengecoran beton
Primary Panel Primary Panel Primary Panel galian & pembersihan dgn Joint & Pembesian Primary Panel Primary Panel
bentonite baru selesai

Galian pertama
Adjoining
Successive Panel
(sebelum beton
mengeras)
51
1 2 3 4 5 6 7

Exc. bentonite Clean bentonite CWS Joint Suspension bar


with Waterstop

Pump

Galian pertama Pengeluaran bentonite Pemasangan CWS Pengecoran beton Pengecoran beton
Galian pertama Galian ketiga Primary Panel Primary Panel
Primary Panel Primary Panel Primary Panel galian & pembersihan dgn Joint & Pembesian
bentonite baru selesai

8 9

Galian pertama Galian kedua Adjoining


Adjoining Successive Panel
Successive Panel
(sebelum beton
mengeras)
52
1 2 3 4 5 6 7

Exc. bentonite Clean bentonite CWS Joint Suspension bar


with Waterstop

Pump

Galian pertama Pengeluaran bentonite Pemasangan CWS Pengecoran beton Pengecoran beton
Galian pertama Galian ketiga Primary Panel Primary Panel
Primary Panel Primary Panel Primary Panel galian & pembersihan dgn Joint & Pembesian
bentonite baru selesai

8 9 10

Galian pertama Galian kedua Adjoining Pembongkaran


Adjoining Successive Panel CWS Joint Form
Successive Panel
(sebelum beton
mengeras)
53
1 2 3 4 5 6 7

Exc. bentonite Clean bentonite CWS Joint Suspension bar


with Waterstop

Pump

Galian pertama Pengeluaran bentonite Pemasangan CWS Pengecoran beton Pengecoran beton
Galian pertama Galian ketiga Primary Panel Primary Panel
Primary Panel Primary Panel Primary Panel galian & pembersihan dgn Joint & Pembesian
bentonite baru selesai

8 9 10 11

Galian pertama Galian kedua Adjoining Pembongkaran Pemasangan CWS Form


Adjoining Successive Panel CWS Joint Form pembesian dan
Successive Panel pengecoran, setelah
(sebelum beton pembersihan bentonite
mengeras)
54
1 2 3 4 5 6 7

Exc. bentonite Clean bentonite CWS Joint Suspension bar


with Waterstop

Pump

Galian pertama Galian pertama Galian ketiga Pengeluaran bentonite Pemasangan CWS Pengecoran beton Pengecoran beton
Primary Panel Primary Panel Primary Panel galian & pembersihan dgn Joint & Pembesian Primary Panel Primary Panel
bentonite baru selesai

8 9 10 11 12

Galian pertama Galian kedua Adjoining Pembongkaran Pemasangan CWS Form Pengecoran successive
Adjoining Successive Panel CWS Joint Form pembesian dan panel selesai dilanjutkan
Successive Panel pengecoran, setelah galian sisi sebelahnya
(sebelum beton pembersihan bentonite
mengeras)
55
1 2 3 4 5 6 7

Exc. bentonite Clean bentonite CWS Joint Suspension bar


with Waterstop

Pump

Galian pertama Pengeluaran bentonite Pemasangan CWS Pengecoran beton Pengecoran beton
Galian pertama Galian ketiga Primary Panel Primary Panel
Primary Panel Primary Panel Primary Panel galian & pembersihan dgn Joint & Pembesian
bentonite baru selesai

8 9 10 11 12

Galian kedua Adjoining Pembongkaran Pemasangan CWS Form Pengecoran successive


Galian pertama Successive Panel CWS Joint Form pembesian dan panel selesai dilanjutkan
Adjoining pengecoran, setelah galian sisi sebelahnya
Successive Panel pembersihan bentonite
(sebelum beton
mengeras)
56
57
FOTO PELAKSANAAN DIAFRAGMA WALL
58
59
60
GROUP
KNOWLEDGE + SKILL

DEWATERING

61
METODE PELAKSANAAN
DEWATERING SISTEM WELL POINT
PENDAHULUAN

Pada pembangunan gedung bertingkat saat ini sering dibuat basement


dengan berbagai alasan diantaranya menambah ruang dan alasan lain
seperti bila dijumpai tanah lembek. Untuk melaksanakan basement maka
penggalian tidak dapat dihindarkan dan bilamana muka air tanah tinggi
serta pada lapis yang tembus air, maka pemompaan harus dilakukan
sebagai upaya untuk pengeringan lahan agar memungkinkan pelaksanaan
konstruksi.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengatasi situasi ini ialah
dengan menggunakan metode pengatusan dengan pemompaan yang
dilakukan dengan sumur titik ( well point system).
PEKERJAAN PERSIAPAN

1. Tentukan letak titik dan kedalaman rencana pengeboran.


2. Menyiapkan casing pipa PVC dengan urutan sebagai berikut :
a. Lubangi pipa casing pada bagian ujung yg akan terendam air dengan
diameter lubang sesai shopdrawing, dengan menggunakan alat bor.
b. Bungkus lubang-lubang pipa tersebut dengan kawat ayam / plastik 62
filter.
PEMBUATAN LUBANG PADA UJUNG PIPA

MEMBUNGKUS PIPA LUBANG


DENGAN KAWAT AYAM

63
3. Buat bak penampung air sirkulasi pengeboran berupa galian tanah
yang dilapisi semen.
4. Laksanakan pengeboran tanah dengan mesin bor, jumlah lubang dan
diameter serta kedalaman galian harus sesuai dengan rencana.
5. Masukkan pipa PVC yang telah dilubangi kedalam lubang bor secara
bertahap.
6. Isi rongga antara lubang pengeboran dan casing PVC dengan koral
gundu.
7. Buat saluran pembuangan air dari hasil dewatering.

LUBANG HASIL BOR PIPA CASING PVC


SIAP DIPASANG PIPA / DIMASUKKAN
CASING PVC DALAM SUMUR

64
SELANG AIR

SELING KAKI PIPA

HIDROLIK

MESIN AIR

MESIN BOR

AIR

PENGEBORAN TANAH
UNTUK DEWATERING
PIPA BOR

65
8. Pasang dan operasikan pompa submersible secara otomatis
kedalam casing PVC, dengan mengatur :

a. Rangkaian pompa submersible dengan pipa galvanis


b. Letak manometer, stop kran, check valve ( untuk mengetahui dan
mengatur tekanan / debit air ).
c. Letak water level control/elektrode ( untuk mengatur tinggi
rendahnya permukaan air di dalam sumur sebagai pengamanan
pompa ).
d. Letak panel kontrol dan instalasi listrik.

9. Merk-merk pompa dewatering yang sering digunakan Torishima,


Ebara, dll

66
MANOMETER PUMP

PANEL

GRAVEL / KORAL GUNDU PIPA PVC

KONSTRUKSI SUMUR
DEWATERING
PIPA GALVANIS

POMPA DI CEK TIAP 3 MINGGU


UNTUK MEMBERSIHKAN LUMPUR
FILTER POMPA

ELEKTRODA
MOTOR POMPA ( UTK MENDETEKSI TINGGI RENDAHNYA
AIR SUMURAN )

TERBUKA

67
GROUP
KNOWLEDGE + SKILL

PONDASI PANCANG FRANKI PILE

68
METODE PELAKSANAAN
PONDASI TIANG PANCANG FRANKI

1. Pipa baja dengan ujung bawah terbuka, diletakkan di atas tanah tepat pada
titik (patok) tiang. Batu koral lalu dimasukkan ke alam pipa yang kosong itu
dengan menggunakan suatu alat yang dinamakan “skip” setinggi kurang
lebih 0,6 - 1,0 meter di dalam pipa. Koral dipadatkan dengan tumbukan palu
/ drop hammer di dalam pipa sehingga melekat menjadi suatu sumbat pada
ujung pipa. Palu penumbuk (drop hammer) berbobot lebih kurang 3,2 ton.

2. Pemancangan pipa besi dilakukan dengan cara menumbuk sumbat koral


pada ujung pipa sehingga mencapai kedalaman yang diinginkan.
Kedalaman pemancangan ditentukan melalui data yang diperoleh dari
penyelidikan tanah dan kalendering pada setiap titik. Pemancangan
dihentikan apabila penurunan pipa tidak lebih dari 30 mm dalam 10
pukulan, dengan tinggi jatuh palu setinggi 1,20 meter per pukulan.

69
METODE PELAKSANAAN
PONDASI TIANG PANCANG FRANKI
3. Setelah mencapai kedalaman yang diharapkan, pipa ditahan dengan sling
dan sumbat koral yang terdapat di dalam pipa dipukul hingga lepas dan
keluar dari pipa. Beton kering lalu diisikan sedikit demi sedikit ke dalam pipa
untuk pembuatan pembesaran (bulb) atau enlarged base.
4. Volume beton yang digunakan dalam pembuatan bulb disesuaikan dengan
kekerasan tanah dan pada umumnya adalah antara 0,14 m3 (satu skip)
hingga 0,84 m3 (enam skip). Jumlah pukulan pada satu skip (0,14 m3)
beton terakhir harus tidak kurang dari 40 kali dengan tinggi jatuh palu
minimum 4,8 meter atau hingga energi yang sama tercapai.

5. Keranjang besi terdiri ari 6 dia. 22 mm besi utama yang dililit spiral dia. 8
mm jarak 20 cm untuk seluruh panjang tiang Franki.
Keranjang besi tersebut lalu dimasukkan ke dalam pipa dan merupakan
pembesian dari tiang pondasi. Keranjang besi dibuat sepanjang tiang sendiri
dengan tambahan ± 0,90 meter stek untuk masuk ke dalam poer.
untuk penyambungan, maka “over-lapping” besi utama adalah ± 90 cm.
Pada ujung keranjang besi dan pada sambungan d las titik agar lebih kuat.
70
METODE PELAKSANAAN
PONDASI TIANG PANCANG FRANKI

6. Tiang Franki lalu dibuat dengan mengecor beton ke dalam pipa sedikit demi
sedikit disertai dengan pemadatan sambil pipa sedikit demi sedikit dicabut.
Beton yang digunakan dalam pengecoran adalah dengan mutu K-225 dan
faktor air semen tidak lebih dari 0,40 dan slump berkisar antara 0 - 2,50 cm.
Pengecoran beton diakhiri dengan penambahan setinggi lebih kurang 30 cm -
50 cm agar beton pada ketinggian yang diinginkan terjamin baik dan keras.

7. Susunan campuran beton yang berdasarkan volume untuk tiang Franki adalah
1 : 2¼ : 3¼
Per meter kubik beton :
Semen = 345,00 Kg
Pasir = 0,62 m3
Split 2/3 = 0,90 m3
Air = 134,00 liter
Tiang Franki yang selesai dilaksanakan harus tahan memikul beban
kerja sebesar 130 ton

71
PERALATAN PEMANCANGAN

CASING 10 - 15 M

HAMMER 3,2 TON

RING Æ 50 CM
BESI Æ 22 (POLOS)

MUKA TANAH

CASING 10 -15 M

RING Æ 50 CM BESI Æ 22 (POLOS)


72
SKIP (0.14 M3) LANGKAH 1 :
CASING 10 - 15 M PEMASUKAN BATU KORAL
HAMMER 3,2 TON
SEBAGAI SUMBAT

TUMPAHAN SPEET
DARI SKIP

MUKA TANAH

SPLEET UNTUK SUMBAT

CASING 10 -15 M

RING Æ 50 CM BESI Æ 22 (POLOS)


73
LANGKAH 2 :

PENUMBUKAN SUMBAT
DENGAN HAMMER
CASING 10 - 15 M

HAMMER 3,2 TON

MUKA TANAH

SPEET SPLEET UNTUK SUMBAT

CASING 10 -15 M

RING Æ 50 CM
BESI Æ 22
(POLOS)
74
LANGKAH 3 :

PENUMBUKAN SUMBAT
SAMPAI TANAH KERAS

MUKA TANAH

SPLEET

ELEVASI TANAH KERAS


75
LANGKAH 3B :

SUMBAT DIPUKUL SAMPAI


KELUAR DARI PIPA
SKIP (0.14 M3)
TUANGKAN SPLEET
4 - 6 SKIP

MUKA TANAH

SPLEET UNTUK SUMBAT


SPLEET CASING 10 - 15M

ELEVASI TANAH KERAS


RING Æ 50 CM
BESI Æ 22 (POLOS)
BULB
76
LANGKAH 4 :

PEMBUATAN BULB BETON


(ENLARGE BASE)
SKIP (0.14 M3)
ADUKAN BETON KERING

MUKA TANAH
HAMMER 3,2 TON
CASING 10 - 15 M

SPLEET
ELEVASI TANAH KERAS

BULB

77
LANGKAH 5 :
PEMASUKAN
KERANJANG BESI

KERANJANG BESI
BESI 6Æ22 (ULIR)
SENGKANG Æ8 - 15

MUKA TANAH

ADUKAN BETON KERING

ELEVASI TANAH KERAS

BULB

78
LANGKAH 6 :

PENGECORAN BETON

SKIP (0.14 M3)


TUANGKAN SPLEET 4-6 SKIP
ADUKAN BETON K-225

MUKA TANAH

KERANJANG BESI
BESI 6Æ22 (ULIR)
SENGKANG Æ8 - 15
ADUKAN BETON KERAS

ELEVASI TANAH KERAS


BULB

79
PEKERJAAN TIANG FRANKI SELESAI

CASING 10 - 15 M

HAMMER 3,2 TON

MUKA TANAH

ELEVASI TANAH KERAS

80
POTONGAN
PONDASI FRANKI

BULB

81
PELAKSANAAN PENGEBORAAN
FRANKI PILE 82
PELAKSANAAN PENGEBORAAN
FRANKI PILE
83
PEMBESARAN UJUNG PONDASI
SETELAH DITUMBUK

84
GROUP
KNOWLEDGE + SKILL

PONDASI PANCANG PRECAST

85
METODE PELAKSANAAN
PONDASI TIANG
PRECAST

86
METODE :

A. PERSIAPAN
1. Penentuan alat pancang yang digunakan :
Peralatan pancang yang dipakai harus mempunyai efisiensi dan
energi yang memadai.

Pile Diesel Hammer, Kobe or equivalent


Diameter K22/K25 K32/K35 K45/KB45
(mm)
350 x
400 x
450 x x
500 x
600 x x
Range of working 40 - 140 80 - 230 140 - 320
load (ton)
Catatan :
1. Tabel diatas memberikan rekomendasi secara umum untuk diesel hammer.
2. Pemilihan jenis hammer secara tepat harus memperhitungkan panjang tiang, daya
dukung tiang dan kondisi tanah.
87
2. Rencanakan final set tiang :

Untuk menentukan pada kedalaman mana pemancangan tiang dapat


dihentikan, berdasarkan data tanah dan data jumlah pukulan terakhir (final
set). Jika memerlukan perhitungan final set ini silahkan tekan tombol di bawah
ini :

Hitung final set

88
3. Rencanakan urutan pemancangan, dengan pertimbangan kemudahan
manuver alat. Lokasi stock material agar diletakkan dekat dengan lokasi
pemancangannya.

4. Tentukan titik pancang dengan theodolith dan tandai dengan patok.

89
B. PROSES PEMANCANGAN

1. Alat pancang ditempatkan sedemikian rupa sehingga as hammer jatuh pada


patok titik pancang yang telah ditentukan.
2. Tiang diangkat pada titik angkat yang telah disediakan pada setiap tiang.
3. Tiang didirikan disamping “driving lead” dan kepala tiang dipasang pada
helmet yang telah dilapisi kayu sebagai pelindung dan pegangan kepala
tiang.
4. Ujung bawah tiang didudukkan secara cermat diatas patok pancang yang telah
ditentukan.
5. Penyetelan vertikal tiang dilakukan dengan mengatur panjang “backstay‟
sambil diperiksa dengan waterpass sehingga diperoleh posisi yang betul-
betul vertikal.
6. Sebelum pemancangan dimulai, bagian bawah tiang diklem dengan „center
gate” pada dasar “driving lead” agar posisi tiang tidak bergeser selama
pemancangan, terutama untuk tiang batang pertama.
7. Pemancangan dimulai dengan mengangkat dan menjatuhkan hammer
secara kontinyu ke atas helmet yang terpasang diatas kepala tiang.

90
8. Pemancangan dapat dihentikan sementara untuk penyambungan batang
berikutnya bila level kepala tiang telah mencapai level muka tanah
sedangkan level tanah keras yang diharapkan belum tercapai.
Proses penyambungan tiang :
a. Tiang diangkat dan kepala tiang dipasang pada helmet seperti yang
dilakukan pada batang pertama.
b. Ujung bawah tiang didudukkan di atas kepala tiang yang pertama
sedemikian sehingga sisi-sisi pelat sambung kedua tiang telah berimpit
dan menempel menjadi satu.
c. Penyambungan dilakukan dengan pengelasan penuh di sekeliling
pertemuan kedua pelat ujung.
d. Tempat sambungan las dilapisi dengan anti karat.

9. Selesai penyambungan, pemancangan dapat dilanjutkan seperti yang


dilakukan pada batang pertama . Penyambungan dapat diulangi sampai
mencapai kedalaman tanah keras yang ditentukan.

10. Pemancangan tiang dapat dihentikan (selesai) bila ujung bawah tiang telah
mencapai lapisan tanah keras/final set yang ditentukan.

11. Pemotongan tiang pancang pada cut off level yang ditentukan sesuai shop
drawing ( lihat metode pemotongan kepala tiang).
91
C. QUALITY CONTROL

1. Kondisi Fisik Tiang :


a. Seluruh permukaan tiang tidak rusak atau retak
b. Umur beton telah memenuhi syarat.
c. Kepala tiang tidak boleh mengalami keretakan selama pemancangan.

2. Toleransi :
Vertikalitas tiang diperiksa secara periodik selama prosespemancangan
berlangsung. Penyimpangan arah vertikal dibatasi tidak lebih dari 1 : 75 dan
penyimpangan arah horisontal dibatasi tidak lebih dari 75 mm

3. Penetrasi :
Tiang sebelum dipancang harus diberi tanda pada setiap setengah meter di
sepanjang tiang untuk mendeteksi penetrasi per setengah meter. Dicatat jumlah
pukulan untuk penetrasi setiap setengah meter.

4. Final set :
Pemancangan baru dapat dihentikan apabila telah dicapai final set sesuai
perhitungan.
92
LETAK TITIK ANGKAT TIANG :
Mmax = w L2/8

(a)
Mmax = w L2/32

L/4 L/2 L/4

(b)

Mmax = 0,021 w L2

0,207 L 0,586 L 0,207 L

(c)
93
Mmax = w L2 / 8

L
(d)

1/3 L
Mmax = w L2 / 18

2/3 L (e)

94
URUTAN PEMANCANGAN

Detail A
Tiang pancang

Kertas milimeter

Sambungan
Alat tulis
Las

A
Dudukan

I. Pemancangan tiang II. Penyambungan tiang III. Kelendering/final set


95
GROUP
KNOWLEDGE + SKILL

PONDASI BORED PILE

96
97
TAHAPAN
PEKERJAAN
MULAI

PEKERJAAN PERSIAPAN
• Mobilisasi Peralatan
• Set up Mesin Bor
• Persiapan Keranjang

PEKERJAAN PONDASI
• Pembuatan Bored Pile
• Loading Test

PEKERJAAN DEMOBILISASI

98
SELESAI
PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero)
METODA PELAKSANAAN

I. PROSES PENGEBORAN

1. Menggunakan mesin bor Soilmec R412 kapasitas 40.00 meter,


pengeboran dimulai dengan menggunakan auger dengan diameter
sedikit besar. Untuk kemudian memasang casing sementara (bila
diperlukan) sepanjang maksimum 4.00 meter. Casing sementara ini
dibutuhkan untuk menghindari runtuhnya tanah permukaan disekeliling
lubang bor.
2. Pengeboran dilanjutkan menggunakan auger atau bucket tergantung
pada jenis dan keadaan tanah yang ditemukan sementara kedalaman
serta jenis tanah yang keluar dicatat secara teratur sampai mencapai
kedalaman yang ditentukan.
3. Bila dinding lubang bor runtuh, maka dibutuhkan pengisian air dalam
lubang bor selama proses pengeboran dilaksanakan.

99
PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero)
II. PROSES PEMBERSIHAN LUBANG

Setelah kedalaman yang diinginkan tercapai, maka proses


pembersihan dasar lubang dimulai dengan menggunakan cleaning
bucket. Bahan yang dikeluarkan dan tebalnya harus dicatat. Proses
diulang beberapa kali sampai dasar lubang dalam keadaan relatif
bersih.

III. PROSES PENGECORAN BETON

1. Begitu selesai pembersihan dasar lubang kemudian dilaksanakan


pemasangan keranjang besi beton disusul pemasangan pipa
tremie.
Panjang, jumlah dan mutu besi beton dibuat sesuai spesifikasi
2.
teknis.
Bila didalam lubang terdapat volume air yang cukup banyak dan
deras maka pengecoran dilaksanakan melalui pipa tremie yang
ditutup pada ujung bawahnya, menggunakan plat baja yang
dinamakan end plate atau dengan menggunakan plastic foam
sebagai pemisah antara beton dan air. 100
Lanjutan …….

3. Pipa tremie dipasang sepanjang lubang yang dibor dengan ujungnya


bertumpu pada dasar lubang.
Beton Readymix dengan slump 16 ± 2 cm retarder 4 jam dituangkan ke
dalam tremie hingga pipa tersebut terisi penuh. Pipa lalu ditarik ± sehingga
end plate terlapas dan beton mengalir. Beton dituangkan lagi kedalam pipa
tremie dan dengan demikian pengecoran tiang dilanjutkan hingga
permukaan beton mencapai ketinggian yang diinginkan. Selama
pengecoran berlangsung ujung bawah pipa tremie harus terbenam didalam
beton. Bila pipa tremie terlampau panjang maka pipa tremie dengan panjang
masing-masing potongan antara 1 - 6 meter harus diangkat dan dipotong.

4. Casing lalu dicabut perlahan-lahan dan pengukuran terakhir dilakukan


terhadap beton untuk memeriksa apakah ketinggian permukaan beton
berada diatas rencana dasar poer setinggi ± 1 meter untuk menjamin mutu
beton yang baik pada elevasi dasar poer.
Apabila perlu, casing sementara di cor beton sampai penuh sehingga
ketinggian permukaan beton yang diinginkan tercapai.
Bilamana tidak ada air di dalam lubang bor, pengecoran beton dilakukan
dengan pipa tremie pendek (± 1 m) dan corong saja. Pipa tremie pendek ini
berfungsi agar beton yang dituangkan jatuh ditengah-tengah lubang.

101
PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero)
ALAT KERJA

Mesin Bor
Soilmec R412

Auger
Crane

102
PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero)
PROSES PENGEBORAN

103
PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero)
PROSES PEMBERSIHAN LUBANG

104
PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero)
PROSES PEMBERSIHAN LUBANG

105
PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero)
PROSES PEMBERSIHAN LUBANG

106
PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero)
PROSES PEMASUKAN KERANJANG BESI BETON

107
PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero)
PROSES PEMASANGAN TREMIE & PENGECORAN

108
PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero)
PROSES PENGANGKATAN TREMIE

109
PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero)
PROSES PENGECORAN

110
PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero)
PROSES PENGANGKATAN TREMIE

111
PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero)
MESIN BOR

112
MATA BOR

PENENTUAN TITIK BORED PILE 113


PELAKSANAAN
PENGEBORAN

114
PENGUKURAN KEDALAMAN BORED PILE 115
PEMBERSIHAN SEBELUM DI COR 116
PENGECORAN
117
PEMBESIAN BORED PILE
118
GROUP
KNOWLEDGE + SKILL

LOADING TEST

119
LOADING TEST
KENTLEDGE SYSTEM
STANDARD : ASTM D 1143

WEIGHTS

CROSS BEAMS

TEST PLATE
DIAL GAGES

REFERENCE
BEAMS

120
LOADING TEST PROCEDURES

Berdasarkan ASTM D 1143 ada tujuh prosedur untuk pembebanan tiang,


namun yang umumnya dipakai ada 2 prosedur yaitu :

1. STANDARD LOADING PROCEDURES


Pembebanan dilakukan sampai dengan 200% beban rencana tiang.
Pembebanan diberikan bertahap dengan kenaikan 25% dari beban rencana
tiang . Setelah mencapai beban maksimum, beban dikurangi bertahap tiap
25 % dari total beban.
Jika terjadi kegagalan, teruskan beban sampai settlement mencapai 15% dari
diameter tiang atau dimensi arah diagonal.

2. CYCLIC LOADING
Pembebanan dilakukan sampai dengan 200% beban rencana tiang.
Pembebanan diberikan bertahap dengan kenaikan 25% dari beban rencana
tiang sampai beban maksimum tertentu dan kemudian bebean dikurangi
bertahap sampai 0%, kemudian dilakukan pembebanan bertahap kembali
dengan beban maksimum yang lebih besar dan kemudian beban dikurangi
secara bertahap sampai 0%. Pembebanan tersebut dilakukan beberapa kali
sampai mencapai beban maksimum 200%.
121
Pembebanan tersebut dilakukan beberapa kali sampai mencapai beban
maksimum 200%.

Tahap pembebanan dengan Cyclic Loading adalah sebagai berikut :

Cycle 1 : 0% - 25% - 50% - 25% - 0%


Cycle 2 : 0% - 50% - 75% - 100% - 75% - 50% - 0%
Cycle 3 : 0% - 50% - 100% - 125% - 150% - 125% - 100% - 50% - 0%
Cycle 4 : 0% - 50% - 100% - 150% - 175% - 200% - 150% - 100% -50% -
0%
Jumlah cycle yang dipakai untuk tiap proyek bisa berbeda-beda, namun
beban maksimum yang disyaratkan minimum 200% beban rencana.

122
CARA PEMBACAAN GRAFIK HASIL LOADING TEST

Dari pengamatan selama loading test, dibuat grafik-grafik untuk mendapatkan nilai
besarnya daya dukung tiang yang diijinkan. Grafik tersebut terdiri dari :

- Grafik Load vs Settlement


- Grafik Settlement vs Time Curve
- Grafik Load vs Time Curve

Untuk menentukan daya dukung tiang ijin ada beberapa metode yang dapat
digunakan. Sebagai contoh kami ambil Hasil Loading Test dari proyek Asrama
BPK Jakarta, yang dilaksanakan oleh PT JHS Piling System pada bulan Juli 2001
dan metode yang dipakai oleh Proyek Tambak Lorok Semarang thn 1995.

123
Analisis Kapasitas Ultimate Tiang Pancang
Proyek : Asrama BPK (pile 30x30)
1. Metode Chin (asumsi kurva Hiperbola)
Cycle Q max Penurunan Penurunan Penurunan
(ton) Total Sisa Elastik (D) mm
(mm) (mm)
I 25 0,46 0,13 0,33
II 50 5,40 2,60 2,80
III 65 27,20 22,41 4,79

D Q D/Q
(mm) (ton)
0 0 0

0,33 25 0,01
Dibuat grafik
2,80 50 0,06

4,79 65 0,07
124
Dari grafik D/Q vs D, diperoleh persamaan garis : y=0,0152 x + 0,0056

Q = D/(a + b D)

125
CARA PEMBACAAN GRAFIK LOADING TEST
(PROYEK TAMBAK LOROK)
CARA I : Metode Log P – Log S

P ult = 250 ton

400
300
P (ton)
200

100
80
60
40

20

2 4 6 8 10 20 30 40 50
s (mm)

Dibuat grafik P vs settlement pada skala logaritma. P ult diperoleh dari posisi
dimana terjadi perubahan kemiringan/gradien kurva. 126
CARA II : Metode s – log T

40
260

250
30 240
Pult = 240 ton
225
S (mm) 20
200
175
10 150
125
100
75
60
0 2 5 15 20
TIME (MINUTES)
Dibuat grafik waktu vs settlement untuk masing-masing beban dalam skala
logaritma. P ult diperoleh dari nilai dimana grafik mulai berubah tidak linier.
127
GROUP
KNOWLEDGE + SKILL

PONDASI PLAT LAJUR

128
METODE PELAKSANAAN
PONDASI PLAT JALUR

1. GALI TANAH BERPEDOMAN BOUWPLANK DAN SHOP DRAWING


2. PADATKAN DASAR GALIAN DENGAN STAMPER
3. TEBAR DAN PADATKAN LAPISAN PASIR URUG
4. PASANG SCREED
5. PASANG BEKESTING BATAKO/KAYU
6. PASANG PENULANGAN, BETON DECKING DAN KAKI AYAM
7. PASANG STEK YANG DIPERLUKAN UNTUK PEKERJAAN LAIN
8. BERSIHKAN DAERAH YANG AKAN DICOR DENGAN COMPRESSOR
9. COR BETON DAN PADATKAN DENGAN VIBRATOR
129
10. CURING/PERAWATAN BETON
B

M POT. A-A L:160CM POT. B-B L:160CM


SKALA 1 : 25 SKALA 1 : 25

Gambar Potongan Pondasi Plat Jalur


(proyek PELNI Denpasar) 130
Pemadatan tanah dasar dengan Kondisi tanah dasar pondasi
stamper Sebelum pekerjaan urugan pasir dan
lantai kerja

131
132
Hasil Pengecoran Pondasi Plat Jalur 133
GROUP
KNOWLEDGE + SKILL

PONDASI BATU KALI

134
METODE PELAKSANAAN
PONDASI BATU KALI
PERSIAPAN

Rencanakan urutan penggalian, urutan pemasangan pondasi batu


kali, tempat penimbunan tanah hasil galian sementara, sebelum
diangkut keluar dari site, juga tempat penimbunan sementara batu-
batu kali tersebut sebelum dipasang.

PEMBUATAN GALIAN

1. Siapkan alat-alat yang diperlukan.


2. Menggali tanah dengan ukuran lebar sama dengan lebar pondasi
bagian bawah dengan kedalaman yang disyaratkan.
3. Menggali sisi-sisi miringnya, sehingga diperoleh sudut kemiringan
yang tepat.
4. Buang tanah sisa galian ketempat yang telah ditentukan.
5. Cek posisi, lebar, kedalaman dan kerapianya, sesuai dengan
rencana.
135
Rencana Galian Pondasi

Bekas Galian
Papan Bouwplank
Bekas Galian

Tiang Bouwplank
Galian untuk Pondasi

136
URUGAN PASIR

1. Pasir urug diratakan pada dasar galian dan disiram air


untuk mendapatkan kelembaban yang optimum untuk
pemadatan.
2. Padatkan pasir urug tersebut dengan memakai alat
stamper.
3. Jika diperlukan ulangi langkah 1 dan 2 sehingga didapat
tebal pasir urug seperti yang direncanakan

Urugan Pasir

137
PASANGAN PONDASI

1. Pasang patok bantu untuk memasang profil ( 2 patok


untuk tiap profil ).
Profil dipasang pada setiap ujung lajur pondasi.
2. Pasang bilah bantu datar pada kedua patok, setinggi
profil.
3. Pasang profil benar-benar tegak lurus dan idang atas
profil datar. Usahakan titk tengah profil tepat pada tengah-
tengah galian yang direncanakan dan bidang atas profil
sesuai peil pondasi.
4. Ikat profil tersebut pada bilah datar yang dipasang antara
2 patok dan juga dipaku agar lebih kuat.
5. Pasang patok sokong, miring pada tebing galian pondasi
dan ikatkan dengan profil, sehingga menjadi kuat dan
kokoh.
6. Cek ketegakan/posisi profil dan ukuran-ukurannya,
perbaiki jika ada yang tidak tepat, demikian juga peilnya.
138
Paku (tanda titik as pasangan)
Papan Bangunan
Cat/meni (tanda titik as pasangan)

1/2b 1/2b t h
Muka Tanah
Profil
T H
Pasak penguat profil

Lot

1/2 B 1/2 B
b = lebar pasangan bagian atas
B = lebar pasangan bagian bawah B
t = Tinggi pasangan tegak muka (rollag)
T = Tinggi pasanga pondasi
h = Tinggi lantai dari muka tanah
H = Kedalaman galian tanah

PROFIL UNTUK PONDASI BATU KALI 139


PASANGAN PONDASI BATU KALI

1. Siapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan.

2. Pasang benang pada sisi luar profil untuk setiap beda tinggi 25 cm
dari permukaan urugan pasir.

3. Siapkan adukan untuk melekatkan batu-batu tersebut.

4. Susun batu-batu diatas lapisan pasir urug tanpa adukan


(aanstamping) dengan tinggi 20 cm dan isikan pasir dalam celah-
celah batu tersebut sehingga tak ada rongga antar batu kemudian
siramlah pasangan batu kosong tersebut dengan air.

5. Naikkan benang pada 25 cm berikutnya dan pasang batu kali


dengan adukan, sesuai ketinggian benang. Usahakan bidang luar
pasangan tersebut rata.

140
Profil Pondasi

Benang As - pasangan

Tebing Galian

Benang Pelurus Pasang

PASANGAN PONDASI 141


6. Sediakan tempat untuk lubang-lubang stek kolom dan
keperluan-keperluan lain.

7. Cor stek-stek kolom tersebut dan rapikan pondasinya.

8. Setelah pasangan mengeras, bagian pinggir/sisi pondasi


diurug kembali.

Stek Kolom

142
PONDASI YANG TELAH SELESAI
PELAKSANAAN
PONDASI BATU KALI 143
PONDASI BATU KALI 144

Anda mungkin juga menyukai