DISUSUN OLEH:
KELOMPOK C2
KELAS: C
ASISTEN : Ardwita Citra Febriana
Penyusun : Kelompok C2
Kelas :C
Konservasi Menurunnya
biodiversitas tingkat diversitas
2 4 1 8 Sedang
dan ekowisata flora akibat
kegiatan manusia
Pertanaman Ditemukan
Tinggi
tanaman semusim
2 3 4 24
di wilayah hutan
produksi pinus
Kualitas air Sampah pertanian
dan industri rumah
tangga bukan
dibuang ditempat
yang disediakan,
sehingga
3 2 4 24 Tinggi
berpotensi
mencemari mata
air dan sungai
(ditemukan
makrozoobentos
kategori berat)
Kurang optimalnya S
Sampah pertanian
E
penggunaan lahan di
dan industri rumah B
wilayah hutan produksi
tangga A
pinus B
3. Tujuan
Tujuan dari kegiatan konservasi mekanik dengan pembangunan terjunan
dapat meminimalisir potensi terjadinya erosi, pendangkalan sungai, kualitas air
yang baik, dan pencemaran disungai berkurang.
4. Sasaran kegiatan
Sasaran dari kegiatan konservasi mekanik dengan pembuatan terjunan
diharapkan dapat menekan terjadinya potensi erosi, kualitas air tidak keruh dan
pencemaran disungai berkurang sehingga kondisi lahan dan hidrologi disekitar
DAS dapat dimanfaatkan kembali.
5. Pelaksanaan Kegiatan
5.1 Jenis Kegiatan
1. Tahapan Persiapan
a) Persiapan pembuatan SPA yang diperlukan adalah :
- Penyiapan rancangan teknis
- Pemancangan patok induk tegak lurus kontur yang merupakan as/poros
SPA. Jarak maksimum antara dua patok 5 m.
- Pemancangan patok pembantu di kanan/kiri patok induk untuk
- menggambarkan lebar atas SPA.
b) Persiapan pembuatan bangunan terjunan yang dilakukan adalah :
- Pemancangan patok-patok disepanjang SPA untuk menentukan letak
terjunan, jarak antara dua patok disesuaikan dengan lebar bidang olah
teras.
- Letak bangunan terjunan harus lebih ke dalam dari pada talud teras dan
pada tanah asli (bukan tanah urugan).
- Penggalian tanah menurut patok yang telah dipancang dengan arah
tegak lurus ke bawah sedalam 0,5-1,5 m diukur dari bidang olah.
2. Pembuatan
a) Pembuatan bangunan SPA
- Penggalian tanah sesuai profil yang terbentuk dari patok-patok
pembantu sedalam minimal 50 cm dari bidang olah teras dan lebar
dasar 50 cm sesuai rancangan
- Dasar SPA pada teras bangku dibuat dengan kemiringan 0,1-0,5% ke
arah luar sehingga perbedaan tinggi dasar saluran yang berjarak 5 m
adalah 0,5-2,5 cm
- Setiap jarak 1 m sepanjang SPA ditanami gebalan rumput
- selebar 20 cm melintang SPA .
b) Pembuatan bangunan terjunan
- Dua atau tiga potong bambu bulat ditanam ke dalam tanah 0,5 m,
sedang yang berada dipermukaan saluran dipasang setinggi bangunan
terjunan.
- Bambu belah dipasang melintang terjunan, kulit bagian luar bambu
diletakan di bagian luar.
- Pemasangan bambu disusun mulai dari bawah dengan kedua ujungnya
dimasukan ke dalam bagian kanan kiri dinding SPA dan diikatkan pada
bambu bulat.
3. Pemeliharaan
a. Pembersihan saluran dari endapan
b. Perbaikan bambu apabila rusak baik karena sudah lapuk atau karena
akibat lain.
C. Pengkayaan Vegetasi
Menurunkan laju erosi tidak hanya dengan menggunakan mekanik saja
melainkan dapat diimbangi dengan menggunakan vegetasi salah satu caranya
dengan menambah populasi tanaman pinus, dan menanam tanaman rumput gajah
dengan seraiwangi agar petani mendapatkan nilai ekonomis lebih. Penggunaan
vegetasi sebagai sarana konservasi tanah mempunyai prospek yang besar untuk
dapat diterima oleh masyarakat atau petani, karena manfaat dan kemudahan dari
kegiatan tersebut.
Tahap ke dua
Waktu : 2 Mei 2017 - 17 Julir 2017
Tempat : Desa Sukomulyo
Tahap ke tiga
Waktu : 18 Juli 2017 - selesai
Tempat : Kantor Desa Sukomulyo dan Monitoring di wilayah
konservasi
5.3 Stakeholder
Pengelolaan DAS melibatkan berbagai ragam penggunaan lahan dengan
berbagai pemangku dan pihak terkait serta pengambil keputusan dalam
pemanfaatan sumberdaya alam. Oleh karena itu pengelolaan DAS dengan
menggunakan pendekatan multi-disiplin merupakan keharusan. Kegiatan harus
melibatkan institusi pemerintah dari berbagai disiplin atau sektor dan melibatkan
berbagai kelompok masyarakat serta pelaku pasar. Mengingat wilayah DAS tidak
selalu sama dengan wilayah administrasi, sering ditemukan kendala dalam
pelaksanaan pengelolaan DAS baik bentuk kegiatannya maupun penentuan
lokasinya. Hal ini terjadi karena di dalam wilayah DAS terdapat berbagai
sumberdaya alam (vegetasi, tanah, dan air), sehingga ada beberapa sektor dan
kepentingan yang masuk. Di samping itu, ada perbedaan prioritas pengelolaan
dari masing-masing daerah administrasi. Oleh karena itu, sistem perencanaan
pengelolaan DAS yang dibangun harus kompatibel dengan sistem perencanaan
nasional/daerah dan selaras dengan kelembagaan terkait (Paimin, et al.,2012)
Mengingat pengelolaan DAS bersifat multi-sektor, maka dalam
perencanaannya akan melibatkan seluruh para pihak terkait (stakeholders). Istilah
stakeholder sudah sangat populer, yang secara sederhana sering dinyatakan
sebagai para pihak atau pihak-pihak yang terkait dengan suatu rencana atau
kegiatan. Berdasarkan kekuatan, posisi dan pengaruh para pihak terhadap suatu
rencana, para pihak dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok (ODA, 1995)
sebagai berikut:
1. Stakeholder utama (primer), yaitu yang memiliki kaitan kepentingan
secara langsung dengan suatu kebijakan, program dan proyek, sehingga
harus ditempatkan sebagai penentu dalam proses pengambilan keputusan.
2. Stakeholder pendukung (sekunder), yaitu yang tidak memiliki kaitan
kepentingan secara langsung terhadap suatu kebijakan, program dan
proyek, tetapi memiliki kepedulian sehingga turut berpengaruh terhadap
sikap masyarakat dan keputusan legal pemerintah.
3. Stakeholder kunci, yaitu yang memiliki kewenangan secara legal dalam
hal pengambilan keputusan. Stakeholder yang dimaksud adalah unsur
eksekutif dan legislatif.
Dalam penyusunan rencana pengelolaan DAS menurut Paimin, et al. (2012),
ada 4 (empat) kelompok pihak yang terlibat dalam penyusunan rencana yakni
pemerintah, masyarakat, swasta, dan relawan
1. Pihak masyarakat dan swasta sebagai pihak utama karena memiliki kaitan
kepentingan secara langsung dengan suatu kebijakan, sehingga harus
ditempatkan sebagai penentu dalam proses pengambilan keputusan
2. Pihak sukarelawan (LSM, perguruan tinggi, media dll) sebagai pihak
pendukung karena meskipun tidak memiliki kaitan kepentingan secara
langsung terhadap suatu kebijakan, tetapi memiliki kepedulian sehingga turut
berpengaruh terhadap sikap masyarakat dan keputusan legal pemerintah
3. Pihak pemerintah memberikan pertimbangan teknis penyusunan rencana
pengelolaan, penyelenggaraan pengelolaan DAS..
Analisis Biaya
Keterangan Jumlah unit Satuan Harga per Harga Total
unit
Sewa lahan - - - -
Bibit 800 pohon Rp 2.500 Rp
2.000.000
Pupuk NPK 360 kg Rp 6.500 Rp
2.340.000
Pestisida - - - -
Tenaga 35 orang Rp 75.000 Rp
kerja 2.625.000
Irigasi - - - -
Total Biaya Rp 6.965.000
Hasil panen 5.000 kg Rp 6.500 Rp
getah pinus 32.500.000
Pendapatan = Rp 32.500.000 - Rp 6.965.000
= Rp 25.535.000
2. Analisis biaya tanaman Rumput Gajah
Analisis Biaya
Keterangan Jumlah unit Satuan Harga per unit Harga Total
Sewa lahan 0.5 Ha Rp 30.000/th Rp 30.000
Bibit 16 Ikat/1 Rp 1.000 Rp 16.000
ikat=0.5kg
Pupuk NPK -
- - -
Pestisida -
- - -
Analisis Biaya
Keterangan Jumlah unit Satuan Harga per unit Harga Total
Sewa lahan 0.5 Ha Rp 30.000/th Rp 30.000
Bibit 8 Ikat/1 Rp 10.000 Rp 80.000
ikat=0.5kg
Pupuk NPK 25 Kg Rp 6.500 Rp 162.500
Pestisida
Tenaga 1 Orang Rp 75.000 Rp 75.000
kerja
Irigasi - - - -
Total Biaya Rp 347.500
Hasil panen 30 Kg Rp 25.000 Rp 750.000
Pendapatan = Rp 750.000- Rp 347.500
= Rp 402.500/3 bulan
Analisis Biaya Bangunan Terjunan
Analisis Biaya
Keterangan Jumlah unit Satuan Harga per Harga Total
unit
Tenaga 35 Orang Rp 75.000 Rp 2.625.000
kerja
Alat dan
Bahan
- Bambo 45 Batang Rp 7.500 Rp 337.500
- Cangkul 15 Buah Rp 50.000 Rp 750.000
- Palu 10 Buah Rp 85.000 Rp 850.000
- Paku 4 Kg Rp 50.000 Rp.200.000
Total Biaya Rp 4.762.500
8. Indikator Kinerja
Setelah semua aktivitas kinerja pada konservasi adapun indikator
kebehasilan kinerja pada saat kegiatan pembuatan terjunan. Dampak-dampak yang
ditimbulkan antara lain dampak positif bagi lingkungan sehingga masyarakat
dapat memanfaatkan hasil dari kegiatan tersebut. kegiatan ini dikatakan berhasil
dimana kerusakan-kerusakan alam dapat berkurang hingga tidak ada kerusakan
kembali.
Kondisi 2010 2012
Indikator
2008 Target Capaian Target Capaian
Dapat
Menekan
Erosi memaksimalkan Sudah tidak Keberlanjutan
Erosi terjadinya
tinggi produksi di terjadi erosi fungsi hutan
erosi
lahan
Volume
Terdapat Mengurangi Tidak terjadi
Debit air dan debit
Sedimen sedimentasi sedimentasi banjir didaerah
bertambah air menjadi
disungai disungai hilir
stabil
Air sungai Peran dari
Mengurangi Kebutuhan
Kualitas keruh fungsi
kekeruhan Kualitas air baik air dapat
air berwarna hidrologi dapat
disungai tercukupi
agak coklat berjalan
dengan baik
9. Keberlanjutan
Untuk tingkat keberlanjutan kegiatan ini secara umum dilakukan secara
bertahap, dimana kegiatan ini dalam perbaikan dilakukan sekali saja kemudian
untuk perawatan dilakukan secara berlanjut dan dijadikan aktivitas mingguan
maupun bulanan yang rutin bagi masyarakat sekitar guna menjaga lahan agar
tidak rusak kembali.
2. Batas DAS
Batas Das adalah air yang mengalir pada suatu kawasan yang dibatasi oleh
titik-titik tinggi atau yang disebut punggung bukit di mana air tersebut berasal dari
air hujan yang jatuh dan terkumpul dalam sistem tersebut. Antara DAS yang satu
dengan DAS yang lainnya dibatasi oleh titik-titik tertinggi muka bumi berbentuk
punggungan yang disebut stream devide atau batas daerah aliran (garis pemisah
DAS). Bila suatu stream devide itu merupakan jajaran pebukitan disebut stream
devide range. Air pada DAS merupakan aliran air yang mengalami siklus
hidrologi secara alamiah.
Lokasi pengamatan ini berada pada desa sukomluyo Sub Das Kali konto yang
berasal dari sungai Konto. Sungai konto merupakan salah satu anak sungai
Brantas bagian tengah. Sumber air yang mengalir ke sungai Konto berasal dari 3
gunung yaitu gunung kawi, gunung Kelud dan gunung Argowayang di wilayah
kabupaten Malang dan kabupaten Kediri, setelah itu air mengalir menuju bagian
hilir dan bertemu dengan sungai Brantas di Kabupaten Jombang. Berikut adalah
profil desa pada lokasi pengamatan
Profil Desa
Kabupaten/Kota Malang
Kecamatan Pujon
Desa/Kelurahan Sukomulyo
Batas Wilayah
3. Batas Administrasi
Secara geografis, Desa Sukomulyo termasuk wilayah yang memiliki
pegunungan dan sebagian besar dataran tinggi. Letak Desa Sukomulyo berada
diantara beberapa desa lain yang juga masih termasuk dalam wilayah kecamatan
Pujon dan beberapa desa yang termasuk wilayah kabupaten Malang. Adapun batas
desa tersebut adalah :
4. Karakteristik Wilayah
Daerah aliran sungai (DAS) Kalikonto memiliki beberapa sistem penggunaan
lahan, diantaranya agroforestri berbasis tanaman kopi dan hutan tanaman industri
berbasis pinus Luas wiayah Desa Sukomulyo keseluruhan adalah : 610.3 Ha.
Dimana seluas 37.362 m2 adalah pemukiman penduduk dan sisanya adalah lahan
kering & areal persawahan. Lebih jelasnya mengenai komposisi penggunaan
lahan di Desa Sukomulyo dapat dilihat dari table berikut :
No Penggunaan Lahan Luas (ha)
1. Pemukiman penduduk 37,4
2. Lahan Kering 61,0
3. Persawahan 119,4
Total Lahan 217,8
a. Kondisi Sosial
Kondisi sosial budaya masyarakat ditunjukkan masih rendahya kualitas
dari sebagian SDM masyarakat di Desa Sukomulyo, hal ini bisa di lihat
dengan mudahnya masyarakat Desa Sukomulyo terprofokasi oleh sebagian
oknum masyarakat yang sengaja ingin merusak tatanan yang berlaku. Hal ini
yang menyebabkan proses pembangaunan sedikit terhambat serta cenderung
masih kuatnya budaya paternalistik. Meskipun demikian budaya seperti ini
dapat di kembangkan sebagai kekuatan dalam pembangunan yang bersifat
mobilisasi massa. Di samping itu masyarakat Desa Sukomulyo yang
cenderung memiliki sifat ekspresif, agamis dan terbuka dapat di manfaatkan
sebagai pendorong budaya transparansi dalam setiap penyalenggaraan
pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan.
Munculnya masalah kemiskinan, ketenagakerjaan dan perburuhan
menyangkut pendapatan, status pemanfaatan lahan paa fasilitas umun
menunjukkan masih adanya kelemahan pamahaman masyarakat terhadap
hukum yang ada saat ini. Kondisi ini akan dapat menjadi pemicu timbulnya
benih kecemburuan sosial dan sengketa yang berkepanjangan,jika tidak di
selesaikan sejak dini.
b. Kondisi Ekonomi
Usaha kecil seperti toko pracangan, pedagang ethek, pedagang pasar, dll
masih banyak yang kurang berkembang akibat keterbatasan dana / modal.
Tambahan modal sangat diperlukan bagi perkembangan usaha kecil mereka
agar bisa mengelola kegiatan usahanya secara lebih maksimal dan mampu
memenuhi kebutuhan keluarga secara layak. Demikian pula bagi usaha
produktif seperti, peternak, dan usaha produktif lainnya juga terkendala dalam
hal modal, sekaligus juga kemampuan pengelolaan usaha yang terbatas
sehingga membutuhkan pembinaan dan pelatihan managerial yang intensif
dari dinas-dinas terkait.
Desa Sukomulyo yang memiliki areal persawahan yang sangat luas
memiliki potensi SDM petani yang cukup handal. Namun demikian kondisi
ekonomi yang menghimpit serta penetapan harga gabah / padi maupun hasil
bumi lannya yang sangat fluktuatif, dimana disaat mereka harus bertanam,
harga pupuk mahal, tetapi disaat panen hasil tanam mereka dibeli dengan
harga yang sangat rendah, sehingga menimbulkan kerugian yang cukup besar
bagi petani. Untuk itu koordinasi berbagai pihak terkait untuk dapat
tercegahnya spekulasi harga para tengkulak serta kestabilan kondisi bisa terus
terjaga sehingga petani bisa menikmati hasil jerih payah mereka secara adil.
Lampiran 2 : Transek Desa
Sketsa Transek
Lampiran 3 : Diagram Akar Masalah
Kurang optimalnya S
Sampah pertanian
E
penggunaan lahan di
dan industri rumah B
wilayah hutan produksi
tangga A
pinus B
NO STASIUN X Y 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 CH
1 Karang Ploso 676145 9126337 1578 1543 1671 1489 2184 2184 2184 1856 1669 1668 2692 1883,45
2 Karang Kates 659826 9098561 2087 2108 2554 1620 3382 1792 2282 1351 1798 1731 3196 2172,82
3 Tretes 679566 9148899 3421 3053 3406 4252 5700 3657 1863 822 3265 2923 3306 3242,55
4 Sawahan 583639 9144697 2136 2953 4058 2459 5444 3194 2637 667 2394 2470 3870 2934,73
5 Bedes 633946 9148892 0 0 0 0 0 0 0 3879 1509 1295 2657 2335
6 Kedungkandang 682468 9116103 0 0 0 0 0 0 0 0 3319 0 3259 3289
Lampiran 5 : Dokumentasi